FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Disusun oleh :
NIM : 15020150042
Asisten : Andri
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2016
ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM
15020150097
Asisten pendamping,
1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI.
2
Asisten Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, UMI.
Email : hildanurpratiwi97@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang :Sistem saraf motorik terbagi atas sistem otonom dan somatik.
Sistem saraf otonom (SSO) sesuai dengan namanya bersifat otonom (independen)
dimana aktifitas tidak dibawah kontrol kesadaran secara langsung. Aktifasi SSO
secara prinsip terjadi di pusat di hypothalamus, batang otak dan spinalis. Impuls
akan diteruskan melalui sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
dan parasimpatis biasanya bekerja secara antagonis. Pemahaman tentang tentang
anatomi dan fisiologi dari SSO sangat berguna untuk memperkirakan efek
farmakologi obat yang bekerja pada sistem saraf otonom tersebut. Dengan
menggunakan obat-obat yang mirip atau menghambat kerja neurotransmitter, kita
dapat memilih dan mempengaruhi fungsi otonom.
Tujuan Praktikum :Untuk mengetahui efek farmakodinamika dari perlakuan
obat-obat yang diberikan pada mencit (Mus muscullus).
Metode :Praktikum ini menggunakan 10 ekor mencit (Mus Muscullus) yang
dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I diberikan perlakuan obat cendotropin (i.p)
yang termasuk golongan parasimpatis yang bersifat antagonis kolinergik yang
bekerja sebagai obat antimuskarinik. Kelompok II diberikan perlakuan obat
cendocarpin (i.p) yang termasuk golongan parasimpatis yang bersifat agonis
kolinergik yang bekerja secara langsung. Kelompok III diberikan perlakuan obat
epinefrin (i.p) yang termasuk golongan obat simpatis yang bersifat agonis
adrenergik yang bekerja secara langsung. Kelompok IV diberikan perlakuan obat
epinefrin (i.p) dan NaCMC (oral) yang. Kelompok V diberikan perlakuan obat
propanolol (oral). Masing-masing kelompong mengamati hewan cobanya setelah
pemberian perlakuan obat pada menit ke 15, 30, 60 dan 90.
Hasil : Dari praktikum menunjukkan bahwa dari setiap perlakuan obat yang
diberikan memberikan efek yang berbeda-beda tergantung golongan obat tersebut.
Pada perlakuan obat endocarpin (i.p) simpatis yang bersifat agnonis adrenergik
yang bekerja secara langsung (neutransmiternya yaitu asetilkolin langsung
berikatan dengan reseptornya) sehingga memberikan efek farmakodinamika
seperti midriasis (pelebaran Pupil Mata), vasokontriksi (penyempitan pembuluh
darah), takikardia ( peningkata kontraksi jantung )
Kesimpulan : epinefrin merupakan obat yang yang termasuk golongan obat
simpatis yang bersifat agnonis adrenergik yang bekerja secara langsung
memberikan efek farmakodinamika
Kata Kunci : Sistem otonom, somatik, fungsi, simpatis, parasimpatis,
neurotransmitter
BAB 1
PENDAHULUAN
HASIL PENELITIAN
Sistem saraf tak sadar atau saraf otonom merupakan bagian dari susunan
saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis.
Sistem saraf otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot
perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya
sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.
Kedua sistem ini bekerja secara berlawanan dalam mengendalikan kinerja suatu
organ tubuh. Berikut akan diberikan perbedaan antara saraf simpatik dan
parasimpatik.Saraf simpatik ciri-cirinya melebarkan pupil mata, menghambat
sekresi keenjar ludah, mempercepat denyut jantung, merelaksasi bronki paru-paru,
menghambat aktivitas lambung dan usus, menghambat aktivitas pankreas,
merangsang pelepasan glukosa dan menghambat kantung empedu, menghambat
pengosongan kantung kemih, meningkatkan ejakulasi dan kontraksi vagina. Saraf
parasimpatik yaitu, penyempitkan pupil mata, merangsang kelenjar ludah,
memperlambat denyut jantung, menyempitkan bronki paru-paru, merangsang
aktifitas lambung dan usus, merangsang aktifitas pankreas, merangsang kantung
empedu, meningkatkan pengosongan kantung kemih, meningkatkan ereksi
genitalia.
Pada percobaan ini, langkah awal yang dilakukan yaitu dengan
menyiapkan segala keperluan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
menghitung volume pemberian dari mencit dengan membagi berat mencit yaitu
20 gram dengan berat maksimal mencit yaitu 30 gram dan dikalikan Vp maksimal
mencit yaitu 1 ml dan didapatkan volume pemberiannya yaitu 0,6 ml
Diberikan Epinefrin (i.p) cara menyuntikkan di bagian bawah perut hewan
coba yaitu 1 ekor mencit (Mus muscullus) dan diamati pada menit ke 15, 30, 60
dan 90 memberikan efek farmakodinamika pada hewan coba tersebut. Pada
mencit pertama (M1) yang mempunyai berat badan 20 gram dengan Vp 0.9 ml
sebelum diberikan perlakuan mengalami diare. Setelah diberikan perlakuan
dengan pemberian epinefrin (i.p) dengan volume pemberian yaitu 0.6 ml pada
menit ke 15, 30, 60 dan 90 mengalami midriasis, vasokontriksi dan takikardia.
BAB 4
PEMBAHASAN
Sistem saraf tak sadar atau saraf otonom merupakan bagian dari susunan
saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis.
Sistem saraf otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot
perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya
sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.
Kedua sistem ini bekerja secara berlawanan dalam mengendalikan kinerja suatu
organ tubuh. Berikut akan diberikan perbedaan antara saraf simpatik dan
parasimpatik.Saraf simpatik ciri-cirinya melebarkan pupil mata, menghambat
sekresi keenjar ludah, mempercepat denyut jantung, merelaksasi bronki paru-paru,
menghambat aktivitas lambung dan usus, menghambat aktivitas pankreas,
merangsang pelepasan glukosa dan menghambat kantung empedu, menghambat
pengosongan kantung kemih, meningkatkan ejakulasi dan kontraksi vagina. Saraf
parasimpatik yaitu, penyempitkan pupil mata, merangsang kelenjar ludah,
memperlambat denyut jantung, menyempitkan bronki paru-paru, merangsang
aktifitas lambung dan usus, merangsang aktifitas pankreas, merangsang kantung
empedu, meningkatkan pengosongan kantung kemih, meningkatkan ereksi
genitalia.
Pemberian obat epinefrin (i:p) dengan cara menyuntikkan di bawah perut
hewan coba yaitu 2 ekor mencit (Mus muscullus) dan diamati pada menit ke 15,
30, 60 dan 90 memberikan efek farmakodinamika pada hewan coba tersebut. Pada
mencit yang mempunyai berat badan 20 gram dengan Vp 0,6 ml sebelum
diberikan perlakuan sudah mengalami vasokontriksi yang ditandai dengan warna
telinga yang pucat, mata midriasis, piloereksi dan takikardia.
Pada percobaan ini menggunakan obat epinerfin, dimana obat ini termasuk
dalam golongan obat simpatis yang bekerja sebagai agonis adrenergik.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum diatas dengan pemberian obat epinefrin (i.p) yang
bekerja secara agonis adrenergik dari hasil pengamatan efek
farmakodinamikanya sesuai dengan literatur yang ada dari gejala-gejala yang
diberikan mencit (Mus muscullus) tersebut.
5.1 Saran
Dalam melakukan praktikum ini agar lebih teliti dalam mengamati
efek-efek farmakodinamika pada hewan coba tersebut agar tidak terjadi
kesalahan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA