Anda di halaman 1dari 48

Kepada:

dr. Harancang Pandih K, Sp.A

Laporan kasus II

Seorang bayi laki-laki usia 5 bulan dengan diare akut, Dehidrasi sedang,
Status gizi Baik

Pembimbing :

dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A, Msi.Med

dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A, MSi.Med

dr. Neni Sumarni, Sp.A

dr. Adriana Lukmasari, Sp.A

dr. Harancang Pandih K, Sp.A

Penyusun :

Fiareza Dilaga, S.Ked

030.12.108

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEMARANG

PERIODE 19 februari-28 april 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas Anugerah Keselamatan dan Belas Kasih-Nya yang telah
memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Sari Pustaka dengan judul “Seorang
bayi laki- laki usia 5 bulan dengan, Diare akut, Dehidrasi sedang, Status gizi baik” Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Kesehatan Anak,

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr.Harancang Pandi K,
SP.A, selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik . Dan
kepada para dokter dan staff Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro,
serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak. Penulis sangat terbuka
dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Semarang, April 2018

Penulis

Fiareza Dilaga,s.ked

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus II

“Seorang bayi laki-laki usia 5 bulan dengan Diare akut, Dehidrasi sedang, Status gizi baik”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT Anak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

Semarang, April 2018

dr. Harancang Pandih K, Sp.A

3
A. IDENTITAS PASIEN DAN ORANG TUA/WALI

DATA PASIEN AYAH IBU

Nama By. A Tn. M Ny. N

Umur 5 bulan 32 tahun 26 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan

Alamat Sembungharjo, Genuk, Semarang

Agama Islam Islam Islam

Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa

Pendidikan - SMA SMP

Pekerjaan - Karyawan swasta IRT

Penghasilan -  Rp. 3.000.000,- /bulan -

Keterangan Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung

Asuransi BPJS

No. RM 897496

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap Ibu kandung pasien pada hari
Sabtu tanggal 11 maret 2018 pukul 10.30 WIB, di Ruang Nakula 4 RSUD Krmt
Wongsonegoro, Semarang.

 Keluhan Utama : BAB cair sejak 3 hari SMRS

4
 Keluhan Tambahan: demam, muntah

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke UGD RSUD Krmt Wongsonegoro pada hari Jumat, 9 Maret
2018 pukul 07.50 bersama orang tua dan neneknya dengan keluhan BAB cair sejak 3
hari SMRS. BAB cair ≥ 5x/hari, ampas (+), lendir (-), darah (-). Sebelum bab cair, ibu
pasien mengeluh adanya demam 5 hari SMRS, demam awalnya dirasa tinggi
(pengukuran hanya dilakukan dengan telapak tangan ibu pasien), demam naik turun.
Demam disertai dengan muntah 3-4x/hari isi susu. Ibu pasien sebelumnya sudah
membawa pasien berobat ke dokter 1x namun tidak ada perbaikan. Menurut ibu pasien,
pasien menjadi semakin rewel dan cengeng semenjak sakit, dan jika menangis air mata
tidak keluar, minum pasien banyak seperti kehausan. Akhir- akhir ini pasien sering
memasukkan mainan dan benda-benda yang ia pegang ke dalam mulut.
Keluhan lain seperti batuk, pilek, kejang disangkal, BAK dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan di UGD 4 RSUD Krmt Wongsonegoro berupa tanda vital seperti HR
160x/menit, RR 32x/menit, Suhu 38,2 °C. Status generalis didapatkan mata cekung +/+,
peristaltik usus meningkat, turgor kulit baik.
Kondisi saat ini (11/03/2018) demam (-), mual (-) muntah (-), BAB cair (+)
namun sudah menurun yaitu 1x ampas (+) lendir (-) darah (-).

 Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang, operasi, riwayat trauma, riwayat alergi obat
maupun makanan, penyakit paru, jantung dan ginjal
 Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal seperti ini. Tidak
ada keluarga yang memiliki penyakit darah tinggi, kejang, paru, jantung, ginjal, dan
kencing manis. Riwayat keluarga yang memiliki keganasan juga disangkal.

5
 Riwayat Lingkungan Perumahan

Orang tua pasien tinggal di rumah milik orang tuanya. Rumah tersebut
berukuran ± 50 m2, beratap genteng, berlantai ubin, berdinding tembok. Di rumah
tersebut tinggal ibu pasien, ayah pasien, nenek pasien dan pasien. Cahaya matahari dapat
masuk ke dalam rumah, jendela rumah dibuka setiap pagi hari, penerangan rumah
memakai listrik, sumber air bersih berasal dari sumur. Setiap hari rumah dibersihkan.
Jarak septic tank dengan wc ± 10 m.
Kesan : Keadaan lingkungan rumah, sanitasi, ventilasi dan pencahayaan cukup
baik.

 Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien berprofesi sebagai karyawan swasta dengan penghasilan  Rp.


3.000.000,-/bulan. Ibu pasien tidak bekerja. Hasil penghasilan tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan 4 orang, yaitu kedua orang tua pasien, nenek pasien dan pasien.
Kesan: Riwayat sosial ekonomi cukup.

