Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MARGARETHA PASARIBU

NIM :121000270
MATA KULIAH : P.E PROMKES

Menganalisis 3 Kebijakan Publik yang Berwawasan Kesehatan

1. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Retribusi


Pelayanan Kebersihan

Lingkungan yang sehat dan aman merupakan kebutuhan masyarakat. Lingkungan


menggambarkan keadaan masyarakat sekitar, sehat lingkungannya maka sehat pula
masyarakatnya. Sehingga pemerintah kota Medan membuat PerDa Nomor 8 Tahun 2002
tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan yang dimaksudkan untuk mewujudkan lingkungan
yang bersih, sehat, tertib, aman, rapi dan indah yang mewajibkan masyarakatnya juga untuk
menjaga kebersihan lingkungannya.

Paraturan ini dapat terjalankan jika adanya kerjasama yang baik dari pemerintah,
petugas kesehatan, dan tentunya masyarakat. Dalam bab IV pasal 6 telah diatur kewajiban
dan larangan dalam pemeliharaan kebersihan di lingkungan tempat tinggal. Seperti
mengumpulkan sampah pada tempatnya dan menaruhnya di tempat yang mudah dijangkau
oleh petugas kebersihan. Kewajiban setiap orang untuk menjaga dan memelihara kebersihan
lingkungan dan saluran air di sekelilingnya guna membantu petugas kebersihan. Begitu juga
pada pasal 7 ayat mengatur larangan pembuangan sampah di saluran air, di daerah aliran
sungai (DAS) dan di atas parit atau barem jalan. Bagi pelanggar kedua pasal tersebut yang
diatur di pasal 20 ayat 2 akan diberi sanksi yaitu ancaman pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan dan denda Rp 5.000.000 (lima juta rupiah). Dalam bab dan pasal yang sama
pada poin f dikatakan bahwa setiap pengusaha kendaraan angkutan umum harus
menyediakan tempat sampah di dalam kendaraan dan kemudian membuang sampahnya di
tempat penampungan sementara yang telah disediakan di terminal-terminal atau yang
disediakan Instansi Pengelola Persampahan di tempat-tempat tertentu. Namun jika dilihat dari
pelaksanaannya, belum ada tempat sampah yang disediakan di dalam angkutan umum di kota
Medan. Sehingga banyak penumpang angkutan umum yang belum memiliki kesadaran akan
pentingnya membuang sampah pada tempatnya sehingga membuang sampah melalui jendela
maupun pintu angkutan, yang pastinya akan mengotori jalan umum. Dan menambah beban
dari petugas kebersihan jalan raya. Namun, menurut saya penempatan tempat sampah di
angkutan umum juga harus melihat ukuran angkutannya. Jika angkutannya relatif kecil dan
dalam jarak lintas yang tidak terlalu jauh, hanya perlu dihimbau untuk menyimpan sampah
tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah setelah turun dan jangan membuangnya di
sembarang tempat.

Hambatan yang mungkin dihadapi yaitu banyak masyarakat belum memiliki


kesadaran akan kebersihan lingkungannya. Banyak masyarakat yang membuang sampah
sembarangan meski sudah ada peraturan tertulis yang mengatur. Pemerintah juga kurang
mendekatkan diri dan bersosialisasi dalam pengenalan peraturan ini ditambah lagi ketidak
tegasan dalam mengambil tindakan jika ada yang melanggarnya dikarenakan tidak adanya
petugas yang mengawasi. Akibatnya masyarakat hanya menganggap peraturan yang hanya
hitam di atas putih. Sebaiknya pemerintah bersifat lebih ‘memaksa’ sehingga terlihat
keseriusan dalam mengatur kebersihan kota ditambah lagi pemerintah harus lebih
menggalakkan sosialisasi dan pengenalan akan peraturan yang berlaku dengan mengadakan
eventyang berwawasan kesehatan dan lingkungan. Pemerintah juga harus melakukan
kerjasama lintas sentor, seperti dinas parawisata yang pastinya sangat mendukung kebersihan
daerah sekitar sehingga menunjang sektor pariwisata.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Derajat kesehatan masyarakat menunjukkan kesejahteraan masyarakat di suatu


negara. salah satu yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah perilaku dalam mengkonsumsi
obat-obatan. Jika sesuai dengan anjuran dokter maka obat tersebut akan sfektif dan jika
disalahgunakan maka akan menimbulkan efek negatif contohnya narkoba. Dalam UU RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam pasal 39 Narkotika hanya dapat disalurkan
oleh Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dan telah memiliki izin
khusus penyaluran narkotika dari menteri. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
dengan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika akan dipidana dan
didenda sesuai dengan golongan narkotikanya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak masyarakat yang dengan sembunyi-sembunyi


memakai dan mengedarkan narkoba. Di Indonesia sendiri banyak warga asing yang menjadi
tahanan maupun buronan karena peredaran narkoba. keadaan seperti itu menunjukkan bahwa
peraturan yang di buat tidak membatasi pergerakan pengedar narkoba dalam maupun luar
negeri. Siapapun dapat menjadi korbannya, seakan-akan peredarannya menjadi rahasia
umum. Banyak tokoh masyarakat yang menjadi korban, seperti selebritis, mahasiswa, oknum
polisi, bahkan anak sekolah yang masih dibawah umur(misalnya ngelem). Sungguh sangat
menyedihkan banyak anak-anak yang hidup di rel kereta api yang dengan susah payah
mencari uang dan pada akhirnya menghabiskan uangnya untuk membeli (lem) dan
menghirupkan (ngelem). Kesulitan dalam ekonomi tidak jarang menjerumuskan anak-anak ke
dalam dunia yang bebas, padahal seharusnya mereka dapat merasakan dunia pendidikan yang
seharusnya menjadi haknya. Di dunia pendidikan sendiri tidak jarang ditemukan kasus
penggunaan obat-obat terlarang. Dimulai dengan merokok sampai akhirnya terjerumus
kepada penggunaan narkoba. Pelajar pada umumnya mengenal narkoba dari teman yang baru
ia kenal, lalu menawarkan ‘barang’ yang dianggap pemberi semangat hidup atau karena
keadaan kelurga yang berantakan dan tidak harmonis sehingga mereka mencari jalan keluar
yang semu. Banyak tindakan yang dilakukan pemerintah guna memberantas peredaran
narkoba seperti membentuk Badan Narkotika Nasional(BNN), melakukan razia di tempat-
tempat hiburan malam dll.

Namun sampai saat ini peredaran narkoba masih luas. Beberapa gembong narkoba
masih menjadi buronan. Kendala yang mungin dihadapi dalam memberantas narkoba adalah
banyak masyarakat yang mengetahui para pengguna narkoba namun mereka tidak mau dan
tidak berani untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib, kasus narkoba merupakan rahasia
umum namun tersembunyi, para pengguna pada umumnya berasal dari masyarakat dengan
keluarga yang berantakan, keluarga dengan pendidikan maupun ekonomi yang rendah, karena
sulitnya mencari uang sehingga mereka terjerumus kedalam dunia bebas(narkoba), keadaan
masyarkat lain yang semakin individualisme sehingga menggurangi interaksi antar warga
untuk bertukar pikiran dan mencoba mencari jalan keluar sendiri yang salah, serta
menurunnya nilai moral serta kualitas keagamaan (pendekatan diri kepada Tuhan yang
semakin menurun) sehinngga tidak ada yang membatasi diri untuk tidak melakukan hal-hal
yang dilarang baik secara agama maupun secara hukum.
Pemerintah dan seluruh masyarakat harus bekerja sama untuk memberantas peredaran
narkoba. Menurut saya, Pemerintah seharusnya lebih memberi pengawasan kepada anak-anak
di bawah umur. Baik anak yang yang mampu maupun yang kurang mampu. Pemerintah juga
sebaiknya menjalin kerjasama antar sektor prmerintahan lainnya seperti dinas pendidikan,
pemberdayaan masyarakat, serta dinas transportasi agar pengawasaan dapat dilakukan dengan
maksimal dan dapat saling memberi informasi.

3. Peraturan Bupati Karawang Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman


Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (Pmt-P) Dengan
Bentuk Makanan Lokal Bagi Balita Gizi Buruk Dan Gizi Kurang

Gizi buruk dan gizi kurang pada balita adalah keadaan yang menunjukkan balita
tersebut tidak mendapatkan asupan gizi yang baik dan asupan gizi yang cukup. Permasalahan
gizi buruk dan gizi kurang tersebut diantaranya disebabkan oleh krisis ekonomi. Akibatnya
terjadi penurunan daya beli terhadap pangan dan pelayanan kesehatan yang seharusnya
didapatkan seorang balita. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek,
dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada
rendahnya tingkat kecerdasan. Pemerintah Kabupaten Karawang sangat menaruh perhatian
yang besar pada program penanggulangan gizi buruk. Mengingat masih tingginya prevalensi
gizi buruk pada balita, tahun 2012 diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan bagi balita gizi buruk untuk 120 balita selama 90 hari berturut-turut. Makanan
tambahan yang diberikan adalah makanan tambahan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan
balita tersebut tanpa mengganggu sistem pencernaannya dan tujuannya untuk memperbaiki
status gizi balita di kabupaten tersebut.
Kesulitan dalam mensosialisasikan peraturan ini kepada masyarakat memungkinkan
menghambat pelaksanaannya. Karena masih banyak ibu yang tidak hanya di Kabupaten
Karawang yang mengetahui dan mengerti tentang status gizi anaknya. Banyak ibu yang tidak
membawakan anaknya ke puskesmas untuk diukur pertumbuhannya. Tingkat pendidikan
yang beraneka ragam meghasilkan pola pikir yang berbeda antar ibu. Keadaan ekonomi yang
terbatas sehingga membatasi ibu-ibu untuk memberikan anaknya makanan yang bergizi.
Padahal makanan yang bergizi merupakan salah satu penunjang kecerdasan dan kesehatan
anak. Belum lagi perbedaan budaya dan kebiasaan dalam memberikan makanan. Kesibukan
ibu sebagai wanita karir di perkotaan merupakan salah satu penyebab bayi tidak mendapatkan
ASI eksklusif. Penanggulangan Gizi buruk seharusnya melibatkan kerjasama lintas sektor
sehingga sama-sama memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan masalahnya, dan
tidak hanya dibebankan kepada sektor kesehatan saja. Akan lebih baik jika kebijakan ini
dapat dicontoh oleh daerah-daerah yang masih memiliki kasus gizi buruk yang tinggi, dan
dapat dibuat secara nasional.

Anda mungkin juga menyukai