Usul Penelitian
Oleh
Fitrian Noor
NIM SF14029
BANJARBARU
DESEMBER 2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Asam urat adalah penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar asam
urat dalam darah. Seseorang akan di katakan menderita asam urat jika kadar asam
urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki- laki dan di atas 6 mg/dl pada wanita.
Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam
mengalami gangguan membuang asam urat dalam jumlah yang banyak. Penyakit
gout ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Penderita
penyakit gout tingkat lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat cepat
dalam waktu singkat. Penderita tidur tanpa ada gejala apapun, namun ketika
bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat hebat hingga tidak bisa berjalan.
Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan
Scotlandia sebesar 8%. Di New Zealand Gout lebih banyak di jumpai pada laki-
laki dari suku Maori (27,1%) dibandingkan dengan laki-laki Eropa (9,4%). Peneliti
pertama kali di teliti oleh seorang dokter Belanda, Horst (1935) yaitu
dapatkan angka kejadian hiperurisemia 10% pada pria dan 4% pada wanita.
pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa awal, sedangkan penelitian yang
terhadap 4.683 sampel berusia antara 1545 tahun didapatkan angka kejadian
gout pada pria 24,3% dan wanita 11,7%. Selain itu hasil penelitian di
Kalimantan Barat diketahui bahwa usia 15-45 tahun yang diteliti sebanyak 85
orang, dimana pria mengalami penyakit asam urat sebanyak 1,7% dan perempuan
0,05 % (Krisnatuti, 2006). Penyakit peningkatan kadar asam ini tidak hanya
menyerang orang lanjut usia tetapi seseorang dengan usia produktif juga bisa
3 bulan terakhir pada bulan Agustus - Oktober di tahun 2018 terdapat 82 orang
masyarakat penderita Gout Arthritis dalam hal ini agar lebih memahami tentang
penyakit tersebut dan dapat merubah pola hidupnya demi tercapainya hidup
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sikap diartikan sebagai
suatu reaksi atau respon yang muncul dari seseorang individu terhadap objek yang
cara tertentu (Saifudin, 2010). Sikap dan perilaku memainkan peran penting karena
3
2010). Tanpa adanya sikap dan perilaku, modifikasi pola hidup akan sulit tercapai.
Empat.
Kabupaten Banjar ?
Kabupaten Banjar.
Kabupaten Banjar.
Banjar.
3. Untuk tenaga kesehatan, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan
kesehatan seseorang akan belajar dari tidak tahu menjadi tahu. Pengetahuan
sendiri yang sesuai aturan. Penyuluhan dapat dilakukan dengan berbagai metode,
dari ketiga metode tersebut. Pendidikan merupakan faktor lain yang dapat
banyak, dapat lebih memahami dan mengolah informasi dengan lebih baik (Wilbur
K et al, 2010).
Menurut Lucie (2005), metode yang dipilih oleh seorang agen penyuluhan
sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran
dengan sasaran secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran
penyuluh. Kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai
efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan kegiatan yang
lebih produktif atas dasar kerja sama. Salah satu cara efektif dalam metode
kelompok banyak manfaat yang dapat diambil seperti transfer informasi, tukar
Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang banyak. Ditinjau
dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, tapi terbatas hanya
perubahan perilaku.
2.2 Pengetahuan
tentang hal yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Proses penginderaan yang
7
peran paling penting dalam mengkaji dan mempelajari suatu hal. (Notoatmodjo,
2012).
1. Pendidikan
2. Pengalaman
3. Umur
4. Pekerjaan
5. Minat
mendalam.
8
6. Kebudayaan
7. Informasi
2.3 Sikap
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut (Berkowitz dalam
Azwar, 2013).
a. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar
mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan
Tujuan terapi serangan artritis gout akut adalah menghilangkan gejala, sendi
yang sakit harus diistirahatkan dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk
menjamin respon yang cepat dan sempurna. Ada tiga pilihan obat untuk artritis
gout akut, yaitu NSAID, kolkisin, kortikosteroid, dan memiliki keuntungan dan
termasuk waktu onset dari serangan yang berhubungan dengan terapi awal,
kontraindikasi terhadap obat karena adanya penyakit lain, efikasi serta resiko
Kolkisin dapat menjadi alternatif namun memiliki efek kerja yang lebih lambat
penderita yang tidak toleran terhadap NSAID dan penderita yang mengalami
artritis gout diobati dalam 24 jam pertama serangan, salah satu pertimbangan
pemilihan obat adalah berdasarkan tingkatan nyeri dan sendi yang terkena. Terapi
kombinasi dapat dilakukan pada kondisi akut yang berat dan serangan artritis gout
10
terjadi pada banyak sendi besar. Terapi kombinasi yang dilakukan adalah kolkisin
dengan NSAID, kolkisin dan kortikosteroid oral, steroid intraartikular dan obat
karena dikawatirkan menimbulkan toksik pada saluran cerna (Khanna et al., 2012).
kondisi artritis gout akut adalah indometasin, naproxen, dan sulindak. Ketiga obat
tersebut dapat menimbulkan efek samping serius pada saluran cerna, ginjal, dan
inhibitor) seperti celecoxib merupakan pilihan pada penderita artritis gout dengan
2.4.1 Analgetik
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Kirana, 2007).
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu kelompok non narkotik yang bekerja pada saraf perifer dan kelompok
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
a) Parasetamol
ringan sampai sedang dan kondisi demam ringan (Sweetman, 2009). Sediaan
lazim parasetamol adalah tablet 100 mg, 500 mg dan sirup 120 mg/5 ml.
b) Asam mefenamat
terikat sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi obat ini dengan
c) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propioat. Obat ini bersifat analgetik dengan
efek anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgetiknya sama dengan
saluran cerna lebih ringan dari aspirin, indometasin, atau naproksen. Obat ini
tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui (Depkes, 2009). Sediaan
d) Diklofenak
inflamasi pada bebagai kondisi. Diklofenak juga diberikan secara oral dalam
bentuk garam kalium. Dosis pada garam kalium sama dengan dosis pada
mg.
e) Asam asetilsalisilat
Inflamatory Drugs) salisilat dan memiliki banyak sifat sama dengan NSAID
f) Fenilbutazon
tetapi hanya dapat digunakan dalam kondisi akut (Sweetman, 2009). Sediaan
g) Piroksikam
onset lebih cepat dari efek terapi karena yang ditingkatkan kelarutannya.
h) Meloxicam
kuat dari COX-1, sehingga kurang merangsang mukosa lambung (Tjay dan
2.5 Hipotesis
analgetik pada penyakit gout di masyarakat Desa Cabi Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Banjar.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
atau teori -teori yang mendukung penelitian tersebut. Dengan adanya kerangka
(Notoatmodjo, 2010).
Masyarakat
Penyakit Gout
(Penggunaan Analgesik
non narkotik)
Pretest Pengetahuan
dan Sikap penguunaan
Analgetik
Penyuluhan
Posttest Pengetahuan
dan Sikap penguunaan
Analgetik
Pre Eksperimental Design dengan rancangan One Group Pre and Post Test, karena
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Desember 2018- Maret 2019.
2.9 Populasi
2010). Populasi target penelitian adalah warga yang tinggal di Desa Cabi
menderita penyakit gout dengan jumlah penduduk 82 orang menurut data yang
Empat Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan selama 3 bulan terakhir pada
2.10 Sampel
populasi yang akan diteliti. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode total
16
sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling
karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh
Sampel yang dimaksud adalah seluruh masyarakat yang dijumpai pada saat
a. Kriteria Inklusi adalah karakteristik sampel yang layak untuk diteliti meliputi
masyarakat yang menderita Gout Arthritis yang baru maupun lama, bersedia
b. Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti
berisi 10 pertanyaan dan untuk sikap 10 pertanyaan yang diisi oleh responden,
17
benar dan untuk jawaban yang salah/ganda/tidak diisi diberi skor 0. Selanjutnya
seluruh skor yang di dapat dari tiap pertanyaan dijumlahkan ( Hikmawati, 2017 ).
Rumus :
𝑥
𝑝 = 𝑛 𝑥 100%
Keterangan :
Skor Kategori
>80% Baik
<80% Kurang
Sebelum kuisioner diberikan kepada responden, yang ingin diteliti terlebih dahulu
harus dilakukan uji validitas dan reabilitas agar mendapatkan informasi yang sesuai
membatasi ruang lingkup dari variabel yang diamati, dan dilakukan agar
pengumpulan data konsisten antara sumber data yang satu dengan responden yang
lain. Berikut definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
18
Persiapan Instrumen
Pembuatan Kuesioner
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Hasil
Kesimpulan
sikap pengunaan analgetika pada penyakit gout di Desa Cabi Kecamatan Simpang
Empat.
1. Uji Validitas
Uji validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam
telah diisi oleh responden dilihat hasilnya melalui program SPSS. Jika nilai R
hasil lebih besar dari R table maka data tesebut dikatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
memberikan hasil yang sama saat diteskan pada kelompok yang sama (Arifin,
terhadap pengetahuan dan sikap penggunaan analgetika pada penyakit gout di Desa
Cabi Kecamatan Simpang Empat di uji validitas dan reliabilitas dengan cara
coba. Kemudian kuisioner tersebut diberi skor atau nilai jawaban dengan sistem
kuisioner, dipilih taraf signifikasi 0,05% artinya suatu kuisioner dianggap valid jika
jika jawaban terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
penggunaan analgetika.
mengikuti penyuluhan.
1. Editing adalah pemeriksaan data dari hasil kuesioner yang terkumpul dengan
memastikan data yang diperoleh telah lengkap dan dapat dibaca dengan baik.
2. Entry data adalah memasukkan data dari hasil kuesioner ke dalam komputer
data yang sudah di-entry untuk di perbaiki dan disesuaikan dengan data yang
telah dikumpulkan.
Data yang telah melalui proses pengolahan data dianalisis dengan program
SPSS. Pertama dilakukan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas telebih dahulu. Jika
memenuhi asumsi normalitas maka menggunakan uji parametris Uji Paired T.test
BAB IV
Responden dalam penelitian ini sebanyak 82 orang dan dapat dilihat pada
a. Umur
ini:
Pada Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang berhadir saat
orang (43,9%) dan paling sedikit adalah berumur 15-25 tahun dan 61-70 tahun
b. Jenis Kelamin
dibawah ini:
23
saat penyuluhan paling banyak adalah perempuan 57,3% dan paling sedikit
c. Pendidikan Terakhir
dan paling sedikit adalah perguruan tinggi dengan jumlah 3 orang (3,7%).
d. Pekerjaan
dibawah ini:
24
pekerjaan paling banyak adalah petani dengan jumlah 29 orang (35,4%) dan
Pengetahuan Sebelum
No. Jumlah Persentase
Penyuluhan
1. Kurang 69 84,1%
2. Baik 13 15,9%
Total 82 100%
Pengetahuan Sesudah
No. Jumlah Persentase
Penyuluhan
1. Kurang 39 47,6%
2. Baik 43 52,4%
Total 82 100%
penyuluhan tersebut.
masih kurang dan hanya sebanyak 13 orang (15,9%) yang memiliki sikap baik
Data yang didapatkan pada uji pertama yaitu Uji Normalitas dan Uji
Uji Paired T.test dan apabila tidak memenuhi maka menggunakan Uji Wilcoxon.
Normalitas didapatkan hasil p-value 0,000 (< α = 0,05) yang artinya data tersebut
tidak normal.
27
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Pengetahuan Based on Mean .007 1 162 .934
Based on Median .007 1 162 .933
Based on Median and .007 1 161.289 .933
with adjusted df
Based on trimmed mean .001 1 162 .970
Homogenitas didapatkan hasil p-value 0,934 (> α = 0,05) yang artinya data tersebut
homogen.
