Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN DIABETES MELITUS


DI UPT PUSKESMAS JIKEN

PROPOSAL SKRIPSI KEPERAWATAN


Untuk memenuhi kelulusan Mata Kuliah Skripsi

Oleh:

Sri Wahyuni

NIM : E420163312

JURUSAN S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KUDUS
2017
Hubungan Olahraga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
Di UPT Puskesmas Jiken

Di Susun Oleh
.......................................
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui dan siap diuji di depan penguji

Kudus, Oktober 2017


Disetujui,
Dosen Pembimbing1

............................
NIP : 197604202003122002

Dosen Pembimbing 2

............................
NIP : 197604202003122002
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Proposal ini dengan baik. Proposal dengan judul “Hubungan
Olahraga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di UPT Puskesmas
Jiken” ini merupakan syarat untuk melakukan penelitian yang merupakan syarat
kelulusan dalam program studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Kudus. Dalam penulisan ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan
kekuatan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Ka. STIKES Muhamadyah Kudus Bapak Rusnoto,SKM.,M.Kes.(Epid)
3. Bapak Sukarmin,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing 1 yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan
4. Ibu Indanah,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan
5. Para dosen program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Kudus yang telah memberikan bimbingan arahan dan motivasi.
6. Suami dan anak-anakku yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
7. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan
baik moril maupun materil, serta menjadi motivasi bagi peneliti
8. Teman-teman satu angkatan yang saling memberi dukungan dan semangat.
9. Pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan proposal ini
yang tidak dapat dilutiskan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan karya
tulis ilmiah ini sehingga hasi penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.
Blora, Desember 2017
Peneliti,

iii
DAFTAR ISI

Halaman ..................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................................................ ii
Kata Pengantar .......................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................... iv
Daftar Tabel ............................................................................................... v
Daftar Lampiran .......................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
D. Keaslian Penelitian ................................................................................. 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
A. Diabetes Mellitus ................................................................................... 6
B. Olahraga bagi pasien DM ...................................................................... 13
C. Kualitas hidup pasien DM ....................................................................... 14
D. Kerangka Teori....................................................................................... 15
BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................... 16
A. Variabel Penelitian ................................................................................. 16
B. Hipotesis ................................................................................................ 16
C. Kerangka konsep .................................................................................. 16
D. Rancangan penelitian ............................................................................ 16
E. Etika Penelitian ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1. Tabel keaslian penelitian ....................................................... 7


2. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terkait .......................................................... 19
3. Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ............................................. 24

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan


Lampiran 2 Lembar Persetujuan
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

vi
vii
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Global status report on NCD World Healt Organozation(WHO)


Tahun 2010 melaporkan bahwa diabetes melitus(DM) menduduki
peringkat ke -6 sebagai penyebab kematian di dunia dengan sekitar 1,3
juta orang meninggal akibat DM dan 4 % meninggal sebelum usia 70
tahun (Kemenkes, 2013). WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM tipe 2 di Indonesia 8,4 juta pada tahun 2000 mejadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. International Diabetes Federation
(DIF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030.
Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya
menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3
kali lipat pada tahun 2030. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas ) tahun 2013 , terjadi peningkatan dari 1,1%(2007) menjadi
2,1%(2013). Proporsi penduduk >15 tahun dengan DM adalah 6,9%
(Depkes RI, 2014).

Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM (penyakit tidak


menular) di Jawa Tengah, jumlah kasus yang dilaporkan secara
keseluruhan pada tahun 2015 adalah 603.840 kasus, DM menempati
urutan kedua sebesar 18,33% (Provil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2015). Jumlah kasus baru PTM Yang dilaporkan secara keseluruhan
pada tahun 2016 adalah 943.927 kasus, DM menempati urutan kedua
sebesar 16,42% (Provil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016). .

Menurut Smeltzer at all (dalam Chaidir dkk,2017), pasien DM yang


tidak dikelola dengan baik akan meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi. Komplikasi yang ditimbulkan bersifat akut maupun kronik.
Komplikasi akut yaitu ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik,
hipoglikemi. Komplikasi kronis diantaranya makroangiopati, gangguan
jantung, pembuluh darah perifer, pembuluh darah otak, mikroangiopati
pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal, neuropati,
kardiomiopati, kaki diabeteik, disfungsi ereksi (IDI DEPKES,2014). DM
dapat pula menyebabkan komplikasi sampingan yaitu kemampuan seks
yang menjadi berkurang (pada pria ditandai dengan ketidakmampuan
ereksi, pada wanita ditandai dengan keringnya vagina, ketidak teraturan
menstruasi bahkan menopause dini) (Phaidon, 2012), sehingga dapat
menyebabkan penurunan kualitass hidup pada pasien DM.
Menurut Yudianto (dalam Chaidir , 2017) kualitas hidup merupakan
perasaan puas dan bahagia sehingga pasien DM dapat menjalankan
kehidupan sehari-hari dengan semestinya. Dalam penelitiannya pada 89
pasien DM di Puskesmas Tigo Baleh, yang memiliki kualitas hidup buruk
dengan persentase 52.8% (47 responden). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Kirana (2016) dengan judul Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II Peserta Prolanis di Puskesmas Moch. Ramdhan
Bandung, dengan responden 23 responden yang memiliki kualitas hidup
rendah 60% (14 responden). Hasil studi pendahuluan di UPT Puskesmas
Jiken didapatkan data hasil wawancara yang dilakukan pada 8 pasien
dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF adalah 6 pasien
mengalami penurunan kualitas hidup dan 2 pasien memiliki kualitas hidup
baik. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan penatalaksanaan pasien DM
dengan baik.
Empat pilar penatalaksanaan DM yaitu edukasi, terapi nutrisi,
latihan jasmani, intervensi farmakologis (Perkeni, 2014). Dianjurkan
latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama 30 menit yang sifatnya
sesuai CRIPE( Continous, Rhytmical,Interval, Progressive, Endurance
training). Latihan dilakukan terus-menerus tanpa terhenti,otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak
cepat dan lambat,berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat
secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu(Mansjoer, 2007).
Olahraga rutin bagi penderita diabetes dinilai sangat efektif dalam
menurunkan kadar resistensi insulin dan meningkatkan kontrol gula
darah.Berolahraga membantu menurunkan kadar gula darah dalam
tubuh. Ini disebabkan dengan berolahraga sel-sel otot di tubuh akan
terlatih untuk menyerap glukosa dengan lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kadar pembakaran glukosa menjadi energi baru (Toruan,
2012).

2
Olahraga yang dapat dilakukan pasien diabet diantaranya joging,
bersepeda, dansa, renang dan lain-lain (Tandra, 2013). Olahraga yang
saat ini banyak digemari yaitu bersepeda. Bisa dilakukan sendiri ataupun
berkelompok. Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang enjoy dan
tidak membosankan karena dapat menempuh jarak yang jauh,serta dapat
sambil rekreasi.
Berdasarkan survei awal didapatkan data jumlah pasien DM di UPT
PUSKESMAS Jiken tahun 2017 bulan Januari sejumlah 41 pasien yang
tidak melakukan olahraga 35 pasien, dibulan Februari sejumlah 52 pasien
yang tidak melakukan olahraga 47 pasien, dibulan Maret sejumlah 47
pasien yang tidak melakukan olahraga 43 pasien, dibulan April sejumlah
56 pasien yang tidak melakukan olahraga 49 pasien.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan antara olahraga dengan kualitas hidup
pasien DM di UPT Puskesmas Jiken.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah belakang masalah yang
dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana hubungan antara olahraga dengan kualitas hidup pada pasien
DM di UPT Puskesmas Jiken.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan olahraga dengan kualitas hidup pada
pasien DM di UPT Puskesmas Jiken.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui kualitas hidup paien DM di UPT Puskesmas Jiken.
b. Diketahuinya aktifitas olahraga pada pasien DM di UPT Puskesmas
Jiken.

3
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bagi perkembangan


pendidikan keperawatan terkait dengan pengelolaan pasien DM di
wilayah kerja UPT Puskesmas Jiken.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk membuat
SOP sebagai terapi pendamping obat
b. Bagi Pasien DM
Menambah informasi tentang olahraga sebagai salah satu
penatalaksanaan DM,serta meningkatkan kualitas hidupnya.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan

E. Keaslian penelitian
Tabel 1.2
Keaslian Penelitian

No Nama Tahun Judul Persamaan Perbedaan


penelitian
1 Putu Inge Ruth 2014 HUBUNGAN Metode:descript Variabel
Suantika SELF CARE ive analytic independen
DIABETES dengan :self care
DENGAN pendekatan
KUALITAS study cross Lokasi
HIDUP sectional penelitian:
PASIEN DM poliklinik
TIPE 2 DI interna
POLIKLINIK RSUD
INTERNA Bandung
RUMAH SAKIT
UMUM Responden
DAERAH :pasien
BADUNG rawat jalan
RSUD
Bandung
2 Muh. Faisal 2012 HUBUNGAN Metode:descript Variabel
Basir,Junaedi, TERAPI DIET ive analytic independen
Sri suryani DAN dengan :diet dan
OLAHRAGA pendekatan olahraga
TERHADAP study cross
PERUBAHAN sectional Variabel

4
KADAR GULA dependen:
DARAH PADA kadar gula
PASIEN darah
DIABETES
MELITUS TIPE Lokasi
2 DI RUMAH penelitian:
SAKIT UMUM RSI Faisal
ISLAM FAISAL Makasar
MAKASSAR
Responden
:pasien DM
di RSI
Faisal
Makasar

F. Ruang lingkup
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018, pasien DM
rawat jalan di UPT Puskesmas Jiken.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES MELITUS
1. Pengertian
Diabetes adalah penyakit kronik unik yang dipengaruhi setiap
aspek gaya hidup, termasuk pola makan, aktivitas fisik, sekolah, kerja
bahkan jadwal perjalanan keluar kota (Nurrahmani, 2012). Diabetes
Mellitus (DM) atau kencing manis adalah kelainan metabolisme yang
disebabkan oleh berbagai faktor dengan gejala –gejala berupa
hiperglikemia(peningkatan kadar glukosa darah) kronis dan
gangguan metabolisme pada karbohidrat, lemak, dan protein.
Hiperglikemi tersebut disebabkan adanya defisiensi sekresi hormon
insulin, aktivitas insulin maupun keduanya, defisiensi
transporter(pengangkut) glukosa, atau keduanya (Susilo dan
Wulandari,2011).
2. Etiologi

Menurut Nurrahmani (2012), banyak hal yang dapat


menyebabkan timbulnya penyakit kencing manis atau diabetes
melitus,aantara lain:

a. Gen diabetes dalam keluarga

Gen merupakan sel pembawa sifat yang dapat diwariskan


orang tua kepada turunannya. Pembawaan sifat diabetes tipe-2
belum dapat dipastikan, tapi kecenderungan penurunan sifat
diabetes tipe-2 diketahui lebih kuat daripada tipe-1.Apabila kedua
orangtua menderita diabetestipe-2,anak memiliki 30% resiko
terkena diabetes. Begitu juga jika kedua orang tua menderita
diabetes,resiko memiliki diabetes tipe-1 adalah sebesar 30%.

b. Insulin dan gula darah

Jumlah insulin yang kurang atau efek kerja insulin dalam hal
memasukkan gula ke dalam sel tidak sempurna atau mungkin
juga karena malah kedua-duanya, akibatnya gula darah sangat

6
7

tinggi. Kadar gula yang sangat tinggi setrusnya dapat


menyebabkan komplikasi pada organ lain.

Apabila gula yang masuk ke sel tidak mencukupi kebutuhan


metabolisme sehingga tidak bisa mendapatkan energi yang
cukup,tubuh akan mengolah lemak dan protein dalam tubuh
untuk diubah menjadi energi. Penggunaan lemak dan protein
inilah yang menyebabkan turunnya berat badan.

c. Kegemukan(obesitas) dan retensi insulin


Pada obesitas sel-sel lemak akan menghasilkan beberapa
zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih
banyak daripada keadaan tidak gemuk, zat itulah yang
menyebabkanresistensi terhadap insulin. Akibat resistensi
insulin, gula darah sulit masuk ke dalam sel sehingga gula dalam
darah tetap tinggi(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes.
Kegemukan bisa disebabkan faktor keturunan, faktor usia lanjut,
atau paling sering karena asupan makanan yang berlebih tanpa
diimbangi dengan olahraga.
d. Asma,KB
Hormon yang digunakan pada obat asma adalah steroid
yang bekerja berlawanan dengan insulin yaitu menaikan gula
darah. Pil kontrasepsi merupakan salah satu obaat yang
mengandung hormon steroid dengan antiinsulin rendah.
3. Gejala
Menurut DEPKES (2014) gejala DM :
1) Hasil anamnesa(subjective)
Keluhan:
a) Polifagia(banyak makan)
b) Poliuri(sering berkemih)
c) Polidipsi(banyak minum)
d) Penurunan BB yang tidak jelas sebabnya

Keluhan tidak khas:

a) Lemah
b) Kesemutan(rasa baal diujung-ujung ekstremitas)

7
8

c) Gatal
d) Mata kabur
e) Disfungsi ereksi padda pria
f) Pruritus vulvae pada wanita
g) Luka yang sulit sembuh
2) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana(objective)
Pemeriksaan fisik:
a) Penilaian berat badan
b) Mata : penuruan visus, lensa mata buram
c) Extremitas : ujji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen

Pemeriksaan penunjang :

a) Gula darah puasa


b) Gula darah 2 jam post pandrial
c) urinalisis
4. Klasifikasi Diabetes melitus
Menurut Susilo dan Wulandari (2011) terdapat tiga tipe DM yaitu:

a. DM tipe I adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio


insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya pulau langerhans
pankreas.IDDM dapat diderita oleh anak – anak maupun orang
dewasa.Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada DM
tipe I adalah kesalahan reaksi autoimunitas(merusak bagian
tubuhnya sendiri) yang menghancurka sel beta pankreas.Reaksi
autoimunitas tersebut dapatdipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.Saat ini, DM tipe I hanya dapat diobati dengan
menggunakan insulin ,dengan pengawasan yang teliti terhadap
tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah.Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup
(diet dan olahraga).
b. DM tipe 2 merupakan tipe DM yang terjadi bukan disebabkan oleh
rasio insulin didalam sirkulasi darah, melainkan merupakan
kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak
gen, termasuk yang menyebabkan disfungsi sel beta, gangguan
pengeluaran hormon insulin, resistensi sel terhadap insulin yang
disebabkan oleh disfungsi sel, utamanya pada hati menjadi kurang

8
9

peka terhadap nsulin, serta penekanan pada penyerapan glukosa


oleh otot lurik, yang meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.
Pengobatan sangat diperlukan untuk menormalkan tingkatan
glukosa dalam darah,baik secara fisik maupun memberikan obat-
obatan. Cara hidup yang tertib dan seimbang serta pemeriksaan
glukosa darah selalu direkomendasikan.
c. DM tipe 3, disebut juga diabet gestasional atau DM yang terjadi
pada kehamilan, melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi
dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, mengikuti ciri –
ciri DM tipe 2 dibeberapa kasus. DM tipe 3 terjadi selama
kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. DM tipe ini
dapat menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk
janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak
lahir. Ibu dan janinnya harus menjalani pemeriksaan rutin untuk
memantau kesehatan dan memberikan penanganan maupun
pengobatan yang paling sesuai dangan keadaannya.
5. Diagnosis diabetes mellitus
Diagnosis DM ditegakan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan
klasik(poliuri, polidipsi, polifagi, penurunan BB yang tidak jelas
sebabnya) ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >
200 mg/Dl. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang
lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah,
sehingga pemeriksaan dianjurkan untuk diagnosa DM. Ketiga dengan
TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih sensitif
dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan
berulang- ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan
(PERKENI, 2014).
6. Pencegahan Diabetes Mellitus
Pencegahan untuk penyakit DM dibagi menjadi empat macam,
diantaranya: (Restyana, 2015)
a. Pencegahan primordial

Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan


kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak
mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko

9
10

lainnya. Pencegahan primordial pada penyakit DM misalnya


menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa
konsumsi makankeberat-beratan adalah suatu pola makan yang
kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas
adalah kurang baik bagi kesehatan.
b. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditunjukkan pada


orang-orangyang termasuk kelompok resiko tinggi, yaitu mereka
yangbelum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita
DMdiantaranya:
1) Kelompok usia tua (>45 tahun)
2) Kegemukan
3) Tekanan darah tinggi
4) Riwayat keluarga DM
c. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau


menghambattimbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan
memberikanpengobatan sejak awal penyakit.Dalam pengelolaan
pasien DM,sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat
mungkin dicegahkemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar
utamapengelolaan DM meliputi:
1) Penyuluhan
2) Perencanaan makanan
3) Latihan jasmani
4) Obat berkhasiat hipoglikemik
d. Percegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya
kecacatanlebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,
sebelumkecactan tersebut menetap.
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa
darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada

10
11

ketentuan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau


langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin segera dapat
diberikan. Menurut PERKENI (2014), penatalaksanaan DM dapat
dilakukan dengan 4 pilar yaitu:
a. Edukasi
Diabetes melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya
hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan.
Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi
aktif pasien,keluarga, dan masyarakat.Dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motifasi untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku.
b. Terapi nutrisi medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabet
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
c. Latihan Jasmani/olahraga
Kegitan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit),
merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda, joging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah
mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalas malasan.

11
12

d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan obat suntikan.
1) Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
a) Pemicu sekresi insulin( insulin secretagogue): sulfonilurea
dan glinid
b) Penambahan sensitifitas insulin: metformin, tiasolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis ( metformin)
d) Penghambat absorbsi glukosa: penhambat glukosidase
alfa.
2) Insulin
Insulin diperlikan dalam keadaan:
a) Penurunan BB ynag cepat
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c) Ketoasidosis diabetik
d) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e) Hiperglikemia denga asidosis laktat
f) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
g) Stres berat(infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
h) Kehamilan dengan DM yang tidak terkendalidengan
perencanaan makan
i) Gangguan funsi ginjal atau hati berat
j) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
3) Terapi kombinasi
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal
(insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan
pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh
kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang
cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menegah adalah 6-10
unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan

12
13

evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah


puasa keseokan harinya.
Bila dengan cara seperti diatas kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik
oral dihentikan dan diberikan insulin saja.

B. OLAHRAGA BAGI PASIEN DM

Nurrahmani ( 2012), dalam bukunya yang berjudul “Stop!diabetes”


mengatakan bahwa olahraga merupakan bagian yang penting dalam
pengobatan penderita DM. Olahraga membantu penderita untuk
meningkatkan kesensitifan insulin, menurunkan resiko terkena gangguan
jantung, mengontrol berat badan, dan meningkatkan kesehatan mental.
Ketika pada orang non DM berolahraga maka pada saat itu kadar hormon
insulin akan menurun dan hormon glukagon (hormon yang mengubah
gula dalam otot ) meningkat. Penggunaan glukosa oleh otot akan
meningkat dan pemecahan glikogen dihati juga akan meningkat.
Sedangkan pada penderita DM respon insulin akan berbeda. Respon
insulin dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kadar glukosa dalam darah,
kadar hormon insulin, jumlah makanan sebelumnya, serta jenis dan
intensitas olahraga. Pada saat olahraga, kadar insulin yang meninggi
berpotensi untuk terjadi hipoglikemi karena insulin akan memecah
glukosa yang ada di otot. Sebaliknya, kadar insulin yang terlalu rendah
justru tidak mempunyai kemampuan dalam mengontrol produksi glukosa
serta asamlemak bebas.

Secara lebih khusus yang terjadi pada penderita DM tipe I, karena


produksi insulin yang terganggu atau bahkan tidak ada, maka olahraga
tidak begitu besar mempengaruhi kadar gula darah, tetapi keuntunga
lainnya adalah mengurangi resiko penyakit jantung. Pada penderita DM
tipe II, olahraga berperan utama dalam pengaturan glukosa dalam darah.
Pada DM tipe II, produksi insulin tidak terganggu, tapi masih kurangnya
respon reseptor pada sel terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat
transfer glukosa kedalam sel. Pada saat berolahraga, permiabelitas
membrans sel terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi
sehingga gula darah lebih mudah masuk dan resistensi insulin berkurang,

13
14

dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat. Hal ini menyebabkan


kebutuhan insulin berkurang. Namun respon ini bukan efek yang menetap
atau berlangsung lama. Respon ini hanya setiap kali melakukan olahraga.
Oleh karena itu hendaknya olahraga dilakukan secara berkelanjutan dan
terus menerus.
Olahraga yang baik bagi penderita DM adalah yang bersifat erobik,
terus menerus, ritmikal dan progresif.
1. Erobik, olahraga yang gerakannya tidak hanya melibatkan satu
otot tertentu, tetapi melibatkan semua otot besar
2. Terus menerus, olahraga yang dilakukan secara terus menerus,
bukan sekali waktu
3. Ritmikal, olahraga yang gerakannya berirama yakni otot
berkontraksi dan berelaksasi secara teratur seperti jalan kaki,
bersepeda, berenang
4. Progresif, dilakukan secara bertahap yakni mulai dari pemanasan,
inti, pendinginan.

C. KUALITAS HIDUP PASIEN DM

Menurut Syarif (2013), dalam penelitiannya yang berjudul kualitas


hidup pasien ulkus diabetik di poliklinik endokrin RSUDZA, Banda Aceh,
kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering
digunakan dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai
dampak terapi pada pasien. Secara umum terdapat empat dimensi yang
digunakan untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang
dikembangkan World Health Organization Quality of Life. Dimensi
tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial,
dan dimensi lingkungan (WHOQoL, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan. Bain, dkk (dalam
Kirana, et al, 2016) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup
antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung
lebih tinggi daripada kualitas hidup perempuan. responden yang berusia
≥ 50 tahun pada umumnya menerima kondisinya sebagai penderita DM
dan lebih memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan kesehatan
terutama kadar gula darahnya dibandingkan yang berusia antara < 50

14
15

tahun. Terdapat pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup


subjektif namun tidak banyak, pekerjaan berhubungan dengan kualitas
hidup tinggi pada pria maupun wanita. Dengan memiliki pekerjaan
meghasilkan kuaitas hidup yang lebih tinggi. Pada pria maupun wanita,
individu dengan status menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

D. KERANGKA KONSEP

Gambar 1. Kerangka Teori

Penyakit Kualitas hidup


diabetes Komplikasi DM pasien DM
melitus(DM) menurun

Diet

Edukasi

Olahraga

terapi
farmakologis

Kualitas hidup
pasien DM
meningkat

Keterangan : : tidak diteliti


: diteliti

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN
Menurut Imron TA (2014):
1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang menjadi gantungan dari
variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah olahraga yang
dilakukan oleh pasien DM.
2. Variabel terikat(dependent variabel)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang terikat atau bergantung
dengan variabel lain.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status
kualitas hidup pasien DM.

B. HIPOTESA PENELITIAN
Hipotesa adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yag dapat diuji
secara empiris (Notoatmodjo, 2010).
Ha : ada hubungan antara olahraga dengan kualitas hidup pasien DM
Ho : tidak ada hubungan antara olahraga dengan kualitas hidup pasien DM

C. KERANGKA KONSEP

Olahraga Kualitas hidup pasien DM

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

D. RANCANGAN PENELITIAN
1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini observasional/non eksperimental yaitu penelitian
yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah variabel dari subyek
penelitian, dengan kondisi apa adanya (Imron TA, 2014). Penelitian
bersifat korelasi.

6
17

2. PENDEKATAN WAKTU PENGUMPULAN DATA


Rancangan penelitian dengan survey cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini korelasinya yaitu antara olahraga dengan
kualitas hidup.
3. METODE PENGUMPULAN DATA
Cara pengumpulan data dengan observasi menggunakan kuesioner
dengan sumber data primer yaitu materi atau kumpulan fakta yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti saat penelitian dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
4. POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki
karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/diamati (Imron TA,
2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM yang
melakukan rawat jalan di UPT Puskesmas Jiken.Pasien dari bulan
Januari 2017- Juli 2017 sejumlah 196 pasien.
5. PROSEDUR SAMPEL DAN SAMPEL PENELITIAN
Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan cara non
probability sampling dengan teknik accidental sampling yaitu dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia dan memenuhi kriteria retriksi penelitian (Notoatmodjo,2010).
Adapun kriteria retriksi pada penelitian ini meliputi:
a. Kriteria inklusi :
1) Pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Jiken dengan diagnosis
DM
2) Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani
informed consent
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang tidak bersedia menandatangani informed consent
2) Pasien DM dengan komplikasi yang menyebabkan pasien tidak
dapat melakukan olahraga

17
18

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus baku dari Taro


Yamane, yang dikutip Rakhmat (Imron TA, 2014):

n=

Nd2+ 1

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan(0,05)

Untuk jumlah populasi berjumlah 196 pasien, rata-rata tiap bulan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

n=

Nd2+ 1

196

n=

196(0.05)2+ 1

n= 131 responden

6. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN DAN SKALA


PENGUKUR
Tabel 3.1
Definisi operasional
Variabel Definisi Cara Hasil Skala
Pengukuran
Olahraga Suatu latihan Kuesioner 1. Tidak Ordinal
fisik yang BAECKE olahraga
dilakukan yang (Skore:0)
secara teratur dimodifikasi 2. Olahraga
minimal 3-4x dari penelitian pasif
seminggu Trihapsari (skore: 1,52

18
19

yang berupa - > 4,4032)


sepeda, 3. Olahraga
joging,senam aktif(skore:
aerobik ≥4,4032 –
7,2864)
Kualitas Kemampuan Kuesioner 1. Kualitas Ordinal
hidup responden WHOQOL- hidup
pasien DM untuk BREF kurang
melakukan baik
fungsi (skore=
hidupnya 26-65)
dalam 2. Kualitas
beraktifitas hidup baik
secara normal (skore=
sesuai kondisi 66-130)
kesehatan
atau keluhan
yang ada
menurut
persepsinya
sendiri

7. INSTRUMEN PENELITIAN DAN CARA PENELITIAN


Instrumen dalam penelitian ini adalah anket kuesioner yang berisi
tentang status demografi yang meliputi nomor responden, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan. Kuesioner olahraga dari BAECKE
tentang IWO (indeks waktu olahraga) yang diambil dari penelitian
Trihapsari (2009) dengan pertanyaan apakah anda berolahraga? Dengan
jawaban tidak atau ya. Jika jawaban ya maka dilanjutkan dengan
melingkari jawaban pada tabel selanjutnya. Setiap pertanyaan diberi skor
dan dikalkulasi dengan rumus yang ada.
Tabel 3.2.
Skor berdasarkan intensitas olahraga
Jenis olahraga Contoh Skore
Olahraga ringan Biliard, bowling, golf, tenis meja, jalan pagi 0,76
Olahraga sedang Jogging, senam, lari, berenang,bulutangkis, 1,26
tenis
Olahraga berat Tinju, basket, sepakbola, volley 1,76
Sumber : Baecke (1982)
Tabel 3.3.
Skor berdasarkan lamanya berolahraga dalam satu minggu
Lamanya berolahraga Skore
<1 jam 0,5
1-2 jam 1,5
2-3 jam 2,5
3-4 jam 3,5
>4 jam 4,5
Sumber : Baecke (1982)

19
20

Tabel 3.4.
Skor berdasarkan proporsi berolahraga dalam satu tahun
Proporsi berolahraga Skor
<1 bulan 0,04
1-3 bulan 0,17
4-6 bulan 0,42
7-9 bulan 0,67
>9 bulan 0.92
Sumber : Baecke (1982)
Skor indeks olahraga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Skor indeks olahraga = ∑ intensitas X waktu X proporsi

Kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF yang terdiri dari 26 item


pertanyaan dengan rentan untuk pertanyaan skala linkert 1 = sangat
buruk, 2 = buruk, 3 = biasa-biasa saja, 4 = baik, 5 = sangat baik.

Untuk mendapatkan data yang akurat maka instrument angket yang


dipakai harus diuji validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk
mendapatkan validitas yang tinggi dari instrumen, sehingga bisa
memenuhi persyaratan. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan guna
memperoleh gambaran yang tetap mengenai apa yang diukur.
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar- benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Teknik
korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment” yang
rumusnya sebagai berikut :
N(XY) (X Y)
R=
VI (NX - X) (NX - Y)

Keterangan : X = pertanyaan nomor 1


Y = skors total
XY= skors pertanyaan nomor 1 dikali skor total
b. Uji reliabilitas
Arikunto, (2012) menjelaskan uji reliabilitas adalah uji yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Dengan kata lain alat dikatakan reliabel jika alat
digunakan dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap

20
21

kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama . Dalam


penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik
Formula Alpha Cronbach dengan Rumus :

k  S2 j 
1  2 
k  1  S x 
α=

Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I
Sx = jumlah varians skor total
Arikunto (2012) menjelaskan Indikator pengukuran reliabilitas
menurut tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika alpha atau r hitung 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
b) Jika alpha atau r hitung 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
c) Jika alpha atau r hitung kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
Setelah data valid dan reliable, maka selanjutnya data akan di
masukkan dalam rumus regresi sederhana. Nilai validitas instrumen
dinyatakan valid masing-masing pertanyaan dengan nilar > R tabel
0,319 dan nilai reabilitasnya baik dengan nilai R 0,958 untuk
kuesioner kualitas hidup( Tyas, 2008).

8. TEKNIK PENGOLAHAN DAN CARA PENELITIAN

a. Cara penelitian
Proses penelitian dimulai dari penyusunan proposal penelitian
setelah proposal diuji dan disetujui peneliti melakukan proses
perijinan pelaksanaan kegiatan penelitian ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Blora. Selanjutnya setelah mendapatkan ijin penelitian
selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data pada saat
responden melakukan pemeriksaan di bagian rawat jalan UPT
Puskesmas Jiken. Sebelum melakukan proses pengumpulan data
sebelumnya peneliti menentukan responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Selanjutnya menjelaskan

21
22

prosedur penelitian dan pengisian inform consent penelitian yang


dilanjutkan dengan pengisian lembar kuesioner. Tahap terakhir
adalah pengumpulan kuesioner dan pengolahan data.

b. Teknik pengolahan
Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian yaitu
pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus yang ada
sesuai dengan pendekatan penelitian yang diambil. Setelah data
diolah dan dimasukkan kedalam tabel, selanjutnya adalah
menganalisis atau menguji data tersebut dengan analisis kuantitatif
atau statistik. Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi:

1) Tahap pertama (pengolahan data)


a) Tahapan memeriksa (editing), tahap memeriksa kembali data
yang diperoleh lengkap dengan kebenaran dan kelengkapan
lembar kuesioner. Editing dilakukan saat data atau kuesioner
terkumpul.
b) Proses pemberian identitas (coding), proses pemberian kode
numerik pada data yang bersifat kategorik yaitu data olah
raga dan kualitas hidup. Olahraga dibedakan menjadi
kategorik tinggi skore: ≥3000, sedang skore: ≥600 - >3000,
rendah skore:<600. Kualitas hidup dibedakan dalam 2
kategorik: kualitas hidup kurang baik ( skore 26-65), kualitas
hidup baik ( skore 66-130).
c) Proses pembeberan (Tabulating). Proses pemasukan data
kedalam data base komputer, selanjutnya data dianalisis.
2) Tahap kedua (Analisis data)
Analisa data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap
deskripsi, tahap uji persyaratan analisis, dan tahap pengujian
hipotesis.

a) Analisa univariat
Notoatmodjo,(2010) Analisa univariat dilakukan untuk
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Untuk
data kategorik yang meliputi variable olahraga, variabel

22
23

kualitas hidup klien DM, umur, pendidikan, pekerjaan,


dianalisis dengan menghitung distribusi frekuensinya.
b) Analisa bivariat
Darma, (2008) Analisa bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan masing-masing variabel yaitu variable
olahraga dan variabel kualitas hidup klien DM dengan
menggunakan Chi-Square.Rumusnya :

χ2: Nilai chi-kuadrat


fe: Frekuensi yang diharapkan
fo: Frekuensi yang diperoleh/diamati
Interpretasi hasil penelitian :
(1) Apabila Pvalue > 0,05, Ha ditolak berarti tidak ada
hubungan antara olahraga dengan kualitas hidup pasien
DM di UPT Puskesmas Jiken.
(2) Apabila Pvalue < 0,05, Ha diterima berarti ada hubungan
antara olahraga dengan kualitas hidup pasien DM di UPT
Puskesmas Jiken.

E. ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari
prodi keperawatan STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS dan permintaan izin
ke DKK Blora kemudian ke UPT Puskesmas Jiken. Setelah mendapat
persetujuan, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan menekankan
masalah etika yang meliputi:
1. Informed concent (lembar persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti denganresponden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan yang telah disiapkan oleh
peneliti.
2. Anomality (tanpa nama)
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

23
24

menuliskan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti pada lembar


pengumpulan data atau hasil penelitian.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Merupakan etika dalam penelitian dengan menjamin kerahasiaan hasil
penelitian baik informasi atau masalah-masalah lainnya (Hidayat, 2009).

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, T.M., Ibrahim, M.I.M, dan Asdie, A., 2010, The Association of
diabetesrelated factor and quality of life in type 2 diabetes mellitus,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
2(1): 139-145.

Arikunto, S (2012). Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Darma, Kelana, (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: trans


info media

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika.

IDI DEPKES RI, (2012). Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
kesehatan primer / edisi revisi tahun 2014. Jakarta

Imron T. A, Moch, (2014). metodologi penelitian bidang kesehatan / edisi


ke-2. Jakarta : Sagung Seto

Kiadaliri, A.A., Najafi, B., dan Mirmalek-Sani, M., 2013, Quality of life in
people with diabetes: a systematic review of studies in Iran, Journal
of Diabetes & Metabolic Disorders, 12(54): 1-10.

Kirana, Budiman (2016), Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe


II Peserta Prolanis di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung

Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Nurrahmani, Ulfah, (2012). Stop Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Familia

Nwankwo, C.H., et al. (2010). Factors Influencing Diabetes Managemen


Outcome Among Patients Attending Government Health Facilities in
South East, Nigeria. International Journal of Tropical Medicine, 5(2),
28-36.

PERKENI, (2014). Panduan Klinis Prolanis Dm Tipe 2 Bpjs Kesehatan.


Jakarta

R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June


2017 (132-144)

Sundaram, M., Kavookjian, J., dan Patrick, J.H., 2009, Health related-
quality of life and quality of life in type 2 diabetes melitus; relationship
in a cross sectional study, Patient, 1(2): 121-33.

Susilo Yekti,Wulandari Ari,(2011). Cara Jitu Mengatasi Kencing Manis.


Yogyakarta : C.V. Andi Offset

25
26

Syarif, Hilman, (2013). Kualitas Hidup Pasien Ulkus Diabetik Di Poliklinik


Endokrin Rsudza, Banda Aceh. ISSN: 2087-2879, Vol. IV No. 1

Tyas, M.D.C (2008). ). Tesis: Hubungan Perawatan Diri dan Persepsi


Sakit dengan kualitas Hidup pasien deabetes melitus dalam konteks
keperawatan di kota Blitar. Tidak dipublikasikan Utami, (2014).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum. JOM PSIK VOL. 1 NO. 2

Utami, D. T., et all. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas


Hidup Pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Diabetikum. JOM PSIK,
1-7.

26

Anda mungkin juga menyukai