Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Bronkopneumonia adalah infeksi yang dimulai dari bronkiolus terminal, yang
tersumbat dengan eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang
terkosolidasi pada lobus-lobus didekatnya ( Wong, 2008:953)
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkhim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, 2009 : 67).
Anatomi Paru

2. ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah faktor infeksi, yaitu:
a. Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa, Streptococcus pneumoniae
dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan

1
2

Staphylococcus aureus sebagai penyebab paneumonia yang berat, serius dan


sangat progresif dengan mortilitas tinggi.
b. Virus: Respiratory syncitial virus, adenovirus, cytomegalovirus, virus influenza.
c. Jamur: Histoplasmosis, Candida albicans
d. Aspirasi: Makanan, cairan lambung.
e. Inhalasi: Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
3. FAKTOR RESIKO
1). Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
2). Kekurangan nutrisi
3). Umur dibawah 2 bulan
4). Tidak mendapat ASI yang cukup
5). Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal
4. TANDA DAN GEJALA (Ngastiyah, 2005:58)
1. Didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
2. Suhu meningkat antara 39 – 40 0C kadang disertai dengan kejang karena
demam
3. Anak sangat gelisah
4. Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping
hidung dan sianosis disekitar mulut harus difikirkan pneumoni, batuk mula
mula kering kemudian jadi produktif.
5. Muntah dan diare
6. Mula-mula batuk kering, selanjutnya batuk produktif
7. Auskultasi torax adanya ronki basah nyaring, halus dan sedang
8. Bila sarang broncopneumoni menjadi satu (konfluens) mungkin Perkusi
terdengar keredupan dan suara nafas pada auskultasi terdengar mengeras.
9. Anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit denga lutut
tertekuk karena nyeri dada.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Rontgen Thoraks foto:
Terdapat gambaran bercak-bercak infiltrate atau konsolidasi pada foto posterio-
anterior lateral pada satu lobus atau kedua lobus. Yang lebih sering terkena
adalah pada lobus inferior, lobus tengah dan lobus atas juga bisa terkena.
3

2) Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan peningkatan leukosit 15.000-


40.000/mm3 , LED meningkat hingga 100mm/jam.
3) Pemeriksaan urin lengkap : urinnya biasa berwarna lebih tua, terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik atau torak hialin

4) GDA: menunjukkan hipoksemia atau asidosis metabolik


Interprstasi hasil Nilai Normal
pH PCO2 HCO3 BE
7,35-7,45 35–45mmHg 24-28 mEq/L +2 sampai
-2mEq/L
Asidosis Menurun Meningkat Normal Normal
Respiratorik <7,35 >45mmHg
Alkalosis Meningkat Menurun <35 Normal Normal
Respiratorik >7,45 mmHg
Asidosis Menurun Normal Menurun < Menurun
Metabolik <7,35 24 mEq/L
Alkalosis Meningkat Normal Meningkat > Meningkat
4

metabolik >7,45 28 mEq/L

5) Pembiakan dahak: untuk mengetahui jenis pneumonia.


6. PENCEGAHAN
1). Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.
2). Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA
3). Membiasakan pemberian ASI
4). Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek
7. PENATALAKSANAAN (Riyadi, 2009 : 70)
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia:
1) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/kg BB/hsri, ditambah dengan
kloramfenikol 50 – 70 mm/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 – 5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan
untuk menghilangkan penyebab infeksi yang memungkinkan lebih dari 1
jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5 % dan NaCl 0,9 %
dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan kcl 10 mEq/500 ml/botol infus.
3) Karena sebagain besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis hasil gas darah arteri.
4) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta antagonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti
pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selai bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus.
8. KOMPLIKASI (Ngastiyah, 2005:58)
1) Empisema
2) Otitis media akut
3) Atelektasis
4) Meningitis
5
6

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena
bronkopnemonia dari pada orang yang lebih tua.
2) Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang disertai
muntah dan diare.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronchopenemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan
bagian atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak yang
menderita pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada
anggota keluarga yang lain.
6) Lingkunagn
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk
(kurang cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi rumah sekitar
pabrik, atau pinggir jalan raya.
7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Kebutuhan nutrisi dan cairan: pemenuhan nutrisi terganggu karena
adanya mual yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada saluran
7

nafas, mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan menurun


dimana anak malas minum..
b. Hygiene perseorangan: penurunan hygiene perseorangan karena anak
demam sehingga tidak tidak dimandikan atau diseka karena ibu takut
anaknya kedinginan.
c. Aktivitas, istirahat dan bermain: Istirahat anak terganggu karena adanya
sesak nafas, batuk dan demam.
d. Eliminasi miksi dan defekasi: tidak ada permasalahan namun bila sampai
terjadi dehidrasi dan demam maka produksi urine akan menurun.
8) Pemeriksaan Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
a) Penambahan berat badan umumnya 1,8 sampai 2,7 kg. Rata- rata berat
badan 14,6 kg
Rumus berat badan (Behrman)
(umur (tahun)X2) + 8 = 2n + 8
n adalah usia anak
b) Penambahan tinggi badan umumnya 7,5 cm. Rata-rata tinggi badan 95
cm
b. Perkembangan
a) Motorik kasar
 Mengendarai sepeda roda tiga
 Melompat dari langkah dasar
 Menaiki tangga dengan kaki bergantian, dapat tetap turun dengan
menggunakan kedua kaki untuk melangkah
b) Motorik halus
 Membangun menara dari 9 atau 10 kotak
 Dapat menggambar, meniru lingkaran, meniru silangan, menyebut
apa yang telah digambarkan.
c) Bahasa
 Mempunyai perbendaharaan kata ± 900 kata
 Menggunakan kalimat lengkap dari 3 sampai 4 kata
 Bicara tanpa henti apakah seseorang memperhatikannya
 Mengajukan banyak pertanyaan
d) Sosial :

 Berpakaian sendiri hampir lengkap dengan kancing belakang dan


mencocokan sepatu kanan kiri
 Mengalami peningkatan rentang perhatian
 Mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain
8

 Merasa takut, khususnya pada kegelapan dan pergi tidur


e) Perkembangan psikoseksual/ fase falik (Freud)

Selama fase ini , genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh
yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki dengan mengetahuai adanya perbedaan
kelamin. Seringkali anak sangat penasaran dengan pertanyaan yang
diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini.
d) Perkembangan psikososial/ inisiatif versus rasa bersalah (Erikson)
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan
dengan kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan
dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu
berprestasi sehingga tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.
9) Reaksi hospitalisasi
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Perawatan anak di RS memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakan aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Reaksi
terhadap perpisahan yang ditunjukan anak adalah dengan menolak
makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anakmerasa
kehilangan kekuatan diri.Perawatan di RS sering kali dipersepsikan
anak sebagai hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah atau
takut. Oleh karena itu , hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan
marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat dan ketergantungan
terhadap orangtua.
b. Reaksi orangtua terhadap hospitalisasi anak
 Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orangtua melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah,
injeksi, infus, dilakukan pungsi lumbal dan prosedur invasif
lainnya
9

 Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminaldan orangtua tidak mengetahui bahwa tidak ada lagi
harapan anaknya untuk sembuh
 Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga, maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa bahkan
frustasi.
10) Pemeriksaan fisik:
TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 390C-400C, tensi
meningkat
1) Kepala : bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun ubun
cekung, mata cowong
2) Hidung : pernafasan cuping hidung, sedikit serumen di hidung, adanya
sekret
3) Mulut : mukosa bibir kering , hipersalivasi
4) Dada: penggunaan otot bantu nafas (sternum cledomastoideus), dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, Bila sarang broncopneumoni menjadi satu
(konfluens) mungkin Perkusi terdengar keredupan dan suara nafas pada
auskultasi terdengar mengeras, retraksi dada sedang, batuk dengan atau
tanpa sputum dan terdengar ronki basah nyaring halus/ sedang/whezing,.
5) Perut: mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan menurun
dimana anak malas minum
6) Genetalia: bersih atau tidak pada daerah sekitar genetalia
7) Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit
lembab karena sesak, turgor kulit mungkin menurun karena dehidrasi,
akral hangat, CRT dapat > 2 detik bila terjadi kekurangan oksigen
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2) Gangguan pertukaran gas Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan difusi oksigen antara alveoli dan membran kapiler
10

3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan turunnya suplai O2


4) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dari parenkhim paru dan bronkus
5) Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia
6) Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
7) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan sekunder
akibat mual dan muntah.
8) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan akibat adanya penumpukan sekret
9) Kecemasan berhubungan dengan lingkungan yang baru dan kurang
pengetahuan orangtua tentang penyakit anak
10) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan perawatan pasien
bronchopnemonia berhubungan dengan kurangnya informasi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum yang ditandai dengan RR meningkat (>30x/menit), terdengar ronkhi,
batuk tidak efektif, sesak, produksi sputum (warna: kuning kehijauan, merah;
kekentalan, jumlah).
Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan
Tindakan keperawatan selama .....x24jam dengan kriteria hasil:
- RR normal (30x/menit)
- Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi
- Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi

Intervensi:
a. Jelaskan pada oarangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas
R/ Peradangan pada parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat
ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan
mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan jalan
nafas.
11

b. Beri minum susu hangat atau air hangat


R/ Air hangat/susu hangat dapat melebarkan bronkus dan membantu proses
drainase sekret.
c. Lakukan fisioterapi dada
- Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret
R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru
dan membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.
- Lakukan penguapan memakai alat berocare/nebulizer dengan terapi
mukolitik dan bronkodilator.
R/ mukolitik dapat mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat
melebarkan bronkus/jalan nafas
- Ajarkan batuk efektif
R/ membantu mengeluarkan secret
- Lakukan penghisapan/suction
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu batuk efektif.
d. Bantu pasien untuk mengubah posisi semifowler
R/ meningkatkan ekspansi paru
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik, brokodilator,
oksigen
R/ antibiotik mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri dalam alveoli.
R/ oksigen membantu masukan oksigen aduat
R/ brokodilator: melebarkan bronkus
f. Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum.
R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu
dilakukan tindakan.
2) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan sekresi yang kental atau
berlebihan sekunder akibat bronkitis yang di tandai dengan takipneu,
pernafasan cupping hidung , nadi meningkat
12

Tujuan : anak menunjukan pola nafas yang efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil :
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Sesak berkurang
- Tidak terdengar sura nafas tambahan
a. Jelaskan kepada ibu pasien penyebab terjadinya sesak.
R/ Karena adanya alergi menyebabkabn peyempitan jalan nafas dan
penumpukan secret pada jalan nafas sehingga mengganggu aliran udara
sehingga terjadi sesak.

b. Memberikan posisi semi fowler( dilakukan dengan cara memodifikasi


tempat tidur atau member bantal pada kepala).
R/ Posisi semifowler akan meningkatkan ekspansi paru.

c.Lakukan bronkial toilet.


- Humidifikasi dengan nebulizer berisi fentolin
R/ Kelembapan akan menurunkan kekentalan secret, sehingga
mempermudah pengeluaran dan membantu mencegah pembentukkan
mucus tebal pada bronkus.
- Perkusi dan fibrasi dada
R/ Perkusi dan fibasi dada membantu merontokkan mucus sehingga
masuk ke saluran nafas yang lebih besar.
- Anjarkan dan motivasi pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
R/ Nafas dalam akan meningkatkan inspirasi maksimal.inspirasi dalam
meningkatkan volume paru dan membuka jalan nafas untuk
memungkinkan udara mencapai bagian belakang mkus dan mendorongnya
ke depan.
batuk efektif: membersihkan secret dari jalan nafas dengan menggunakan
dorongan udara dan kontraksi otot.
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian.
- Nebulizer
R/ Dengan nebulizer dapat mengencerkan sekresi kental dan dalam
pemberian obat-obatan peralatan humidifikasi digunakan untuk
memberikan kelembapan. Nebulizer juga merupakan suatu alat pemecah
obat untuk menjadi bagian-bagian seperti uap untuk dihirup.
13

- Obat-obat mukolitik
R/ Obat mukolitik membantu mengencerkan dahak sehingga secret dapat
dengan mudah dikeluarkan.

e.Observasi keluhan anak, karakteristik secret, frekuensi RR, suara nafas


tambahan, ketidakefektifan batuk.
R/ Observasi secret untuk melihat adanya manifestasi tubuh mengatasi
kesulitan bernafas akibat penyempitan saluran nafas.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara


alveoli dan membran kapiler ditandai dengan sesak, sianosis, retraksi dinding
dada, RR ↑ ( >30x/menit).
Tujuan: Pasien menunjukkan perbaikan pertukaran gas setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama......x 24jam dengan kriteria hasil:
- Pasien tidak sesak/sesak berkurang
- Tidak sianosis
- Tidak ada retraksi dan tidak ada nafas cuping hidung.
- RR normal (30x/mnt).
Intervensi:
a. Jelaskan pada orangtua penyebab gangguan pertukaran gas.
R/ Gangguan pertukaran gas disebabkan karena adanya penumpukan
sekret didalam alveoli yang mengakibatkan oksigen tidak mampu
menembus ke membran kapiler.
b. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan
diri sehari-hari sesuai kebutuhan pasien.
R/ Aktivitas dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan dapat
memperberat gejala
c. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
R/ Terapi oksigen dapat mengkoreksi hipoksemia yang terjadi
d. Kolaborasi dalam pemeriksaan BGA
14

R/ Pemeriksaan BGA dapat menunjukkan penurunan kadar oksigen dan


peningkatan kadar CO2 .
e. Bantu pasien untuk mengubah posisi semifowler
R/ meningkatkan ekspansi paru
f. Bantu pasien nafas dalam .
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk pernaikan ventilasi.
g. Bantu pasien batuk efektif
R/ meningkatkan ekspansi paru
h. Observasi adanya sianosis, dispneu berat, takipnoe dan retraksi dada.
R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
4) Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia yang
ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia.
Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ......x24 jam dengan kriteria hasil :
- Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC)
- Kulit tidak tampak kemerahan
- Akral hangat
- Nadi normal (120-160x/menit)
Intervensi:
a. jelaskan kepada orang tua penyebab demam.
R/ penyebab demam adalah proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh
sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu.
b. Berikan kompres air hangat
R/ Kompres air hangat mampu membantu tubuh untuk mengeluaarkan
panas dengan cara konduksi.
c. Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik (10-
15mg/kgBB)
15

R/ Antipiretik mangandung parasetamol yang dapat membantu untuk


menurunkan panas
R/ antibiotic berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan
kuman yang ada di dalam tubuh
e. Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan
tidak panas
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang dilakukan.
5) Nyeri b.d inflamasi pada bronkus, reaksi selluler untuk mengeluarkan
toksin,batuk persisten
Tujuan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi setelah mendapat tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil

-Ungkapan ras nyeri berkurang

-Exspresi wajah rileks.

-VAS 1-2

a. Laksanakan pemberian analgesik sesuai ketentuan

R/ Analgesik merubah persepsi dan interpretasi nyeri dgn menekan SSP

b.Ajarkan klien menahan dada saat batuk


R/ Menahan dada sebagai tindakan fiksasi, mempersempit pintu
pengendalian nyeri sehingga rangsangan nyeri sedikit yg diantarkan ke
otak
c.Ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri rileksasi, distraksi
R/ Meningkatkan kerjasama klien dalam penanganan dirinya, Relaksasi
meningkatkan sekresi endorphin dan enkefalin yg berguna untuk
mengurangi nyeri

d. Observasi keluhan nyeri, TD, Nadi, VAS tiap 3 jam


R/ Deteksi keberhasilan tindakan untuk menentukan tindakan selanjutnya
16

6) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum yang ditandai


dengan lemah, dispneu, RR >30x/menit.
Tujuan: Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama.......x24jam dengan kriteria hasil:
- Tidak lemah/mampu beraktivitas
- Dispneu berkurang/ tidak ada dispneu
- RR 30x/mnt
Intervensi:
a. Jelaskan kepada orangtua penyebab kelemahan
R/ kelemahan terkajadi karena anak sesak sehingga memerlukan tenaga .
b. Batasi aktivitas anak
R/ aktivitas dapat meningkatkan sesak pada anak dan kebutuhan oksigen
semakin bertambah.
c. Observasi pergerakan aktif, dispneu, RR 30x/mnt.
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang dilakukan.

7)Resiko kekurangan cairan berhubungan kehilangan cairan sekunder akibat


dengan mual dan muntah.
Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….. x 24 jam dengan kriteria hasil:
- Mukosa bibir lembab
- Mata tidak cowong
- Turgor kulit elastis
- Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam
- Nadi 110-140x/mnt
- Fontanela anterior tidak cekung
- BB ideal sesuai dengan usia
- Kesadaran baik
Intervensi:
17

a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi
anak
R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat
diare.
b. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi
dan sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai
ketentuan untuk dehidrasi dan muntah.
R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi
keseimbangan cairan.
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic sesuai
ketentuan
R/ Anti emetic mengurangi mual & muntah.

e. Observasi tanda-tanda dehidrasi:


R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan
penambahan cairan.
8. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan akibat adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan BB menurun,
lemas, ibu mengungkapkan anak kurang napsu makan.
Tujuan : Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …… x24 jam dengan
kriteria hasil:
- Anak tidak lemas
- Tidak muntah
- BB dalam batas normal:
- Hb normal :11.0 gr/dl
Intervensi
18

1. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang


dibutuhkan pada orang tua pasien.
R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein
untuk proses penyembuhan.
2. Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin
kombinasikan dengan makanan yang disukai anak.
R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi.
Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.
3. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.
R/ Mengurangi tidak enak pada perut.
4. Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama.
R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.
9) Ansietas pada anak dan orang tua berhubungan dengan lingkungan yang baru
dan kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak yang ditandai dengan
orangtua tampak cemas, anak tidak kooperatif dengan tindakan yang
diberikan, anak menangis ketika didekati perawat.
Tujuan : Stress hospitalisasi pada orangtua dan anak berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua
menunjukkan kecemasan berkurang, orang tua dan anak menunjukkan
perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak
menangis ketika didekati perawat.
Intervensi:
1. Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab bronkopneumonia.
R/ Karena adanya bakteri atau virus yang masuk ke dalam saluran nafas
maka terjadi proses infeksi pada saluran nafas dimana akan mengeluarkan
dahak yang banyak
2. Berikan dukungan kepada orangtua paien
R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.
3. Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak.
R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk
mengalihkan ketakutan anak ke mainan
4. Observasi stress anak dan ibu.
19

R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan


yang dilakukan.
10) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan perawatan pasien
bronchopnemonia berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai
dengan ibu sering bertanya tentang tentang kondisi anaknya, ibu tampak
gelisah dan cemas.
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya setelah
mendapatkan tindakan perawatan dengan criteria :
- Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
- Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan
- keluarga mentaati setiap proses keperawatan
Intervensi :
a. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.Kaji tingkat
pengetahuan keluarga
R/agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.

b. Jelaskan tentang penyebab dan gejala Bronchopnemonia


R/Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah
wawasan keluarga
c. Observasi pemahan keluarga tentang penjelasan yang sudah diberikan
R/untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman keluarga tentang
penjelasan yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA
20

Capernito, Lynda Juall.(1999).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa:


Monica Ester (2000). Edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E.(1993). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati (1999). Edisi 3. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimun.(2008).Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah.(2005).Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC

Price, Sylvia A.(2002).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih


bahasa Huriawati, Hartanto (2005). Jakarta:EGC
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Yokyakarta : Graha Ilmu.
Wong, Donna L.(2001).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2008). Alih Bahasa:
Andry Hartono, dkk. Edisi 6. Jakarta: EGC.
2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.(2008).Alih
bahasa: Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai