TESIS
Oleh
AWAN MAGHFIRAH
057026003/FIS
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
PEMBUATAN KERAMIK PADUAN ZIRKONIA (ZrO2)
DENGAN ALUMINA (Al2O3) DAN KARAKTERISASINYA
TESIS
Oleh
AWAN MAGHFIRAH
057026003/FIS
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Judul Tesis : PEMBUATAN KERAMIK PADUAN ZIRKONIA
(ZrO2) DENGAN ALUMINA (Al2O3) DAN
KARAKTERISASINYA
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Agustus 2007
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
ABSTRAK
Pembuatan keramik paduan alumina (Al2O3) dengan keramik zirkonia (ZrO2) yang
distabilkan dengan aditif CaO. Dimana bahan ZrOCl2.8H2O sebagai sumber ZrO2
dan CaCO3 sebagai sumber CaO, kemudian diperoleh fasa kubik zirkonia (c-ZrO2)
pada suhu sintering 12000C yang tergolong fasa paling stabil terhadap perubahan
suhu. Serbuk c-ZrO2 yang dihasilkan kemudian dicampur dengan serbuk keramik
alumina (Al2O3) dengan persentase berat 70% Al2O3-30%ZrO2; 60% Al2O3-
40%ZrO2,50% Al2O3-50%ZrO2; 40% Al2O3-60%ZrO2 dengan variasi suhu sintering
12000C, 13000C, 14000C, 15000C dan 16000C. Hasil karakterisasi dari cuplikan yang
telah disentering menunjukan bahwa suhu sintering optimal adalah 15000C untuk
sample keramik 70% Al2O3-30%ZrO2, dapat diperoleh densitas tertinggi adalah 3,78
g/cm3, porositas 1.12%, kekuatan patah 1477,38 kgf/cm2, nilai kekerasan 1278,54
kgf/mm2, ketangguhan 2,056 MPa.m1/2, koefisien ekspansi termal 8,7 x 10-6 /0C, dan
suhu sintering optimal 16000C untuk sampel keramik 60% Al2O3-40%ZrO2,50%
Al2O3-50%ZrO2; 40% Al2O3-60%ZrO2 diperoleh densitas tertinggi adalah 4,01
g/cm3,4,15 g/cm3 dan 4,24 g/cm3, porositas 0,20%, 4,75% dan 12,67%, kekuatan
patah 2170,96 kgf/cm2, 1162,52 kgf/cm2, dan 1110,00 kgf/cm2, nilai kekerasan
1501,22 kgf/mm2, 1155,10 kgf/mm2 dan 1077,02 kgf/mm2, ketangguhan 2,128
MPa.m1/2, 2,012 MPa.m1/2, dan 1,981 MPa.m1/2, koefisien ekspansi termal 8,7 x 10-6
/0C, 7,66 x 10-6 /0C, dan 8,36 x 10-6 /0C. Hasil analisis dengan difraksi sinar X
menunjukkan bahwa fasa dominan yang terbentuk adalah ZrO2 dan Al2O3.
i
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
ABSTRACT
The making ceramic composite alumina ( Al2O3) with ceramic zirkonia ( ZrO2) what
is stabilized with additive CaO. Where materials ZrOCl2.8H2O as source ZrO2 and
CaCO3 as source CaO, is then obtained phase cubic zirkonia ( c-ZrO2) at
temperature sintering 12000C the pertained phase very stable to change of
temperature. Powder c-ZrO2 is yielded then mixed with ceramic alumina ( Al2O3)
powder with heavy percentage 70% Al2O3-30%ZrO2; 60% Al2O3-40%ZrO2,50%
Al2O3-50%ZrO2; 40% Al2O3-60%ZrO2 with variation sintering temperature 12000C,
13000C, 14000C, 15000C and 16000C. The characterization of the products indicates
that the optimal sintering temperature is 15000C to sample ceramic 70% Al2O3-
30%ZrO2, obtainable density highest is 3,78 g/cm3, porosity of 1.12%, bending
strength 1477,38 kgf/cm2, hardness of 1278,54 kgf/mm2, toughness of 2,056
MPa.m1/2, thermal expansion coefficient of 8,7 x 10-6 /0C, and the optimal sintering
temperature 16000C to sample ceramic 60% Al2O3-40%ZrO2,50% Al2O3-50%ZrO2;
40% Al2O3-60%ZrO2 obtained density highest is 4,01 g/cm3,4,15 g/cm3 and 4,24
g/cm3, porosity of 0,20%, 4,75% and 12,67%, bending strength is 2170,96 kgf/cm2,
1162,52 kgf/cm2, and 1110,00 kgf/cm2, hardness of 1501,22 kgf/mm2, 1155,10
kgf/mm2 and 1077,02 kgf/mm2, toughness of 2,128 MPa.m1/2, 2,012 MPa.m1/2, and
1,981 MPa.m1/2, thermal expansion coefficient of 8,7 x 10-6 /0C, 7,66 x 10-6 /0C, and
8,36 x 10-6 /0C. X-ray diffraction (XRD) record reveal that the dominant phase is
ZrO2 and Al2O3.
Key word : Ceramic Zirkonia ( ZrO2); Ceramic Alumina ( Al2O3); Additive CaO.
ii
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis ini yang berjudul “PEMBUATAN KERAMIK PADUAN
ZIRKONIA (ZrO2) DENGAN ALUMINA (AL2O3) DAN
KARAKTERISASINYA” sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai
syarat menyelesaikan Program studi Magister Ilmu Fisika.
Dengan selesainya Tesis ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM&H,
Sp.A(K). atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Program Studi Magister Ilmu
Fisika Universitas Sumatera Utara.
Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Ibu Prof. Dr.Ir. T.
Chairun Nissa B, M.Sc atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa
Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc
sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
pikiran secara maksimal dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis
ini selesai.
Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika Bapak Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc.
Anggota Komisi pembimbing Bapak Drs. Anwar Dharma Sembiring, MS, dan
Bapak Drs. Perdamean Sebayang, MS selaku pembimbing lapangan yang sangat
banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Bapak dan Ibu seluruh staf Tenaga Pengajar Program studi Magister Ilmu Fisika dan
seluruh rekan Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Fisika Angkatan ’05 Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang senantiasa memberikan motivasi
kepada penulis.
iii
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Ketua Yayasan Hajjah Rachmah Nasution, Perguruan Al-Azhar Medan Bapak H.
Abdul Manan Muis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
mengikuti Program Magister Ilmu Fisika di Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, serta seluruh staf pengajar dan pegawai dilingkungan Perguruan Al-
Azhar Medan yang telah memberikan dukungan moralnya. Khususnya kepada Istri
tercinta Suharti, S.Si dan ananda tersayang Farras Putri Maghfirah, terutama orang
tua tersayang Bapak Muslini Merisyaf, BA dan Ibunda Murmi serta Bapak H.
Sailan dan Ibunda Hj. Tuyem dengan dukungan, kesabaran dan do’a mereka selama
mengikuti pendidikan dan dalam menyelesaikan tesis ini.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis telah bekerja semaksimal sesuai dengan
kemampuan yang ada, walaupun demikian kemungkinan didalamnya terdapat
kekurangan-kekurangan. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga Allah SWT memberkahi kita
semua.
