2. ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah faktor infeksi, yaitu:
a. Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa, Streptococcus pneumoniae
dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan
1
2
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena
bronkopnemonia dari pada orang yang lebih tua.
2) Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang disertai
muntah dan diare.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronchopenemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan
bagian atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak yang
menderita pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada
anggota keluarga yang lain.
6) Lingkunagn
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk
(kurang cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi rumah sekitar
pabrik, atau pinggir jalan raya.
7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Kebutuhan nutrisi dan cairan: pemenuhan nutrisi terganggu karena
adanya mual yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada saluran
7
Selama fase ini , genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh
yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki dengan mengetahuai adanya perbedaan
kelamin. Seringkali anak sangat penasaran dengan pertanyaan yang
diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini.
d) Perkembangan psikososial/ inisiatif versus rasa bersalah (Erikson)
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan
dengan kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan
dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu
berprestasi sehingga tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.
9) Reaksi hospitalisasi
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Perawatan anak di RS memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakan aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Reaksi
terhadap perpisahan yang ditunjukan anak adalah dengan menolak
makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anakmerasa
kehilangan kekuatan diri.Perawatan di RS sering kali dipersepsikan
anak sebagai hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah atau
takut. Oleh karena itu , hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan
marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat dan ketergantungan
terhadap orangtua.
b. Reaksi orangtua terhadap hospitalisasi anak
Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orangtua melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah,
injeksi, infus, dilakukan pungsi lumbal dan prosedur invasif
lainnya
9
Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminaldan orangtua tidak mengetahui bahwa tidak ada lagi
harapan anaknya untuk sembuh
Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga, maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa bahkan
frustasi.
10) Pemeriksaan fisik:
TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 390C-400C, tensi
meningkat
1) Kepala : bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun ubun
cekung, mata cowong
2) Hidung : pernafasan cuping hidung, sedikit serumen di hidung, adanya
sekret
3) Mulut : mukosa bibir kering , hipersalivasi
4) Dada: penggunaan otot bantu nafas (sternum cledomastoideus), dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, Bila sarang broncopneumoni menjadi satu
(konfluens) mungkin Perkusi terdengar keredupan dan suara nafas pada
auskultasi terdengar mengeras, retraksi dada sedang, batuk dengan atau
tanpa sputum dan terdengar ronki basah nyaring halus/ sedang/whezing,.
5) Perut: mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan menurun
dimana anak malas minum
6) Genetalia: bersih atau tidak pada daerah sekitar genetalia
7) Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit
lembab karena sesak, turgor kulit mungkin menurun karena dehidrasi,
akral hangat, CRT dapat > 2 detik bila terjadi kekurangan oksigen
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2) Gangguan pertukaran gas Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan difusi oksigen antara alveoli dan membran kapiler
10
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum yang ditandai dengan RR meningkat (>30x/menit), terdengar ronkhi,
batuk tidak efektif, sesak, produksi sputum (warna: kuning kehijauan, merah;
kekentalan, jumlah).
Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan
Tindakan keperawatan selama .....x24jam dengan kriteria hasil:
- RR normal (30x/menit)
- Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi
- Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi
Intervensi:
a. Jelaskan pada oarangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas
R/ Peradangan pada parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat
ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan
mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan jalan
nafas.
11
Tujuan : anak menunjukan pola nafas yang efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil :
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Sesak berkurang
- Tidak terdengar sura nafas tambahan
a. Jelaskan kepada ibu pasien penyebab terjadinya sesak.
R/ Karena adanya alergi menyebabkabn peyempitan jalan nafas dan
penumpukan secret pada jalan nafas sehingga mengganggu aliran udara
sehingga terjadi sesak.
- Obat-obat mukolitik
R/ Obat mukolitik membantu mengencerkan dahak sehingga secret dapat
dengan mudah dikeluarkan.
-VAS 1-2
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi
anak
R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat
diare.
b. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi
dan sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai
ketentuan untuk dehidrasi dan muntah.
R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi
keseimbangan cairan.
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic sesuai
ketentuan
R/ Anti emetic mengurangi mual & muntah.
DAFTAR PUSTAKA
20