Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang mepengaruhi kualitas atau mutu pendidikan
adalah kompetensi siswa. Sementara itu, kompetensi siswa dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dari dalam diri siswa, seperti intelegensi, minat,
motivasi dan faktor lingkungan seperti guru, kurikulum, fasilitas, dan lain-
lain. Salah satu faktor yang banyak mempengaruhi proses dan kualitas
pengajaran adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu motivasi
belajar siswa, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang
dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga akan dapat meningkatkan
hasil belajar. Agar dalam pelaksanaan pembelajaran tidak membosankan,
maka pada pelaksanaannya dapat menerapkan berbagai strategi. Salah
satunya adalah melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam
proses belajar mengajar. mengetahui hal ini kami akan membahas metode
pembelajaran Quantum Teaching. Metode Quantum Teaching merupakan
suatu cara pembelajaran yang digagas oleh DePortter. Melalui Quantum
Teaching siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan
menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas menemukan berbagai
pengalaman baru dalam belajarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan quantum teaching?
2. Apa asas utama quantum teaching ?
3. Apa saja prinsip-prinsip quantum teaching ?
4. Apa saja rancangan pembelajaran quantum teaching ?
5. Bagaimana model quantum teaching?
6. Apa saja kelemahan dan kelebihan pada quantum teaching?
7. Apa contoh dari penerapan model quantum teaching?

1
8. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran model quantum teaching?
9. Apa saja ciri-ciri model quantum teaching?
10. Bagaimana strategi quantum teaching?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Quantum Teaching


Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu “Quantum” yang
berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan “Teaching”
yang berarti mengajar. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansanya. Dalam quantum teaching juga
menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan
momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk
belajar (De porter.B, 2004). Quantum Teaching adalah ilmu pengetahuan
dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas
Supercamp yang diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Luzanov), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro-
Linguistic Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning
(Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan
Elemen of Effective Intruction (Hunter).1
Selain itu, Quantum Teaching juga dapat diartikan sebagai
pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta didik agar mau belajar.
Menjadikan sebagai kegiatan yang dibutuhkan peserta didik. Di samping itu
untuk memotivasi, menginspirasi dan membimbing guru agar lebih efektif
dan sukses dalam mengasup pembelajaran sehingga lebih menarik dan
menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi lompatan
kemampuan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.2
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa dalam Quantum

1
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), H. 231.
2
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajarkan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1995), H. 35.

3
Teaching terjadi suatu kompleksitas karena adanya penggabungan dari
berbagai faktor. Pada dasarnya, proses belajar juga merupakan suatu
fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, segala sesuatu dipandang
memiliki arti tersendiri dalam proses belajar. Dalam proses belajar, sejauh
mana guru mampu merubah lingkungan, prestasi, dan rancangan pengajaran
menjadi lebih baik, maka sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Hal
inilah yang menjadi dasar bagi konsep Quantum Teaching.3

B. Asas Utama Pembelajaran Quantum Teaching


Menurut De porter. B (2004), asas utama quantum teaching adalah
“bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka”.4 Dari asas utama ini, dapat disimpulkan bahwa langkah awal yang
harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang
dialami oleh peserta didik. Cara yang dilakukan seorang pendidik meliputi:
untuk apa mengajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang
diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis
mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka
kedalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia
itu. “Dunia kita” dipeluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga
guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih
mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari kedalam dunia
mereka dan menerapkannya pada situasi baru.

C. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching


Prinsip yang digunakan dalam Quantum Teaching terdiri dari lima
prinsip yaitu:5
1. Segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa
tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran,

3
Agus Nggermanto, Quantum Questient, (Bandung: Nuansa, 2005), Cet. 6, H. 22.
4
Bobbi Deporter, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), H.67.
5
Ibid., H. 66-67.

4
semuanya mengirimkan pesan tentang belajar. Prinsip segala sesuatu itu
berbicara sebagimana yang terdapt dalam Quantum Teaching juga ada
dalam Islam. Menurut Islam bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau
personalitas.
Semua yang ada di lingkungan sekolah seperti kerapian dan
kebersihan lingkungan, kesiapan, sikap dan perilaku guru mampu
menyampaikan pesan kepada siswa. Lingkungan sekolah yang kotor
seakan-akan berbicara bahwa penghuninya adalah orang yang tidak
bersih. Siswa bisa mengenali mana guru yang sabar, guru yang kreatif,
guru yang cerdas dan guru yang galak bahkan hanya sekilas dari tapilan
luar mereka. Oleh karena itu, sikap dan perilaku guru serta kondisi
lingkungan haruslah tampak menyemangati para siswa untuk rajin
belajar.
Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu merancang/mendesain
segala aspek yang ada di lingkungan kelas (guru media pembelajaran,
dan siswa) maupun sekolah (guru lain, kebun sekolah,, sarana olahraga,
kantin sekolah,dsb) sebagai sumber belajar bagi siswa.
2. Segalanya bertujuan, prinsip segalanya bertujuan berarti bahwa semua
upaya yang dilakukan guru dalam mengubah kelas mempunyai tujuan,
yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi
yang yang tinggi.6 Prinsip segalanya bertujuan juga ada dalam ajaran
Islam. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang artinya: Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali-Imran, 3: 191). Atas
dasar ini, maka seluruh ciptaan Tuhan harus digunakan sebagai media
untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam hal ini kegiatan belajar harus
jelas tujuannya pembelajaran ini harus dijelskan pada siswa.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama, Otak kita akan mampu
berkembang lebih pesat dengan adanya rangsangan yang mampu

6
Bobbi Depotter. Op Cit, H.. 37

5
menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling
baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka
memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Pengalaman
menciptakan pertanyaan mental, seperti: Apa?, Mengapa?, Bagaimana?.
Jelasnya pengalaman membangun keingintahuan siswa, menciptakan
pertanyaan dalam benak mereka, membuat mereka penasaran. Dalam
kondisi demikian, barulah guru memberikan nama: menjelaskan materi
pelajaran. Jadi, sebelum menyajikan materi pelajaran, guru perlu
terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami
atau mempraktikkan sendiri.
Penerapannya dalam mempelajari sesuatu (konsep, rumus, teori dsb)
harus dilakukan dengan cara memberi siswa tugas
(pengalaman/eksperimen) terlebih dahulu. Dengan tugas tersebut
akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep, rumus dan teori
tersebut. Dalam hal ini guru harus mampu merancang pembelajaran
yang mendorong siswa untuk melakukan penelitian sendiri dan berhasil
menyimpulkan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman.
4. Akui setiap usaha, pengakuan terhadap usaha siswa dimaksudkan agar
mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik. Perlu ditegaskan di sini,
bahwa dalam Quantum Teaching tidak dikenal istilah “gagal”. Yang ada
hanyalah hasil dan umpan balik. Setiap hasil adalah prestasi, baik yang
sudah tepat atau belum: dan masing-masing akan menjadi umpan balik
demi pencapaian hasil yang tepat sebagaimana dimaksudkan. Oleh
karena itu, semua usaha siswa harus dihargai atau diakui.7 Dalam setiap
proses PBM siswa patut mendapat pengakuan atas presentasi dan
kepercayaan dirinya.
Guru harus mampu memberikan penghargaan/pengakuan pada
setiap usaha siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu
member pengakuan/pengahargaan walaupun uasaha siswa salah dan

7
Ibid. H.37

6
secara perlahan membetulakan jawaban siswa yang salah. Jangan
mematikan semangat siswa untuk belajar.
5. Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi
positif dengan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa perlu
seringsering merayakan kesuksesan belajar, dan menghubungkan
belajar, dengan perayaan. Bentuk perayaan, misalnya: tepuk tangan, tiga
kali hore, jentikan jari, kejutan, dan lain-lain. Dalam hal ini guru harus
memiliki strategi untuk member umpan balik (feedback) positif yang
dapat mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif
pada setiap usaha siswa, baik secara berkelompok maupun secara
individu.
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Merayakan proses
pembelajaran bukanlah kegiatan hura-hura. Merayakan adalah
mensyukuri kesempatan belajar.8 Perayaan mampu mendorong siswa
untuk terus menggapai sukses.mYang perlu dilakukan:
a. Tepuk tangan
b. Puji kelas mereka
c. Berikan kejutan atau hadiah kepada siswa
d. Bercerita, bernyanyi, games dll.

D. Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching


Perancangan Pembelajaran Quantum Teaching adalah tahapan-
tahapan dalam pembelajaran yang dirinci menjadi 6 tahapan
yakni TANDUR dengan rincan Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.9
1. Tumbuhkan
Merupakan tahap menumbuhkan minat siswa terhadap
pembelajaran yang akan dilakukan. Melalui tahap ini, guru berusaha

8
Muhammad Thohir. Op Cit. Hlm. 6
9
Ibid. Hlm. 33

7
mengikut sertakan siswa dalam proses belajar. Motivasi yang kuat
membuat siswa tertarik untuk mengikuti seluruh rangkaian
pembelajaran. Tahap Tumbuhkan bisa dilakukan untuk menggali
permasalahan terkait dengan materi yang akan dipelajari, menampilkan
suatu gambaran atau benda nyata, cerita pendek atau video. 10
2. Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa mengahadirkan suasana
alamiah yang tidk membedakan antara yang satu dengan yang lain.
Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing
siswa berbeda, namun hal itu tidak boleh menjadi alasan bagi guru
mendahulukan yang lebih pandai dari yang kurang pandai. Semua siswa
harus mendapat perlakuan yang sama.
3. Namai
Pemberian nama (simbol-simbol) ataupun identitas dan
mendefinisikan suatu pertanyaan. Guru mengajarkan konsep,
keterampilan berpikir, dan strategi belajar dengan menggunakan
gambar, warna, alat bantu, kertas atau alat yang lainnya. Siswa dapat
mengetahui informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya
berdasarkan pengalaman agar pengetahuan tersebut berarti.11
4. Demonstrasikan
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk
menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam
pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka serta mampu
memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang
baru saja mereka miliki. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk
“menunjukkan bahwa mereka tahu.”