Awan Maghfirah
iv
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan :
¾ SD Negeri 10 Manna, Tahun lulus 1992
¾ SMP Negeri 1 Manna, Tahun lulus 1995
¾ SMA Negeri 5 Manna, Tahun lulus 1998
¾ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Fisika Universitas
Sumatera Utara, Tahun lulus 2003
¾ Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Fisika Universitas Sumatera
Utara, Tahun lulus 2007
v
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACK ii
KATA PENGANTAR iii
RIWAYAT HIDUP v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. PERUMUSAN MASALAH 2
1.3. TUJUAN PENELITIAN 3
1.4. BATASAN MASALAH 3
1.5. HIPOTESIS 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KERAMIK ZIRCONIA (ZrO2) 5
2. 2. SIFAT-SIFAT DAN APLIKASI KERAMIK ZIRKONIA 7
2.3. KERAMIK ALUMINA ( Al2O3 ) 8
2.4. PROSES PEMBUATAN MATERIAL KERAMIK 10
2.4.1. Preparasi Serbuk Keramik 11
2.4.2. Proses Pembuatan Keramik 11
2.4.3. Proses Pembakaran (Sintering) 12
2.5. KARAKTERISASI MATERIAL KERAMIK 16
2. 5. 1. Analisis Termal 16
2. 5. 2. Struktur kristal 17
2. 5. 3. Difraksi Sinar-X 18
2. 5. 4. Pengukuran Porositas 19
2. 5. 5. Pengukuran Densitas 20
2. 5. 6. Kekuatan Patah (Bending strength) 21
vi
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
2. 5. 7. Kekerasan (Vickers Hardness, Hv) 22
2. 5. 8. Ketangguhan (Fracture Toughness, Kic) 23
2.5. 9. Koefisien Ekspansi Termal 24
2.5. 10. Analisa mikrostruktur dengan Scanning Electron
Microscope (SEM) 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. BAHAN YANG DIGUNAKAN 26
3.2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN 26
3.3. VARIABEL DAN PARAMETER PENELITIAN 27
3.4. TAHAPAN PEMBUATAN SAMPEL 27
3.5. PROSEDUR PENELITIAN 29
3.5.1. Pengeringan 29
3.5.2. Penghalusan dan Pengayakan 29
3.5.3. Pembakaran 29
3.5.4. Pengukuran Densitas dan Porositas 29
3. 5. 5. Kekuatan Patah (Bending Strength) 30
3. 5. 6. Kekerasan (Vickers Hardness,Hv) dan
Fracture toughness (Kic) 31
3. 5. 7. Pengukuran Koefisien Ekspansi Thermal 32
3.5.8. X-Ray Diffraction (XRD) 33
3.5.9. Pengamatan mikrostruktur dengan
Scanning Electron Microscope (SEM) 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 POROSITAS DAN DENSITAS 35
4.2. KEKUATAN PATAH (BENDING STRENGTH) 37
4. 3. KEKERASAN 38
4.4. PENGUKURAN TOUGHNESS 39
4.5. KOEFISIEN EKSPANSI TERMAL 40
4. 6. ANALISIS HASIL DIFFERENTIAL THERMAL
ANALYSIS (DTA) 42
vii
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
4. 7. HASIL PENGUKURAN X-Ray Diffraction 43
4. 8. HASIL ANALISIS MIKROSTRUKTUR DENGAN SEM 47
viii
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR TABEL
ix
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.3. Model dua bola saling kontak dengan pembentukan leher
kontak (neck) [Ristic, 1989]
13
Gambar II.5. Hubungan suhu sintering terhadap perubahan sifat –sifat material
Keterangan : (1) Porositas, (2) Densitas, (3) Sifat listrik,
(4) Kekuatan Mekanik, (5) Ukuran butir (grain Size)
[Ristic, 1987] 15
Gambar IV.1. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%)
dan densitas (g/cm3) untuk sampel 70% Al2O3 – 30% ZrO2 35
Gambar IV.2. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%)
dan densitas (g/cm3) untuk sampel 60% Al2O3 – 40% ZrO2 36
Gambar IV.3. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%)
dan densitas (g/cm3) untuk sampel 50% Al2O3 – 50% ZrO2 36
Gambar IV.4. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%)
dan densitas (g/cm3) untuk sampel 40% Al2O3 – 60% ZrO2 36
x
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Gambar IV.6. Hubungan antara Suhu Sintering (0C) terhadap kekerasan (Hv)
untuk sampel: 70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40% ZrO2 ;
50% Al2O3-50% ZrO2 ; 40% Al2O3-60% ZrO2 38
Gambar IV. 8. Hubungan antara Suhu pemanasan (0C) terhadap ∆l/lo (%)
untuk sample 70% Al2O3-30% ZrO2 40
Gambar IV. 9 . Hubungan antara Suhu pemanasan (0C) terhadap ∆l/lo (%)
untuk sampel 60% Al2O3-40% ZrO2 41
Gambar IV. 10 . Hubungan antara Suhu pemanasan (0C) terhadap ∆l/lo (%)
untuk sampel 50% Al2O3-50% ZrO2 41
Gambar IV. 11. Hubungan antara Suhu pemanasan (0C) terhadap ∆l/lo (%)
untuk sampel 40% Al2O3-60% ZrO2 41
Gambar IV.12. Hasil analisis Diffrential Thermal Analysis (DTA) dari sampel hasil
campuran antara ZrOCl2.8H2O dengan CaCO3 setelah proses
pengeringan. 42
Gambar IV. 13. Pola difraksi sinar X sampel serbuk ZrO2 yang distabilisasi
dengan CaO dan telah dibakar pada suhu 12000C 43
Gambar IV. 14. Pola difraksi sinar X sampel keramik 70% Al2O3-30% ZrO2
dengan suhu sintering 15000C 44
Gambar IV. 15. Pola difraksi sinar X sampel keramik 60% Al2O3-40% ZrO2
dengan suhu sintering 16000C 45
Gambar IV. 16. Pola difraksi sinar X sampel keramik 50% Al2O3-50% ZrO2
dengan suhu sintering 16000C 46
Gambar IV. 17. Pola difraksi sinar X sampel keramik 40% Al2O3-60% ZrO2
dengan suhu sintering 16000C 47
Gambar IV. 18. Foto SEM untuk sampel keramik 70%Al2O3-30% ZrO2
dengan suhu sintering 15000C 48
Gambar IV. 19. Foto SEM untuk sampel keramik 60%Al2O3-40% ZrO2
dengan suhu sintering 16000C 48
xi
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Gambar IV. 20. Foto SEM untuk sampel keramik 50%Al2O3-50% ZrO2
dengan suhu sintering 16000C 48
Gambar IV. 21. Foto SEM untuk sampel keramik 40%Al2O3-60% ZrO2
dengan suhu sintering 16000C 49
xii
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
BAB I
PENDAHULUAN
Zirkonia (ZrO2 ) merupakan salah satu jenis dari keramik teknik yang aplikasinya
sangat luas baik dibidang mekanik /otomotif, elektrik dan refraktori. ZrO2 tergolong
material yang bersifat polimorfi yang memiliki tiga macam struktur kristal yaitu :
monoklinik, tetragonal, dan kubus. Monoklinik ZrO2 (m-ZrO2 ) tergolong tidak stabil
pada suhu 1000 – 11000 C, karena pada kisaran suhu tersebut terjadi transformasi fasa
volume (3-5%). Dampaknya akan terjadi keretakan mikro (micro crack), bila retak
Sedangkan kubik–ZrO2 (c- ZrO2) tergolong fasa yang paling stabil terhadap perubahan
suhu. ZrO2 murni umumnya memiliki struktur kristal monoklinik, untuk menstabilkan
Penstabil struktur kristal ZrO2 dapat dilakukandengan memberikan aditif, seperti CaO,
MgO, Y2O3, sehingga struktur kristalnya terdapat fasa stabil kubus ZrO2 dan sebagian
terdapat fasa tetragonal ZrO2. Keramik ZrO2 yang struktur kristalnya telah distabilkan
memiliki sifat-sifat : stabil terhadap segala perubahan suhu, memiliki kekerasan dan
kekuatan mekanik yang tinggi, ketahanan terhadap suhu cukup baik. Keramik semacam
ini akan sangat cocok sebagai komponen mekanik dan refraktori, tetapi kelemahannya
terletak pada sifat toughness, dan ketidakstabilan struktur kristalnya pada suhu tinggi.
oksida yang cukup handal dan kekuatan mekaniknya dan sifat toughness nya
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
2
sangat stabil struktur kristalnya terhadap perubahan suhu sampai mendekati titik
leburnya (19000). Untuk memperbaiki kelemahan keramik ZrO2 perlu memadukan dua
jenis keramik Al2O3 dan ZrO2 menjadi satu paduan keramik yang diharapkan memiliki
kekuatan yang lebih tinggi dan ketahanan terhadap perubahan suhu akan cendrung lebih
baik.
Sampai saat sekarang produk keramik ZrO2 maupun keramik alumina masih diimpor
baik dari Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika. Bahan baku zirkonia dan alumina
cukup banyak terdapat di alam Indonesia dalam bentuk pasir zircon, maupun mineral
bauksit yang selama ini mineral tersebut masih diekspor dan di Indonesia belum
termanfaatkan secara optimal untuk produk keramik teknik. Oleh karena itu perlu
untuk mengetahui pengaruh komposisi perbandingan ZrO2 / Al2O3 dan suhu sintering
terhadap karakterisasinya.
Keramik ZrO2 murni memiliki struktur kristal monoklinik, dan sangat tidak stabil untuk
aplikasi pada suhu tinggi diatas 10000 C, karena pada suhu tersebut akan mengalami
volum sehingga menimbulkan retak mikro. Oleh karena itu perlu dilakukan penstabilan
struktur kristal ZrO2 dengan aditif CaO, karena CaO merupakan salah satu aditif yang
paling murah.
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
3
Keramik ZrO2 yang telah distabilkan masih memiliki kelemahannya yaitu sifat kekuatan
mekanik, ketangguhan dan sifat ketahanan / kestabilan struktur kristalnya masih kurang.
Perlu dilakukan usaha perbaikan dari kelemahan tersebut dengan cara membuat keramik
paduan ZrO2 dan Al2O3. alumina ( α – Al2O3 ) tergolong material yang sangat stabil
pada suhu tinggi, sangat keras dan kekuatan mekaniknya cukup andal, beberapa
komposisi atau perbandingan antara ZrO2 dan Al2O3 dan variasi suhu sintering /
pembakaran.
sintering / pembakaran pada pembuatan keramik paduan antara ZrO2 dengan Al2O3
2. Pembuatan keramik paduan ZrO2 dengan Al2O3 dengan suhu sintering 12000C,
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
4
1.4 HIPOTESIS
Melalui proses penambahan CaO pada pembuatan keramik ZrO2 diharapkan dapat
terbentuk stabilisasi ZrO2 dengan struktur kristal kubik- ZrO2 pada suhu sekitar 1100 –
12000C. Variasi komposisi perbandingan Zirkonia (ZrO2) dan Alumina (Al2O3) dan
ekspansi).
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zirkonia (ZrO2 ) merupakan oksida logam yang memiliki sifat polimorfi yaitu tiga
macam struktur kristal antara lain : monoklinik, tetragonal, dan kubus. ZrO2 diperoleh
melalui proses permurnian pasir zircon (ZrSiO4) dimana pasir zircon banyak ditemukan
dialam bahan tambang. Zirkonia murni pada suhu kamar memiliki struktur kristal
monoklinik (m- ZrO2), dan bila terkena pemanasan sampai suhu 10000C–11000C akan
berubah struktur kristalnya menjadi tetragonal (t-ZrO2), jika didinginkan kembali pada
suhu ruang akan berubah kembali menjadi monoklinik (m-ZrO2). Jadi monoklinik (m-
ZrO2) dan tetragonal (t- ZrO2) tergolong memiliki sifat yang tidak stabil, selama terjadi
menimbulkan keretakan. Zirkonia yang paling stabil adalah dengan struktur kristal
kubik (c- ZrO2 ), fasa c- ZrO2 dapat terbentuk pada suhu yang sangat tinggi diatas titik
leburnya yaitu sekitar 26800C, fasa kubik (c-ZrO2) sangat stabil terhadap perubahan
suhu dari suhu kamar sampai titik leburnya. Pada Gambar 2.1 ditunjukkan diagram
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
6
Kelemahan material keramik ZrO2 yang hanya memiliki struktur kristal monoklinik
saja, atau tetragonal adalah tidak stabil bila terkena pemanasan sampai 11000C karena
mengakibatkan terjadinya retak mikro. Jika retak mikro itu menjalar akan menimbulkan
kerusakan material (failure). Oleh karena itu keramik ZrO2 dengan struktur kristal
monoklinik atau tetragonal hanya sesuai untuk aplikasi suhu rendah atau suhu ruang,
akan tetapi m- ZrO2 maupun t- ZrO2 memiliki kekuatan mekanik lebih tinggi dibanding
dengan c- ZrO2. Keramik ZrO2 agar dapat digunakan pada suhu tinggi perlu dilakukan
proses penstabilan sebagian dengan pembentukan fasa c-ZrO2 yang merupakan fasa
yang paling stabil terhadap perubahan suhu. Material keramik ZrO2 yang mengalami
proses penstabilan sebagian disebut keramik PSZ (partialy stabilized zirkonia), dimana
keramik PSZ disamping memiliki struktur kristal monoklinik atau tetragonal juga
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
7
terdapat struktur kristal kubik. Karena fasa c-ZrO2 dapat meredam penjalaran retak
Ada beberapa macam tipe keramik zirkonia yang tergantung dari struktur kristalnya
yaitu keramik PSZ (partialy stabilized zirkonia), keramik TZP (tetragonal zirkonia
polycrystalline), dan keramik FSZ (fully stabilized zirkonia). Keramik PSZ dan TZP
umumnya digunakan sebagai komponen mekanik (cutting tools, bio ceramic, dan bahan
refraktori) karena kedua jenis keramik ketahanan terhadap suhu tinggi, tahan korosi dan
memiliki kekerasan yang sangat tinggi, serta kekuatan mekanik yang tinggi. (Gernot,
memiliki konduktifitas listrik yang tinggi, tetapi sifat mekaniknya jauh lebih rendah
Bio-Ceramic
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
8
Senyawa alumina ( Al2O3 ) bersifat polimorfi yaitu diantaranya memiliki struktur alpa
(α)–Al2O3 dan gamma (γ)–Al2O3. Bentuk struktur yang lain misalnya beta (β)- Al2O3
adalah alumina tidak murni yang merupakan paduan antara Al2O3-Na2O dengan
formula Na2O.11 Al2O3 [Worral, 1986]. Alpa (α)–Al2O3 merupakan bentuk struktur
yang paling stabil sampai suhu tinggi dan memiliki nama lain yaitu korundum. Struktur
dasar kristal korudum adalah tumpukan padat heksagonal (Hexagonal Closed Paked –
HCP) [Worral, 1986, Walter, 1970]. Kationnya (Al3+) menempati 2/3 bagian dari
sisipan oktohedral, sedangkan anionnya (O2-) menepati posisi HCP. Bilangan koordinasi
dari struktur korudum adalah 6, maka tiap ion Al3+ dikelilingi oleh 6 ion O2-, dan tiap
ion O2- dikelilingi oleh 4 ion Al3+ untuk mencapai muatan yang netral [Worral, 1986].
Bentuk struktur kristal korudum ditunjukan pada Gambar II.1. Struktur gamma (γ)–
Al2O3 menyerupai struktur dasar spinel yaitu A3B6C12 atau AB2O4, dengan A dan B
masing-masing adalah kation valensi dua dan tiga. Struktur gamma (γ)–Al2O3 jika
dinyatakan dalam bentuk formula spinel adalah Al8O12, dan bila dibandingkan dengan
formulasi spinel A3B8O12, maka gamma (γ)–Al2O3 hanya memiliki 8 kation sedangkan
pada spinel total kationya harus 9. jadi pada struktur kristal gamma (γ)–Al2O3
kekurangan satu kation dan hal ini merupakan bentuk cacat struktur (vacancy defect)
pada kristal tersebut [Walter, 1970]. Struktur gamma (γ)–Al2O3 merupakan senyawa
alumina yang stabil dibawa 10000C dan umumnya lebih reaktif dibangdingkan dengan
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
9
Senyawa alumina secara komersial dihasilkan melalui proses ekstraksi (bayer process)
dari bahan alam yaitu mineral bauxit. Mineral tersebut mengandung Al2O3 bervariasi
pada kisaran 40-60% berat dan sisanya berupa bahan ikutan misalnya : SiO2, Fe2O3, dan
TiO2 [Walter, 1970]. Proses ekstraksi mineral bauxit dilakukan pada suhu 160-1700C
dan tekanan 0,4 Mpa dengan menggunakan larutan NaOH [Worral, 1986, Walter,
1970]. Dari hasil proses tersebut diperoleh senyawa Al(OH)3 yang sudah bebas dari
bahan ikutannya. Selanjutnya melalui proses perlakuan panas / kalsinasi akan diperoleh
Al2O3 dengan struktur korundum atau alpa alumina (α–Al2O3) tergantung suhu
kalsinasi [Worral, 1986, Walter H, 1970]. Sumber bahan baku alumina berasal dari
bauxit yang merupakan bahan alam yang banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
Melalui proses ekstraksi bauxit dapat diperoleh senyawa alumina hidroksida Al(OH)3,
apabila Al(OH)3 diberikan perlakuan termal sampai suhu 700-8000C akan menjadi γ–
Al2O3, dan struktur alumina ini akan berubah menjadi α – Al2O3 pada suhu sekitar 1000
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
10
– 11000C. α–Al2O3 merupakan struktur yang paling stabil terhadap perubahan suhu, dan
antara lain titik lebur sekitar 20500C, sangat keras, kekutan mekanik yang tinggi dan
sifat isolator listrik. Kegunaan keramik alumina sangat luas, misalnya sebagai
keramik tergantung pada jenis keramik yang akan dibuat, bidang aplikasinya dan sifat-
parameter yang berbeda dengan pembuatan keramik teknik. Karena pada keramik
tradisional hanya memerlukan bahan baku alam dengan kemurnian yang tidak perlu
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
11
tinggi, sedangkan untuk pembuatan keramik teknik diperlukan bahan baku dengan
kemurnian tinggi serta terkontrol agar diperoleh sifat-sifat bahan yang diinginkan sesuai
dengan aplikasinya.
Pada proses preparasi serbuk beberapa faktor yang menentukan sifat produk keramik
adalah : kemurnian bahan, homogenitas, dan kehalusan serbuk. Teknik preparasi serbuk
keramik yang digunakan adalah teknik kimia basah/larutan. Proses ini dilakukan
homogenitas yang lebih tinggi. Metode ini dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
metode desolvent dan metode presipitasi. Metode desolvent dilakukan dengan cara
mencampurkan beberapa sistem larutan kemudian diubah menjadi serbuk dengan cara
kationnya [Reed, 1988, Yoshitaka, 1989]. Contoh dari metode ini antara lain : freeze
drying, liquid drying dan spray drying [Mazdlyasnl, 1982]. Metode presipitasi adalah
proses pemisahan bahan terlarut (solute) dari larutan dengan cara pengendapan. Untuk
mengubah endapan menjadi serbuk dilakukan proses pemanasan atau kalsinasi. Contoh
dari metode ini antara lain : coopresipitasi, sol gel [Reynen, 1986].
Proses pembentukan bahan keramik dibedakan menurut keadaan massa yang akan
dibentuk (massa cair, massa kental, massa plastik, massa setengah kering dan massa
kering).
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
12
Berdasarkan keadaan massa bahan maka teknik pembentukan atau pencetakan dapat
dibedakan menjadi :
5. Tape casting
Dalam penelitian ini dipakai adalah proses cetak kering dengan menggunakan metode
Sintering merupakan salah satu langkah pada proses produksi keramik, dimana kualitas
suatu produk keramik sangat ditentukan sekali pada tahap ini. Sintering adalah suatu
proses pembakaran keramik setelah melalui proses pencetakan sehingga diperoleh suatu
produk keramik yang kuat dan lebih padat. Suhu pembakaran pada proses sintering
sangat tergantung sekali dengan jenis bahan keramik, umumnya disekitar 80-90% dari
titik lebur campuran bahan baku yang digunakan. Selama berlangsungnya proses
sintering akan terjadi pengurangan pori, penyusutan dan perubahan ukuran butir.
Terjadinya pengurangan pori dan pertumbuhan butir (grain growth) selama proses
sintering akibat proses difusi diantara butir. Jenis proses difusi akan memberikan efek
terhadap perubahan sifat-sifat fisis yaitu perubahan densitas, porositas, penyusutan dan
disebabkan karena adanya difusi volum dan difusi batas butir. Akibatnya material
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
13
keramik yang setelah mengalami proses sintering akan semakin padat. Faktor-faktor
yang menentukan proses dan mekanisme sintering antara lain : jenis bahan, komposisi,
bahan pengotornya dan ukuran partikel. Menurut Reynen, 1979 dan Ristic, 1989 proses
2. Adanya sumber energi yang dapat mengaktifkan transfer materi, energi tersebut
digunakan untuk menggerakan butiran hingga terjadi kontak dan ikatan yang
sempurna.
Energi untuk menggerakan proses sintering disebut gaya dorong (driving force) yang
ada hubungannya dengan energi permukaan butiran (γ). Gaya dorong tersebut dapat
diilustrasikan dari dua buah bola yang berukuran sama yang saling kontak dengan
ukuran kontak x seperti ditunjukan pada Gambar 2.3. Gaya dorong (σ) untuk terjadinya
kontak tersebut dapat bersifat tekan bila lekukan kontak (neck) tersebut cembung dan
bersifat tarik bila lekukan kontak (neck) tersebut cekung [Ristic, 1989].
Gambar 2.3. Model Dua Bola Saling Kontak Dengan Pembentukan Leher
Kontak (neck) [Ristic, 1989].
