id
SKRIPSI
Oleh :
AGUNG IBNUWIBOWO
I 1406016
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Agung Ibnuwibowo
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
agunk_ibnu@yahoo.co.id
Abstrak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Agung Ibnuwibowo
Mechanical Engineering
Sebelas Maret University, Surakarta
agunk_ibnu@yahoo.co.id
Abstract
The results of this research are as follows: (1) the increasing in sintering
time from 5 up to 20 minutes will raise bonds between powder particles. The
increasing the bonds between powder particles will increase the mechanical
strength of the composite; (2) the bending strength rises by 61.50%; (3) the impact
strength rises by 109.43% and (4) the compression shear strength increases by
80.84%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
dengan metode pressured sintering. Pressured sintering adalah suatu metode yang
mengaplikasikan proses kompaksi dan sintering.
Material yang dihasilkan dengan menggunakan metode pressured
sintering diharapkan mempunyai sifat fisik dan mekanik yang lebih baik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit antara lain adalah : ukuran partikel
serbuk, besarnya tekanan, temperatur sintering, volume zat pengikat dan lamanya
waktu penahanan sintering. Tutuko (2007), mengatakan bahwa peningkatan
waktu sintering akan meningkatkan sifat fisik dan mekanik komposit HDPE-
karet ban bekas. Riyanto (2011), mengatakan bahwa peningkatan suhu sintering
akan meningkatkan karakteristik komposit HDPE-sampah organik dengan nilai
tertinggi pada temperatur 127oC. Assidiqi (2011), mengatakan bahwa penelitian
tentang komposit HDPE dan sampah organik dengan variasi fraksi volume HDPE
dapat meningkatkan kekuatan bending, densitas, serta kekuatan impaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
DASAR TEORI
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
dan mekanik komposit. Penelitian dengan variasi waktu sintering juga dilakukan
oleh Andi (2007), yaitu mengatakan bahwa penambahan waktu sintering pada
komposit polimer (HDPE, PET)-karet ban bekas dari 5 hingga 10 menit akan
meningkatkan kekuatan fisik dan mekanik komposit.
Matrik (pengikat) juga berpengaruh terhadap kekuatan komposit.
Penelitian tentang komposit LDPE-PEG-selulosa kenaf dengan penambahan
matrik selulosa 0-50% akan meningkatkan ketahanan termal komposit (Tajeddin,
2009). Penambahan fraksi berat pada nano karbon pada pembuatan komposit nano
karbon (MWCNT) dan HDPE dengan fraksi berat 0, 0.5, 1, 2, dan 4% akan
meningkatkan kekerasan komposit (Wang, 2009). Prasetyawan (2009), melakukan
penelitian tentang komposit serabut kelapa (cocopeat)-serbuk polimer
(polyethylene) dengan perbandingan 30:70, 40:60 dan 50:50. Hasilnya komposit
dengan perbandingan 30:70 memiliki nilai daya serap air yang rendah dan nilai
kekuatan bending paling tinggi. Assidiqi (2011), melakukan penelitian tentang
komposit HDPE-sampah organik dengan variasi fraksi volume HDPE 20, 30, 40,
dan 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan fraksi volume HDPE
20% sampai dengan 50% meningkatkan sifat fisik dan mekanik komposit.
2.2.1 Filler
Filler (pengisi) adalah bahan yang digunakan untuk ditambahkan
pada bahan polimer saat pembuatan komposit. Filler digunakan untuk
mengurangi berat, mengurangi biaya produksi, serta untuk menambah fleksibilitas
desain komposit. Pada umumya pengisi memiliki ukuran yang kecil dan bentuk
yang tidak seragam. Ukuran partikel pengisi yang kecil akan lebih baik
dibandingkan dengan ukuran pengisi yang lebih besar. Ukuran partikel yang kecil
akan memperluas permukaan interaksi antara polimer matrik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan filler akan menentukan sifat komposit secara
signifikan. Filler dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu filler organik dan
anorganik. Contoh filler dari bahan anorganik adalah serat kaca, serat kevlar,
silica, kalsium, mika, dll. Pengisi dari bahan organik antara lain sekam padi, sagu,
daun, ranting, dll. Penelitian tentang pengaruh filler (baik fraksi volume maupun
ukuran partikel) masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Filler saat ini
berkembang ke arah alami karena renewable dan dapat terdegradasi di alam
(biodegradable) (Gibson, 1994).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa filler dapat memperbaiki sifat
mekanik komposit. Bonilla (2001), mengatakan bahwa bentuk dan penyebaran
filler fiber dapat mempengaruhi fracture toughness (keuletan) komposit resin. Xu
(2004), mengatakan bahwa pencampuran filler whisker dan partikel silika dapat
meningkatkan keuletan komposit resin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
2.2.2 Matrik
Matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam,
maupun keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat menjadi
satu struktur komposit (Gibson R.F, 1994). Matrik dari bahan termopolimer
memiliki keuntungan dapat melunak berulang kali (recycle) jika diberi panas dan
akan menjadi keras pada saat didinginkan. Termopolimer yang sering digunakan
sebagai matrik adalah polyethylene. Matrik memiliki fungsi :
· Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur
· Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan
· Mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat
· Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan
tahanan listrik.
2.2.3 HDPE
Polimer adalah zat organik yang dihasilkan dari senyawa-senyawa yang
pada umumnya terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan
nitrogen (N). Zat organik dapat dibuat sintetis dari bahan mentah minyak bumi,
karena minyak bumi mengandung lebih dari 1000 macam senyawa hidrokarbon.
Karena polimer, salah satunya adalah HDPE (High Density Polyethylene),
terbentuk dari gabungan dari banyak molekul-molekul kecil/monomer yang akan
membentuk makro molekul, maka disebut juga polymer. Polymer terbentuk dari
gabungan banyak molekul yang sama atau mirip jenisnya. Proses pembuatan
polymer ini disebut polimerisasi, yang melibatkan energi panas dan katalisator
untuk memisahkan ikatan dalam suatu molekul agar dapat terjadi ikatan dengan
molekul-molekul lain yang sejenis (Billmeyer, 1994).
Polietilena berdensitas tinggi (High density polyethylene, HDPE) adalah
polietilena termopolimer yang terbuat dari minyak bumi. Membutuhkan 1,75 kg
minyak bumi (sebagai energi dan bahan baku) untuk membuat 1 kg HDPE. HDPE
dapat didaur ulang, dan memiliki nomor 2 pada simbol daur ulang. Di tahun 2007,
volume produksi HDPE mencapai 30 ton. HDPE memiliki percabangan yang
sangat sedikit, hal ini dikarenakan pemilihan jenis katalis dalam produksinya
commit
(katalis Ziegler-Natta) dan kondisi to user
reaksi. Karena percabangan yang sedikit,
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
HDPE memiliki kekuatan tensil dan gaya antar molekul yang tinggi. HDPE juga
lebih keras dan bisa bertahan pada temperatur tinggi (Tm=1300C) (Wang, 2009).
HDPE sangat tahan terhadap bahan kimia sehingga memiliki aplikasi yang luas,
diantaranya :
· Sistem perpipaan gas alam
· Pipa air
· Kemasan oli
· Kantong polimer
Sifat-sifat polimer HDPE secara umum adalah tahan terhadap zat kimia
(misalkan minyak, deterjen), ketahanan impak cukup baik, memiliki ketahanan
terhadap suhu, tidak tahan terhadap sinar matahari dan polimer HDPE stabil
terhadap oksidasi udara (Corneliusse, 2002).
kekuatan bending mengacu pada ASTM D1037 dengan bentuk dan gambar
spesimen seperti pada gambar 2.2.
d
L b
commit2.3.
Gambar to user
Sudut impak
(modul panduan praktikum uji impak izod)
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
a iU =
W
´ 10 3 ( )
J
m2
.……………………………………… (2.4)
h´b
dimana: h = ketebalan benda uji (m)
b = lebar benda uji (m)
commit
Gambar to user geser tekan
2.4. Pengujian
(ASTM D1037)
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
τ = P ……………….……………...…………………………(2.5)
2A
Dimana:
τ = tegangan geser maksimum, psi (Pa)
P = beban maksimum, lbf (N)
A = luas penampang spesimen, in2 (mm2)
2.4 Sintering
Sintering adalah pengikatan antara partikel-partikel serbuk pada suhu
tinggi. Proses sintering dapat terjadi melalui mekanisme transport atom pada
kondisi padat, pada beberapa kasus juga melibatkan fase cair.
Proses sintering melalui pergerakan atom akan mengurangi energi
permukaan (surface energy) antar partikel. Energi permukaan per unit volume
berbanding terbalik dengan diameter partikel. Sedangkan energi permukaan
tergantung dari luas permukaan. Oleh karena itu, partikel serbuk dengan luas
permukaan spesifik yang lebih tinggi akan memiliki energi permukaan yang lebih
tinggi pula dan akan mempercepat proses sintering. Luas permukaan spesifik
adalah luas permukaan serbuk dibagi dengan massa serbuk (German, 1994).
