NIM :121000270
MATA KULIAH : P.E PROMKES
Paraturan ini dapat terjalankan jika adanya kerjasama yang baik dari pemerintah,
petugas kesehatan, dan tentunya masyarakat. Dalam bab IV pasal 6 telah diatur kewajiban
dan larangan dalam pemeliharaan kebersihan di lingkungan tempat tinggal. Seperti
mengumpulkan sampah pada tempatnya dan menaruhnya di tempat yang mudah dijangkau
oleh petugas kebersihan. Kewajiban setiap orang untuk menjaga dan memelihara kebersihan
lingkungan dan saluran air di sekelilingnya guna membantu petugas kebersihan. Begitu juga
pada pasal 7 ayat mengatur larangan pembuangan sampah di saluran air, di daerah aliran
sungai (DAS) dan di atas parit atau barem jalan. Bagi pelanggar kedua pasal tersebut yang
diatur di pasal 20 ayat 2 akan diberi sanksi yaitu ancaman pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan dan denda Rp 5.000.000 (lima juta rupiah). Dalam bab dan pasal yang sama
pada poin f dikatakan bahwa setiap pengusaha kendaraan angkutan umum harus
menyediakan tempat sampah di dalam kendaraan dan kemudian membuang sampahnya di
tempat penampungan sementara yang telah disediakan di terminal-terminal atau yang
disediakan Instansi Pengelola Persampahan di tempat-tempat tertentu. Namun jika dilihat dari
pelaksanaannya, belum ada tempat sampah yang disediakan di dalam angkutan umum di kota
Medan. Sehingga banyak penumpang angkutan umum yang belum memiliki kesadaran akan
pentingnya membuang sampah pada tempatnya sehingga membuang sampah melalui jendela
maupun pintu angkutan, yang pastinya akan mengotori jalan umum. Dan menambah beban
dari petugas kebersihan jalan raya. Namun, menurut saya penempatan tempat sampah di
angkutan umum juga harus melihat ukuran angkutannya. Jika angkutannya relatif kecil dan
dalam jarak lintas yang tidak terlalu jauh, hanya perlu dihimbau untuk menyimpan sampah
tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah setelah turun dan jangan membuangnya di
sembarang tempat.
Namun sampai saat ini peredaran narkoba masih luas. Beberapa gembong narkoba
masih menjadi buronan. Kendala yang mungin dihadapi dalam memberantas narkoba adalah
banyak masyarakat yang mengetahui para pengguna narkoba namun mereka tidak mau dan
tidak berani untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib, kasus narkoba merupakan rahasia
umum namun tersembunyi, para pengguna pada umumnya berasal dari masyarakat dengan
keluarga yang berantakan, keluarga dengan pendidikan maupun ekonomi yang rendah, karena
sulitnya mencari uang sehingga mereka terjerumus kedalam dunia bebas(narkoba), keadaan
masyarkat lain yang semakin individualisme sehingga menggurangi interaksi antar warga
untuk bertukar pikiran dan mencoba mencari jalan keluar sendiri yang salah, serta
menurunnya nilai moral serta kualitas keagamaan (pendekatan diri kepada Tuhan yang
semakin menurun) sehinngga tidak ada yang membatasi diri untuk tidak melakukan hal-hal
yang dilarang baik secara agama maupun secara hukum.
Pemerintah dan seluruh masyarakat harus bekerja sama untuk memberantas peredaran
narkoba. Menurut saya, Pemerintah seharusnya lebih memberi pengawasan kepada anak-anak
di bawah umur. Baik anak yang yang mampu maupun yang kurang mampu. Pemerintah juga
sebaiknya menjalin kerjasama antar sektor prmerintahan lainnya seperti dinas pendidikan,
pemberdayaan masyarakat, serta dinas transportasi agar pengawasaan dapat dilakukan dengan
maksimal dan dapat saling memberi informasi.
Gizi buruk dan gizi kurang pada balita adalah keadaan yang menunjukkan balita
tersebut tidak mendapatkan asupan gizi yang baik dan asupan gizi yang cukup. Permasalahan
gizi buruk dan gizi kurang tersebut diantaranya disebabkan oleh krisis ekonomi. Akibatnya
terjadi penurunan daya beli terhadap pangan dan pelayanan kesehatan yang seharusnya
didapatkan seorang balita. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek,
dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada
rendahnya tingkat kecerdasan. Pemerintah Kabupaten Karawang sangat menaruh perhatian
yang besar pada program penanggulangan gizi buruk. Mengingat masih tingginya prevalensi
gizi buruk pada balita, tahun 2012 diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan bagi balita gizi buruk untuk 120 balita selama 90 hari berturut-turut. Makanan
tambahan yang diberikan adalah makanan tambahan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan
balita tersebut tanpa mengganggu sistem pencernaannya dan tujuannya untuk memperbaiki
status gizi balita di kabupaten tersebut.
Kesulitan dalam mensosialisasikan peraturan ini kepada masyarakat memungkinkan
menghambat pelaksanaannya. Karena masih banyak ibu yang tidak hanya di Kabupaten
Karawang yang mengetahui dan mengerti tentang status gizi anaknya. Banyak ibu yang tidak
membawakan anaknya ke puskesmas untuk diukur pertumbuhannya. Tingkat pendidikan
yang beraneka ragam meghasilkan pola pikir yang berbeda antar ibu. Keadaan ekonomi yang
terbatas sehingga membatasi ibu-ibu untuk memberikan anaknya makanan yang bergizi.
Padahal makanan yang bergizi merupakan salah satu penunjang kecerdasan dan kesehatan
anak. Belum lagi perbedaan budaya dan kebiasaan dalam memberikan makanan. Kesibukan
ibu sebagai wanita karir di perkotaan merupakan salah satu penyebab bayi tidak mendapatkan
ASI eksklusif. Penanggulangan Gizi buruk seharusnya melibatkan kerjasama lintas sektor
sehingga sama-sama memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan masalahnya, dan
tidak hanya dibebankan kepada sektor kesehatan saja. Akan lebih baik jika kebijakan ini
dapat dicontoh oleh daerah-daerah yang masih memiliki kasus gizi buruk yang tinggi, dan
dapat dibuat secara nasional.