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
14
γ
σ= ........................................... 2.1
x
Gaya dorong tersebut diperoleh melalui pemberian energi yang dalam hal ini berupa
pemberian panas dari luar pada suatu proses pembakaran. Energi permukaan partikel (γ)
persatuan volum berbanding terbalik dengan ukuran partikel [Ristic, 1989, William,
1991]. Berarti proses sintering dari partikel-partikel halus akan lebih cepat
Proses perpindahan materi (difusi) selama proses sintering ditunjukkan pada Gambar
II.4. ada beberapa mekanisme difusi selama proses sintering yaitu [Ristic, 1989,
William, 1991] : difusi volum, difusi permukaan, difusi batas butir dan difusi secara
penguapan dan kondensasi. Tiap-tiap mekanisme difusi tersebut akan memberikan efek
terhadap perubahan sifat fisis bahan setelah sintering antara lain perubahan : densitas,
(1) Difusi permukaan (2),(5),(6) difusi volume (3) penguapan kondensasi (4)
difusi batas butir ( grain boundary diffusion)
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
15
Beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi proses sintering
material keramik adalah : Porositas, densitas, sifat listrik, kekuatan mekanik, dan ukuran
butir. Hubungan antara parameter tersebut terhadap suhu sintering untuk keramik secara
Gambar 2.5. Hubungan Suhu Sintering Terhadap Perubahan Sifat –Sifat Material
Keterangan : (1) Porositas, (2) Densitas, (3) Sifat listrik, (4) Kekuatan Mekanik, (5)
Ukuran butir (grain Size) [Ristic, 1987]
Pengaruh suhu sintering terhadap perubahan densitas dan porositas saling berlawanan,
suhu sintering semakin tinggi maka densitas, kekuatan mekanik dan ukuran butir
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
16
Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu bahan keramik maka perlu
dilakukan suatu pengujian atau analisa. Beberapa jenis pengujian / analisa yang dibahas
untuk keperluan penelitian ini antara lain : analisis struktur mikro yaitu XRD,SEM,
analisis termal, serta pengukuran sifat-sifat fisis, sifat mekanik dan sifat termal
Analisis termal untuk material keramik yang sering digunakan adalah analisis dengan
perubahan material sebagai fungsi suhu. Perubahan tersebut berupa adanya pelepasan
pelepasan panas tersebut merupakan suatu tanda adanya peristiwa yang terjadi pada
proses pelepasan air atau zat-zat yang menguap lainnya, proses oksidasi/reduksi, dan
Prinsip dari analisis ini adalah mengukur perubahan suhu (∆T) antara suhu sampel
dengan suhu acuan (reference), dan sebagai bahan acuan adalah material yang stabil
(inert) terhadap perubahan suhu dan lingkungan atmosfer, misalnya serbuk korundum
[Speyer, 1994]. Bila dalam pengamatan ternyata suhu bahan acuan lebih tinggi daripada
suhu sampel maka diperoleh perubahan suhu (∆T) negatif atau terjadi perubahan
endotermis, dan sebaliknya akan diperoleh perubahan suhu (∆T) positif atau terjadi
perubahan eksotermis. Bila ∆T diplotkan dengan suhu pengukuran (T) maka akan
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
17
diperoleh termogram. Bila suhu sampel dengan suhu acuan sama berarti tidak terjadi
perubahan, dalam hal ini hanya ditunjukan berupa garis lurus (base line) [Gallagher,
1991].
Kristal yaitu zat padat yang terdiri dari atom-atom yang teratur dalam pola periodik
pada ruang tiga dimensi. Seluruh pembagian antara kristal dapat dikategorikan ke dalam
tujuh sistem kristal yaitu ; triclinik, monoklinik, ortorombic, tetragonal, kubic, trigonal
Dalam struktur kristal terdapat berbagai bidang yang paling sejajar dan membuat arak
ketiga rusuknya, untuk membedakan antara satu bidang dengan bidang lain, maka setiap
bidang diberi indeksnya dengan notasi (hkl) yang disebut dengan indeks Miller.
Kubik a = b =c α = β = γ = 900
Rombhohedral a = b =c α = β = γ ≠ 900
Tetragonal a = b ≠c α = β = γ = 900
Triclinic a ≠ b ≠c α ≠ β ≠ γ ≠ 900
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
18
Untuk analisis struktur kristal dari suatu material keramik dapat dilakukan dengan
memiliki panjang gelombang mendekati jarak antar atom pada kristal. Karena kristal
terdiri atas susunan atom-atom yang teratur, maka kristal akan mampu mendifraksikan
sinar-X yang melaluinya. Berkas sinar-X monokromatis yang jatuh pada suatu
permukaan kristal akan didifraksi kesegala arah, tetapi karena keteraturan letak atom-
atom kristal pada arah tertentu gelombang hambur itu akan berinterferensi konstruktif
dan berinterferensi destruktif [Lawrence, 1989, Chan, 1992]. Gambar berkas sinar yang
λ
A λ C
A' C'
A" C"
B
B'
θ d
B"
dsi nθ
nθ dsi
Pada Gambar 2.6 diatas, terlihat bahwa suatu berkas sinar-X yang panjang
gelombangnya λ, jatuh pada kristal dengan sudut θ terhadap permukaan bidang Bragg
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
19
jarak antaranya d. Seberkas sinar mengenai atom A pada bidang pertama dan atom B
tersebut dalam arah rambang. Interferensi konstruktif hanya terjadi antara sinar
terhambur yang sejajar dan beda jarak jalannya λ, 2λ, 3λ, dan seterusnya. Jadi beda
jarak jalan harus nλ, dengan n menyatakan bilangan bulat. Berkas sinar yang
dihamburkan oleh D dan B yang memenuhi ialah bertanda I dan II. Dari gambar 5
diperoleh :
AB = BC = d sin θ
DB = d
Menurut syarat terjadinya difraksi, beda lintasan merupakan kelipatan bilangan bulat
dari panjang gelombang, sehingga hal tersebut dirumuskan W.L. Bragg sebagai :
Rumus diatas dikenal dengan Hukum Bragg. Bilangan bulat n menyatakan orde berkas
dimiliki zat padat (volum kosong) dengan jumlah volum yang ditempati zat padat.
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
20
Adanya volum kosong yang disebut pori menjelaskan bahwa didalam keramik terjadi
V1
Porositas = ............................ II.3
(V1 + V2 )
Pada prakteknya perumusan diatas sulit dilakukan karena tidak mudah untuk mengukur
volum kosong yang terdapat pada zat padat, oleh sebab itu pengukuran porositas
W 2 −W 1
Porositas = x 100% ................................ 2.4
W 2 −W 3
dengan :
adalah ρ = m/v. Bulk density dapat diukur dengan menggunakan prinsip Archimedes.
Wk
Bulk Density ( ρ ) = x ρ air ....................... 2.5
Wb −Wt
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
21
dengan :
Material keramik sebagian besar memiliki ikatan kovalen yang kuat sehingga pada suhu
ruang, keramik bersifat rapuh (brittle) serta kekuatan tekannya jauh lebih kuat yaitu 8
sampai 20 kali dari kekuatan tariknya [Jushiro, 1991]. Walaupun kekuatan tarik
merupakan salah satu sifat mekanik yang penting pada suatu material, ternyata dalam
pengujian kekuatan tarik untuk keramik jarang sekali dilakukan, hal ini disebabkan
keramik bersifat rapuh sehingga sulit untuk memberikan tegangan tarik yang murni.
Evaluasi sifat mekanik untuk material keramik dilakukan pengujian kekuatan patah
(bending strength) atau sering disebut Modulus of Rupture (MOR) yang menyatakan
ukuran ketahanan bahan terhadap tekanan mekanis dan tekanan panas (thermal stress).
metode tiga titik tumpu (triple point bending). Nilai kekuatan patah dapat ditentukan
3PL
kekua tan patah = …………………………………………… 2.6
2bd 2
dengan :
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
22
permukaannya. Terdapat tiga jenis pengukuran kekerasan yang tergantung pada cara
Hal yang paling penting dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar
kekerasan yang dimiliki oleh bahan sesuai dengan persentase pencampuran % beratnya.
Semakin besar nilai kekerasan yang dimiliki oleh suatu bahan maka semakin tangguh
bahan tersebut untuk menahan atas apa yang ditahannya. Jenis kekerasan yang dipakai
dalam penelitian ini adalah kekerasan Vickers. Nilai kekerasan Vickers didefinisikan
sebagai beban dibagi dengan luas permukaan lekukan. Diagonal jejak terbentuk dari
penekan indentor pada permukaan cuplikan yang diamati melalui mikroskop piramid
⎛θ ⎞
2 PSin⎜ ⎟
HV = ⎝2⎠
2
D
P
HV = 1,854 …………………………. 2. 7
D2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
23
Uji kekerasan Vickers dilakukan dengan menggunakan indentor piramid intan yang
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Sifat dari uji ini ditentukan oleh unsur, jenis,
perbandingan atom dan komposisi pembentukan bahan. Dalam penelitian ini digunakan
Uji ketangguhan (toughness) dilakukan dengan metode indentation fracture pada alat
yang sama dengan uji kekerasan, bedanya yang diukur adalah panjang retak C. besarnya
0,016 P
Kic = ( E / Hv)1 / 2 ……………………………….. 2. 8
C 2/3
dengan :
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
24
Pada umumnya material bila dipanaskan atau didinginkan akan mengalami perubahan
panjang atau volum secara bolak balik (reversible), sepanjang material tersebut tidak
mengalami kerusakan yang permanen. Sifat ekspansi termal suatu bahan keramik sangat
penting karena ada kaitannya dengan aplikasi, pemilihan bahan untuk suatu proses
Perubahan panjang relatif terhadap panjang awal sampel yang berhubungan dengan
temperatur (T) disebut sebagai koefisien termal ekspansi. Dengan kata lain koefisien
ekspansi termal dapat didefenisikan sebagai perubahan panjang relatif terhadap panjang
awal sampel yang berhubungan dengan suhu (T) yang dapat ditulis dengan persamaan :
Lt − L0 ∆L
α= = ........................... 2.9
L0 (T − T0 ) L0 ∆Tx100
dimana :
Analisis mikrostruktur untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari butir-butir serta
mengetahui interaksi satu butir dengan butir lainnya. Melalui observasi dengan SEM
dapat diamati seberapa jauh ikatan butiran yang satu dengan yang lainnya dan apakah
terbentuk lapisan diantara butiran atau disebut grain boundary. Analisis mikrostruktur
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
25
setelah proses sintering, dan juga dapat diketahui perubahannya akibat variasi suhu
sintering. Dari foto SEM yang dihasilkan dapat diketahui apakah terjadi pembesaran
butiran atau grain growth, sejauh mana pori-pori sisa yang terbentuk di dalam badan
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
d. Aquadest
a. Magnetic Stirrer
d. Oven Pengering
g. Microhaardness Tester
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
27
Pada penelitian variabel-variabel yang digunakan antara lain komposisi zirkonia 30%
ZrO2, 40% ZrO2, 50% ZrO2, 60% ZrO2; komposisi alumina 70% Al2O3, 60% Al2O3,
50% Al2O3, 40% Al2O3 dan variasi suhu sintering : 12000C, 13000C, 14000C, 15000C
dan 16000C, sedangkan parameter yang digunakan antara lain : porositas / densitas,
Tahapan preparasi serbuk keramik stabilized ZrO2 : 22% mole CaO dan 78% mole ZrO2
PENCAMPURAN
Dengan Magnetic Stirrer
PENGENDAPAN
PENGERINGAN (1100C)
PEMBAKARAN
SERBUK KERAMIK
stabilized ZrO2
Gambar 3.1 Diagram Tahapan Preparasi serbuk keramik stabilized ZrO2 : 22%
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
28
SERBUK KERAMIK
stabilized ZrO2
PENGHALUSAN
DAN
PENGAYAKAN 400 mesh
SERBUK Al2O3
PENCAMPURAN
PENGERINGAN
PENCETAKAN
DENGAN
CETAK TEKAN
SINTERING
KARAKTERISASI
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
29
3.5.1 Pengeringan
Bahan baku yang digunakan baik untuk preparasi serbuk zirkonia yang distabilkan
dengan aditif CaO maupun pembentukan sampel pada tahapan proses sintering
dicampur kemudian dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 1100C selama ± 20
jam.
Bahan yang telah kering dimasukkan ke dalam mortat agregate untuk dihaluskan dan
diayak untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil dan seragam digunakan ayakan 400
mesh.
3.5.3 Pembakaran
Proses pembakaran bahan bertujuan untuk memadatkan butiran sehingga butiran yang
akan dihasilkan padat dan kuat. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan tungku
suhu tinggi dengan suhu pembakaran 12000C, 13000C, 14000C, 15000C, dan 16000C.
mengacu pada standar ASTM C. 373 – 72. Prosedur kerja untuk menentukan besarnya
a. pellet yang telah disinter direbus selama 10 jam, permukaannya dikeringkan dan
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
30
c. tuangkan air kira-kira ¾ dari volum beker gelas dan letakkan tiang penyangga
d. pellet diikatkan dengan kawat penggantung dan timbang massanya (W3), dimana
e. pellet dikeringkan didalam oven pada suhu 100oC, selama 12 jam dan timbang
massanya (W1).
Melalui persamaan (2.5) besarnya nilai bulk density dapat ditentukan. Dengan cara yang
sama seperti pengukuran densitas dan menerapkan persamaan (2.4) maka besarnya nilai
Universal Testing Machine (UTM). Prosedur pengujian mengacu pada standar ASTM
C. 773-79 dan besarnya kekuatan patah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
a. Dimensi sampel (lebar, b dan tinggi, d serta jarak antara kedua titik tumpu, L)
penekan) kemudian set jarum penunjuk gaya yang akan diberikan (P) pada
c. Atur posisi return speed kearah preset dan tekan tombel power ke posisi ON
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
31
d. Arahkan tombol direction ke posisi down/ bawah maka secara otomatis bagian
penekan akan bergerak maju hingga benda uji patah. Catat besarnya gaya pada
Pengukuran kekerasan (Vickers Hardness) (Hv) dan Fracture toughness (Kic) dari
sampel keramik dilakukan dengan menggunakan Micro Hardness Tester, tipe MXT-50
machine dan bahan polesnya (amplas dan serbuk alumina) dari ukuran mm
hingga orde micron. Untuk permukaan yang telah halus ditandai dengan
b. Letakkan benda uji pada dudukannnya dan pastikan benar-benar sudah stabil.
c. Tekan tombol power maka lampu power nyala dan set besarnya beban yang
d. Tekan tombol identor maka penekan akan bekerja secara otomatis. Catatlah
panjang diagonal jejak indentor (D) dari hasil penekanan tersebut (berbentuk
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
32
Pengukuran koefisien ekspansi termal dilakukan dengan alat Dilatometer Harrop Model
TD-712 dengan rentang suhu pengukuran ditentukan mulai suhu ruang sampai suhu
3. Menekan tombol power dan tombol hold hingga lampu hold menyala.
4. Tekan upper temperature dengan mengatur tombol upper dan tetapkan rate
5. Atur suhu pembacaan awal mencapai 300C dengan menekan tombol slow dan
6. Tentukan skala range yang diinginkan, letakkan pen recorder dan kertas
keposisinya.
7. Atur posisi pen ke posisi up (atas) dan down (bawah) dengan mengatur skala
8. Apabila posisi pen sudah tepat dan stabil, arahkan tuas pen recorder keposisi
9. Tekan tombol power pada furnace ke posisi ON, artinya furnace sudah mulai
bekerja dan cacat suhu yang ditunjukkan pada paparan untuk interval kenaikan
suhu tertentu.
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
33
Hasil yang diperoleh berupa grafik hubungan antara suhu T dan % perubahan panjang.
Dari data yang diperoleh kemudian dihitung kemiringan (slop) grafik terhadap suhu
(2.9).
Sinar – X adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik, dipancarkan dari tabung sinar-X
sesuai ketentuan hukum Bragg. Sudut difraksi 2θ dan intensitas yang diperoleh
disesuaikan dengan kartu hanawalt, kartu ini disebut Joint Committee of Powder
berikut :
1. (A) adalah generator tegangan tinggi yang berfungsi sebagai catu daya sumber
sinar-X.
3. Sinar-X dari sumber (B) dipantulkan oleh sampel menjadi berkas sinar
4. (D) dan (F) dihubungkan secara mekanis. Jika F berputar sebesar 2θ maka D
5. Intensitas difraksi sinar-X yang masuk dalam alat pencacah (F) dikonversikan
dengan alat kalibrasi (G) dalam signal tegangan yang sesuai dan direkam oleh
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
34
Analisis struktur mikro dari suatu bahan dapat dilakukan dengan menggunakan SEM.
1. Sampel yang akan dianalisa dengan SEM harus dipoles dengan diamond paste
mulai dari ukuran yang paling kasar hingga 0.25 µm, dimana permukaannya
alkohol.
3. pelapisan permukaan sampel dengan bahan emas dan selanjutnya difoto bagian-
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
BAB IV
nilai porositas dan densitas dapat diperoleh. Dari hasil pengukuran porositas dan
densitas setiap sampel dengan komposisi 70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40%
ZrO2 ; 50% Al2O3-50% ZrO2 dan 40% Al2O3-60% ZrO2 menunjukan bahwa semakin
tinggi suhu sintering, nilai densitas (bulk density) cenderung meningkat, karena selama
proses sintering berlangsung terjadi proses difusi, dan suhu sintering ditingkatkan dapat
berkurang atau tereliminir semakin banyak (Ristic,1990). Hal ini terjadi penyusutan
yang semakin besar dengan naiknya suhu sintering. Sedangkan densitas merupakan
perbandingan massa dengan volum benda, dimana setelah proses sintering terjadi
cenderung meningkat. Ini dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4 sebagai
berikut.
2.92 2.98 45
Densitas, g/cm
Densitas
Porositas, %
70%Al2O3-30%ZrO2 30
1.5
17.65
15
0.5
1.12 0.27
-0.5 0
1200 1300 1400 1500 1600
o
Suhu sintering, C
Gambar 4.1. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%) dan densitas
(g/cm3) untuk sampel 70% Al2O3 – 30% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
36
3
3.07
Densitas, g/cm
Porositas, %
Densitas
2.5 Porositas
30
20.35
60%Al2O3-40%ZrO2
1.5 20
11.18
0.5 10
0.77 0.2
-0.5 0
1200 1300 1400 1500 1600
o
Suhu sintering, C
Gambar 4.2. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%) dan densitas
(g/cm3) untuk sampel 60% Al2O3 – 40% ZrO2
Porositas, %
3.09 35.4 Densitas
40
2.5
Porositas
30
1.5 50%Al 2O3-50%ZrO2
20
12.8
0.5 9.87
10
4.75
-0.5 0
1200 1300 1400 1500 1600
o
Suhu sintering, C
Gambar 4.3. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%) dan densitas
(g/cm3) untuk sampel 50% Al2O3 – 50% ZrO2
42.61
Densitas, g/cm
3.5 Densitas
Porositas, %
Porositas 40
3.23
3.09 40%Al2O3-60%ZrO2
2.5 30
16.41 14.37 20
1.5
12.67
10
0.5 0
1200 1300 1400 1500 1600
o
Suhu sintering, C
Gambar 4.4. Hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap porositas (%) dan densitas
(g/cm3) untuk sampel 40% Al2O3 – 60% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
37
Dari data pengukuran densitas dapat terlihat pada pada suhu sintering 12000C, 13000C,
14000C, 15000C dan 16000C untuk setiap sampel keramik paduan dengan komposisi
70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40% ZrO2 ; 50% Al2O3-50% ZrO2 dan 40% Al2O3-
60% ZrO2 didapat nilai densitas berkisar antara 2,93 g/cm3 sampai dengan 4,24 g/cm3
ini menunjukan bahwa nilai densitas yang kita peroleh sesuai atau mendekati nilai
densitas secara teori baik untuk alumina (Al2O3) sebesar 3,9 g/cm3 untuk kemurnian
Dari hasil pengukuran kekuatan patah (Bending Strength) untuk sampel 70% Al2O3-
30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40% ZrO2 ; 50% Al2O3-50% ZrO2 ; 40% Al2O3-60% rOZ2 yang
diperoleh dapat terlihat bahwa semakin tinggi suhu sintering yang digunakan maka akan
semakin besar pula nilai bending strength yang diperoleh ini dapat dilihat pada gambar
4. 5.
2500
70%Al2O3-30%ZrO2 60%Al2O3-40%ZrO2
2
Bending strength, kgf/cm
50%Al2O3-50%ZrO2 40%Al2O3-60%ZrO2
referensi
2000
1500
1000
0
1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700
o
Suhu sintering, C
Gambar 4. 5. Hubungan antara suhu Sintering (0C) terhadap Bending Strength (kgf/cm
) untuk sampel 70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40% ZrO2 ; 50%
Al2O3-50% ZrO2 ; 40% Al2O3-60% rOZ2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
38
Dari Gambar 4.5 ini dapat dilihat batas minimal bending strength secara teori untuk
suhu sintering 12000C adalah 180 kgf/cm2 sedangkan hasil yang diperoleh untuk suhu
minimal 12000C diperoleh nilai bending strengthnya diantara 433,88 kgf/cm2 sampai
dengan 594,01 kgf/cm2. Hal ini menunjukan bahwa keramik paduan yang dibuat untuk
setiap sampel dengan komposisi ini mengalami peningkatan nilai bending strengthnya
yang berarti ketangguhanya lebih baik. Ini dapat juga dilihat untuk setiap sampel
keramik semakin tinggi suhu sintering maka kekuatan patahnya (bending strength) juga
4.3. KEKERASAN
Hubungan antara suhu sintering terhadap kekerasan pada keramik paduan alumina
(Al2O3) dan zirkonia (ZrO2) untuk setiap sampel 70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-
40% ZrO2 ; 50% Al2O3-50% ZrO2 ; 40% Al2O3-60% ZrO2, ditunjukkan pada Gambar
4.6.
1600
Kekerasan, Hv (kgf/mm 2)
70%Al2O3-30%ZrO2
60%Al2O3-40%ZrO2
1400
50%Al2O3-50%ZrO2
40%Al2O3-60%ZrO2 1250 (Al2O3)
1200 literatur
1000
800
600
1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700
o
Suhu sintering, C
Gambar 4.6. Hubungan antara Suhu Sintering (0C) terhadap kekerasan (Hv) untuk
sampel: 70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40% ZrO2 ; 50% Al2O3-
50% ZrO2 ; 40% Al2O3-60% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
39
Terlihat bahwa nilai kekerasan untuk setiap sampel mengalami kenaikan seiring dengan
kenaikan suhu sintering. Pada suhu sintering 12000C untuk setiap sampel keramik
diantara 772,45 kgf/mm2 sampai dengan 805,63 kgf/mm2. Hal ini menunjukan untuk
suhu sintering 12000C nilai kekerasan sampel keramik cenderung sama. Untuk suhu
sintering maksimum nilai kekerasan setiap sampel keramik diantara 1077,02 kgf/mm2
sampai dengan 1501,22 kgf/mm2. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kekerasan keramik
paduan alumina dan zirkonia berbanding lurus terhadap temperatur, dimana erat
kaitannya dengan proses dinamis butiran selama sintering dilakukan, sehingga terjadi
Ketangguhan (fracture toughness) dari sampel keramik paduan alumina dan Zirkonia
dapat diukur dengan menggunakan microhardness tester. Dari hasil pengukuran yang
dilakukan diperoleh hubungan antara suhu sintering (0C) terhadap fracture toughness
2.2
Fracture toughness, Kic (MPam 1/2)
70%Al2O3-30%ZrO3
60%Al2O3-40%ZrO2
2.1
50%Al2O3-50%ZrO2
40%Al2O3-60%ZrO2
2
1.9
1.8
1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700
o
Suhu sintering, C
Gambar 4.7. Hubungan antara Suhu Sintering (0C) terhadap Fracture toughness
(Kic(Mpa m1/2)) untuk sampel : 70% Al2O3-30% ZrO2 ; 60% Al2O3-40%
ZrO2 ; 50% Al2O3-50% ZrO2 ; 40% Al2O3-60% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
40
Dimana untuk sampel : 70% Al2O3-30% ZrO2 diperoleh fracture toughness sebesar
1,841 MPa.m-1/2 – 2,105 MPa.m-1/2; 60% Al2O3-40% ZrO2 diperoleh fracture toughness
sebesar 1,858 MPa.m-1/2 – 2,128 MPa.m-1/2; 50% Al2O3-50% ZrO2 diperoleh fracture
diperoleh fracture toughness sebesar 1,854 MPa.m-1/2 – 1,981 MPa.m-1/2, terlihat bahwa
semakin tinggi suhu sintering maka nilai fracture toughnessnya semakin besar dan
kenaikannya linier. Secara keseluruhan besar nilai fracture toughness yang diperoleh
Sifat termal bahan sangat berhubungan dengan daya tahan bahan tersebut terhadap
perubahan panas. Menurut literatur nilai koefisien ekspansi termal untuk bahan keramik
zirkonia sebesar 9,7 x 10-6/0C, sedangkan untuk keramik alumina besar koefisien
0 .6
70%A l2O3 - 30% Z r O2 , 1 500 o C
0 .2
-0 .2
0 200 400 600 800
S uhu pe m a na s a n, o C
Gambar 4. 8. Hubungan Antara Suhu Pemanasan (0C) terhadap ∆l/lo (%) untuk sampel
70% Al2O3-30% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
41
0.6
y = 0.0008x - 0.0772
l/lo, %
0.2
- 0.2
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Su h u p e m an as an , o C
Gambar 4. 9 . Hubungan Antara Suhu Pemanasan (0C) terhadap ∆l/lo (%) Untuk Sampel
60% Al2O3-40% ZrO2
0.5
y = 0.0007x - 0.0719
0.4
50%AL2O3-50%ZrO2, 1600oC
0.3
L/LO, %
0.2
0.1
-0.1
0 100 200 300 400 500 600 700 800
o
Suhu pemanasan, C
Gambar 4. 10 . Hubungan Antara Suhu Pemanasan (0C) Terhadap ∆l/Lo (%) Untuk
Sampel 50% Al2O3-50% ZrO2
0.6
y = 0.0008x - 0.0737
0.5
40%Al2O3-60%ZrO2, 1600oC
0.4
l/lo, %
0.3
0.2
0.1
-0.1
0 100 200 300 400 500 600 700 800
o
Suhu pemanasan, C
Gambar 4. 11. Hubungan Antara Suhu Pemanasan (0C) Terhadap ∆l/Lo (%) Untuk
Sampel 40% Al2O3-60% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
42
Diperoleh data untuk setiap sampel : 70% Al2O3-30%ZrO2 suhu sintering 15000C nilai
koefisien ekspansi termal sebesar 8,7 x 10-6/0C; 60% Al2O3-40%ZrO2 suhu sintering
16000C nilai koefisien ekspansi termal sebesar 8,7 x 10-6/0C; 50% Al2O3-50%ZrO2
suhu sintering 16000C nilai koefisien ekspansi termal sebesar 7,7 x 10-6/0C; dan 40%
Al2O3-60%ZrO2 suhu sintering 16000C nilai koefisien ekspansi termal sebesar 8,36 x
10-6/0C.
Analisis hasil Diffrential Thermal Analysis (DTA) dari sampel hasil campuran antara
4.12.
Gambar 4.12. Hasil DTA Dari Sampel Hasil Campuran Antara ZrOCl2.8H2O Dengan
CaCO3 Setelah Proses Pengeringan.
Tujuan dilakukan analisis DTA untuk mengetahui suhu pembakaran agar dapat
terbentuk serbuk keramik stabilized ZrO2. Dari kurva DTA tersebut terdapat tiga
puncak yaitu dua puncak endotermis dan satu puncak eksotermis. Puncak endotermis
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
43
pertama yaitu pada suhu 1300C, dimana pada suhu tersebut telah terjadi proses
pelepasan air yang membutuhkan energi sehingga pada puncak ini dinamakan puncak
endotermis. Puncak endotermis kedua pada suhu 9000C merupakan peristiwa terjadinya
pembentukkan oksida-oksida : ZrO2 dan CaO yang juga memerlukan energi dalam
pada suhu 11900C, menunjukkan pada suhu tersebut terjadi proses perubahan struktur
kristal ZrO2 dimana atom-atom Ca sebagai aditif masuk kestruktur ZrO2 sehingga
terjadi proses stabilisasi dari kristal ZrO2, pada peristiwa stabilisasi tidak ada lagi energi
yang dibutuhkan bahkan melepaskan energi. Jadi berdasarkan kurva DTA tersebut,
maka diperoleh suhu pembakaran untuk serbuk keramik stabilized ZrO2 adalah pada
suhu 12000C.
Pola difraksi sinar-X sampel serbuk ZrO2 yang distabilisasi dengan CaO dan telah
Gambar 4.13 Pola Difraksi Sinar-X Sampel Serbuk ZrO2 Yang Distabilkan Dengan
CaO Dan Telah Dibakar 12000c
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
44
Dari pola difraksi yang diperoleh ternyata terbentuk tiga macam struktur kristal ZrO2,
yaitu monoklinik, tetragonal dan kubik ZrO2. Berarti dengan aditif CaO dan setelah
dibakar pada suhu 12000C terbentuk stabilized ZrO2. Sedangkan untuk ZrO2 yang tidak
distabilisasi hanya memiliki struktur kristal monoklinik ZrO2, dimana fasa monoklinik
ini tidak stabil pada suhu diatas 10000C. Sedangkan fasa kubik ZrO2 dan fasa tetragonal
Menstabilkan ZrO2 tanpa menggunakan aditif berlangsung pada suhu yang sangat tinggi
mendekati suhu lebur ZrO2 yaitu sekitar 20000C, sedangkan dengan aditif CaO proses
penstabilannya terjadi pada suhu lebih rendah. Dalam penelitian ini dilakukan pada
suhu 12000C.
Pola difraksi sinar-X sampel keramik 70% Al2O3-30% ZrO2 dengan suhu sintering
Gambar 4.14 Pola Difraksi Sinar-X Sampel Keramik 70% Al2O3-30% ZrO2 Dengan
Suhu Sintering 15000C
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
45
Dari gambar pola difraksi sinar-X sampel keramik 70% Al2O3-30% ZrO2 dengan suhu
sintering 15000C menunjukkan bahwa terdapat dua fasa yaitu fasa dominant adalah
alumina (alpha Al2O3) dan fasa minor adalah kubik zirconia (c- ZrO2) dan tetragonal
Pola difraksi sinar-X sampel keramik 60% Al2O3-40% ZrO2 dengan suhu sintering
Gambar 4.15 Pola Difraksi Sinar-X Sampel Keramik 60% Al2O3-40% ZrO2 Dengan
Suhu Sintering 16000C
Dari Gambar 4.15 yang menunjukkan pola difraksi sinar-X sampel keramik 60% Al2O3-
40% ZrO2 dengan suhu sintering 16000C terdapat dua fasa yaitu fasa dominan adalah
alpa alumina dan fasa minor yaitu zirkonia dimana fasa zirkonia yang terbentuk ada dua
Pola difraksi sinar-X sampel keramik 50% Al2O3-50% ZrO2 dengan suhu sintering
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
46
Gambar 4.16 Pola Difraksi Sinar-X Sampel Keramik 50% Al2O3-50% ZrO2 Dengan
Suhu Sintering 16000C
Pola difraksi dari sampel keramik 50%Al2O3-50% ZrO2 berbeda dengan sampel-sampel
sebelumnya, dimana untuk sampel ini setelah disinter 16000C menunjukkan bahwa fasa
dominant adalah fasa ZrO2 dan fasa minor adalah alumina (Apha Al2O3). Fasa Zirconia
yang terbentuk ada tiga macam yaitu monoklinik, tetragonal dan kubik.
Pola difraksi sinar-X sampel keramik 40% Al2O3-60% ZrO2 dengan suhu sintering
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
47
Gambar 4.17 Pola Difraksi Sinar-X Sampel Keramik 40% Al2O3-60% ZrO2 Dengan
Suhu Sintering 16000C
Pola difraksi dari sampel keramik 40%Al2O3-60% ZrO2 hampir sama dengan sampel-
sampel 50%Al2O3-50% ZrO2 sebelumnya, dimana untuk sampel ini setelah disinter
16000C menunjukkan bahwa fasa dominan adalah fasa ZrO2 dan fasa minor adalah
alumina (alpa Al2O3). Fasa Zirconia yang terbentuk ada tiga macam yaitu monoklinik,
sampel keramik 70% Al2O3-30% ZrO2 di setering pada suhu 15000C ; 60% Al2O3-40%
ZrO2 di setering pada suhu 16000C; 50% Al2O3-50% ZrO2 di setering pada suhu 16000C
; 40% Al2O3-60% ZrO2 di setering pada suhu 16000C ditunjukkan pada Gambar 4.18,
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
48
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
49
sampel keramik 70% Al2O3-30% ZrO2 di sintering pada suhu 15000C pada gambar
4.18. terlihat bahwa butiran-butiran yang terbentuk adalah butiran alumina yang hampir
memenuhi permukaan foto, ini menunjukan bahwa pada sampel ini terbentuk fasa yang
dominan yaitu fasa alumina dan pori-pori yang mulai berkurang dengan semakin
Al2O3-40% ZrO2 di sintering pada suhu 16000C butiran yang terbentuk sudah
menunjukan adanya dua butiran yang berbeda yaitu alumina dan zirkonia yang memiliki
pori yang relative kecil yang diakibatkan tingginya suhu sintering berkisar 0,20%-
1,12%. Sedangkan untuk sample 50% Al2O3-50% ZrO2 dan 40% Al2O3-60% ZrO2
setelah di sintering 16000C ukuran butir yang terbentuk semakin besar sehingga pori-
pori yang dihasilkanpun menunjukan semakin membesar pula berkisar 4,75 %-12,67%.
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
BAB V
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan dan karakterisasi keramik paduan alumina (Al2O3)
1. Penggunaan bahan aditif CaO pada keramik zirkonia (ZrO2) dapat menghasilkan fasa
kubik zirkonia (c-ZrO2) pada suhu sintering 12000C yang tergolong fasa paling stabil
2. Hasil pembuatan keramik paduan alumina (Al2O3) dengan keramik zirkonia (ZrO2) ini
dapat diaplikasikan sebagai komponen mekanik dan bahan refraktori sesuai dengan
karakterisasi bahan.
3. Hasil karakterisasi didapat nilai densitas diantara 2,93 g/cm3 - 4,24 g/cm3, nilai bending
strengthnya diantara 433,88 kgf/cm2 -594,01 kgf/cm2, nilai kekerasan yang mendekati
nilai kekerasan teori hanya sampel keramik pada suhu sintering diatas 15000C diantara
1278,54 kgf/mm2 –1501,22 kgf/mm2, nilai fracture toughness yang diperoleh diantara
1,841 MPa.m1/2-2,128 Mpa.m1/2, nilai koefisien ekspansi termal diantara 7,7 x 10-6/0C–
8,7 x 10-6/0C,
4. Hasil analisa dengan difraksi sinar X menunjukkan bahwa fasa dominan yang terbentuk
5.2. SARAN
Untuk penelitian selanjutnya didalam pembuatan dan karakterisasi keramik paduan alumina
(Al2O3) dengan keramik zirkonia (ZrO2), penstabil keramik zirkonia dapat divariasikan
dengan zat aditif lainnya (MgO, Y2O3, dan Sc2O3) sehingga diperoleh keramik paduan yang
lebih baik.
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
51
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1988, Standard test Method for Linier Thermal Expansion of Porcelain
Dhamel and Glaze First and Fired Ceramic Whiteware Products by The
Dilatometer method, ( ASTM C. 372-88 ).
Anonimus. 1992, Standard Test Methods For Apparent Porosity, Water
Absorption, Apparent Specific Gravity, and Bulk of Burned Refractory
Brick and Shapes by Boilling Water, (ASTM C. 20-92).
Cahn, R.W, Haasen, P, 1992, E.J. Kramer, Material Science and technology,
Characterization of Materials, VCH, Weinheim, Part 1, Vol.2A, Germany.
Coblenz William, 1991, Firing or Sintering ( Densification ) of Ceramics,
Engineered Materials Handbook, Edited by Samuel J. Schneider, ASM
International publisher, Vol.4, New York.
Gallagher, P.K, 1991, Thermoanalytical Methods, Materials Science and
Technology, edited by R.W. Cahn, P. Haasen, E.J. Kramer, VCH
Publisher, Part 1, Vol.2A, New York.
Hayakawa Junshiro, 1991, Testing Method of Bending Strength and its
Evaluation, JICA-SIRIM Publishing, Malaysia.
Harrop Industries. Inc, Intruction Manual for Thermal Dilatometric analyzer
Harrop Model TD-712 Serial No. 5712.
John W Halloran , 1991, Calcination, Ceramic and Glasses, The Materials
Information Society, Vol.4.
Lawrence Van Vlack H, 1989,Ilmu dan Teknologi Bahan ( Ilmu Logam dan
Bukan Logam ), Edisi 1, Erlangga, Jakarta.
Mazdiyasni, K.S, 1982, Ceramic International, vol.8, No.2.
Muljadi, Hans K. Sudjono, 1994, Pengaruh Aditif Y2O3 dan Suhu Pembakaran
Pada Proses Sintering Keramik ZrO2, Majalah Indo Kimia, Vol.2, No:4,
Yogyakarta.
Nomiya Yoshitaka, 1989, Journal of The Ceramic Society of Japan, International
Edition, Vol.97.
Reed, James W, 1987, Principles of Ceramic Processing, Second Edition, New
York.
