Anda di halaman 1dari 13

JAWABAN SOAL UAS FISIOLOGI

SENIN 15 DESEMBER 2003


08.00-13.00

1A. Keuntungan Dilakukan Konseling Prakonsepsi :


 Dengan dilakukan konseling prakonsepsi yang diberikan sebelum kehamilan, membantu wanita
yang menginginkan kehamilannya, menurunkan risiko, mempromosikan gaya hidup yang sehat,
dan meningkatkan kesiapan dalam menghadapi kehamilan, juga merupakan usaha pencegahan
dalam obstetric, sehinggga factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil kehamilan harus
diidentifikasi.
 Wanita dengan risiko harus diberi informasi dan nasehat untuk menurunkan atau menghilangkan
pengaruh patologis.

B. Penyakit-Penyakit Kronis Yang Perlu Diperhatikan Pada Konseling Prakonsepsi :


 Diabetes
 Renal disease
 Epilepsi
 Penyakit jantung
 Penyakit tromboemboli
 Penyakit gangguan pembuluh darah
 Penyakit connective tissue : SLE, rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, sindroma
sjogren, scleroderma.
 Ganggguan psikiatri
 Penyakit genetic
 Imunisasi : imunitas rubella dan hepatitis B
 Terpapar radiasi diagnostic
 Elektromagnetic energy

2. A. Kapan Seorang Ibu Hamil Harus Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Dan Apa Tujuannya?
Untuk menjamin bahwa setiap kehamilan yang dinginkan berpuncak pada kelahiran seorang bayi sehat
tanpa mengganggu kesehatan ibunya. Prenatal care adalah program antepartum komprehensif yang
melibatkan pendekatan secara medis yang terkoordinasi dan support psikososial yang secara optimal
dimulai dari sebelum konsepsi dan berlangsung selama periode antepartum.
Tujuan PNC adalah deteksi dini dan penapisan kehamilan dengan resiko mencegah terjadinya masalah-
masalah yang mungkin timbul, memberikan pengobatan yang memadai dan bila perlu melakukan rujukan

Tujuan antenatal terhadap ibu :


 Untuk mengurangi penyulit-penyulit masa antepartum
 Untuk mempertahankan kesehatan jasmani dan rohani ibu
 Supaya persalinan berjalan dengan lancer
 Supaya ibu sesehat-sehatnya post partum
 Supaya ibu dapat memenuhi segala kebutuhan janin

Tujuan antenatal care pada anak :


 Mengurangi prematuritas, kelahiran mati, kematian neonatal
 Bayi dalam keadaan kesehatan yang optimal

2. B. Untuk Apa Pada Setiap Kunjungan Ibu Hamil Ditimbang Berat Badannya ?
Menurut National Academy of Science, penigkatan berat badan wanita hamil yang direkomendasikan
adalah bergantung pada Body Mass Index (BMI), yaitu :
1. Untuk wanita underweight (BMI < 19,8 kg/m2) penambahan berat badan 12,5-18 kg
2. Untuk wanita normoweigth (19,8 < BMI < 26 kg/m2) penambahan berat badan 11,5-16 kg
3. Untuk wanita overweigth (BMI > 26 kg/m2) penambahan berat badan 7-11,5 kg

Sementara itu untuk mengevaluasi peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan, Maternal and Health
Branch WIC Supplemental Food Branch California Departement of Health Services (1989) bahwa :
1. Pada trimester I  kenaikan 2-5 pound (0,9-2,3 kg)
2. Pada trimester II dan III  kenaikan 0,5-1,5 pound (0,225-0,675 kg) tiap minggu
Penambahan BB selama hamil pada primigravida ± 12,5 kg, dimana secara fisiologis 9 kg sebagai janin,
plasenta, cairan amnion,uterus, penambahan atau hipertropi kelenjar mamae, peningkatan volume darah
dan tertahannya cairan ekstra seluler dan ekstravaskuler, sisanya cadangan lemak.
Penambahan BB yang berlebih menimbulkan bayi yang besar, LGA.
Sedangkan BB yang kurang berhubungan dengan prematuritas dan berat badan lahir rendah.
Rata-rata penambahan berat badan / minggu dari 20 minggu s/d persalinan ± 1 lb / minggu atau ± 450 gr /
minggu.rendah.
Nutrisi yang mempunyai efek toksik bila berlebihan, termasuk :
Fe, Zn, Se, Vit A, Vit B6, Vit C, Vit D  jangan melebihi 2x dari yang direkomendasikan.
2. C. Jelaskan Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil
Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan baik anatomis maupun fisiologis yang akan
meningkatkan kebutuhan zat gizi dalam makanannya. Setelah bayi lahir diharapkan ibu dapat memberikan
ASI sampai usia bayi 2 tahun.

Kebutuhan ibu akan berbagai zat gizi adalah sbb :


1. Kalori
Kebutuhan kalori wanita tidak hamil sebesar 2.200 kalori/hari.
Kebutuhan kalori wanita hamil sebesar 2500 kalori/hari.
Selama hamil berat badan ibu bertambah 12,5 kg, untuk itu dibutuhkan + 80.000 kalori, sebanyak
36.000 kalori untuk pembakaran jaringan tubuh dan 44.000 kalori untuk pembuatan jaringan baru.

2. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat pada ibu hamil adalah
2.550 kalorin – 240 kal (protein)-51 kalori (lemak) = 1.750 kalori
1.750 kalori = 1.750/4 gram karbohidrat = 435 gram karbohidrat

3. Protein
Wanita tidak hamil memerlukan 40 gram protein
Wanita hamil memerlukan protein lebih banyak, paling sedikit 69 gram/hari.
70% protein dibutuhkan untuk pertumbuhan anak, sisanya diperlukan untuk :
- pembentukan cairan amnion,
- pertumbuhan plasenta,
- pertumbuhan jaringan ibu (payudara dan rahim),
- kenaikan sirkulasi darah (hemoglobin dan protein plasma)
- cadangan ibu untuk melahirkan dan mnyusui.

4. Lemak
Pada kehamilan normal terjadi peningkatan serum kolesterol 25-40% dan trigliserida 200-400%.
Asam lemak yang ditransfer melalui plasenta berfungsi untuk :
- pembelahan sel
- pertumbuhan jaringan otak
- Sumber cadangan energi
- Pelarut vitamin A,D,E,K

5. Vitamin dan mineral


- Vitamin A
Pemberian vitamin A pada awal kehamilan tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak
karena efek teratogen.
American College of Obstreticians and Gynaecologyst Committee on obstetrics (1995)
tidak merekomendasikan pemberian suplemen vitamin A secara rutin.
Vitamin A berfungsi untuk :
 pertumbuhan tulang dan gigi
 perkembangan saraf, otot dan mata
 peningkatan daya tahan tubuh terhadap infeksi

- Vitamin D
Kebutuhan vitamin D saat hamil dan menyusui mencapai 10 mg/hari
Fungsi vitamin D :
 meningkatkan absorbsi kalsium dan posfat dalam usus
 Mendorong perbentukan garam-garam kalsium dalam jaringan untuk proses
mineralisasi tulang dan gigi
 Meningkatkan resorbsi posfat dalam tubuli ginjal dalam jaringan untuk sintesa
garam kalsiumposfat.

- Vitamin C
Berfungsi untuk :
 pembentukan dan integritas jaringan
 Zat semen dalam jaringan ikat dan vaskuler
 Peningkatan penyerapan zat gizi

- Vitamin B12
Tambahan kebutuhan sekitar 0,13mg/hari, terutama pada trimester II dan III
Merupakan koenzim untuk sintesa asam nukleat dan protein.
Defisiensi bahan ini menyebabkan anemia makrostik megaloblastik.

- Asam Folat
Chanarin dkk (1977) menemukan sedikitnya 100 Ug sama folat sehari akan
meningkatkan level folat darah sesuai keadaan pada sebelum kehamilan.
Kekurangan asam folat akan menyebabkan anemia megaloblastik.
Asam folat berfungsi untuk :
 Peningkatan kebutuhan metabolik
 Produksi heme/hemoglobin
 Produksi materi inti sel (DNA-RNA)

- Niasin
Fungsi :
 sebagai koenzim metabolisme energidan protein

- Riboflavin, thiamin dan piridoksin


Fungsi :
 sebagai koenzim metabolisme energi dan protein

- Zat besi
Kebutuhan pada wantia hamil 1 gram selama kehamilannyai dengan pembagian :
 300 gram ditransfer ke janin dan plasenta
 200 gram hilang sepanjang jalur ekskresi normal
 500 mg untuk pembentukan 450 ml eritrosit
Sehingga setiap hari diperlukan 6-7 mg zat besi.

- Kalsium
Ibu hamil mengandung 30 gram kalsium selama kehamilannya.

- Seng
Defisiensi seng berat akan menimbulkan :
 nafsu makan yang buruk,
 pertumbuhan tidak optimal,
 gangguan penyembuhan luka.
 kekerdilan dan
 hipogonadisme.
Konsentrasi seng dalam plasma sekitar 1% dalam keadaan terikat protein plasma dan
asam amino.

- Kalium
Konsentrasi kalium dalam plasma wanita hamil menurun + 0,5 mEq/L pada pertengahan
kehamilan karena ekskresi glomerulus yang meningkat selama hamil.

- Yodium
Garam yodium dibutuhkan oleh wanita hamil untuk memenuhi kebutuhan janin dan
karena adanya peningkatan ekskresi yodium melewati ginjal.
Defisiensi yodium dapat menyebabkan kretin endemic.

- Natrium
Konsentrasinya menurun beberapa mEq selama kehamilan. Defisiensi natrium
selamakehamilan merupakan keadaan yang jarang.

- Fluorida
Horowitz dan Heifetz (1967) menyimpulkan tidak ada keuntungan tambahan yang berarti
dari pemberian air berfluorida selama hamil terhadap janin.

3.A. Perubahan-Perubahan Serviks Yang Terjadi Pada Saat Persalinan :


 menjelang persalinan terjadi perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak yang disebut
pematangan serviks. Proses pematangan ini dipercepat dengan adanya prostaglandin, PGE2 dan
PGF2 alfa, relaksin dan menurunnya kadar progesterone menjelang persalinan.
Hal ini disebabkan :
 Collagen break down dan reaaangemen collagen fiber yaitu perubahan jumlah jaringan
ikat kolagen menjadi lebih sedikit serta penyusunan kembali komposisi jaringan kolagen
dalam serviks
 Perubahan glikosaminoglikan, asam hyaluronat meningkat jumlahnya yang mampu
menyerap air.
 Setelah keadaan serviks yang matang, maka terjadi dua proses yang lainnya yaitu pendataran dan
pembukaan. Perubahan ini terjadi karena tekanan hidrostatik cairan amnion dan selaput ketuban
akibat kontraksi rahim, yang mendorong bagian terendah janin ke dalam segmen bawah rahim dan
serviks.
 Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis serviksalis dari semula 2 cm menjadi satu lubang
terbuka dengan ketebalan seperti lipatan kertas tebal. Pendataran seviks terjadi dari arah atas ke
bawah. Pendataran ini juga mengakibatkan lepasnya mucous plag dari serviks sebagai tanda
dimulainya persalinan.
 Pembukaaan adalah bertambah besarnya lubang terbuka (ostium uteri eksternum ) yang telah
menjadi satu dengan segmen bawah rahim sebagai pintu bagi janin untuk keluar dari rahim. Agar
janin normal dapat melalui segmen bawah rahim, maka pembukaaan harus mencapai kira-kira 10
cm.

B.Peranan Oksitosin Dan Prostaglandin Dalam Persalinan


 Oksitosin
Suatu Nano peptide yang disintesa di magnocelululer neuron supraoptik dan paraventrikuler
neuron.
Oksitosin prohormone ditranport oleh carier protein neurophysin melalui axon ke lobus posterior
glandula pituitary untuk disimpan, dan akhirnya dilepas, di konversi secara enzimatik selama
transport.
Berperan secara fisiologis untuk inisiasi partus, buktinya :
1. meningkatkan reseptor oxytosin di myometrium dan jaringan desidua menjelang akhir
kehamilan.
2. mempengaruhi melalui endometrial tissue untuk memulai dilepaskannnya prostaglandin
3. diproduksi secara langsung di desidua dan jaringan ekstra embryonic / di plasenta
(endometrium ).
 Dalam persalinan terjadi peningkatan sekresi oksitosin janin. Oksitosin level meningkat di arteriol
umbilical dan lebih tinggi sesudah melahirkan dibandingkan pada saat partus mulai.
 Oksitosin tidak meningkat di darah ibu sebelum dan selama persalinan ( paling tidak sampai kala
II dalam persalinan ).
 Oksitosin berperan dalam transisi fase O ke fase 1
 Tidak mempengaruhi gap junction di miometrium cell
 Oksitosin meningkat di fase 2 partus dan fase 3

Sehinggga reseptor oksitosin meningkat sebelum persalinan, oksitosin terutama meningkat


sesudah bayi dan plasenta lahir  sehingga menyebabkan uterus kontraksi untuk mencegah
perdarahan.
 Oksitosin meningkatkan level mRNA kode genetic protein esensial di miometrium yang
diperlukan untuk involusi dari uterus
 Oksitosin reseptor juga meningkat sel mioepitelial di ductus mamaria sesuai dengan peningkatan
di miometrium.
 Prostaglandin
Terutama PGF2α, PGE2 buktinya :
1. Selama persalinan kadarnya meningkat dalam cairan amnion, maternal plasma dan maternal
urine selama persalinan.
2. Pemberian prostaglandin pada wanita hamil menyebabkan abortus atau persalinan di semua
stadium kehamilan.
3. Pemberian PGH2 inhibitor akan menghambat persalinan.
4. Prostaglandin secara invitro menyebabkan kontraksi myometrium.
 Sebelum persalinan “prostanoids” di amnion berasal dari ekskresi urine , kulit, paru
dan tali pusat dari janin, dengan tumbuhnya janin kadarnya juga sedikit meningkat.
 Saat aterm jumlahnya ± sekitar 1 ug , kadarnya sedikit karena half lifenya panjang
(6-12 jam ).
 Prostaglandin yang masuk (di produksi di luar jaringan ), hanya masuk ke amnion
saat persalinan di mulai.

4.A. Beberapa Metode Yang Digunakan Untuk Mendiagnosis Presentasi Dan Posisi Janin :
 Palpasi abdomen – perasat Leopold
 Pemeriksaan vaginal
 Pemeriksaan gabungan (Periksa luar dan dalam )
 auskultasi
 USG, CT scan, MRI

Ad 2. Pemeriksaan vaginal
 Tangan masuk secara ginekologis  cari presentasi anak, dibedakan antara vertex, wajah
dan bokong.
 Jika presentasi vertex jari jari pemeriksa dimasukkan ke aspek posterior vagina. Jari-jari
kemudian disapukan ke depan kearah kepala janin menuju sympisis ibu pada waktu
melakukan gerakan ini jari-jari pemeriksa perlu menyeberangi sutura sagitalis.
Kalau sutura teraba arahnya dapat ditentukan dengan ubun-ubun besar dan kecil yang
berlawanan.
 Posisi kedua ubun-ubun dapat dipastikan, jari-jari pemeriksa diarahkan ke ujung anterior
sutura sagitalis, dengan gerakan sirkuler diidentifikasi ubun-ubun yang lain.
 Tentukan station
Ad 4.Auskultasi
 Biasanya bunyi jantung janin terdengar paling baik di punggung janin pada presentasi
vertex dan bokong dan melalui thorax pada presentasi wajah.
 Pada presentasi kepala titik intensitas maksimal BJA antara umbilicus ibu dan anterior
superior spina dari ilium.
 Pada presentasi bokong setinggi umbilicus
 POP : tidak jauh dari garis tengah
 Pada variasi-variasi posterior (punggung di belakang ), terdengar lebih baik di pinggang
ibu.
 Pada variasi lintang didengar lebih ke lateral.
Ad 5. USG
 Letak kepala, badan lebih jelas.

4.B. Gerakan Cardinal Pada Mekanisme Persalinan Dengan Positio Occipito Posterior
 Gerakan cardinal adalah gerakan utma yang dilakukan janin saat kepala masuk jalan
lahir yang tidak lurus, sebagai akibat bentuk anatomisnya dan penyesuaian kepala
terhadap ukuran-ukuran panggul yang berbeda-beda pada tiap tingkatan bidang
panggul.
 Kepala akan berusaha mengubah posisi agar diameter kepala yang melewati jalan lahir
adalah diameter yang terkecil dan jalan lahir yang dilewati adalah diameter yang
terbesar.
 Gerakan cardinal terdiri dari :

1. Engagement
 Terjadi jika diameter biparetal (diameter terbesar transversal janin pada presentasi
belakang kepala ) telah melewati pintu atas panggul (pelvic inlet) yang dapat dinilai
dengan sampainya bagian terendah kepala pada bidang setinggi station O atau setinggi
spina ischiadica atau melalui perabaan diluar kepala 2/5 .
 Terjadi pada akhir kehamilan primigravida atau awal persalinan pada multigravida.
 Saat kepala janin masuk pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang, mungkin
tidak berada tepat ditengah antara simfisis dan promontorium yang disebut asinclytismus.

2. Descent
 Atau turunnya kepala, biasa terjadi bersamaan dengan terjadinya flexion.
 Terdapat 4 faktor yang menyebabkan gerakan ini :
1. tekanan cairan amnion / intrauteri
2. tekanan fundus terhadap bokong saat terjadinya his
3. kontraksi otot-otot perut / kekuatan meneran
4. ekstensi dan melurusnya badan janin

3. Flexion
 Pada saat memasuki pintu atas panggul, maka kepala akan berada dalam posisi sutura
sagitalis melintang, karena diameter terbesar pada pintu atas panggul adalah diameter
transversal.
 Dengan turunnya kepala lebih jauh, maka kepala akan mengalami tekanan pada : -
tulang panggul
- otot panggul
- servik
 sehingga resultan gaya (momen kopel ) yang bekerja pada bagian sinsiput (ubun- ubun
besar ) lebih besar daripada oksiput sehingga kepala menjadi flexi dan diameter
frontooksipitalis (11,5 cm ) akan digantikan oleh diameter supoksipitobregmatika (9,5
cm) yang lebih kecil sehingga memungkinkan kepala turun lebih jauh. Petunjuk bagian
terendah anak menjadi ubun-ubun kecil.
4. Internal rotation

Disebut juga putaran paksi dalam. Saat kepala janin sebagai bagian terendah telah melewati bidang
Hodge III atau station 0, dan diameter biparietal mencapai spina ischiadica, kepala akanmemasuki
bidang sempit panggul, yang ukuran anteroposterior lebih besar dari tranversal. Untuk memasuki
bidang tersebut, janin megalami putaran sehingga kepala dengan sutura sagitalis mengarah ke
anteroposterior. Pada sebagian besar persalinan normal, kepala akan berputar ke depan sehingga
ubun-ubun kecil berada di depan (kiri atau kanan).

5. Esktenxion
Disebut pula defleksi atau antefleksi. Turunnya kepala lebih jauh lagi disertai tekanan dari uterus
kearah belakang, diimbangi oleh tekanan pada dasar panggul di posterior dan simfisis dibagian
depan. Resultante dari tekanan ini mengarahkan kepala kearah anterior sebagai tempat dengan
tekanan yang lebih kecil sehingga kepala akan tertolak kedepan dengan suboksiput sebagai
hipomokhlion maka lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu.

6. External rotation
Selanjutnya kepala akan segera mengadakan putaran restitusi untuk menghilangkan torsi pada
leher, sehingga ubun-ubun terletak sesuai dengan punggung, diikuti putaran dimana bahu dengan
diameter biakromial akan terletak pada diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Bahu depan
akan terletak di anterior dibawah simfisis dan bahu lainnya di posterior.

7. Expulsion
Segera setelah external rotaion atau putaran paksi luar terjadi, dengan datangnya his, bahu depan
akan lahir dan menjadi hipomokhlion bagi lahirnya bahu belakang dan bagian tubuh lainnya.

5.A. Bagaimana Menentukan Usia Kehamilan


1. Dengan cara kalender kehamilan atau penghitungan.
Normalnya, kehamilan manusia selama 280 hari atau 40 minggu (9 bulan kalender atau 10
bulan lunar) dari HPHT. Ini sama dengan 266 hari atau 38 minggu dari ovulasi terakhir pada
siklus normal 28 hari.
2. Parameter klinis.
Besar uterus.
Uterus teraba tepat pada simfisis pubis pada kehamilan delapan minggu. Pada 12 minggu
menjadi organ abdomen dan pada 15 minggu tepat pada pertengehan pusat simfisis.Uterus usia 20
minggu teraba pada umbilicus. Tinggi fundus berhubungan secara kasar dengan perkiraan usis
kehamilan pada 26 – 34 minggu. Setelah, 36 minggu tinggi fundus mungkin turun saat kepala
fetus masuk pelvis.Tinggi fundus didapat dengan mengukur jarak dalam centimeter dari simfisis
pubis ke fundus.
Quickening.
Pergerakan fetus pertama kali dapat dirasakan pada usia kehamilan 17 minggu pada rata-
rata multipara dan 18 minggu pada primipara.
BJA.
Pertamakali didengar pada 20 minggu dengan fetoscope, Dopler dapat mendeteksi pada
10 minggu
USG
Penghitungan diameter biparietal fetus adalah metode yang akurat untuk untuk
menhitung umur fetus pada 20 -30 minggu.Fetal crown- rump length dapat dihitung pada 5 – 12
minggu. Fetal femur length dan abdominal circumference sangat berguna dalam hubunganya
dengan diameter biparietal.
X-Ray
Sudah tidak digunakan.
Rumus Jhonsons.
Berat fetus = (TFU – n) x 155
n = 12 jika vertex diatas spina ischiadica.
n = 11 jika vertex dibawah spina ischiadica
Rumus Nagel.
Dari HPHT , Bulan +3, Tanggal -7, dan Tahun +1.

5.B. Jelaskan Pemeriksaan Leopold :


 Pemeriksaan Leopold I – II – III : pemeriksa berdiri disisi pasien yang berbaring terlentang
dan menghadap ke wajah pasien
 Leopold IV : pemeriksa menghadap kearah kaki pasien
 LEOPOLD I
Pemeriksa meraba fundus dengan kedua jari tangan untuk mengetahui bagian apa yang
terdapat dalam fundus
Bokong : bagian besar dan nodular
Kepala : keras dan bundar, lebih mudah digerakkan dan ballotable
 LEOPOLD II
Tangan diletakkan pada kedua sisi abdomen
Pada sisi yang keras, resisten / tahanan  punggung
Pada sisi yang banyak bagian dan kecil, ireguler dan mobile  ekstremitas
 LEOPOLD III
Menggunakan ibu jari dan jari lainnya pada satu tangan, meraba bagian bawah abdomen yang
terdapat diatas sympisis pubis
Jika bagian bawah janin tidak engage, dapat digerakkan.
 LEOPOLD IV
Dengan jari ketiga pertama dari masing-masing tangan, pemeriksa menghadap ke arah kaki
ibu, mengetahui berapa jauh masuk ke panggul.
Pada presentasi kepala (vertex) jika tonjolan kepala sama sisi dengan bidang kecil  flexi,
begitu pula sebaliknya.
Pada pemeriksaan bokong murni, pemeriksaan Leopold IV ini agak sulit.

6. Ceritakan Mengenai Management Persalinan Kala I, II, III Dan IV

1.Pemeriksaan saat datang :

Ibu : dari anamnesa hingga pemeriksaan dalam  status generalis & status obstetricus.
Bayi : pemeriksaan Admission test.

Kemudian dibuat diagnosa. Dan kapan rencana persalinannya dan kapan pemeriksaan berikutnya.

2.Pemeriksaan ulangan :
Semua hasil pemeriksaan di atas dicatat dalam partogram. Bila terjadi penyimpangan dari keadaan normal
dilakukan tindakan sesuai dengan keadaan : ibu mendadak darah tinggi, bayi terjadi fetal distress dilakukan
tindakan yang sesuai.

Kaitan dengan kurva friedman :


Kurva friedman terdiri dari fase laten, fase aktif dan fase pengeluaran.
Fase laten menurut friedman kala I adalah rata-rata 8 jam. Dianggap prolonged laten phase bila pada lebih
dari 20 jam pada primi dan 14 pada multi.
Fase aktif : pada primi 1 cm / jam pada multi 2 cm / jam..

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu :


Kala I atau kala pembukaan dimulai dari saat adanya his sampai pembukaan lengkap
Kala II atau kala pengeluaran bayi dimulai dari saat pembukaan lengkap sampai bayi lahir
Kala III atau kala uri dimulai dari saat setelah bayi lahir sampai plasenta lahir
Kala IV adalah masa 1 jam setelah plasenta lahir.

Pimpinan persainan kala I


Dalam kala I, dilakukan :
Memeriksa pasien dengan teliti.

Dari anamnesa, temukan data mengenai :


 Kapan mulai terasa nyeri (his)
 Apakah sudah keluar cairan dari kemaluan dan sejak kapan ?
 Apakah ada keluhan lain yang perlu dikemukakan ?

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dalam, untuk menetukan :


 Apakah pasien dalam keadaan parturien ?
 Rencana pimpinan persalinan.
 Menentukan rancangan persalinan.

Pemeriksaan dalam berikutnya dilakukan atas indikasi :


- Bila ketuban pecah
- Bila diharapkan pembukaan lengkap
- Bila ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan karena keadaan ibu atau anak tidak
baik.
- Bila ibu gelisah ingin mengejan

Hal yang diperiksa saat pemeriksaan dalam adalah :


Keadaan serviks, yaitu
 Apakah serviks dalam keadaan kaku atau lunak
 Apakah serviks sudah mendatar atau belum
 Apakah bibir serviks masih tebal atau tipis
 Seberapa besar dilatasi/pembukaan
Keadaan ketuban, yaitu :
Apakah ketuban masih ada atau tidak, tunggu saat his datang, bila masih ada akan teraba
tonjolan.
Bagaimana keadaan ketuban, bila saat tidak ada his ketuban tetap menonjol dapat terjadi pada
solusio plasenta.
Tentukan presentasi dan posisi anak
Tentukan turunnya kepala
Tentukan ada tidaknya caput succedaneum
Periksa apakah ada bagian-bagian anak yang menumbung, seperti tangan, lengan, kaki atau tali pusat

Pemeriksaan keadaan panggul, meliputi :


 Bila kepala belum masuk PAP tentukan konjungata diagonalis
 Apakah promontorium teraba
 Seberapa teraba linea inominata
 Apakah sacrum konkaf
 Keadaan dinding panggul
 Spina ischiadica menonjol atau tidak
 Seberapa luas arkus pubis
 Keadaan dasar panggul

Melakukan observasi yang cermat apakah segala sesuatu berlangsung dengan baik
1. Pemantauan keadaan umum pasien terus menerus
2. Pemeriksaan tanda vital meliputi tensi, nadi, pernafasan setiap jam
3. Pemeriksaan bunyi jantung anak setiap jam, kecuali pada risiko tinggi harus diperiksa setiap 30
menit
4. Pemeriksaan kemajuan persalinan, bila tidak ada kemajuan persalinan karena inersia uteri
hipotonis dilakukan :
 amniotomi,
 pemberian oksitosin drip (bila tidak ada kontra indikasi)
 pemberian drip phenergan dan pethidin

Mempertahankan kekuatan pasien dan moril pasien. Walaupun kala I tidak senyeri kala II tetapi kala I
paling lama, dimana penderita bersifat pasif hingga penderita mungkin putus asa

Pimpinan persalinan kala II


Tanda-tanda kala II adalah :
 His lebih sering dan kuat
 Pasien mulai mengejan, karena tekanan bagian terendah anak pada dasar panggul dan rectum
 Perdarahan sedikit bertambah
 Ketuban pecah dan air ketuban mengalir ke luar
 Perineum menonjol dan anus mulai terbuka

Pemantauan keadaan ibu dan bayi, meliputi :


 Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran (penting untuk
mengikutsertakan suami), bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
 Bunyi jantung anak harus lebih sering diperiksa, yaitu 15 menit sekali atau 5 menit sekali bila ada
risiko
 Tanda vital misal nadi perlu diawasi karena nadi yang cepat menunjukkan kelelahan pada ibu.
 Bila kandung kencing sudah penuh, lakukan kateterisasi.

Lahirnya anak
 Penderita dipersiapkan untuk kelahiran anak dengan memasang kain steril
 Kalau kepala yang nampak sudah agak besar, kemajuan kepala diatur sambil menambah fleksi
agar peregangan dari perineum terjadi berangsur-angsur
 Pada saat kepala tampak sebesar 6-8 cm, ialah kira-kira waktu kepala akan keluar pintu bawah
panggul, dilakukan perasat Ritgen, yaitu tangan kanan mencari dagu anak pada perineum
posterior ( antara anus dan os coccigeus) dan dengan tangan ini ditolak ke depan, sedangkan
tangan kiri menahan kepala untuk mangatur kecepatan lahirnya kepala.
 Setelah kepala lahir, mulut dan hidung anak dihapus dengan kain kassa supaya lendir tidak
terhisap waktu anak mulai bernafas.
 Segera juga diperiksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher. Kalau ada, lilitan dapat
dilonggarkan, tetapi kalau lilitan ketat maka segera digunting diantara 2 klem dan anak dilahirkan
dengan cepat.
 Tidak lama setelah kepala lahir, bahu biasanya lahir secara spontan, mula-mula bahu belakang,
kemudian bahu depan.
 Bila perlu membantu lahirnya bahu, maka kepala dipegang dengan 2 tangan dan ditarik ke bawah
sampai bahu depan ada dibawah simfisis, kemudian kepala ditarik keatas untuk melahirkan bahu
belakang.
 Segera setelah bayi lahir, usahakan supaya segera bernafas dengan membersihkan mulut, hidung
dan kerongkongan dari lendir atau air ketuban yang terhisap dengan menggunakan penghisap
lendir.
 Selanjutnya tali pusat dijepit diantara 2 klem kira-kira 5 cm dari pusat dan digunting. Talipusat
kemudian diikat dengan tali kira-kira 2 cm dari pusat.
 Segera setelah bayi lahir disuntikkan oksitosin 10 IU intramuskular

Pimpinan persalinan kala III


Tugas pada kala III ialah :
 Pengawasan terhadap perdarahan
 Mencari tanda-tanda pelepasan plasenta dan kalau sudah lepas, segera dilahirkan.

Secara rinci pada masa ini dilakukan :


1. Segera setelah lahir, tentukan tinggi fundus uteri dan konsistensinya. Kalau tidak ada
perdarahan dan konsistensi rahim keras, maka kita hanya melakukan pengawasan dengan
meletakkan tangan pada fundus untuk menilai apakah fundus naik karena berisi darah
atau konsistensi rahim berubah.
2. Tanda-tanda pelepasan plasenta diamati, yaitu :
 Rahim naik,karena plasenta yang telah lepas akan jatuh ke dalam segmen bawah rahim
atau bagian atas vagina
 Bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang
 Rahim menjadi lebih bundar bentuknya dan lebih keras
 Keluar darah secara tiba-tiba
3. Dengan perasat Kustner, tali pusat diregangkan dengan satu tangan, tangan lainnya
menekan perut diatas simfisis. Bila tali pusat masuk, plasenta belum lepas. Bila tali pusat
tetap atau keluar berarti plasenta sudah lepas.
4. Perdarahan dianggap normal apabila kurang dari 500 cc.
Perdarahan yang luar biasa (lebih dari 500 cc) terjadi karena :
 Atonia uteri
 Perlukaan jalan lahir
 Sisa plasenta

Pimpinan persalinan kala IV


Kala IV adalah masa 1 jam setelah plasenta lahir.
Pada masa ini dilakukan :
 Pengawasan perdarahan postpartum
 Penjahitan robekan perineum

7.A. Jelaskan Perubahan-Perubahan Apa Saja Yang Terjadi Pada Uterus Selama Masa Nifas?
1. Involusi uterus
Segera setelah plasenta lahir, fundus uteri berkontraksi sampai setinggi pusat (umbilicus). Uterus
masih mengandung laapisan serosa dan desidua basalis. Ketebalan dinding anterior dan posterior
4-5 cm. Karena poses ini pembuluh darah uterusterkompresi karena kontraksi miometrium, uterus
pada masa ini menjadi iskemik dibandingkan saat kehamilan. Segera setelah lahir berat uterus 100
gram. 1 minggu kemudian menjadi 500 gram. Pada minggu 2 menjadi 300 gram dan setelahnya
menjadi 100 gram.

Regenerasi endometrium setelah 2-3 hari akan terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan superficial
yang nekrotik dan menjadi lokhia serta lapisan basal yang tetap utuh dan akan menjadi sumber
endometrium baru.
Regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali pada tempat implantasi plasenta. Dalam 1
minggu permukaan akan terlapisi epitel dan endometrium akan kembali seperti semula dalam 3
minggu.
Secara bersamaan, pada setengah wanita postpartum tuba fallopi pada hari 5-15 memperlihatkan
reaksi peradangan seperti salpingitis akut, hal ini bukanlah infeksi tetapi meerupkan proses
involusi.

Segera setelah persalinan, tempat implantasi plasenta berukuran kepalan tangan dan secara cepat
mengecil. Pada akhir minggu ke-2, diameternya menjadi 3-4 cm. Beberapa jam setelah persalinan,
tempat implantasi plasenta mengandung banyak trombosis pembuluh darah.
Kehamilan yang baik akan memiliki banyak pembuluh darah di uterus. Dalam masa nifas,
pembuluh darah berobliterasi dan terjadi perubahan hialinisasi dan pembuluh darah akan menjadi
kecil.

Perubahan pada serviks dan segmen bawah rahim. Pada batas luar dimana biasanya terjadi laserasi
terutama dibagian lateral. Serviks yang terbuka berkontraksi secara lambat dan dalam beberapa
hari setelah persalinan menjadi lubang dengan lebar 2 jari. Pada akhir minggu pertama akan
menutup, serviks akan menipis dan lubang kembali menjadi seperti semula.

Pada vagina rugae kembali normal pada minggu ketiga. Hymen menjadi sedikit sisa jaringan
sikatriks dan berubah menjadi myrtiform caruncles.

Ligamentum latum dan ligamentum rotundum lebih longgar dibandingkan saat tidak hamil.
Akibat kerusakan serat elastis pada kulit dan distensi yang karena uterus yang membesar, dinding
abdomen menjadi lembek. Untuk kembali dalam struktur seperti semula memerlukan waktu
beberapa minggu, tetapi akan lebih bermakna dengan melkaukan olahraga.

Perubahan pada saluran kemih. Kandung kemih pada masa nifas memiliki kapasitas yang
meningkat dan relatif tidak sensitive terhadap tekanan kandung kemih. Biasanya sering terjadi
overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan peningkatan volume residu. Untuk seluruh
wanita postpartum dengan pemasangan kateterisasi akan mencegah masalah saluran kandung
kemih.

7.B. Apa Yang Dimaksud Dengan Post Partum Blues ?


 Kondisi ini dinamakan juga post natal blues, 3 day blues or baby blues.
 Merupakan gangguan mood yang bersifat sementara, mengikuti persalinan (biasanya
berhubungan pada hari ke 3-10 post partum ) dan biasanya terjadi pada perubahan hormonal
yang tinggi
 Terjadi pada 50 – 70% wanita
 Ditandai dengan menangis, mudah tersinggung, cemas, pelupa, dan kesedihan atau
kegembiraan.
 Tidak berhubungan dengan kesehatan ibu / bayi, komplikasi obstetric, perawatan di rumah
sakit, keadaan sosial atau menyusui, pemberian makan , walaupun banyak dari fakor-faktor
ini yang dapat mempengaruhi mood pasien
 Terjadi pada lintas cultur, tetapi secara nyata berkurang pada kultur dimana emosi
diekspresikan bebas dan dimana hubungan dan pertemanan disekitar ibu menawarkan
penjagaan dan support. Terjadi pada beberapa hari hingga 2-3 minggu
7.C. Penanganan Abses Payudara.
 Dilakukan drainasse dianjurkan anestesi umum.
 Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau duktus.
 Gunakan sarung tangan steril, tampon longgar dengan kasa
 Lepaskan tampon 24 jam, ganti dengan tampon kecil
 Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan b uka tepinya.
 Yakinkan ibu untuk tetap menyusui meskipun masih keluar nanah.
 Gunakan kutang yang sesuai
 Kompres dingin sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan nyerei.
 Berikan antibiotic kloksasilin 4 x 500 mg sehari selama 10 hari atau eritomisin 3 x 250 mg selama
10 hari
 Berikan parasetamol 500 mg bila perlu
 Evaluasi 3 hari

8. Sebutkan Keuntungan Dan Kerugian Penggunaan Analgesi Dan Anestesi Pada Persalinan,
Macam anestesi :
3. Anestesi umum
a. Anestesi inhalasi
- Gas anestesi, misalnya :
- N2O
- Nitronox (50% N2O dan 50% O2)
- Anestesi volatil, misalnya :
-
b. Anestesi intravena, misalnya :
- Thiopental
- Ketamine
4. Anestesi regional
- Blok pudendal
- Blok paraservikal
- Blok subarakhnoid
- Blok spinal
- Blok epidural

Syarat pemanfaatan anestesi regional :


 Tidak membahayakan janin
 Tidak mengganggu his

Anestesi Umum
1.1. Anestesi inhalasi
a. Gas anestesi :
N2O : - sifat analgetik
- menurunkan kesadaran
- tidak memperpanjang masa persalinan
- Tidak memperngaruhi kontraksi uterus
- Efek samping  eksresi ke paru-paru, dapat terjadi hipoksia postnatal

Nitronox : - Dapat menghilangkan rasa nyeri pada kala II


- Berupa masker gas, saat uterus berkontraksi (his)
- Hisap gas 3 kali kemudian mengejan

b. Volatile anestesi :
Isoflurance dan halothane
Sifat kedua gas : - Sangat kuat
- Non eksplosif
- Menghasilkan relaksasi usus dalam konsentrasi
Tinggi

1.2. Anestesi intravena


Thiopental
Keuntungan : - Mudah digunakan
- Induksi yang dihasilkan sangat cepat
- Mudah dikontrol
- Kesadaran cepat pulih
- Risiko muntah minimal

Kerugian : - Sangat lemah sebagai analgetik


- Pemberian tanpa penambahan zat lain dapat menimbulkan depresi pada janin

Ketamine
Keuntungan : - Dosis rendah menghasilkan efek analgetik dan sedatif
- Berguna pada wanita dengan perdarahan akut, karena tidak
menurunkan tekanan darah

Kerugian : - Delirium dan halusinasi


- Dosis bisa terjadi depresi pernafasan

Anestesi Regional
1. Infiltrasi lokal
Dilakukan dengan tujuan untuk : - episiotomi
- Setelah persalinan pada bagian yang menga-
lami laserasi
Anestesi ini tidak memiliki efek terhadap jalannya persalinan

2. Pudendal Blok
 Dapat dilakukan transvaginal atau transperineal
 Cara : - Zat anestesi disuntikkan ke ligamentum sakrospinosum hingga
Dekat spina ischiadika menuju n pudendus
- Obat yang digunakan adalah lidokain 1%
- Dipergunakan pada kala II menjelang partus buatan (ekstraksi
forseps)

3. Paraservikal blok
 Dapat membebaskan rasa sakit akibat kontraksi uterus
 Menggunakan lidokain 1% atau klorprokain 1%
 Disuntikkan pada jam 3 dan 9
 Dapat terjadi komplikasi bradiakrdi (10-30 menit setelah penyuntikkan) karena vasokontriksi
arteri uterine dan hipotonus miometrium

4. Spinal (subarachnoidal blok)


 Dapat digunakan untuk persalinan pervaginam dan perabdominal (SC)
 Komplikasi : - hipotensi
- Total spinal blokade
- Konvulsi
- Disfungsi vesika urinaria
- Hipertensi
5. Epidural anestesi
 Dapat dilakukan untuk persalinan pervaginam dan perabdominal
 Anestesi dilakukan pada epidural atau peridural
 Menggunakan bahan Bupivacain dan lidocain
 Komplikasi : - Segera  hipotensi, retensio urine dan nyeri kepala
- Lambat  nyeri pinggang, migraine