Test Statistics
Pengetahuan
Sesudah
Penyuluhan -
Pengetahuan
Sebelum
Penyuluhan
Z -6.850
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Wilcoxon didapatkan hasil p-value 0,000 (< α = 0,05) yang artinya terdapat
Chi-Square Tests
Berdasarkan tabel hasil analisis data diatas menggunakan uji Chi square
didapatkan hasil p-value 0,000 (< α = 0,05) yang artinya pemberian penyuluhan
penyakit gout di desa cabi kecamatan simpang empat kabupaten banjar provinsi
kalimantan selatan.
Normalitas didapatkan hasil p-value 0,000 (< α = 0,05) yang artinya data tersebut
tidak normal.
29
Homogenitas didapatkan hasil p-value 0,208 (> α = 0,05) yang artinya data tersebut
homogen.
Test Statistics
Sikap Sesudah
Penyuluhan -
Sikap Sebelum
Penyuluhan
Z -7.613
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Wilcoxon didapatkan hasil p-value 0,000 (< α = 0,05) yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan pada kelompok sikap sebelum penyuluhan dan sikap
sesudah penyuluhan
30
Chi-Square Tests
Berdasarkan tabel hasil analisis data diatas menggunakan uji Chi square
didapatkan hasil p-value 0,000 (< α = 0,05) yang artinya pemberian penyuluhan
penyakit gout di desa cabi kecamatan simpang empat kabupaten banjar provinsi
kalimantan selatan.
4.2 Pembahasan
Banjar.
31
A. Karakteristik Responden
responden berdasarkan umur yang paling banyak yaitu responden yang berusia
36-45 tahun dengan jumlah 36 orang (43,9%). Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan rentang umur yang biasanya beresiko terkena Gout Arthritis adalah
usia 30-50 tahun pada laki-laki, dan pada perempuan kebanyakan terjadi saat
memasuki usia menopause. Perbedaan angka kesakita Gout Arthtritis ini dapat
terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal, dimana kadar asam urat
2007).
perempuan lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-laki yaitu 57,3% dan
Arthritis adalah faktor intrinsik diantaranya jenis kelamin dan hormonal dimana
hormon estrogen. Tapi pada hasil penelitian di Desa Cabi kecamatan Simpang
berusi >40 tahun. Artinya pada usia ini wanita sudah menopause sehingga
hormone estrogen sudah berkurang. Pada hasil wawancara pola makan juga
sangat erat kaitannya dengan tingginya kejadian Gout Arthritis pada wanita.
mengatakan bahwa konsumsi makanan kaya zat purin yang terkandung dalam
32
binatang laut memberikan pengaruh yang sangat besar bagi peningkatan asam
urat dalam darah. Terkait dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga (memasak
makanan yang tinggi kadar purin), dan pada saat juga pengisian instrument
(Tjokoprawito, 2007).
dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pelatihan dan pengajaran, proses pembuatan dan cara
hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu 35,4%. Ibu rumah tangga yang
makanan cenderung akan lebih tergoda dengan berbagai makanan yang tidak
penyuluhan kesehatan memiliki sikap Baik yaitu 13 orang dan setelah diberikan
mencegahnya.
34
Banjar
penyuluhan kesehatan.
meningkatkan pola hidupnya yang dapat mengontrol kadar asam urat dengan
Banjar
kesehatan tentang Gout Arthritis terhadap sikap klien penyakit Gout Arthritis.
yang menghasilkan suartu perubahan diri yang semula belum diketahui menjadi
pengaruh pemberian buku saku Gout Arthritis terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku pasien Gout Arthritis Rawat jalan di RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou
Manado.
Arthritis. Sikap dan perilaku sehat terdiri dari monotoring kadar asam urat
tersebut secara mandiri, perencanaan makan (diet) latihan jasmani dan istirahat.
kesehatan melalui keluarga sehingga keluhan dan gejala penyakit Gout Arthritis
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
dan sikap penggunaan analgetika pada penyakit gout di desa cabi kecamatan