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
52
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran A. Data Pengukuran Porositas dan Densitas
Tabel A.1. Hasil pengukuran porositas dari keramik: 70% Al2O3-30% ZrO2
T. sintering, (oC) W1, (g) W2, (g) W3, (g) Porositas, (%)
1200 3.3461 3.9914 2.8454 56.31
1300 3.3860 3.7941 2.6580 35.92
1400 3.3755 3.5439 2.5896 17.65
1500 3.3349 3.3448 2.4622 1.12
1600 3.3462 3.3485 2.4863 0.27
Tabel.A.2. Hasil pengukuran bulk densiti dari keramik: 70% Al2O3-30% ZrO2
T. sintering, (oC) Wk, (g) Wb, (g) Wt, (g) Bulk densltl, ρ (g/cm3)
1200 3.3461 3.9914 2.8454 2.92
1300 3.3860 3.7941 2.6580 2.98
1400 3.3755 3.5439 2.5896 3.54
1500 3.3349 3.3448 2.4622 3.78
1600 3.3462 3.3485 2.4863 3.88
Tabel A.3. Hasil pengukuran porositas dari keramik: 60% Al2O3-40% ZrO2
T. sintering, (oC) W1, (g) W2, (g) W3, (g) Porositas, (%)
1200 3.3861 3.8992 2.7954 46.48
1300 3.3881 3.6041 2.5427 20.35
1400 3.3954 3.5009 2.5576 11.18
1500 3.4049 3.4116 2.5433 0.77
1600 3.3908 3.3925 2.5463 0.20
Tabel.A.4. Hasil pengukuran bulk densiti dari keramik: 60% Al2O3-40% ZrO2
T. sintering, (oC) Wk, (g) Wb, (g) Wt, (g) Bulk densltl, ρ (g/cm3)
1200 3.3861 3.8992 2.7954 3.07
1300 3.3881 3.6041 2.5427 3.19
1400 3.3954 3.5009 2.5576 3.60
1500 3.4049 3.4116 2.5433 3.92
1600 3.3908 3.3925 2.5463 4.01
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Tabel A. 5. Hasil pengukuran porositas dari keramik: 50% Al2O3-50% ZrO2
T. sintering, (oC) W1, (g) W2, (g) W3, (g) Porositas, (%)
1200 3.5871 4.1580 2.9984 49.23
1300 3.6801 4.0841 2.9427 35.40
1400 3.5754 3.6999 2.7276 12.80
1500 3.5049 3.5915 2.7143 9.87
1600 3.5518 3.5925 2.7363 4.75
Tabel.A. 6. Hasil pengukuran bulk densiti dari keramik: 50% Al2O3-50% ZrO2
T. sintering, (oC) Wk, (g) Wb, (g) Wt, (g) Bulk densltl, ρ (g/cm3)
1200 3.5871 4.1580 2.9984 3.09
1300 3.6801 4.0841 2.9427 3.22
1400 3.5754 3.6999 2.7276 3.68
1500 3.5049 3.5915 2.7143 4.00
1600 3.5518 3.5925 2.7363 4.15
Tabel A.7. Hasil pengukuran porositas dari keramik: 40% Al2O3-60% ZrO2
T. sintering, (oC) W1, (g) W2, (g) W3, (g) Porositas, (%)
1200 3.5826 4.1570 2.9974 49.53
1300 3.5901 4.0641 2.9517 42.61
1400 3.6024 3.7569 2.8156 16.41
1500 3.5879 3.7115 2.8513 14.37
1600 3.5718 3.6785 2.8363 12.67
Tabel.A.8. Hasil pengukuran bulk densiti dari keramik: 40% Al2O3-60% ZrO2
T. sintering, (oC) Wk, (g) Wb, (g) Wt, (g) Bulk densltl, ρ (g/cm3)
1200 3.5826 4.1570 2.9974 3.09
1300 3.5901 4.0641 2.9517 3.23
1400 3.6024 3.7569 2.8156 3.83
1500 3.5879 3.7115 2.8513 4.17
1600 3.5718 3.6785 2.8363 4.24
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Menghitung nilai Porositas keramik : 70% Al2O3-30% ZrO2 pada suhu sintering
15000C.
W 2 −W1
Porositas = x 100%
W 2 −W 3
3.3448 − 3.3349
= x 100%
3.3488 − 2.4622
0.0099
= x 100%
0.8826
= 1.12%
Menghitung nilai Densitas keramik : 70% Al2O3-30% ZrO2 pada suhu sintering
15000C.
Wk
Bulk Density ( ρ ) = x ρ air
Wb − Wt
3.3349
= x1
3.3448 − 2,4622
3.3349
=
0.8826
= 3,78 g / cm 3
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran B. Data Pengukuran Kekuatan Patah ( Bending Strength)
Tabel.B. 1. Hasil pengukuran Bending Strength dari keramik: 70% Al2O3-30% ZrO2
T. sintering, (oC) L, (cm) b, (cm) d, (cm) P, (kgf) Bending strength, (kgf/cm2)
1200 5.00 1.20 1.00 82 512.50
1300 5.00 1.20 1.10 122 630.16
1400 5.00 1.15 1.10 215 1158.82
1500 5.00 0.90 0.95 160 1477.38
1600 5.00 0.90 0.95 211 1948.29
Tabel. B.2. Hasil pengukuran Bending Strength dari keramik: 60% Al2O3-40% ZrO2
Tabel.B.3. Hasil pengukuran Bending Strength dari keramik: 50% Al2O3-50% ZrO2
Tabel.B. 4. Hasil pengukuran Bending Strength dari keramik: 40% Al2O3-60% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Menghitung nilai Bending Strength keramik : 70% Al2O3-30% ZrO2 pada suhu
sintering 15000C.
3PL
kekua tan patah =
2bd 2
3 x 160 x 5
=
2 x 0.90 x 0.95 2
2400
=
1,6245
= 1477.38 kgf / cm 2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran C. Data Pengukuran Kekerasan
Tabel.C.1. Hasil pengukuran kekerasan (Hv) dari keramik: 70% Al2O3-30% ZrO2
T. sintering, (oC) d, (µm) P, (gf) Kekerasan, Hv (kgf/mm2)
1200 26.84 300 772.45
1300 25.88 300 830.41
1400 24,72 300 910.12
1500 20.86 300 1278.54
1600 19.75 300 1426.72
Tabel.C.2. Hasil pengukuran kekerasan (Hv) dari keramik: 60% Al2O3-40% ZrO2
T. sintering, (oC) d, (µm) P, (gf) Kekerasan, Hv (kgf/mm2)
1200 26.28 300 805.63
1300 23.85 300 978.10
1400 21.57 300 1195.77
1500 19.26 300 1498.87
1600 19.25 300 1501.22
Tabel.C.3. Hasil pengukuran kekerasan (Hv) dari keramik: 50% Al2O3-50% ZrO2
T. sintering, (oC) d, (µm) P, (gf) Kekerasan, Hv (kgf/mm2)
1200 26.28 300 805.60
1300 23.62 300 997.21
1400 22.80 300 1070.32
1500 22.47 300 1102.05
1600 21.94 300 1155.10
Tabel.C.4. Hasil pengukuran kekerasan (Hv) dari keramik: 40% Al2O3-60% ZrO2
T. sintering, (oC) d, (µm) P, (gf) Kekerasan, Hv (kgf/mm2)
1200 26.41 300 797.33
1300 26.18 300 811.35
1400 24.52 300 925.40
1500 23.60 300 998.72
1600 22.73 300 1077.02
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Menghitung nilai Kekerasan keramik : 70% Al2O3-30% ZrO2 pada suhu sintering
15000C.
Diketahui : c = konstanta = 1.8544
Beban (P) = 300 kgf
Panjang diagonal identor (d) = 20.86 µm
P
H V = 1,854
d2
300
= 1.8544
20.86 2
556.32
=
435.1396
=1278.48 kgf / mm 2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran D. Data Pengukuran Toughness
Tabel.D.1. Hasil pengukuran toughness (Kic) dari keramik: 70% Al2O3-30% ZrO2
Tabel.D. 2. Hasil pengukuran toughness (Kic) dari keramik: 60% Al2O3-40% ZrO2
Tabel.D.3. Hasil pengukuran toughness (Kic) dari keramik: 50% Al2O3-50% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Tabel.D.4. Hasil pengukuran toughness (Kic) dari keramik: 40% Al2O3-60% ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran E. Data Pengukuran Koefisien Ekspansi Termal
Tabel.E.1. Hasil pengukuran koef. Ekspansi termal dari keramik: 70% Al2O3-30%
ZrO2
Tabel. E. 2. Hasil pengukuran koef. Ekspansi termal dari keramik: 60% Al2O3-40%
ZrO2
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Tabel. E.3. Hasil pengukuran koef. Ekspansi termal dari keramik: 50% Al2O3-50%
ZrO2
Tabel. E. 4. Data koef. Ekspansi termal dari keramik: 40% Al2O3-60% ZrO2
No Suhu pemanasan, (oC) ∆l/lo
1 50 0
2 100 0.013
3 150 0.020
4 200 0.080
5 250 0.111
6 300 0.
7 350 0.203
8 400 0.250
9 450 0.284
10 500 0.327
11 550 0.369
12 600 0.405
13 650 0.450
14 700 0.502
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Menghitung nilai Koefisien ekspansi termal keramik : 70% Al2O3-30% ZrO2 pada
suhu sintering 15000C.
Diketahui :
Lt − L0 ∆L
α = =
L0 (T − T0 ) L0 ∆Tx100
0.522
=
(700 − 100)100
= 8.7 x 10 −6 / 0 C
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran F. Data Pengukuran X-Ray Diffraction (XRD)
Tabel F. 1. Hasil Pengukuran XRD Sampel serbuk ZrO2 yang distabilkan dengan
CaO dan telah dibakar 12000C
Tabel F. 2. Hasil pengukuran XRD sampel keramik 70% Al2O3-30% ZrO2 dengan
suhu sintering 15000C
Tabel F. 3. hasil pengukuran XRD sempel keramik 60% Al2O3-40% ZrO2 dengan
suhu sintering 16000C
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.
Tabel F. 4. Hasil pengukuran XRD sempel keramik 50% Al2O3-50% ZrO2 dengan
suhu sintering 16000C
No 2θ (degree) d (Angstrom) I/I0 (%)
1 24,100 3,690 20
2 28,220 3,1601 100
3 31,500 2,8340 65
4 35,161 2,5524 26
5 35,920 2,5001 16
6 37,210 2,3788 8
7 41,720 2,1650 15
8 43,400 2,0850 18
9 49,300 1,8411 24
10 50,180 1,8180 23
11 52,600 1,7399 23
12 57,762 1,677 15
13 57,400 1,6007 19
14 58,330 1,5820 5
15 59,840 1,5460 16
Tabel F. 5. Hasil pengukuran XRD sempel keramik 40% Al2O3-60% ZrO2 dengan
suhu sintering 16000C
No 2θ (degree) d (Angstrom) I/I0 (%)
1 24,040 3,6990 20
2 28,220 3,1600 100
3 31,491 2,8341 65
4 34,140 2,6240 33
5 35,160 2,5524 14
6 37,212 2,3788 9
7 40,700 2,2130 14
8 43,400 2,0850 7
9 46,200 1,9640 7
10 49,300 1,8410 28
11 50,182 1,8181 28
12 54,120 1,6770 8
13 56,240 1,6360 17
14 57,760 1,6011 9
15 59,840 1,5460 9
Awan Maghrifah : Pembuatan Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3) dan Karakterisasinya.
USU e-Repository © 2008.