9 A. Jelaskan Tentang Intrathecal Anestesi


 Merupakan suatu teknik anestesi yang lebih baru daripada teknik epidural anestesi, teknik ini
menggunakan dosis kecil dari opioat ( biasanya morfin ), atau opiate campuran dengan local
anestesi.
 Efek toksik dari anestesi local dan resiko blok spinal tinggi dapat diminimalkan karena kecilnya
dosis yang diperlukan.
 Onset awal yang cepat, sifat analgesinya yang kuat, blok motorik yang nyata ( disukai pada
persalinan forceps dan seksio sesarea ) dan karena keuntungannya yang hanya membutuhkan
anestesi local dosis kecil.
 Teknik : pasien ditempatkan dalam posisi duduk atau berbaring lateral, jarum spinal bor halus
non-cutting (25G atau 26G). Jarum spinal dimasukkan melalui jarum 19G dengan syarat hanya 2
cm yang diinsersikan ke dalam kulit, ligamentum supraspinosum, dan interspinosum.
Setelah menembus ligamentum flavum, akan terasa suatu tahanan besar terhadap jarum,
selanjutnya jarum hanya boleh diteruskan masuk beberapa millimeter yang pada saat tersebut
menembus dura, kemudian stilet ditarik, aspirasi lewat jarum mungkin perlu dilakukan, untuk
memastikan bahwa jaru berada di dalam ruang Subaraknoid karena aliran bebas CSS diperkirakan
tidak akan terjadi melalui jarum sekecil itu.
 Efek samping yang utama dari medikasi intrathecal adalah gatal dan mual, beberapa laporan
menunjukkan toleransi fetal yang lebih baik dan ibu lebih rileks karena tidak merasa sakit pada
saat kontaraksi

B. Mendelson Syndrome :
 Pasien dengan peningkatan airway refleks, abnormalitas dari faring atau oesophagus (contoh
hiatus hernia, scleroderma, pregnancy, obesitas ) mudah untuk mendapatkan aspirasi pulmonal.
 Syndrome mempunyai karakteristik sebagai reaksi bronchopulmonal sebagai akibat aspirasi dari
lambung, selama dilakukan anestesi umum sebagai akibat hilangnya refleks refleks dari laring.
 Tanda-tanda klinik yang utama menjadi jelas dalam 2-5 jam setelah anestesi, terdiri dari cyanotic,
dyspneu, wezing, krepitasi, penurunan tekanan PO2 dan takikardia.
 Edema pulmonal dapat menyebabkan kematian mendadak, atau kematian lanjut akibat komplikasi
pulmonal.
 Sering terjadi pada anestesi obstetric.

C. Asynclitismus
 Sutura sagitalis dalam menyesuaikan dengan sumbu jalan lahir tidak berada di tengah-tengah
antara simfisis dan promontorium.
 Disebut asynclitismus anterior bila sutura sagitalis mendekati promontorium dengan jari
pemeriksa teraba sebagian besar os parietal anterior.
 Disebut asynclitismus posterior bila sutura sagitalis mendekati sympisis, os parietal posterior
teraba.

D. Fetal Attitude
 Suatu usaha janin untuk menyesuaikan diri dengan bentuk rongga uterus.
 Janin melipat atau membengkok dengan cara tertentu, sehingga punggungnya membungkuk,
kepala flexi kuat hingga dagu menempel dada, paha flexi ke abdomen, tungkai bagian bawah
membengkok di lutut dan lengkung kaki bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah.
Biasanya lengan menyilang di dada atau sejajar di samping dan tali pusat terletak di ruang antara
lengan dan ekstremitas bawah.

E. Engagement
 Apabila diameter terbesar dari kepala janin yaitu diameter biparietal melewati pintu atas panggul.

F. Salvatory Base Line Heart Rate


 Disebabkan oleh kompresi tali pusat, gambaran yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya
secara cepat gambaran akselerasi dan deselerasi yang menyebabkan osilasi yang relative besar dari
base line fetal heart line.
 Penurunan lebih dari 70 bpm dan paling sedikit 60 detik.

G. Exercise Pada Saat Kehamilan


 Wanita hamil dapat terus berolah raga, hanya perlu memngurangi pada olah raga dengan beban,
aerobic, olah raga yang memerlukan posisi terlentang, olah raga yang menyebabkan trauma
abdominal, olah raga yang memerlukan keseimbangan, karena kehamilan menyebabkan masalah
terganggunya keseimbangan dan joint relaxation.
 Wanita hamil yang sebelum hamil biasa latihan aewrobik dianjurkan/dibolehkan melanjutkan pada
masa hamil.
 Pada wanita hamil lanjut yang melakukan latihan aerobic (lari/jogging) menurunkan kebutuhan
oksigen dan volume darah meningkat
 Olah raga berefek pada outcome kehamilan : abortus spontan, persalinan, BB lahir
- persalinan menjadi lebih singkat
- SC berkurang
- Lebih sedikit yang cairan amnion kehijauan
- Fetal disstres sangat berkurang
- Menurunkan berat badan lahir (± 390 gr)

H. Early Ambulation
 Dapat menurunkan kejadian komplikasi kandung kemih dan konstipasi. Yang paling penting
ambulasi dini dapat mengurangi kejadian trombosis vena dan paru pada masa nifas. Pada saat
pertama kali bergerak, perawat perlu mendampingi penderita bila terjadi sinkop.

10.A. Bagaimana Menilai Kondisi Bayi Baru Lahir?


1. Menggunakan APGAR score, dimana:
a. Appearance (warna kulit) 0= pucat, 1= badan merah, ekstremitas biru, 2= seluruh tubuh
kemerahan
b. Pulse (heart rate) Frekuensi jantung 0= tidak ada, 1= dibawah 100, 2= diatas 100
c. Grimace(reaksi terhadap rangsang)  0= tidak ada, 1= sedikit gerakan mimic,2= menangis,
batuk, bersin
d. Activity (tonus otot)  0= tidak ada, 1= ekstremitas dalam fleksi sedikit, 2= gerakan aktif
e. Respiration (usaha nafas) 0= tidak ada, 1= lemah tidak teratur, 2= menangis kuat
2. Penilaian 0-4, bayi depresi pernafasan berat
4-7 bayi depresi pernafasan ringan sampai sedang
7-10 bayi dalam kondisi bagus
10.B. Apa Yang Dilakukan Bila Bayi Baru Lahir Mempunyai Apgar 4 ?
Termasuk dalam depresi ringan - sedang dengan skor APGAR 4 – 6, berupa depresi pernafasan, lemas
(flaccid) dan warna kulit pucat sampai biru, tetapi denyut jantung dan iritabilitas refleksnya
baik.Resusitasi aktif termasuk pernafasan buatan segera dimulai diantaranya, pengisapan faring,
pengisapan endotrakheal dan oksigenasi tekanan positif.

Anda mungkin juga menyukai