2.4.1 Tahapan Proses Sintering
Proses sintering secara umum dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Initial Stage : Pada tahap ini terjadi peningkatan area kontak antar partikel dan
berkurangnya rongga. Mekanisme aliran massa yang terjadi berupa surface
transport dan tidak berperan terhadap terjadinya penyusutan. Tahap awal ini
ditandai dengan terjadinya pertumbuhan neck yang besar kemudian dilanjutkan
dengan pembentukan batas butir.
b. Intermediate Stage: Pada tahap ini terjadi mekanisme aliran massa berupa bulk
transport yang berperan besar mempengaruhi penyusutan, selain itu surface
transport juga masih berlangsung. Pori akan bergerak menuju grain boundary
membentuk saluran pori kemudian terlokalisir pada sudut butir dan ukurannya
akan berkurang sehingga menghasilkan nilai densitas yang lebih besar.
Mekanisme tersebut disebut densifikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
c. Final Stage: Pada tahap ini pori akan terisolasi dan grain boundary menyatu,
jika proses dilanjutkan akan terjadi pertumbuhan butir. Terisolasinya pori
menyebabkan densifikasi lebih lanjut tidak akan terjadi. Pada sintering tahap
akhir, bentuk pori menjadi spherical yang artinya telah terjadi densifikasi dengan
mekanisme pengurangan ukuran pori.
2.4.2 Densifikasi
Mekanisme transfer atom dengan transfer massa yang dapat terjadi selama
proses sintering adalah densifikasi. Mekanisme densifikasi yaitu terjadinya
transfer massa dari batas butir atau daerah diantara serbuk menuju neck atau pori-
pori.
Serbuk HDPE pada suhu 120°C sudah mulai melunak karena pada suhu
tersebut polimer sudah mendekati titik melting. Pelunakan serbuk polimer
mengakibatkan terjadinya ikatan antar serbuk polimer. Ikatan antar serbuk
polimer juga dipengaruhi oleh kompaksi yang diberikan. Kompaksi yang
diberikan bersamaan dengan proses sintering akan memperbesar ikatan antar
serbuk polimer. Bertambahnya ikatan antar partikel serbuk polimer akan
menurunkan besarnya pori (Yonanta, 2008).
rT =
WT
=
(WA + WB ) .........................................................(2.7)
VT [(WA r A ) + (WB r B )]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
(a) (b)
(c)
Gambar 3.1 Bahan penelitian : (a) HDPE; (b) Ranting; (c) Daun
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Alat yang digunakan dalam penelitian dan pengambilan data antara lain
adalah :
a. Satu set alat pres
b. Timbangan digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur massa dan selanjutnya untuk
menentukan fraksi berat komposit.
c. Mesh (saringan)
Mesh digunakan untuk mendapatkan ukuran HDPE dan ranting pohon setelah
di crushing. Mesh yang digunakan adalah mesh ukuran 6, 10, 30, dan 40.
d. Moisture wood meter
Alat Moisture Wood Meter digunakan untuk mengetahui kadar air spesimen
uji.
e. Termometer digital
Termometer digital digunakan untuk mengetahui suhu pada saat dilakukan
pembuatan sesimen maupun pada saat perlakuan spesimen.
f. Crusher (Pemecah/Penggiling)
Crusher digunakan untuk menggiling HDPE, ranting dan daun sebelum
disaring menggunakan mesh.
g. Jangka sorong
Untuk mengukur dimensi spesimen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 3.2 Alat Bantu Penelitian : (a) Alat pres; (b) Timbangan digital; (c) Mesh;
(d) Moisture Wood Meter; (e) Termometer digital; (f) Crusher
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
(a)
(b) (c)
Gambar 3.3 Alat Pengujian (a) UTM; (b) Impak izod; (c) Scanning Electron
Micrograph.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
3.5 Parameter
Dalam penelitian ini parameter yang dibuat tetap adalah:
a. Suhu sintering 120ºC.
b. Tekanan 8,7 kPa
c. Ukuran mesh bahan adalah:
· serbuk HDPE = mesh 30-40
· Sampah organik = mesh 6-10
d. Fraksi volum HDPE 0,3%
Parameter yang divariasi yaitu waktu sintering 5 menit, 10 menit, 15 menit
dan 20 menit.