 Riwayat Kehamilan, Pemeriksaan Prenatal, dan Kelahiran


Anemia (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-),
Morbiditas kehamilan penyakit jantung (-), penyakit paru (-),
merokok(-), infeksi (-), minum alkohol (-)
Rutin kontrol ke puskesmas 1 kali setiap bulan
Kehamilan sampai usia kehamilan 7 bulan dan setiap 2
minggu sekali setelahnya sampai menjelang masa
Perawatan antenatal
persalinan. Riwayat imunisasi TT (+) 2 x,
konsumsi suplemen selama kehamilan (-), riwayat
minum obat tanpa resep dokter dan jamu (-)
Tempat persalinan Rumah
Kelahiran Penolong persalinan bidan
Cara persalinan Spontan Pervaginam

6
Masa gestasi Cukup bulan (9 bulan)
Berat lahir : 3200 gr
Panjang lahir: 46 cm
Lingkar kepala : (orangtua pasien tidak ingat)
Keadaan bayi Langsung menangis (+)
Kemerahan: (+)
Nilai APGAR: (orangtua tidak tahu)
Kelainan bawaan: (-)

Kesan : Riwayat perawatan antenatal cukup baik, Neonatus aterm, lahir spontan,
bayi dalam keadaan bugar.

 Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Pemeliharaan setelah kelahiran dilakukan di rumah sakit dengan dokter
spesialis.

 Corak Reproduksi Ibu

Ibu P1A0, pasien adalah anak pertama dan berjenis kelamin laki-laki.

 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3200 gram, Panjang badan 46 cm
Berat badan sekarang 6,9 kg, Panjang badan 62 cm

Psikomotor :
 Senyum : 2 bulan
 Tengkurep : 4 bulan
 Membangkitkan kepala dengan tegak : 4 bulan
 Menoleh ke arah suara. : 5 bulan

7
 Duduk :-
 Merangkak :-

Kesan: Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak baik. Tidak ada


keterlambatan kemampuan psikomotor.

 Riwayat Makan dan Minum

Ibu memberikan ASI ekslusif sampai saat ini dan belum diberikan makanan
pendamping ASI. Ibu pasien selalu memberi ASI setiap pasien ingin minum. Semenjak
sakit pasien seperti kehausan, frekuensi minum ASI meningkat.

Kesan: kualitas dan kuantitas minum baik

 Riwayat Imunisasi
ULANGAN
VAKSIN DASAR (umur)
(umur)
Hepatisis B 0 bulan 1 bulan 3 bulan 4 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
BCG 2 bulan - - - - - -
DTP 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - - -
Campak - - - - - - -

Kesan: Imunisasi dasar pasien lengkap.

8
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Maret 2018 pukul 11.30 WIB di Ruang
Nakula 4

I. Keadaan Umum
Kesadaran: E4 M5 V6  GCS 15 (compos mentis)
Pasien tampak sakit sedang, gelisah, rewel, tanda dehidrasi (+), perut kembung (-),
pucat (-), sesak (-), retraksi (-), sianosis (-), kejang (-), terpasang infus RL (+).

II. Tanda Vital


Nadi : 144 x/menit reguler, kuat, isi cukup
Pernapasan : 36 x/menit reguler
Suhu : 37, 3oC, Axilla

III. Data Antropometri


Berat badan sekarang : 6,5 kg
Panjang badan sekarang : 63 cm
Lingkar kepala : 43 cm

IV. Status Internus


i. Kepala: normocephali, lingkar kepala 43 cm, UUB datar (+)
 Rambut: Hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
 Wajah : Simetris, tidak tampak kelainan dismorfik
 Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema palpebral (-
/-), mata cekung (+/+), air mata (-/-), pupil isokor 3 mm/ 3mm, reflex
cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+), strabismus (-
/-).
 Hidung : Bentuk normal, simetris, septum deviasi (-/-), sekret (-/-),
pernafasan cuping hidung (-)

9
 Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-),
discharge (-/-)
 Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), pucat (-), stomatitis (-), mukosa
hiperemis (-), saliva (+)
ii. Leher: Kelenjar tiroid tidak membesar, kelenjar getah bening tidak membesar.
iii.Toraks: Dinding toraks normotoraks dan simetris.
o Paru:
 Inspeksi: Bentuk datar, Pergerakan dinding toraks kiri-kanan
simetris, retraksi (+)
 Palpasi: Simetris tidak ada hemithoraks yang tertinggal
 Perkusi: tidak dilakukan pemeriksaan
 Auskultasi: Suara napas vesikuler (+/+), rhonki(-/-),wheezing(-/-).
o Jantung:
 Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak.
 Palpasi: Iktus kordis teraba di ICS IV 1 cm midklavikula sinistra,
thrill (-)
 Perkusi: Tidak dilakukan pemeriksaan
 Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).
iv. Abdomen:
 Inspeksi: simetris, smiling umbilicus (-)
 Auskultasi: Bising usus (+) frekuensi 3x/menit
 Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), distensi (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, nyeri suprapubik (-), turgor kulit baik
 Perkusi: Timpani pada seluruh kuadran abdomen
v. Genitalia: Jenis kelamin laki-laki
vi. Anorektal : Anus (+) diaper rash (-)
vii. Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, ruam (-), ptekie(-
), ekimosis (-), pucat (-)
viii. Ekstremitas:
Keempat ekstremitas lengkap, simetris

10
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi

V. Status Neurologis
 Tanda rangsang meningeal :
- Kaku kuduk : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Kernig : (-)
- Laseque : (-)
 Reflek fisiologis : (+/+)
 Refleks patologis : (-/-)