10
Ibid., H. 121.
11
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. I, H. 148.

8
5. Ulangi
Ulangi adalah tahapan untuk merekatkan kembali gambaran materi
secara keseluruhan. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan
menumbuhkan rasa “Oh..ternyata saya sudah paham”. Seperti :
menyebutkan kembali konsep, mengisi Lembar Tugas dan sejenisnya.
6. Rayakan
Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan
atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan
perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi
siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian,
bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.12

E. Model Quantum Teaching


Menurut De porter, B (2004), quantum teaching mempunyai dua
bagian penting yaitu dalam seksi konteks meliputi:13
1. lingkungan,
Hal ini terkait dengan ruang kelas seperti peantaan meja dan kursi
belajar, pencahayan, penataan media pembelajaran, gambar/poster
pada dinding kelas, tanaman di kelas, penataan alat bantu mengajar
(media audiovisual). Semua yang ada di dalam kelas harus ditata
sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan merangsang
suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif dalam hal ini yang
perlu diperhatikan ialah rasio jumlah siswa dengan luas ruangan kelas
harus seimbang. Jika dalam suatu ruangan siswa terlalu banyak maka
sulit menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
2. suasana,
Hal ini terkait dengan penciptaan suasana batin siswa saat belajar.
Lingkungan fisik kelas yang menyenangkan belum tentu bisa

12
Amir Faisal Dan Zulfanah, Menyiapkan Anak Jadi Juara (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2008), H. 95-96
13
Ibid. H.. 30

9
menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan
dan kondusif. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menciptakan
suasan kelas yang menyenangkan dengan berbagi cara seperti bersikap
simpatik, ramah, raut wajah yang penuh kasih saying, humoris, suara
yang lembut tetapi jelas, dsb.14
3. landasan,
Merupakan kerangka kerja yang harus dibangun dan disepakati
bersama antara guru dan murid. Landasan ini mencakup:
a. tujuan yang sama
b. prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang sama
c. keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar, dan
d. kesepakatan,kebijakan,prosedur, dan peraturan yang jelas.
4. rancangan
Hal ini terkait dengan kemampuan guru untuk mampu
menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
dpat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan berbagai
media (visual, audio, kinestetik ) dalam pembelajaran (lihat model
motivasional keller )

F. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Teaching


1. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum :15
a. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam
satu saluran pikiran yang sama.
b. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses
pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti.

14
Ahmad Munjin Nasih Dan Lilik Nur Kholidah, Metode Dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), H. 120-129.
15
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), H. 160-161

10
c. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
d. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

e. Adanya kerjasama.
f. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak
dipahamisiswa.
g. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
h. Ketenangan psikologi.
i. Motivasi dari dalam.
j. Adanya kebebasan dalam berekspresi.
k. Menumbuhkan idialisme, gairah dan cinta mengajar oleh guru.

2. Kekurangan Quantum Teaching


a. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang
mendukung.
b. Memerlukan fasilitas yang memadai.
c. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang
beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
d. Kurang dapat mengontrol siswa

G. Contoh penerapan Quantum teaching


Misalnya guru menyampaikan materi ajar terlebih dahulu kemudian
siswa diminta mengajukan sebuah pertanyaan tertulis yang berkaitan
dengan materi kemudian guru melempar pertanyaan tersebut kepada para
siswa dan berilah kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Setelah itu adakan evalusi terhadap jawaban siswa.Contoh lainnya,
guru mengajarkan tentang larangan membuang sampah sembarangan. Guru
dapat menggunakan media poster sebagai sarananya lalu siswa di minta
membuat poster tentang larangan membuang sampah sembarangan.
Selanjutnya poster tersebut ditempatkan di dinding samping. Dapat pula di

11
bentuk kelompok yang mana tiap kelompok tersebut membuat satu poster
yang temanya berlainan dari kelompok lain.