242 8 76
Satuan : mm
Gambar 3.4. Dimensi spesimen bending
80 4
Satuan : mm
Gambar 3.5.commit
Dimensi
to spesimen
user impak
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
50.8
50.8 7
Satuan : mm
h. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dapat dianalisa menggunakan
perhitungan besarnya kekuatan bending, kekuatan impak dan geser tekan dari
komposit HDPE – sampak organik. Data hasil pengujian selanjutnya dapat
disusun grafik hubungan antara variasi waktu sintering terhadap kekuatan
bending, kekuatan impak dan kekuatan geser tekan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
i. Diagram Alir
Mulai
Pembuatan Spesimen
Metode Pressured Sintering dengan P= 8,7 kPa, T= 120ºC,
variasi waktu sintering 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit
Pengujian
Bending (ASTM D1037), Impak (ASTM D5941),
Geser Tekan (ASTM D1037)
Pengolahan Data
Kesimpulan
Selesai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
470
Densitas (kg/m3)
465
460
455
450
0 5 10 15 20 25
24
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
5
Kekuatan Bending (MPa)
0
0 5 10 15 20 25
Waktu Sintering (menit)
bergerak membentuk ikatan antar partikel sehingga ikatan antar partikel juga
semakin banyak. Semakin banyak ikatan yang terjadi maka nilai kekuatan bending
akan semakin meningkat.
Jika dikenai pembebanan, maka daerah ikatan antara partikel HDPE akan
mampu menahan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan ranting dan daun.
Denagan adanya variasi waktu sintering, akan mempengaruhi ikatan yang terjadi
antara partikel HDPE. Pada variasi waktu 5 menit jumlah ikatan antar partikel
yang terbentuk lebih sedikit jika dibanding dengan waktu 20 menit. Sehingga
kemampuan untuk menahan beban bending lebih besar untuk variasi waktu 20
menit. Fakta ini terlihat pada pengamatan gambar 4.3 dan gambar 4.4 dimana
pada penampang patah bending spesimen terlihat patah pada ikatan yang terjadi
antar partikel.
Ikatan yang
terbentuk
Patah pada
batang
Patah pada
ikatan HDPE
Ikatan yang
terbentuk
Patah pada
ikatan HDPE
Ikatan yang
terbentuk
Patah pada
batang
10000
9000
8000
7000
6000
Impak (J/m2)
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 5 10 15 20 25
Waktu Sintering (menit)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
1
0.9
0.8
0.7
Kekuatan Geser (Pa)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Waktu Sintering (menit)
Gambar 4.6 Pengaruh variasi waktu sintering terhadap kekuatan geser tekan
Gambar 4.6 dapat dilihat kekuatan geser tekan semakin meningkat dengan
penambahan waktu sintering. Semakin meningkatnya waktu sintering, maka
luasan ikatan area batas butir HDPE dan sampah organik yang terjadi juga
semakin besar. Semakin besar luasan ikatan HDPE dan sampah organik maka
volume pori-pori pada komposit akan semakin mengecil, sehingga kekuatan
spesimen untuk menahan gaya akan samakin meningkat.
Peningkatan kekuatan geser tekan pada variasi waktu 5 hingga 10 menit
sebesar 25,14%. Peningkatan kekuatan geser tekan pada variasi waktu 10 hingga
15 menit sebesar 28,77%. Sedangkan peningkatan kekuatan geser tekan pada
variasi waktu 15 hingga 20 menit sebesar 12,22%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa data, maka dapat
disimpulkan bahwa peningkatan waktu sintering dari 5 menit sampai dengan 20
menit akan meningkatkan ikatan antar partikel serbuk. Energi termal yang timbul
pada proses sintering akan menyebabkan serbuk HDPE akan bergerak. Serbuk
HDPE akan bergerak membentuk ikatan antara serbuk HDPE yang lain. Sampah
organik yang berfungsi sebagai filler terjebak diantara ikatan antar partikel HDPE.
Semakin meningkatnya ikatan antar partikel serbuk maka akan meningkatkan
kekuatan bending, kekuatan impak dan kekuatan geser tekan berturut-turut
sebesar 61,50%; 109,43% dan 80,84%.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai variasi waktu
terhadap karakteristik komposit HDPE-Sampah organik dengan metode
sintering, penulis menyarankan :
a. Pengamatan pada patah bending menggunakan TEM untuk lebih jelas
melihat struktur, bahan dan ikatan yang terjadi pada komposit.
b. Penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ukuran serbuk terhadap kekuatan
fisik dan mekanik komposit HDPE-Sampah organik.
commit to user
29