11
D. PEMERIKSAAN KHUSUS
 Lingkar Kepala (Kurva Nellhaus)

Lingkar kepala : 43 cm
Kesan: Normosefali

12
Pemeriksaan Status Gizi (Kurva CDC)

Data Antropometri Perhitungan status gizi (menurut CDC)


Bayi laki-laki usia 5 bulan BB/U = 6,5/7,2 x 100% = 90,2%
BB 6,5 kg (berat badan menurut usia normal)
PB/U= 63/65 x 100% = 92,9%
PB 63 cm
(tinggi badan menurut usia normal)
BB/PB = 6,5/6,9 x 100% = 94,2%
BB/PB
(gizi baik menurut berat badan per tinggi badan)

13
Kesan: Status gizi baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium di RSUD Krmt Wongsonegoro


10/03/2018 (Pukul 10.57 WIB)

Hasil Nilai Rujukan


CBC
Hemoglobin 10,8 10,1-12,9 g/dl
Lekosit 18,7 6,0-17,5 103/µl
Hematokrit 29,2 28-42%
Trombosit 299 217-497 103/µl
Eritrosit 4,1 3,2-5,2 106/µl
RDW 13,6 11,5-14,5%
MCV 73,5 73-109 U
MCH 23,7 21-33 Pcg
MCHC 33,6 28-32 g/dl
Diff
Netrofil 28,9 25-60
Limfosit 58,8 25-50
Monosit 10,3 1-6
Eosinofil 2 1-5
Basofil 0,1 0-1
Elektrolit
Natrium 134 132-145 mmol/l
Kalium 4,85 3,1-5,1 mmol/l
Klorida 109 96-106 mmol/l

14
F. RESUME
Pasien bayi laki-laki usia 5 bulan datang ke UGD RSUD Krmt Wongsonegoro pada
hari Jumat, 9 Maret 2018 pukul 07.50 bersama orang tuanya dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari SMRS. BAB cair ≥ 5x/hari, ampas (+), lendir (-), darah (-). Sebelum bab cair,
demam (+) 5 hari SMRS, naik turun. Muntah (+) 3-4x/hari isi susu. Riwayat pengobatan
(+) ke dokter 1x namun tidak ada perbaikan. Pasien gelisah, rewel dan cengeng semenjak
sakit, air mata tidak keluar, minum banyak seperti kehausan. Akhir- akhir ini pasien sering
memasukkan mainan dan benda-benda yang ia pegang ke dalam mulut. Keluhan lain seperti
batuk, pilek, kejang disangkal, BAK dalam batas normal. Hasil pemeriksaan di UGD
RSUD Krmt Wongsonegoro berupa tanda vital seperti HR 160x/menit, RR 32x/menit,
Suhu 38,2 °C. Status generalis didapatkan peristaltik usus meningkat, turgor kulit baik.
Keadaan lingkungan rumah kurang baik, sanitasi, ventilasi dan pencahayaan cukup
baik. Riwayat sosial ekonomi cukup. Riwayat perawatan antenatal baik, neonatus aterm,
lahir spontan, bayi dalam keadaan bugar. Riwayat pemeliharaan setelah kelahiran
dilakukan di posyandu. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak baik. Tidak ada
keterlambatan kemampuan psikomotor. Kualitas dan kuantitas makan dan minum baik.
Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Maret 2018, didapatkan hasil nadi 144
x/menit reguler, kuat, isi cukup, RR 36 x/menit reguler, suhu 37, 3oC, Axilla. Keadaan
umum, kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, gelisah, rewel, tanda dehidrasi
(+), perut kembung (-), pucat (-), sesak (-), retraksi (-), sianosis (-), kejang (-), terpasang
infus RL (+). Status generalis didapatkan UUB datar (+), mata cekung (+/+), air mata (-/-),
turgor baik, akral hangat. Status neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan khusus
berupa lingkar kepala dengan kurva nellhaus didapatkan kesan normocephali dan status
gizi kesan baik. Pemeriksaan penunjang hasil laboratorium dalam batas normal.

15
G. DAFTAR MASALAH
 Bab cair
 Mual, muntah
 Demam

H. DIAGNOSIS BANDING
Diare akut dengan dehidrasi  Infeksi
ringan-sedang (tidak berat) - Enteral
- Parenteral
 Non infeksi
- Makanan
- Konstitusi
- Psikis
Status Gizi  Gizi Baik
 Gizi Kurang
 Gizi Buruk

I. DIAGNOSIS KERJA
 Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang (dehidrasi tidak berat)
 Gizi Baik

J. PEMERIKSAAN ANJURAN
 Feses rutin
 Darah rutin
 Elektrolit
 Gula Darah Sewaktu
 Urinalisis

16
 Uji widal

K. PENATALAKSANAAN

a. Non medikamentosa
 Rawat inap untuk monitoring gejala
 Monitor KU, TV, TD
 Nutrisi : ASI tetap diteruskan
 Edukasi orang tua

b. Medikamentosa
 Rehidrasi : IVFD RL 7 tpm
 Zinc : 10 mg/hari
 L-BIO 1x1 sachet
 Inj. Paracetamol 3x70mg

L. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : ad bonam

17
M. FOLLOW UP

10 Maret 2018 11 Maret 2018 pkl 07.00


Tgl
Hari Perawatan ke-1 Hari Perawatan ke-2

S BAB cair 5x/hsri sejak 3 hari SMRS, ampas (+) BAB cair (+) 3xampas (+) lendir (-)
lendir (-) darah (-). Demam sejak 1 hari SMRS, darah(-) , mual (+) muntah (+) 2-3x isi
mual (+), muntah (+), batuk (-) pilek (-) susu, demam (+)

O Kesadaran : Kesadaran :
CM, E4M6V5 GCS 15 CM, E4M6V5 GCS 15
Tanda Vital : Tanda Vital :
N: 139x/m, RR: 38x/m, S: 38,2°C N: 140x/m, RR: 32x/m, S: 39,0°C
Status generalis : Status generalis :
Kepala : Normosefali Kepala : Normosefali,
Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/- Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera
) ikterik (-/-)
Thorax: SNV +/+,rh -/-, wh-/-, Thorax: SNV +/+,rh -/-, wh-/-,
S1S2 reg m(-), g(-), retraksi (-) S1S2 reg m(-), g(-), retraksi (-)
Abd: BU, supel,turgor(+) Abd: BU 3x/menit, supel, turgor (+)
Eks:Akral hangat, CRT < 2” Eks:Akral hangat, CRT < 2”
Status neurologis : dbn Status neurologis : dbn
A Gastroenterritis dengan dehidrasi sedang Gastroenterritis dengan dehidrasi
sedang
P 1. IVFD RL 7 tpm 1. IVFD RL 7 tpm
2. Inj Cefotaxime 3x 200 mg 2. Inj Cefotaxime 3x 200 mg
3. Inj. Ondancentron 3x⅓ ampul 3. Inj. Ondancentron 3x⅓ ampul
4. Paracetamol drop 3x0,8 ml 4. Paracetamol drip 3x0,8 ml
5. Zinc syr 1x1 cth 5. Zinc syr 1x1 cth
6. L-BIO 1x1 sachet 6. L-BIO 1x1 sachet
7. Inj. Gentamisin 2x15 mg
8. Diazepam 3x1,5 mg

18
12 Maret 2018 pkl 07.00 13 Maret 2018 pkl 7.00
Tgl
Hari Perawatan ke-3 Hari Perawatan ke-4

S BAB cair (+) 2x ampas (+) lendir (-) darah Keluhan (-)
(-), mual (-) muntah (-) demam (-)

O Kesadaran : Kesadaran :
CM, E4M6V5 GCS 15 CM, E4M6V5 GCS 15
Tanda Vital : Tanda Vital :
N: 138x/m, RR: 38x/m, S: 36,4°C N: 140x/m, RR: 34x/m, S: 36,7°C
Status generalis : Status generalis :
Kepala : Normosefali Kepala : Normosefali,
Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-) ikterik (-/-)
Thorax: SNV +/+,rh -/-, wh-/-, Thorax: SNV +/+,rh -/-, wh-/-,
S1S2 reg m(-), g(-) S1S2 reg m(-), g(-)
Abd: BU 3x/menit, supel,turgor(+) Abd: BU 3x/menit, supel, turgor (+)
Eks:Akral hangat, CRT < 2” Eks:Akral hangat, CRT < 2”
Status neurologis : dbn Status neurologis : dbn
A Gastroenterritis dengan dehidrasi sedang Gastroenterritis dengan dehidrasi sedang

P 1. IVFD RL 7 tpm ACC Pulang :


2. Inj Cefotaxime 3x 200 mg 1. Aff infus
3. Inj. Ondancentron 3x⅓ ampul obat pulang :
4. Paracetamol drop 3x0,8 ml - L-BIO 1x1 sachet
5. Zinc syr 1x1 cth - L-zinc 1x1 cth
6. L-BIO 1x1 sachet
7. Inj. Gentamisin 2x15 mg
8. Inj. Paracetamol 3x70mg
9. Diazepam 3x1,5 mg

19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai
lendir dan darah maupun tidak.1 Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali per hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu

Epidemiologi
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tetinggi
terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola
ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif
bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung
dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan
enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih
besar dan pada orang dewasa.

Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :

a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang
dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab
utama kematian bagi penderita diare. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau
anak 3 kali atau lebih perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan

20
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari dua minggu. Pada bayi yang
minum ASI, sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini
tidak disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa
sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.

b. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.

c. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya
komplikasi pada mukosa.

d. Diare dengan masalah lain


Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Etiologi
a. Infeksi
1. Virus (30–40%) : rotavirus, norwalk virus, norovirus, adenovirus, astrovirus,
cytomegalovirus, coronaviruses.
2. Bakteri dan parasit(20-30%) : vibrio cholerae, salmonella, clostridium difficile,
shigella, e. coli, giardia, entamoeba
3. Helminth: Strongyloides
4. Infeksi lain: Otitis media, sepsis, penyakit menular seksual.

b. Non infeksi
1. Diare osmotik: Pada diare ini natrium tinja rendah (30-40 mEq/L), diare air,
disebabkan kerusakan microvili usus akibat virus. Virus yang menginfeksi lapisan
epitelium diusus halus menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sehingga

21
cairan dan makanan akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi
hiperperistaltik usus sehinggan cairan dan makanan yang tidak terserap terdorong
keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik.(27)
2. Diare sekeretorik: Pada diare ini natrium tinja tinggi (60-120 mEq/L), diare air,
disebabkan laksans yang meningkatkan sekresi usus.
3. Penyebab umum : obstruksi usus, asupan toksik, keadaan inflamatorik dan alergik (
intoleransi laktosa, spru seliak, efek samping obat).

Diare akut adalah salah satu penyakit yang paling umum pada bayi dan anak-anak di
seluruh dunia. Adenovirus, rotavirus dan norovirus, merupakan patogen penyebab penting diare
masa kanak-kanak. Biasanya merupakan penyebab 3,2-12,5% dari kasus diare akut, dan lebih
tinggi di negara-negara berkembang dibandingkan di negara maju.

Rotavirus tetap menjadi penyebab paling umum dari diare akut pada anak diseluruh
dunia, yang menyebabkan sekitar 453 000 kematian dan lebih dari 2 juta dirawat di rumah sakit
setiap tahun pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Meskipun perbaikan dalam sanitasi dan air
bersih, paparan rotavirus selama 2 tahun pertama kehidupan tetap tinggi.(26) Rotavirus adalah
virus yang paling sering menyebabkan diare akut, dan peringkat kedua sebagai penyebab diare
akut adalah bakteri yaitu Enteroaggregative escherichia coli (EAEC).(7) EAEC diidentifikasi
dengan HEp-2 cell adherence assay dikaitkan dengan penyakit diare akut pada anak-anak yang
berada di negara berkembang dan daerah industri. Daerah geografis di mana EAEC itu paling
sering diidentifikasi pada anak dengan diare akut yaitu di Belgrade, Yugoslavia (12 [75%] dari
16 orang) dan Fortaleza, Brasil (24 [46%] dari 52) dan New Orleans, Louisiana (5 [24%] dari
21).

Rotavirus adalah virus RNA yang tergolong dalam famili Reoviridae. Penularan
rotavirus terjadi melalui faecal-oral. Rotavirus akan menginfeksi dan merusak sel-sel yang
membatasi usus halus dan menyebabkan diare cair akut dengan masa inkubasi 24-72 jam. Gejala
yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat, didahului oleh muntah -muntah yang diikuti 4-
8 hari diare hebat yang dapat menyebabkan dehidrasi berat dan berujung pada kematian.
Mekanisme terjadinya diare oleh infeksi rotavirus meliputi malabsorbsi akibat kerusakan sel
usus (enterosit), toksin, perangsangan saraf enterik serta adanya iskemik pada vilus. Rotavirus
yang tidak ternetralkan oleh asam lambung akan masuk ke dalam bagian proksimal usus.

22
Rotavirus kemudian akan masuk ke sel epitel dengan masa inkubasi 18-36 jam, dimana pada
saat ini virus akan menghasilkan enterotoksin NSP-4. Enterotoksin ini akan menyebabkan
kerusakan permukaan epitel pada vili, menurunkan sekresi enzim pencernaan usus halus,
menurunkan aktivitas Na+ kotransporter serta menstimulasi syaraf enterik yang menyebabkan
diare. Kami menemukan diare rotavirus menyerang 78,4% kasus berumur kurang dari 2 tahun
dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 6-23 bulan (65,5%). Anak umur 6-23 bulan
rentan terkena infeksi rotavirus karena kadar antibodi ibu yang diperoleh melalui ASI mulai
menurun dan mulai memasuki fase oral ketika anak suka memasukkan semua benda yang
dipegang ke dalam mulut.

Faktor Resiko
Faktor penyakit diare adalah sebagai berikut :

1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare


Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita.

2. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya
diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI eksklusif, kurang
gizi/malnitrisi, infeksi campak, gangguan imunitas(misal: HIV).

3. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor yang
dominan, yaitu ketersediaan air bersih dan sarana pembuangan tinja. Apabila lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman maka berisiko terjadinya diare pada anak.

Anak-anak dari rumah tangga yang tidak memilik sumber air minum bersih 2 kali lebih
berisiko menderita diare dari pada rumah tangga yang memiliki sumber air bersih.
Demikian pula, anak-anak dari rumah tangga yang tidak memiliki sarana pembuangan tinja
berisiko 6 kali menderita diare dari pada rumah tangga yang memiliki sarana pembuangan
tinja.

23
4. Faktor Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi meliputi umur ibu, tingkat pendidikan ibu, dan jenis pekerjaan
ibu.

a. Umur ibu
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur.

b. Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat.
Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai
pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya
penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan,
menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan
preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status
kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
rendah angka kematian bayi dan kematian ibu.

Ibu dengan pendidikan tinggi dianggap memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
mendapatkan informasi dari pada ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ibu
dengan status pendidikan rendah mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang dampak
faktor risiko potensial, seperti pasokan air bersih, pemanfaatan jamban, kebersihan, dan
sanitasi, pada terjadinya diare Oleh karena itu, penelitian menunjukkan bahwa lebih tinggi
prevalensi diare (67,5%) dalam rumah tangga dengan ibu dengan tingkat pendidikan
rendah.(13)

c. Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial,
pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu
kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan determinan

24
terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status
kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja.

Pekerjaan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan diare pada anak. Anak-anak
dari ibu yang memiliki pekerjaan sekitar dua kali lebih mungkin untuk menderita diare
dibandingkan dengan anak dari ibu yang tidak bekerja.(19)

5. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan
risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut :

a. Pemberian ASI eksklusif


ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak memberikan ASI
eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko
untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

ASI merupakan makanan ideal yang memenuhi persyaratan gizi bayi muda,
didalam ASI terdapat antibodi untuk melindungi mereka terhadap penyakit menular dan
mengurangi eksposur mereka terhadap makanan dan air yang terkontaminasi. kelanjutan
menyusui selama 13 bulan atau lebih secara signifikan mengurangi kejadian penyakit
diare. Risiko kematian balita yang menderita diare adalah 2.5 kali dengan pemberian
ASI, dan 9 kali lebih besar pada anak yang tidak diberikan ASI.

b. Pengunaan air bersih


Air bisa tercemar bisa dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat peyimpanan tidak tertutup atau tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk
mengurangi risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi.

Sebagian besar negara-negara berkembang memiliki lingkungan yang


terkontaminasi dengan penyakit menular, di mana orang-orang, termasuk bayi dan anak
kecil, yang terkena air berpotensi terkontaminasi dengan patogen enterik, termasuk yang

25
menyebabkan penyakit diare. Kurangnya sanitasi dan praktek-praktek higienis
merupakan kontributor penting untuk penyakit diare, dan perilaku higienis terendah
terdapat di negara-negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika. Lebih dari 1
miliar orang saat ini tidak memiliki akses ke air bersih. Diperkirakan bahwa intervensi
dalam penyediaan air, sanitasi dan kebersihan dapat mengurangi kejadian diare sebesar
seperempat (25%) dan kematian anak sebesar 65%.

c. Kebiasaan cuci tangan


Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi
makan anak dan sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

Mencuci tangan dengan sabun yang sesuai adalah intervensi yang kuat yang
telah diamati untuk mengurangi insiden kedua diare dan pneumonia oleh setidaknya
50%, dan efektif bila dipraktekkan di lingkungan yang terkontaminasi.

d. Pembuangan tinja bayi


Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Hasil penelitian menunjukkan
tentang penurunan 60% diare anak di rumah tangga yang membuang tinja anak dengan
cara yang aman daripada anak-anak dari rumah tangga yang dibuang tinja dengan cara
yang tidak aman.

Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik. Meskipun
dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan pada infeksi
saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.

 Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan
ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus

26
halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas.
Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus
jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan
banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,
dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na
normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap
tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,
sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon,
sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang sama.

 Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus
yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan
sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. cholera.01.7
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik dapat
dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan kalium
(K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan
jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas
tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+).
Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda
osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare
mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknya kurang dari 20
mOsm/L.6

27
Karakteristik Osmotik Sekretorik

Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari

Puasa Diare berhenti Diare berlanjut

Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L

Reduksi (+) (-)

pH tinja <5 >6

Tabel 3. Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin


bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu
bentuk dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini terutama
bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang
selanjutnya akan mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan protein kinase akan
menyebabkan fosforilase membrane protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran
ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan aktivitas
pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-

 Gangguan Motilitas
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi
perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan ataupun
penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit
obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang
berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan
malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat
disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan
motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsorbsi asam
empedu, dan berbagai peyakit lain.

28
 Proses Inflamasi di Usus Halus dan Kolon

Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan
seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare
akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare laina seprti diare osmotik dan
sekretorik.

Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.

A. Gejala gastrointestinal berupa :


Diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.

B. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa :


paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat), hipotoni dan
kelemahan otot (C. botulinum).

Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


klinik

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual Sering Jarang Sering + - -


muntah

29
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Sering kramp
kramp kolik kramp

Nyeri kepala - + + - - -

Lamanya 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit

Sifat tinja

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 /hari > 10x/hari Sering sering Sering Terus menerus

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair


sering

Darah - ± Kadang - + -

Diagnosis
 Anamnesis
Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan menentukan tiga hal berikut :

1) Persistensinya

2) Etiologi

3) Derajat dehidrasi.

Hal-hal ini dapat diketahui melalui anamnesa yang terperinci.

Untuk menentukan persistensinya, perlu ditanyakan kepada orang tua pasien,


sudah berapa lama pasien menderita diare. Apakah sudah lebih dari 14 hari atau belum,
sehingga nantinya dapat ditentukan apakah diare pada pasien termasuk diare akut atau

30
diare persisten. Hal ini berkaitan dengan tatalaksana diare yang berkaitan dengan
penyulit ataupun komplikasi dari diare tersebut.

Untuk menentukan etiologi, diagnosis klinis diare akut berdarah hanya


berdasarkan adanya darah yang dapat dilihat secara kasat mata pada tinja. Hal ini dapat
ditanyakan pada orang tua pasien maupun dilihat sendiri oleh dokter. Pada beberapa
episode Shigellosis, diare pada awalnya lebih cair dan menjadi berdarah setelah 1-2 hari.
Diare cair ini dapat sangat berat dan menimbulkan dehidrasi. Seringkali disertai demam,
nyeri perut, nyeri pada rektum, dan tenesmus.

Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan anamnesis yang


teliti, terutama pada asupan peroral, frekuensi miksi/urin, frekuensi serta volume tinja
dan muntah yang keluar. Tanyakan juga apakah pasien sudah pernah periksa dan apakah
pasien mengkonsumsi obat tertentu sebelumnya.

 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa hal-hal sebagai berikut : berat badan,
suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tanda-tanda untama dehidrasi seperti kesadaran, rasa haus dan turgor kulit
abdomen, serta tanda-tanda tambahan lainnya seperti ubun-ubun besar cekung atau
tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, keadaan bibir, mukosa dan
lidah.2,3,4 Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama
makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

Pernapasan yang cepat dan dalam merupakan indikasi adanya asidosis


metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada dapat ditemukan pada keadaan
hipokalemi. Dilakukan juga pemeriksaan pada ekstremitas berupa capillary refill untuk
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

31
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :

Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Simptom Minimal atau tanpa Dehidrasi Ringan- Dehidrasi Berat,


dehidrasi, Sedang, Kehilangan Kehilangan BB >
Kehilangan BB <3% BB 3%-9% 9%

Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargi, tidak


gelisah, irritable sadar

Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardia,


bradikardia pada
kasus berat

Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tak


teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik

Capillary refill Normal Memanjang Memanjang,


minimal

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,


sianotik

Kencing Normal Berkurang minimal

32
Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda


berikut :

Letargis atau tidak sadar.


DEHIDRASI BERAT
Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas minum.

Cubitan kulit perut kembalinya lambat.

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tada


berikut :

Gelisah, rewel/marah.
DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Mata cekung.

Haus, minum dengan lahap.

Cubitan kulit di perut kembalinya lambat.

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang.

33
Hasil yang didapat pada
penderita diberi angka 0, 1
atau 2 sesuai dengan tabel
kemudian dijumlahkan.
Nilai: 0 – 2 = Ringan 3 – 6 =
Sedang 7 – 12 = Berat

34
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C

Lihat :

Keadaan umum Baik, sadar. *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau


tidak sadar

Sangat cekung dan


Mata Normal Cekung
kering.

Sangat kering
Air mata Ada Tidak ada
Sangat kering
Mulut dan lidah Basah Kering
*Malas minum atau
Rasa haus Minum biasa, tidak *Haus, ingin minum tidak bisa minum
haus banyak

Periksa :

Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat


lambat

Hasil pemeriksaan : Tanpa dehidrasi Dengan dehidrasi Dehidrasi berat bila


ringan-sedang bila ada1 tanda *
ada 1 tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain.
lebih tanda lain

Terapi : Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja

35
o Makroskopis dan mikroskopis
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
o Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi sitemik (diare yang
disebabkan parenteral)
c. Pemeriksaan Urine Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih (diare yang
disebabkan parenteral)
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah (bila
memungkinkan).
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama bila ada kejang).

Tatalaksana
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan
merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan pada pelayanan
kesehatan. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki
kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang diderita anak baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:

1. Rehidrasi

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif

5. Edukasi orang tua

36
Rehidrasi
Diare karena virus tersebut tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada
disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma,
sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.

Berikut ini adalah tatalaksana rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi :

Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare Tanpa Dehidrasi

RENCANA TERAPI A

UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH

(Pencegahan Dehidrasi)

GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :

- Teruskan mengobati anak diare di rumah.


- Berikan terapi awal bila terkena diare.
MENERANGKAN EMPAT CARA TERAPI DIARE DI RUMAH

1. BERIKAN ANAK LEBIH BANYAK CAIRAN DARIPADA BIASANYA UNTUK


MENCEGAH DEHIDRASI

- Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan yang cair
(seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang gunakan larutan oralit untuk
anak, seperti dijelaskan di bawah ( Catatan : jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan
belum makan makanan padat, lebih baik diberi oralit dan air matang daripada
makanan cair.
- Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti di bawah.
- Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

2. BERI TABLET ZINC

- Dosis zinc untuk anak-anak :

37
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari.
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari.
- Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare.
- Cara pemberian tablet zinc :
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan di dalam air matang
atau oralit.

3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI

- Teruskan ASI.
- Bila anak tidak mendapatkan ASI, berikan susu yang biasa diberikan. Untuk anak
kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu.
- Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat :
 Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging
atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur setiap porsi.
 Berikan sari buah atau pisang halus untuk menambahkan kalium.
 Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik.
 Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.
 Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

4. BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN BILA ANAK TIDAK MEMBAIK


DALAM 3 HARI ATAU MENDERITA SEBAGAI BERIKUT :

- Buang air besar lebih sering.


- Muntah terus-menerus.
- Rasa haus yang nyata.
- Makan atau minum sedikit.

38
- Demam.
- Tinja berdarah.

5. ANAK HARUS DIBERI ORALIT DI RUMAH APABILA :

- Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C.


- Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk.
- Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas
kesehatan merupakan kebijakan pemerintah.

Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

RENCANA TERAPI B

UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH

( Pengobatan dehidrasi ringan-sedang)

Pada dehidrasi rinngan-sedang, Cairan Rehidrasi Oral diberikan dengan pemantauan yang
dilakukan di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang
akan diberikan selama 4 jam pertama.

umur Lebih dari 4 4-12 bulan 12 bulan-2 2-5 tahun


bulan tahun

Berat badan < 6 Kg 6 - < 10 Kg 10 - < 12 Kg 12-19 Kg

Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400

Jika anak minta minum lagi, berikan.

- Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral


 Berikan minum sedikit demi sedikit.
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral pelan-
pelan.

39
 Lanjutkan ASI kapanpun anak meminta.
- Setelah 4 jam :
 Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
 Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi.
 Mulai beri makan anak di klinik.
- Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
 Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah.
 Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
Rencana Terapi A.
 Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah.

Berikut ini adalah komposisi dari Oralit Baru yang direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak :

Oralit Baru Osmolaritas Mmol/Liter


Rendah

Natrium 75

Klorida 65

Glucose, anhydrous 75

Kalium 20

Sitrat 10

Total Osmolalitas 245

Ketentuan pemberian oralit formula baru

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

40
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24
jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan:
1) Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
2) Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB
d) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus
dibuang.

41
Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Berat

RENCANA TERAPI C

UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH

(Penderita dengan dehidrasi berat)

Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah YA, teruskan ke kanan. Bila TIDAK,
teruskan ke bawah.
- Beri cairan IV segera. Bila penderita bisa
minum, beri oralit ketika cairan IV dimulai.
Beri 100ml/KgBB cairan RL (NaCl atau
Apakah saudara Ringer Asetat jika tidak tersedia RL) sebagai
dapat berikut :
menggunakan YA Bayi < 1 tahun : pemberian pertama 30
cairan IV ml/Kg dalam 1 jam. Kemudian 70ml/Kg
secepatnya dalam 5 jam.

Anak 1-5 tahun : : pemberian pertama 30


ml/Kg dalam 30 menit. Kemudian 70ml/Kg
dalam 2 1/2jam.

- Ulang jika denyut nadi masih lemah atau


T
tidak teraba.
I - Nilali kembali dalam 1-2 jam -> rehidrasi
belum tercapai -> percepat tetesan.
D - Berikan oralit (5 mg/KgBB/jam) bila
A penderita bisa minum.
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai
K kembali. Pilih rencana terapi.

42
Kirim penderita untuk terapi IV.
Apakah terdapat terapi IV
terdekat (dalam 30 YA Bila penderita dapat minum, sediakan oralit dan tunjukkan
menit)? cara memberikan nya selama perjalanan.

TIDAK

Mulai rehidrasi mulu dengan oralit melalui


pipa nasogatrik atas mulut. Berikan
Apakah saudara dapat 20ml/Kg/jam selama 6 jam. (total
menggunakan pipa nasogastrik YA 120ml/Kg).
untuk dehidrasi?
Nilai tiap 1-2 jam :

Bila muntah atau perut kembung,, berikan


cairan pelan-pelan.

Bila rehidrasi tak tercapai setelah 3 jam,


TIDAK rujuk untuk mendapat terapi IV.

Setelah 6 jam, nilai kembali dan pilih


rencana terapi

Segera rujuk anak untuk rehidrasi


melalui nasogatrik atau IV

Catatan :

Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat
menhaga pengembalian cairan yang hilang dengan memberi oralit.

Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah saudara, pikirkan
kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.

43
2.9.1 Zinc diberikan 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memilik evidence
based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan
di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan
mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita
kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Zinc termasuk
mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam
jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan
sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta
nafsu makan. Zinc juga berperan dalam system kekebalan tubuh dan meripakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam
pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian
zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan
dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki
banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan
yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan
frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi
pada anak.

Dosis zinc untuk anak-anak

Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit, Untuk anak-anak
yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

44
2.9.2 ASI dan makanan tetap diberikan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang hilang.
Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk
meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali
jika muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan karena intoleransi laktosa
hindarkan susu sapi dan susu formula. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
penyembuhan.

Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang
diperlukan oleh anak-anak yang sehat.

 Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering
dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
 Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
 Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain
harus diturunkan.
 Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi sereal,
sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut
belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare
berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium,
seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi kecil
yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat
terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan
daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi,
makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal.

45
2.9.3 Antibiotik selektif
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat dibunuh
dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen.

Antibiotik selektif sesuai dengan pathogen penyebab diare

Antibiotik
Penyebab Antibiotik Pilihan
Alternative
Tetracyclin 12,5 mg/ KgBB Eritromicyn 12,5 mg/KgBB
Kolera 4x sehari selama 3 4x sehari selama 3
hari hari
Pivmecillinam 20 mg/KgBB
4x sehari selama 5 hari

Ciprofloxacin 15 mg/KgBB Ceftriaxone 50-100


Shigella Dysentri
2x sehari selama 3 hari mg/KgBB
1x sehari selama IM/IV 2-5
hari

Metronidazole 10 mg/KgBB
Amoebiasis 3x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Metronidazole 10 mg/KgBB
Giardiasis
3x sehari selama 5 hari

2.9.4 Edukasi Orang tua


Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi yang
diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan,
dan lain-lain.

Selain itu Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan, jika anak:

• Buang air besar cair sering terjadi

• Muntah berulang-ulang

46
• Sangat haus

• Makan atau minum sedikit

• Demam

• Tinja Berdarah

• Anak tidak membaik dalam tiga hari.

Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO, beberapa


randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif
untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai
dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers
diarrhea. Dosis yang dianjurkan pada penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi
adalah 1010–1011 cfu, 2 kali sehari.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK GastroHepatologi IDAI.2009.


2. Subagyo B, Santoso NB, 2012, Diare Akut, dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi,
ed 1. Jilid 1,Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 87-119.
3. Suraatmaja S. 2007, Diare Akut, dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, ed 2,
Sagung Seto, Jakarta, hal1-24.
4. Pudjiadi A.H dkk, 2009, Diare Akut, dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jilid 1. Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 58-62.

5. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

6. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam


kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

7. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah
Kongres Nasional II BKGAI juli 2003

8. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu


Kesehatan Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994

9. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermasalah. Depkes RI 1999 ; 31

48

Anda mungkin juga menyukai