H. Langkah – langkah Pembelajaran


1. Tahap Persiapan16
a. Mempersiapkan kondisi belajar siswa dengan cara mengatur ruang
kelas agar berbeda dengan kelas biasa dengan menata kursi
berbentuk huruf U untuk memudahkan siswa melakukan kontak
mata.
b. Menyiapkan musik yang lembut dipasang ketika siswa memasuki
kelas.
c. Menciptakan kalimat sugestif positif untuk diberikan kepada siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Presentasi materi
b. Menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai bahan pengantar.
c. Adanya interaksi dan umpan balik antara siswa dan guru.
d. Siswa mencatat materi pelajaran.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif.
f. Guru dan siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
3. Tahap Evaluasi
a. Siswa diberi latihan soal.
b. Guru memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa.
c. Tidak menyalahkan kesalahan kepada siswa.
d. Mengadakan penelitian melalui tes lisan dan tertulis.
I. Ciri-Ciri Quantum Teaching
Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan
model Quantum Teaching menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu.
2. Pemanfaatan ikon-ikon sugestif.

16
Deporter, Bobbi Dkk. 2000. Quantum Teaching : Mempraktekkan Quantum Learning Di
Ruang-Ruang Kelas. Bandung : Kaifa.

12
3. Penggunaan ”stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa
belajar sesuai dengan modalitas kecerdasannya.
4. Penggunaan bahasa yang unggul.
5. Suasana belajar yang menyenangkan dan saling memberdayakan.

J. Startegi Quantum Teaching


Timbulnya berbagai permasalahan dalam setiap proses
prembelajaran mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk menciptakan
beberapa strategi pembelajaran, salah satunya adalah strategi pembelajaran
kuantum (Quantum Teaching). Pembelajaran quantum merupakan cara baru
yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan
pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Pembelajaran
kuantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala
nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalam
kerangka untuk belajar.17

17
Ibid., H. 186-187.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu “Quantum” yang
berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan “Teaching”
yang berarti mengajar. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansanya.
Menurut De porter. B (2004), asas utama quantum teaching adalah
“bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka”. Dari asas utama ini, dapat disimpulkan bahwa langkah awal yang
harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang
dialami oleh peserta didik.
Prinsip yang digunakan dalam Quantum Teaching terdiri dari lima
prinsip yaitu:Segalanya berbicara, Segalanya bertujuan, Pengalaman
sebelum pemberian nama, Akui setiap usaha, dan Jika layak dipelajari,
maka layak dirayakan.
Perancangan Pembelajaran Quantum Teaching adalah tahapan-
tahapan dalam pembelajaran yang dirinci menjadi 6 tahapan
yakni TANDUR dengan rincan Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Menurut De porter, B (2004), quantum teaching mempunyai dua
bagian penting yaitu dalam seksi konteks meliputi: lingkungan, suasana,
landasan dan rancangan.
Kelebihan Model Pembelajaran Quantum :
1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.
2. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses
pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati
secara teliti.

14
Kekurangan Quantum Teaching
1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang
mendukung.
2. Memerlukan fasilitas yang memadai.
Contoh penerapan Quantum teaching, Misalnya guru
menyampaikan materi ajar terlebih dahulu kemudian siswa diminta
mengajukan sebuah pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan materi
kemudian guru melempar pertanyaan tersebut kepada para siswa dan berilah
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu
adakan evalusi terhadap jawaban siswa.
Langkah – langkah Pembelajaran :
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Evaluasi
Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan model quantum
teaching menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.: penggunaan musik dengan
tujuan-tujuan tertentu. Pemanfaatan ikon-ikon sugestif. Penggunaan
”stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa belajar sesuai
dengan modalitas kecerdasannya. Penggunaan bahasa yang unggul.
Suasana belajar yang menyenangkan dan saling memberdayakan.
Startegi quantum teaching, timbulnya berbagai permasalahan dalam
setiap proses prembelajaran mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk
menciptakan beberapa strategi pembelajaran, salah satunya adalah strategi
pembelajaran kuantum (Quantum Teaching). Pembelajaran quantum
merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan
unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran.
Pembelajaran kuantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan
segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan
yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalam
kerangka untuk belajar

15
DAFTAR PUSTAKA

Deporter, Bobbi Dkk. 2000. Quantum Teaching. Mempraktekkan Quantum

Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Bandung : Kaifa.

Deporter,Bobbi. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Nasih, Ahmad Munjin Dan Lilik Nur Kholidah. 2009. Metode Dan Teknik

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika

Aditama.

Nasution,S.Didaktik. 1995. Asas-Asas Mengajarkan. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nata,Abuddin. 2004. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan

Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media. Cet. I.

Nggermanto, Agus. 2005. Quantum Questient. Bandung: Nuansa. Cet. 6.

Wena, Made.2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:

Bumi Aksara.

Zulfanah,Amir Faisal Dan. 2008Menyiapkan Anak Jadi Juara .Jakarta: PT

Elex Media Komputindo.

16

Anda mungkin juga menyukai