PENDAHULUAN
DOTS sebagai salah satu langkah yang paling efektif dan efisien dalam
penanggulangan TB.
(Puskesmas) telah dilakukan sejak tahun 1995. Khusus untuk institusi pelayanan
rumah sakit dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) / Balai Besar
sejak tahun 2000. Hasil survey prevalensi TB tahun 2004 menunjukkan bahwa
pola pasien dalam mencari pengobatan TB ke rumah sakit ternyata cukup tinggi,
terbanyak di dunia setelah India dan China. Diperkirakan saat ini jumlah pasien
TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB didunia dan setiap tahun
terdapat 539.000 kasus baru. Insidens kasus TB BTA positif sekitar 107 per
mendapatkan bahwa kasus baru di Indonesia rata rata 110 per 100.000 penduduk
dengan kematian 100.000 pertahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
statistik rumah sakit tahun 2007, TB menempati urutan pertama dalam proporsi
kematian akibat TB sebesar 50% pada tahun 2015 dibandingkan prevalensi dan
kematian pada tahun 1990. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah TB tidak lagi
(MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection
Rate (CDR) tahun 2011 adalah sebesar 75% dan kesembuhan penderita TB BTA
positif sebesar 86%. Realisasi pencapaian CDR Indonesia tahun 2011 telah
namun memerlukan waktu relatif lama, mahal, dan perlu fasilitas khusus.
Laboratorium (Pokja Lab) TB Indonesia tahun 2009 didapat data bahwa kualitas
silang baru 52% dengan 71,2% error rate <5% (Kemenkes_RI, 2011b).
dengan jumlah pasien BTA positif yang di obati sebanyak 139 kasus (tertinggi di
2011 hingga tahun 2014 belum mencapai target minimal (80%). Pada tahun 2011
(73%), tahun 2012 (54%), tahun 2013 (67%) dan tahun 2014 (66%) dari jumlah
total seluruh pasien baru BTA positif yang diobati. Adapun jumlah pasien TB
gagal konversi dari tahun 2011 hingga 2014 menunjukan proporsi hampir sama.
Tahun 2011 (13%), 2012 (12%), 2013 (17%), dan tahun 2014 (12%) (BKPM
Tuberkulosis agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Tindakan
pencegahan dan pengawasan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik (Dirjen P2PL dan Bina Upaya Yan Kesehatan, 2012). Tahap
spesimen sampai dengan menguji kualitas reagen Ziehl Neelsen. Tahap analitik
yaitu tahap mulai penyusunan Prosedur Tetap (Protap), mengolah dan memeriksa
laba-laba (Sediaan yang baik harus memperlihatkan sarang laba-laba yang penuh,
sediaan yang baik, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosa pasien.
yaitu:
Semarang ?”
- Tujuan khususnya
menggunakan kuesioner.
ii. Mengukur kualitas sediaan BTA dengan penilaian terhadap 6 unsur
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan