Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT ASFIKSIA

DI RUANGAN JANGER RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANGUSADA BADUNG

Oleh :

Ni Putu Hepina Tresnayanti

17.321.2749

AII-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2019
A. Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan (Manuaba, 2011).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada
bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul (Aminullah, 2014).

B. Etiologi
1. Faktor ibu
a) Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher,
kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu;
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan
misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

C. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan
bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara teratur maka
bayi mengalami asfiksia ringan. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang
dalam, denyut jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob
yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik
karena gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang
- berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel
otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera.
Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan
lamanya.
D. Pathway

Persalinan lama, lilitan tali Paralisis pusat pernafasan Factor lain : anestesi obat-obatan
pusat resentasi janin narkotik
abnormal

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan


dan kadar CO2
meningkat
Pola nafas PO2 menurun
Dispnea Suplai O2 Suplai O2
tidak
dalam darah dalam
Takipnea efektif
darah Warna kulit
Takipnea kebiruan
Kerusakan otak
Kulit
Respiratorik janin teraba Bunyi nafas
tidak bereaksi Resiko Infeksi dingin tambahan
terhadap
rangsangan
Gangguan
takikardia
pertukaran gas
Berat badan
menurun
Hipotermia

Deficit nutrisi
E. Klasifikasi
a) Asfiksia ringan (vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
b) Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c) Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.

Pemeriksaan apgar untuk bayi :

Klinis 0 1 2

Detak Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit


jantung
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


saat jalan
nafas
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi Fleksi kuat
ekstrimitas gerak aktif
(lemah)
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah
ekstrimitas biru seluruh
tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

F. Tanda Dan Gejala


a) RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
b) Bradikardia
c) tonus otot berkurang
d) DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
e) Takikardi
f) Apnea
g) Pucat
h) Sianosis
i) penurunan terhadap stimulus
j) Nafas cepat, nafas cuping hidung

Gejala lanjut pada asfiksia :


a) Pernafasan megap-megap yang dalam
b) Denyut jantung terus menurun
c) Tekanan darah mulai menurun
d) Bayi terlihat lemas (flaccid)
e) Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
f) Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
g) Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
h) Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
i) Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler
G. Manifestasi klinik
1. Pada Kehamilan
Denyut jatung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan
ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang,
nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik.

H. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto polos dada
b) USG kepala
c) Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr
dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit
d) PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
e) Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

I. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-
tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu :
a. Memastika saluran nafas terbuka :
a) Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c) Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
b. Memulai pernapasan :
a) Lakukan rangsangan taktil, beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk
telapak kaki bayi. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap
atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini
dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data, pengelompokan data dan
perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian yang harus dilakukan yaitu :

1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi
karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4. Kebutuhan bio-piko-sosial
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAN karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat BAB dan BAK, harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi
pernafasan yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-
perfusi.
b) Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah.
c) Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan.
d) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer.
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa nyaman
pertukaran gas keperawatan selama …x24 jam terlentang dengan alas dan mengantisipasi
diharapkan Kebutuhan O2 bayi yang data, kepala flexi leher yang dapat
terpenuhi lurus, dan leher sedikit mengurangi kelancaran
Dengan Kriteria hasil : tengadah/ekstensi jalan nafas
a. Pernafasan normal 40- dengan meletakkan 2. Jalan nafas harus tetap
60 kali permenit. bantal atau selimut dipertahankan bebas
b. Pernafasan teratur. diatas bahu bayi dari lendir untuk
c. Tidak cyanosis. sehingga bahu menjamin pertukaran
d. Wajah dan seluruh terangkat 2-3 cm gas yang sempurna
tubuh Berwarna 2. Bersihkan jalan nafas, 3. Deteksi dini adanya
kemerahan (pink mulut, hidung bila kelainan.
variable). perlu. 4. Menjamin oksigenasi
e. Gas darah normal 3. Observasi gejala jaringan yang adekuat
f. PH = 7,35 – 7,45 kardinal dan tanda- terutama untuk jantung
g. PCO2 = 35 mm Hg tanda cyanosis tiap 4 dan otak. Dan
h. PO2 = 50 – 90 mmHg jam peningkatan pada kadar
4. Kolaborasi dengan tim PCO2 menunjukkan
medis dalam hypoventilasi
pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas
darah arteri.
2 Hipotermi Setelah dilakukan tindakan 1. Letakkan bayi 1. Mengurangi kehilangan
keperawatan selama …x24 jam terlentang diatas panas pada suhu
diharapkan Tidak terjadi pemancar panas (infant lingkungan sehingga
hipotermia warmer) meletakkan bayi
Dengan kriteria hasil : 2. Singkirkan kain yang menjadi hangat
a. Suhu tubuh normal 36,5 – sudah dipakai untuk 2. Mencegah kehilangan
37,5°C mengeringkan tubuh, tubuh melalui konduksi.
b. Akral hangat letakkan bayi diatas 3. Perubahan suhu tubuh
c. Warna seluruh tubuh handuk / kain yang bayi dapat menentukan
kemerahan kering dan hangat. tingkat hipotermia
3. Observasi suhu bayi 4. Mencegah terjadinya
tiap 6 jam. hipoglikemia
4. Kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian
Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin
diberikan.
3 Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan observasi 1. Deteksi adanya
keperawatan selama …x24 jam BAB dan BAK jumlah kelainan pada eliminasi
diharapkan Kebutuhan nutrisi dan frekuensi serta bayi dan segera
terpenuhi konsistensi mendapat tindakan /
Dengan Kriteria Hasil : 2. Monitor turgor dan perawatan yang tepat
a. Bayi dapat minum mukosa mulut 2. Menentukan derajat
pespeen / personde 3. Monitor intake dan out dehidrasi dari turgor
dengan baik. put. dan mukosa mulut.
b. Berat badan tidak turun 4. Beri ASI sesuai 3. Mengetahui
lebih dari 10%. kebutuhan keseimbangan cairan
c. Retensi tidak ada 5. Lakukan kontrol berat tubuh (balance)
badan setiap hari. 4. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi secara
adekuat.
5. Penambahan dan
penurunan berat badan
dapat di monitor
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan teknik aseptik 1. Pada bayi baru lahir
keperawatan selama …x24 jam dan antiseptik dalam daya tahan tubuhnya
diharapkan Selama perawatan memberikan asuhan kurang / rendah.
tidak terjadi komplikasi (infeksi) keperawatan 2. Mencegah penyebaran
Dengan kriteria hasil : 2. Cuci tangan sebelum infeksi nosokomial.
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi. dan sesudah 3. Mencegah masuknya
b. Tidak ada gangguan fungsi melakukan tindakan bakteri dari baju
tubuh. 3. Pakai baju khusus/ petugas ke bayi
short waktu masuk 4. Mencegah terjadinya
ruang isolasi (kamar infeksi dan memper-
bayi) cepat pengeringan tali
4. Lakukan perawatan pusat karena mengan-
tali pusat dengan triple dung anti biotik, anti
dye 2 kali sehari. jamur, desinfektan
5. Jaga kebersihan 5. Mengurangi media
(badan, pakaian) dan untuk pertumbuhan
lingkungan bayi. kuman.
6. Observasi tanda-tanda 6. Deteksi dini adanya
infeksi dan gejala kelainan
kardinal
D. Implementasi Keperawatan
Sesuai intervensi yang dilakukan

E. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
F. Referensi

Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi

ke – 6. Singapore: Elsevier

Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke – 5.

Singapore: Elsevier

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai