Anda di halaman 1dari 21

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal

di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Depkes RI 1988). Sedangkan menurut Padila (2012)

merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu

yang memiliki hubungan erat satu sama lain, dan saling bergantungan

yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai

tujuan tertentu.

Keluarga menjadi tempat bagi pertumbuhan dan

perkembangan individu, sehingga keluarga juga menjadi salah satu

aspek terpenting dari keperawatan (Susanto, 2012).

2. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Padila (2012)

mengidentifikasi adanya lima fungsi keluarga yang perlu diketahui,

yaitu :

a. Fungsi Afektif

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif juga berguna untuk

9
10

memenuhi kebutuhan psikososial lansia. Keberhasilan fungsi

afektif dapat dilihat melalui keluarga yang bahagia. Dimana

anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa

dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta juga merupakan sumber

kasih sayang.

b. Fungsi Sosialisasi

Proses perkembangan dan perubahan yang dialami lansia

menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Keluarga juga merupakan tempat dimana lansia

melakukan sosialisasi bersama dengan anggota keluarga dan

belajar disiplin, memiliki nilai atau norma, budaya dan lansia juga

mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota

keluarga seperti makanan, pakaian dan rumah.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Berfungsi untuk keluarga sebagai individu yang dapat

menyediakan makanan, pakaian dan rumah, melakukan asuhan

keperawatan pada lansia untuk mencegah terjadinya gangguan

dalam merawat lansia atau anggota keluarga yang sakit. Karena


11

asuhan keperawatan yang diberikan dapat mempengaruhi status

kesehatan pada lansia.

Menurut UU NO. 10 tahun 1992 jo PPNO. 21 tahun 1994,

secara umum fungsi keluarga dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Fungsi Keagamaan

a) Membina norma ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup

seluruh anggota keluarga.

b) Menerjemahkan agama ke dalam tingkah laku kehidupan sehari-

hari kepada seluruh anggota keluarga.

c) Memberikan contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari

tentang pengalaman dari ajaran agama.

d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang kurang diperolehnya di sekolahan dan

masyarakat.

e) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga sebgai

fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

2) Fungsi Budaya

a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma-norma serta budaya masyarakat dan bangsa

yang ingin dipertahankan.

b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

menyaring norma-norma dan budaya asing yang tidak sesuai.


12

c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh

negatif globalisasi dunia.

d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya dapat berprilaku baik sesuai dengan norma bangsa

indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang

dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung

terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

3) Fungsi Cinta Kasih

a) Menumbuh kembangkan potensial kasih sayang yang telah ada

antara keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal

dan terus-menerus.

b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota

keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.

c) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan

ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu

memberikan serta menerima kasih sayang sebagai pola hidup

ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

4) Fungsi Perlindungan

a) Memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman anggota keluarga

baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari

luar keluarga.
13

b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga

sebagai modal menuju keluarga kecil bahagian sejahtera.

5) Fungsi Reproduksi

a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi yang sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi

keluarga sekitarnya.

b) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang

berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan

jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal

yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

6) Fungsi Sosialisasi

a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan sebagai

wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.

b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari

berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpai, baik di

lingkungan sekolah maupun masyarakat.

c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal

yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan


14

kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak kurang diberiakan

oleh lingkungan sekolah atau masyarakat.

d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak sengaja dapat terjadi dalam keluarga

sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi

juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan

kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahasia

sejahtera.

7) Fungsi Ekonomi

a) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun didalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan

perkembanga kehidupan keluarga.

b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dna

pengeluaran.

c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,

selaras dan seimbang.

d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal

untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

8) Fungsi Pelestarian Lingkungan

a) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan di

dalam keluarga.
15

b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

ekstern keluarga.

c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga

dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan

hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil

bahagia sejahtera.

3. Bentuk Keluarga

Menurut Friedman (2014) ada beberapa bentuk dukungan

keluarga yaitu :

a. Keluarga Inti

Merupakan sebuah keluarga yang tinggal dalam satu atap bersama

istri dan anak.

b. Keluarga Adopsi

Adopsi dilakukan saat pasangan atau seseorang dewasa berencana

memutuskan mengadopsi seorang anak untuk berbagai alasan

agama, moral, keluarga, atau pribadi.

c. Keluarga Asuh

Sebuah layanan kesejahteraan abak, yaitu anak ditempatkan di

rumah yang terpisah dari salah satu orang tua atau kedua orang tua

kandung untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan fisik serta

emosional mereka.
16

d. Extended Family

Extended Family adalah keluarga yang didalamnya tinggal seorang

anak dengan minimal salah satu orang tua dan seseorang di luar

anggota keluarga inti, baik memiliki hubungan kekerabatan

ataupun tidak.

e. Keluarga Orang Tua Tunggal

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah

sebagai kepala rumah tangga yang sudah duda atau janda yang

bercerai, ditelantarkan, atau terpisah.

f. Keluarga Orang Tua Tiri

Keluarga orang tua tiri adalah keluarga yang pada awalnya

mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh dengan

stress.

g. Keluarga Binuklir

Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah

perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem

keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan

paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan

waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga.

h. Cohabiting Family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena

mempunyai beberapa alasan tertentu.


17

4. Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2014) dukungan keluarga merupakan sikap

maupun tindakan dalam memberikan dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarga tersebut. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan kepada anggota keluarga yang sakit jika

dibutuhkan kapan saja dan dimana saja.

5. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga melalui

komunikasi, dukungan emosional keluarga, dukungan melalui

interaksi sosial, dukungan keluarga melalui finansial, dukungan

keluarga dalam upaya penyediaan transportasi, dukungan melalui

upaya mempertahankan aktivitas fisik yang masih mampu dilakukan

lansia, dan dukungan keluarga dalam menyiapkan makanan.

Lingkungan sekitar memiliki solidaritas yang cukup baik dirasakan

oleh lansia. Bentuk- bentuk solidaritas yang dirasakan dan dapat

dikerjakan oleh para lansia misalnya melihat orang sakit, melayat

orang meninggal dan membantu tetangga yang punya hajatan

(Muhith, 2016).

Proses ini meliputi komunikasi antar anggota keluarga, tujuan,

dan cara pemecahan konflik. Tujuan tersebut memerlukan dukungan

keluarga secara psikologis antar anggota keluarga. Apabila dukungan


18

tersebut tidak didapatkan maka dapat menimbulkan konsekuensi

emosional seperti marah, depresi, dan perilaku yang menyimpang.

6. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Harnilawati (2013) Ada 4 kategori jenis dukungan

keluarga sebagai berikut :

a. Dukungan emosional

Yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi.

Aspek dari dukungan emosional seperti dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosi adalah

dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional

dan menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi. Tipe dukungan

seperti ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan,

cinta, kasih, dan emosi. Selama depresi berlangsung pada lansia,

lansia sering menderita secara emosional, sedih, cemas, bahkan

kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang

akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan

individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi,

bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya dan

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.

Pada dukungan emosional ini keluarga juga menyediakan tempat

istirahat dan memberikan semangat kepada lansia tersebut.


19

b. Dukungan informasional

Yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

atau disebut juga penyebar informasi. Yaitu menjelaskan tentang

pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah

dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang

diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus terjadi

pada individu. Aspek dalam dukungan ini berupa nasehat, usulan,

saran, petunjuk dan pemberian informasi.

c. Dukungan instrumental

Yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya : kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan

minum, istirahat, danterhindarnya penderita dari kelelahan.

Dukungan ini bersifat nyata dan berbentuk meteri yang bertujuan

untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan

keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga merupakan

sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup

dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta

modifikasi lingkungan.

d. Dukungan penilaian (appraisal)

Yaitu keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

identitas keluarga. Terjadi lewat ungkapan hormat atau positif


20

untuk lansiaberupa pujian atau reward terhadap tindakan atau

upaya penyampaian pesan ataupun masalah.

B. Lansia

1. Pengertian Lansia

Menurut Depkes RI (2001) lansia merupakan seorang laki-laki

atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik

masih berkemampuan (potensial) maupun karena suatu hal tidak

mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak

potensial). Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Nursalam, 2009).

WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.

2. Batasan Umur Lansia

Menurut Nursalam (2009) umur yang menjadi patokan

berkisar 60 tahun ke atas.

a. Menurut World Health Organization (WHO) ada 4 tahap sebagai

berikut :

1) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun


21

2) Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

3. Tipe Lansia

Menurut Nugroho (2008) ada beberapa macam tipe lansia

sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang

dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan

teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas : lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin,

menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan

kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,

status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabaran, mudah untuk

tersinggung, selalu menuntut, dan sulit untuk dilayani..

d. Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib

baik, mempunyai konsep habis, mengikuti kegiatan beribadat,

ringan kaki, pekerjaan apa saja yang dilakukan.

e. Tipe bingung : lansia yang sering kagetan, merasa kehilangan

kepribadian, selalu minder, suka menyesal, dan acuh tak acuh.


22

4. Proses Menua

Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi

di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah,

yang berati seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu :

anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis

maupun psikologis. Memasuki usia tua berati mengalami

kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit

yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan

figur tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2008).

C. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam

yang terjadi setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau

menyedihkan, misalnya kehilangan seseorang yang disayangi. Depresi

biasanya berlangsung selama 6-9 bulan, dan sekitar 15-20 % penderita

bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi

cenderung berulang sebanyak beberapa kali dalam kehidupan

seseorang (Junaidi, 2012).

2. Gejala Depresi

Gejala depresi muncul secara bertahap selama beberapa hari

atau minggu. Lansia tampak tenang dan sedih atau mudah tersinggung
23

dan cemas, lama-lama gejala tersebut bertambah berat dan menetap.

Gejala depresi yang paling serius akan mengakibatkan lansia

mempunyai pemikiran tentang bunuh diri.

Menurut Noorkasiani (2011) Ada beberapa gejala yang

ditimbulkan oleh lansia :

a. Afek depresif

b. Hilang minat

c. Penurunan BB/penambahan BB

d. Insomnia/hipersomnia

e. Aktivitas psikomotor menurun/meningkat

f. Kelelahan/lemas

g. Merasa tak berguna lagi : rasa bersalah

h. Sulit berkonsentrasi

i. Keinginan untuk mati

Menurut Hawari (2013) ada beberapa gejala depresi diantara

nya :

a. Afek disforik yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup

menurun, tidak semangat dan merasa tidak berdaya

b. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan

c. Nafsu makan menurun

d. Berat badan menurun

e. Konsentrasi dan daya ingat menurun


24

f. Gangguan tidur : insomnia (sukar / tidak dapat tidur) atau

sebaliknya yang disebut hipersomnia (terlalu banyak tidur).

Gangguan ini sering kali terjadi dengan mimpi yang tidak

menyenangkan, misalnya mimpi orang yang sudah meninggal

g. Agitasi atau retardasi paikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak

berdaya

h. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi

melakukan hobi, kreativitas menurun dan produktivitas juga

menurun

i. Gangguan seksual (libido menurun)

j. Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri

3. Tingkat depresi

Menurut (Maslim,1997 dalam Aspiani, 2014) Tingkatan

depresi ada 3 macam berdasarkan gejalanya yaitu :

a. Depresi ringan

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan

mudah lelah dan menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang menurun

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

b. Depresi sedang

1) Kehilangan minat dan kegembiraan


25

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan

mudah lelah dan menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

c. Depresi berat

1) Mood depresif

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan

mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)

dan menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang berkurang

4) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

6) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

7) Tidur terganggu

8) Disertai waham dan halusinasi

9) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

4. Faktor-faktor Resiko Depresi

Menurut Amir (2016) Adapun faktor resiko yang

mempengaruhi depresi :

a. Jenis Kelamin

Depresi lebih sering terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita

lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering


26

terdiagnosis. Selain itu, ada pula yang menyatakan bahwa wanita

lebih sering terpajang dengan stresor lingkungan dan ambangnya

terhadap stresor lebih rendah bila dibandingkan dengan pria.

Adanya depresi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon

pada wanita menambah tingginya prevalensi depresi pada wanita,

misalnya adanya depresi prahaid, postpartum dan postmenopause.

b. Usia

Depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Umur rata-rata wanita

antara 20-40 tahun. Faktor sosia lebih sering menempatkan

seseorang yang berusia muda pada resiko tinggi. Predisposisi

biologik-seperti faktor genetik juga sering memberikan pengaruh

pada seseorang yang berusia lebih muda. Walaupun demikian,

depresi juga dapat terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.

c. Status Perkawinan

Gangguan depresi mayor lebih sering dialami individu yang

bercerai atau berpisah bila dibandingkan dengan yang belum

menikah atau lajang. Status perceraian juga dapat menempatkan

seseorang pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita depresi.

Hal yang sebaiknya dapat pula terjadi, yaitu depresi menempatkan

seseorang pada resiko diceraikan. Wanita lajang lebih jarang

menderita depresi dibandingkan dengan wanita menikah.

Sebaliknya, pria yang menikah lebih jarang menderita depresi bila

dibandingkan dengan pria lajang. Depresi lebih sering pada orang


27

yang tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal

bersama kerabat lain.

d. Geografis

Di negara maju, depresi lebih sering terjadi pada wanita. Penduduk

kota lebih sering mengalami depresi dibandingkan dengan

penduduk desa. Depresi lebih tinggi dalam institusi perawatan

dibandingkan dengan di dalam masyarakat. Sekitar 10-15 %

penderita dalam perawatan akut menderita depresi mayor dan 20-

30 % menderita depresi minor. Depresi di pusat kesehatan

masyarakat lebih tinggi bila dibandingkan dengan populasi umum.

e. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi lebih tinggi

pada subyek penderita depresi bila dibandingkan dengan kontrol.

Begitu pula, riwayat keluarga bunuh diri dan menggunakan alkohol

lebih sering pada keluarga penderita depresi dari pada kontrol.

Dengan perkataan lain, resiko depresi semakin tinggi bila ada

riwayat genetik dalam keluarga.

f. Kepribadian

Seseorang dengan kepribadian yang lebih tertutup, mudah cemas,

hipersensitif, dan lebih bergantung pada orang lain rentan terhadap

depresi.

g. Stresor Sosial

Stresor merupakan suatu keadaan yang dirasakan sangat menekan

seseorang sehingga tidak dapat beradaptasi dan bertahan. Stresor


28

sosial merupakan faktor seriko yang terjadi nya depresi. Peristiwa -

peristiwa kehidupan baik yang akut kronik dapat menimbulkan

depresi. Misalnya, persekcokan yang hampir berlangsung tiap hari

di tempat kerja atau dirumah tangga, kesulitan keuangan, dan

ancaman yang menetap terhadap keamanan (tinggal di daerah yang

berbahaya atau konflik) dapat mencetuskan depresi.

h. Dukungan Sosial

Faktor-faktor dukungan sosial yang dapat memodifikasi pengaruh

stresor psikososial terhadap depresi telah menjadi perhatian dalam

penelitian psikiatri. Seseorang yang tidak terintegrasi ke dalam

masyarakat cendrung menderita depresi. Dukungan sosial terdiri

dari empat komponen : jaringan sosial, integrasi sosial, dukungan

sosial yang didapat dan dukungan instrumental.

i. Tidak Bekerja

Tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur juga merupakan

faktor resiko terjadinya depresi. Suatu survei yang dilakukan

terhadap wanita dan pria di bawah 65 tahun yang tidak bekerja

sekitar enam bulan melaporkan bahwa tiga kali lebih sering pada

pengangguran dari pada yang bekerja.

Menurut Noorkasiani (2009) faktor risiko yang dapat

menyebabkan terjadinya depresi adalah sebagai berikut :

a. Kehilangan/ meninggal orang (objek) yang dicintai

b. Sikap pesimistik
29

c. Kecenderungan berasumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang

mengecewakan

d. Kehilanganintrgritas pribadi

e. Berpenyakit degenetarif kronik, tanpa dukungan sosial yang

adekuat

D. Skrining Depresi pada Lansia

Sasaran skrining kesehatan memang ditujukan bagi setiap lansia,

namun sasaran utamanya adalah mereka yang berada dalam kategori risiko

tinggi. Skrining merupakan mengidentifikasi ada tidaknya penyakit atau

kelainan yang sebelumnya tidak diketahui dengan menggunakan berbagai

tes pemeriksaan fisik dan prosedur lainnya, agar dapat memilah dari

sekelompok individu, mana yang tergolong mengalami kelainan

(Nookasiani, 2009). Salah satu alat yang paling mudah digunakan dan

diinterprestasikan di berbagai tempat adalah Geatric Depression Scale

(GDS).

GDS ini terdiri dari 30 pertanyaan yang masing-masing jawaban

terdiri dari “Ya” dan “Tidak”. Pertanyaan Favorable nomor (2, 3, 4, 6, 8,

10 ,11 ,12 ,13 ,14 ,16 ,17 ,18 ,20 ,22 ,23 ,24 ,25 ,26, 28, dan 30) jika

jawaban “Ya” maka skornya 1 dan jika jawaban “Tidak” maka skor 0.

Sedangkan pertanyaan Unfavorable nomor (1, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 27, dan

29) jika jawaban “Tidak” diberi skor 1 dan jawaban “Ya” diberi skor 0.

Anda mungkin juga menyukai