Anda di halaman 1dari 44

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk menghindari kesamaan

penelitian dan menunjukkan keaslian bahwa topik ini belum pernah diteliti

dalam topik dan data yang sama. Sebelum peneliti mengajukan judul ini,

peneliti melakukan perbandingan dengan judul terdahulu sebagai

perbandingan yang tidak jauh berbeda.

Ni Nyoman Trisna Utariyani. Mahasiswi IKIP Mataram. 2016.

“Pengaruh Pelatihan Tata Boga Terhadap Sikap Berwirausaha Warga

Belajar di SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Gerung Kabupaten Lombok

Barat Tahun 2016.”Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dari hasil

analisis data di atas, diperoleh hasil 9.866 lebih besar dari x-tabel sebesar

9.488 dengan taraf signifikansi 5%, adalah 11,070 kenyataan ini

menunjukkan bahwa nilai x-hitung yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah lebih besar dari pada nilai x-tabel (11,382 > 11,070) menunjukkan

signifikan, Maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah “Ada

Pengaruh Positif Program Pelatihan Tata Boga Terhadap Sikap

Berwirausaha Warga Belajar Di SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Gerung

Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan tema yang peneliti

angkat terdapat pada variabel dan tujuan. Pada penelitian terdahulu

14
15

peneliti variabel bebas hanya terdapat satu variabel yaitu program

pelatihan tata boga sedangkan pada penelitian yang peneliti angkat

mempunyai dua variabel bebas yaitu pendidikan tata boga dan motivasi

berwirausaha. Tujuan penelitian dahulu untuk mengidentifikasi sanggar

kegiatan belajar sedangkan peneliti menggunakan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi di madrasah.

Oktafiani Putri Astuti. Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta.

2016. “Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Minat

Berwirausaha Siswa Kelas XII Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1

Sewon”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tentang Pengaruh

Pengalaman Praktik Kerja Industri terhadap Minat Berwirausaha Siswa

Kelas XII Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1 Sewon dapat disimpulkan

sebagai berikut : Pengalaman Praktik Kerja Industri pada siswa kelas XII

SMK Negeri 1 Sewon pada kategori baik 57%, kategori cukup 43%, dan

kategori rendah 0%. Minat Berwirausaha siswa kelas XII SMK Negeri 1

Sewon pada kategori baik 38%, kategori cukup 62%,dan kategori rendah

0%. Terdapat pengaruh positif dan signifikan pengalaman Praktik Kerja

Industri dengan minat berwirausaha siswa kelas XII SMK Negeri 1

Sewon, dengan nilai sig. 0,000 dan R Square sebesar 0,205 yang artinya

pengalaman praktik kerja industri memberikan pengarauh sebesar 20,5%

terhadap minat berwirausaha siswa, sedangkan 79,5% dipengaruhi oleh

faktor lain yang idak diteliti dalam penelitian ini.


16

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan tema yang peneliti

angkat terdapat pada tujuan dan metode penelitian. Pada penelitian

terdahulu peneliti lebih membahas terkait ruang lingkup praktek kerja

industri sedangkan pada penelitian yang peneliti angkat bertujuan

mengembangkan pendidikan tata boga yang mengaitkan terhadap

pembahasan kewirausahaan. Sedangkan objek penelitian pada penelitian

terdahulu yakni di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan di

penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa Madrasah Aliyah

(MA). pada penelitian terdahulu dilakukan pada tahun 2016 sedangkan

penelitian kali ini dilakukan pada tahun 2020.

Jadi perbedaan tersebut menjadi bukti bahwa penelitian ini bukan

hasil plagiasi atau salinan dari penelitian terdahulu. dan hal ini menjadi

bukti ke aslian dari penelitian ini.

B. Kerangka Teoritik

1. Pendidikan Tata Boga

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut Al-Ghazali mendefinisikan pendidikan

sebagai sebuah proses pembiasaan (riyadhah).13 Pembiasaan yang

dimaksud oleh Al-Ghazali adalah upaya menimbulkan respon pada

siswa melalui pembimbingan secara emosi dan fisik. Dalam hal ini,

menurut Al-Ghazali, pembiasaan (riyadhah) adalah membantu

siswa menuju tujuan tertinggi (aqsha al-ghayah). Sementara itu,

13
Mahmud, Psikologi pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h.17.
17

sebagian ahli pendidikan Islam menyebut istilah pendidikan

dengan tarbiyyah atau ta’lim. Tarbiyyah yang telah menjadi

terminologi resmi pendidikan memiliki arti proses pembentukan

karakter individu siswa untuk mencapai kesempurnaan etika,

memiliki keterampilan, menguasai ketajaman analisis, mempunyai

kemampuan membaca diri (self digest), dan cakap mengungkapkan

ide melalui bahasa verbal dan penataan kata (tulisan).14 Dalam hal

ini pendidikan meliputi bentuk penyampaian karakter,

pembentukan keterampilan, dan penyampaian materi spesifik,

sistem, serta paradigma.

Dalam UU RI Nomor 21 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara akif mengembangkan
potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.15

Untuk itu, kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan

melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara

sitematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi

oleh keimanan dan ketakwaan (IMTAK).

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan

perbuatan bagi generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,

14
Ibid., h. 18.
15
Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2012), h. 15.
18

pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilan kepada generasi

muda yang memungkinkan melakukan fungsi hidupnya dalam

pergaulan bersama, dengan sebaik- baiknya. Pendidikan itu adalah

suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen.16 Secara

bahasa, definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan

tata seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dengan pelatihan.17

Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, dan

meliputi berbagai komponen yang berkaitan dengan erat satu sama

lain. Pendidikan adalah gejala semesta (fenomena universal) dan

berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada.

Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan

masyarakat, berusaha kearah yang lebih sistematik, maka pasti

mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu.18

Dari pengertian-pengertian pendidikan yang diungkapkan

oleh para ahli diatas, dapat difahami dalam sebuah pengertian yang

komprehensif bahwa pendidikan adalah seluruh aktivitas atau

upaya secara sadar yang dilakukan pendidikan dan peserta didik

terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani

maupun rohani, secara formal, maupun nonformal yang berjalan

terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi,

baik insaniyah maupun ilahiyah. Dalam hal ini, pendidikan berarti

16
Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h.15.
17
Sumitro, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: FIP – UNY, 1985), h. 15.
18
Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 51.
19

menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung

jawab sehingga pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana

makanan yang berfungsi memberi kesehatan, kekuatan dan

pertumbuhan untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan

kehidupan guna memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efesien.

b. Pengertian Tata Boga

Tata Boga menurut Ensiklopedia yaitu suatu kaidah, aturan,

dan susunan serta cara menyusun suatu sistem teknik meramu,

mengolah dan menyediakan serta menghidangkan makanan dan

minuman.19 Sumber lain menyebutkan tata boga sebagai studi

mengenai pengaruh antara budaya dan makanan, di mana

gastronomi mempelajari berbagai komponen budaya dengan

makanan sebagai pusatnya (seni kuliner).20 Pengaruh budaya dan

tata boga terbentuk karena gastronomi adalah produk budidaya

pada kegiatan pertanian sehingga pengejawantahan warna, aroma,

dan rasa dari suatu makanan dapat ditelusuri asal-usulnya dari

lingkungan tempat bahan bakunya dihasilkan. Dua ratus tahun

yang lalu, kata gastronomi atau tata boga pertama kali muncul di

zaman modern tepatnya di Perancis pada puisi yang dikarang oleh

Jacques Berchoux. Kendati popularitas kata tersebut semakin

meningkat sejak saat itu, gastronomi masih sulit untuk

19
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, KBBI, (Jakarta: CV Andi Prakarsa,
2016), h. 1679.
20
Bartono PH dan Ruffino EM, Tata Boga Industri, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET,
2010), h. 3.
20

didefinisikan. Kata gastronomi berasal dari Bahasa Yunani kuno

gastros yang artinya "lambung" atau "perut" dan nomos yang

artinya "hukum" atau "aturan". Gastronomi meliputi studi dan

apresiasi dari semua makanan dan minuman. Selain itu, gastronomi

juga mencakup pengetahuan mendetail mengenai makanan dan

minuman nasional dari berbagai negara besar di seluruh dunia.

Peran gastronomi atau tata boga adalah sebagai landasan untuk

memahami bagaimana makanan dan minuman digunakan dalam

situasi-situasi tertentu.

Melalui gastronomi atau tata boga dimungkinkan untuk

membangun sebuah gambaran dari persamaan atau perbedaan

pendekatan atau perilaku terhadap makanan dan minuman yang

digunakan di berbagai negara dan budaya.21 Berdasarkan uraian di

atas dapat dimaknai pengertian tata boga ialah pengetahuan

dibidang boga (seni mengolah makanan) yang mencakup ruang

lingkup makanan, mulai dari persiapan pengolahan sampai dengan

menghidangkan makanan itu sendiri yang bersifat tradisional

maupun internasional.

c. Pengertian Pendidikan Tata Boga

Pendidikan Kejuruan Tata Boga Ismaini, “Menerangkan


tata boga adalah seni, atau ilmu akan makanan yang baik (good
eating). Penjelasan yang lebih singkat menyebutkan tata boga
sebagai segala sesutu yang berpengaruh dengan kenikmatan dari
makan dan minuman”.

21
Http://Ditaismaini.Wordpress.Com/2011/ 12/08/Pengertian-Dasar-Tata-Boga/ Diakses
28-01-2016 Jam 12:54
21

Jadi kesimpulannya pendidikan tata boga adalah proses

pembiasaan, pembimbingan, dan pembentukan karakter mengenai

suatu teknik, susunan, serta aturan yang membahas tentang studi

pengaruh budaya dan makanan.

Tata boga mempunyai 4 pilar penyangga, yaitu metode,

higiene, estetika, dan etika.22 Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Metode: prosedur dan cara memasak yang jika diikuti secara

benar akan menghasilkan masakan yang enak, bermutu, dan

memenuhi standar.

2) Higiene: kebersihan dan kesehatan yang selalu terjaga

sehingga makanan yang dimasak menjadi makanan yang

sehat, tidak menyebabkan sakit orang yang

mengonsumsinya.

3) Estetika: nilai keindahan yang diterapkan saat makanan

disajikan sehingga tampak menarik dan menggunggah selera

4) Etika: adab yang diterapkan di kala memasak

makanan sehingga seluruh prosesnya menjadi etis dan

menghargai hak pelanggan.

d. Model Pembelajaran Tata Boga

Pendidikan menengah kejuruan di Indonesia yang

diselenggarakan pada satuan pendidikan Sekolah Menegah

Kejuruan telah mengalami perkembangan pesat seiring dengan

22
Hartono PH & Ruffino EM, Tata Boga Industri, (Yogyakarta: ANDI, 2010), h. 4.
22

tuntutan kebutuhan dunia kerja. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Atau

Madrasah Aliyah Kejuruan, telah mengklarifikasikan bidang

keahlian menjadi 9 bidang, yang dikembangkan menjadi 46

progran keahlian dan 128 paket keahlian dengan mengacu pada

Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.23

Pembelajaran pendidikan kejuruan yang bermutu sudah

menjadi keharusan, dan salah satu caranya dengan penyelarasan

pendidikan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dunia kerja.

Setiap lembaga pendidikan harus memperhatikan tiga aspek yaitu

sarana prasarana, pendidik, dan sistem pembelajaran untuk

menghasilkan lulusan yang sesuai dengan dunia kerja.

Model pembelajaran pendidikan tata boga dimulai dari

tahap perencanaan, tahap proses, sampai dengan tahap penilaian

pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan dunia usaha dunia

industri tata boga. Selain itu pendidik juga harus memiliki

wawasan tentang kontribusi produk boga bagi pengembangan

ekonomi kreatif di Indonesia. Model pembelajaran merupakan

rencana sistematis yang disusun berdasarkan teori logis untuk

digunakan pengajaran sebagai pedoman dalam melakukan proses


23
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah, Model Pembelajaran Untuk SMK Program Keahlian Tata Boga, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2016), h. 7.
23

pembelajaran. Model pembelajaran memiliki makna yang lebih

luas daripada strategi, metode serta teknik mengajar.

Model pembelajaran menuntut adanya rasional teoritik

logis yang bersifat koheren dari penciptanya, hal ini bertujuan

untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran karena disusun

secara logis, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang

diharapkan. Perilaku mengajar tertentu juga dituntut dalam model

pembelajaran yang perlu disesuaikan dengan karakteristik model

pembelajarannya.24

Selain itu, model pembelajaran juga memerlukan struktur

ruangan kelas sebagai sarana pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi yang diinginkan dari model pembelajaran tersebut. Dengan

demikian peranan model pembelajaran tidak seperti strategis,

metode, dan teknik mengajar yang hanya digunakan sebagai alat

untuk menyampaikan materi pelajaran. Model pembelajaran

meliputi keseluruhan perangkat pembelajaran untuk membantu

pengajar dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar,

yang selanjutnya dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu:

1) Perencanaan pembelajaran

2) Proses pembelajaran

3) Penilaian pembelajaran

24
Ibid., h. 8.
24

e. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Tata Boga

1) Kurikulum Tata Boga

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman peyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Reformasi kurikulum terus dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia, agar kurikulum yang digunakan setiap satuan

pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan

zaman.25 Kurikulum yang berlaku saat ini menggunakan

kurikulum 2013. Dengan mengacu pada kerangka dasar dan

struktur kurikulum SMK, mata pelajaran dikelompokkan dalam

3 kelompok sebagaimana seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Struktur Kelompok Mata Pelajaran

Mengembangkan kompetensi sikap,

Mata pelajaran pengetahuan dan keterampilan dalam

kelompok A kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

Mengembangkan kompetensi sikap,


Mata Pelajaran
pengetahuan dan keterampilan dalam
Kelompok B
bidang sosial, budaya dan seni.

Mata Pelajaran Mengembangkan kompetensi sikap,

25
Ibid., h. 11.
25

Kelompok C pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan bidang, program dan paket

keahlian.

2) Kemitraan Tata Boga dengan DUDI

Kemitraan antara lembaga pendidikan dengan Dunia

Usaha/Dunia Industri (DUDI) merupakan suatu keharusan yang

harus dijalin untuk menghasilkan siswa terampil sesuai dengan

perkembangan zaman. Peran dan fungsi DUDI yang tidak

hanya sebagai tempat pelaksanaan praktik dan magang siswa

saja, tetapi harus dioptimalkan dalam memberikan informasi

kebutuhan dunia kerja, sehingga sekolah dapat menyusun

perencanaan pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan

dunia kerja.

Untuk tata boga, kemitraan DUDI yang selama inin terjalin

adalah pihak hotel, restoran, dan katering. Kerjasama yang

terjalin antara lain dalam bentuk penempatan siswa untuk

praktik kerja industri, pelaksanaan table manner siswa, dan

kehadiran pakar dari pihak DUDI sebagai penguji eksternal

dalam pembelajaran praktik.26 Kemitraan ini dapat

dioptimalkan dan dijalin secara berkelanjutan agar

26
Ibid., h. 12.
26

pembelajaran yang dilakukan memiliki link dan match dengan

tuntutan dunia kerja.

DUDI perlu dilibatkan dalam rapat pengembangan

kurikulum SMK Program Keahlian Tata Boga, hal ini

diperlukan agar kurikulum yang digunakan sudah sesuai

dengan tuntutan dunia kerja. Selain itu, kemitraan dalam

pembinaan unit produksi juga perlu dilakukan. Sebagian besar

SMK Program Keahlian Tata Boga di Indonesia sudah

memiliki unit produksi berupa cafetaria, restoran, dan katering.

Selama ini unit produksi yang dimiliki sekolah cenderung

hanya digunakan sebagai tempat prakti saja, hanya beberapa

sekolah yang memiliki unit produksi yang maju bahkan dapat

bersaing di tingkat lokal.

Keterlibatan DUDI dalam memberikan variasi produk

makanan terkini dan juga tata hidang yang sesuai dengan

perkembangan zaman sangat diperlukan untuk

mengoptimalkan peran unit produksi SMK Program Keahlian

Tata Boga. Kemitraan yang tidak kalah pentingnya antara SMK

dengan DUDI adalah porgram bursa kerja, program ini sangat

diperlukan agar lulusan SMK Program Keahlian Tata Boga

memiliki tingkat kerterserapan yang tinggi sesuai dengan

kompetensi keahlian yang dimilikinya.


27

3) Perencanaan Pembelajaran Tata Boga

Dengan mengacu pada silabus dan pedoman mata pelajaran

paket keahlian boga serta memperhatikan kemitraan yang

terjalin antara sekolah dengan DUDI, maka guru mata pelajaran

paket keahlian tata boga akan dapat menyusun RPP untuk mata

pelajaran yang diampunya. Selain itu, guru juga harus memiliki

wawasan yang up to date tentang RPP yang meliputi 10 prinsip

dan 6 unsur RPP itu sendiri. Sebagian besar guru Keahlian Tata

Boga mengalami kesulitan dalam menyusun RPP disebabkan

karena kurangnya wawasan akan prinsip dan unsur RPP.

Kesepuluh prinsip RPP yang dimaksud adalah:27

(a) Memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap

sosial, pengetahuan, dan keterampilan

(b) Dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali

pertemuan

(c) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik

(d) Berpusat pada peserta didik

(e) Berbasis konteks

(f) Berorientasi kekinian

(g) Mengembangkan kemandirian belajar

(h) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran

27
Ibid., h. 13.
28

(i) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi

dan/atau antarmuatan

(j) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Guru SMK Program Keahlian Tata Boga memiliki otoritas

penuh dalam mengimplementasikannya dalam RPP. Untuk

prinsip nomor 1 sudah tercantum dengan jelas dalam silabus,

namun untuk prinsip nomor 2 sampai dengan 10 sifatnya tidak

kaku tetapi fleksibel mengikuti karakteristik dari mata pelajaran

paket keahlian dan juga tuntutan dunia kerja. Sebagai contoh,

untuk RPP mata pelajaran tata akan sangat dimungkinkan

mengalami perubahan dari tahun ke tahunnya karena trend

penyajian makanan dari tahun ke tahun berbeda, kecuali untuk

tata hidang makanan khusus daerah yang memang sudah

memiliki patokan tertentu dalam penyajiannya.

Selain kesepuluh prinsip tersebut, guru Keahlian Tata Boga

juga harus memiliki wawasan akan 6 unsur RPP, yaitu:

(1) Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema,

kelas/semester, dan alokasi waktu

(2) Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator

pencapaian kompetensi

(3) Materi pembelajaran

(4) Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup


29

(5) Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan dan

(6) Media, alat, bahan, dan sumber belajar.

RPP yang disusun guru minimal harus memuat keenam

prinsip tersebut. Untuk unsur nomor 1 sampai dengan 3

umumnya guru tidak mengalami kesulitan untuk

mengimplementasikannya ke dalam RPP karena sudah

tercantum dalam silabus dan juga pedoman mata pelajaran.

Untuk unsur nomor 4 sampai dengan 6, umumnya sebagian

besar guru mengalami kesulitan dalam proses menyusun RPP.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar guru masih

memiliki wawasan yang out off date terhadap kegiatan

pembelajaran, penilaian, media, alat, bahan dan sumber belajar.

Bahkan tidak sedikit guru yang menggunakan bahan dan

sumber belajar yang sama selama puluhan tahun, fenomena

semacam ini tentu saja tidak sesuai dengan prinsip penyusnan

RPP yang berorientasi kekinian. Dibutuhkan effort lebih dari

guru, yang dalam hal ini adalah guru Tata Boga dalam

menyusun RPP yang bermutu

f. Proses Pembelajaran Tata Boga

Pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai

interaksi antara peserta didik dengan pendidik, sumber belajar, dan

peserta didik lainnya dalam suatu lingkungan belajar, untuk

menghasilkan perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan,


30

sikap, dan keterampilan. Dasar penyelenggaraan pembelajaran

adalah RPP yang sudah disusun oleh guru, dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan

cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan

lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses

pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.28

Dengan mengacu pada Permendikbud yang berlaku saat ini, yaitu

Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada

Pendidikan Dasar dan Menengah, pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan pembelajaran saintifik yaitu pengorganisasian

pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses

pembelajaran sebagai berikut:

1) Mengamati

2) Menanya

3) Mengumpulkan informasi/mencoba

4) Menalar/mengasosiasi dan

5) Mengomunikasikan.

Dalam pelaksanaannya pendekatan pembelajaran saintifik

menggunakan beberapa model pembelajaran inovatif, antara lain

discovery learning model (model pembelajaran , project based

learning model, problem based learning model, inquiry learning

28
Ibid., h. 16.
31

model, problem solving learning model, dan production based

training model.

Setiap model pembelajaran memiliki konsep dan juga sintaks

dengan ciri khas tersendiri, sehingga dibutuhkan kompetensi

pedagodik guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran yang diampunya. Untuk

pembelajaran tata boga yang sebagian proses pembelajarannya

berisikan materi teori dan praktik, sangat cocok jika diterapkan

pendekatan saintifik.

g. Penilaian Pembelajaran Tata Boga

Penilaian dan pembelajaran merupakan suatu kesatuan yang

saling berintegrasi dari awal sampai dengan akhir pembelajaran.

Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian merupakan proses untuk mendapatkan informasi yang

dapat digunakan untuk membuat keputusan mengenai siswa,

program dan kurikulum, serta kebijakan bidang pendidikan.29

Dengan demikian penilaian memiliki definisi yang sangat luas,

tidak hanya terbatas pada menghasilkan informasi mengenai

kondisi siswa selama dan setelah pembelajaran, tetapi juga

menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai masukan

untuk kurikulum dan kebijakan pendidikan.

29
Ibid., h. 23.
32

Penilaian berisikan berbagai macam kegiatan untuk

mengetahui kinerja siswa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

penilaian dapat berupa tes dan juga tugas-tugas yang diberikan

kepada siswa. Tes dan tugas yang diberikan kepada siswa

selanjutnya diukur sesuai dengan angka dan tingkatan yang telah

ditentukan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa tes

dan pengukuran merupakan kegiatan yang termasuk ke dalam

penilaian. Penilaian selama dan setelah pembelajaran harus

dilakukan secara fokus dan terancang dengan baik.

Penilaian harus berisikan target pembelajaran yang akan

dinilai, sehingga informasi yang dihasilkan mencakup keseluruhan

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang

telah dilakukan. Penilaian menggunakan teknik penilaian yang

sesuai dengan target pembelajaran yang akan dinilai. Pengajar

seringkali menggunakan teknik penilaian yang tidak tepat dengan

kemampuan siswa yang akan diukur. Selain itu penilaian juga

harus memiliki berbagai indikator untuk mengukur sejauh mana

penilaian tersebut mencapai target pembelajaran.

Panduan yang terakhir dalam melakukan penilaian adalah

dapat mengetahui keterbatasan dari masing-masing teknik

penilaian, sehingga pengajar dapat memilih teknik penilaian yang

sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Penilaian akan

menghasilkan informasi menyeluruh tentang pengetahuan dan


33

pemahaman siswa. Dengan demikian aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor siswa dapat diketahui dengan melakukan penilaian.

Pembelajaran yang diselenggarakan dengan menggunakan

pendekatan saintifik, merupakan pembelajaran yang berisikan

kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan yang selanjutnya dikenal

dengan aktivitas 5M. Untuk itu penilaian yang dilakukan haruslah

dapat menghimpun seluruh aktivitas 5M pada pembelajaran

saintifik.

1) Penilaian Pengetahuan

Penilaian kompetensi pengetahuan dimaksudkan untuk

mengukur ketercapaian aspek kemampuan pada Taksonomi

Bloom yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi/mencipta yang terdapat pada setiap

Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam mata pelajaran paket

keahlian tata boga.30 Dalam merancang suatu penilaian yang

dijadikan acuan adalah silabus dan pedoman mata pelajaran,

untuk selanjutnya dikembangkan dalam kisi-kisi dan rubrik

penilaian. Kisi-kisi merupakan matriks yang digunakan sebagai

acuan menulis soal. Rubrik merupakan daftar kriteria yang

menunjukkan kinerja dan aspek atau konsep yang akan dinilai,

30
Ibid., h. 24.
34

serta gradasi mutu untuk jawaban dimulai dari tingkat terendah

sampai dengan sempurna.

2) Penilaian sikap

Penilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui

kecenderungan perilaku spiritual dan sosial siswa dalam

kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar kelas sebagai hasil

pendidikan.31 Acuan penilaian sikap adalah butir-butir nilai

sikap dalam KD dari KI-1 dan KI-2 yang terintegrasi pada

setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Penilaian sikap

memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian

pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang

digunakan juga berbeda.

3) Penilaian keterampilan

Penilaian keterampilan adalah suatu penilaian yang

dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemampuan atau

keterampilan peserta didik dalam melakukan unjuk

kerja/praktik keahlian tertentu. Dalam pelaksanaannya,

penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan teknik kinerja,

proyek dan portofolio.32

31
Ibid., h. 26.
32
Ibid., h. 27.
35

2. Motivasi Kewirausahaan Kegiatan Mental Block

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti

dorongan atau daya penggerak. Motif adalah daya dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau

keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya

untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.

Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi

kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam

diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.33

Motivasi menurut Ensiklopedia adalah dorongan yang

timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk

suatu tindakan dengan tujuan tertentu34 Banyak para ahli yang

mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut

pandang mereka masing-masing. Namun pada intinya sama, yakni

sebagai suatu pendorong yang mengubah energi didalam diri

seseorang menjadi bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan

tertentu.

Motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu di dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan pencapaian dalam memenuhi

33
Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011), h. 1.
34
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, KBBI, h. 1111.
36

kebutuhan tersebut tergantung dari kekuatan motif. Motif dengan

kekuatan yang besar akan menentukan perilaku individu. Dengan

kata lain motif adalah kebutuhan, dorongan, atau impuls yang

menentukan perilaku seseorang.35 Motivasi secara umum

didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan

pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.36

Dari beberapa definisi motivasi dapat dimaknai bahwa motivasi

adalah dorongan yang berasal dari daya cipta diri sendiri untuk

mencapai suatu keinginan dan kebutuhan dalam kelangsungan

hidup sesuai dengan yang diharapkan.

Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya

motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif

berprestasi merupakan nilai sosial yang menekankan pada hasrat

untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara

pribadi. Faktor dasar yang melandasi motivasi adalah kebutuhan

yang harus dipenuhi. Maslow menjelaskan teori motivasi dengan

menjelaskan tingkatan kebutuhan sebagai landasan yang melatar

belakangi lahirnya motivasi bagi seseorang, yaitu kebutuhan fisik

(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs),

kebutuhan harga diri (esteem needs) dan kebutuhan akan

aktualisasi diri (self-actualization needs). Faktor yang

35
Mudjiarto Dan Wahid, Membangun Karakter Dan Kepribadian Kewirausahaan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 39.
36
Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 92-96.
37

mempengaruhi timbulnya motivasi terdiri atas faktor pendorong

dan faktor pemelihara. Faktor pendorong timbulnya motivasi

terdiri atas kebersihan, pengakuan, kreativitas dan tanggung jawab,

sedangkan faktor pemelihara motivasi meliputi lingkungan kerja,

insentif kerja, pengaruh kerja dan keselamatan kerja. Kebutuhan

berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk

melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan

sebelumnya.

Selain itu Mc Clelland menjelaskan bahwa motivasi

berprestasi mengandung dua aspek, yaitu mencirikan ketahanan

dan ketakutan akan kegagalan, serta meningkatkan kerja keras

yang berguna mendorong keberhasilan.37 Berdasarkan pendapat

tersebut terdapat sekurang-kurangnya dua indikator dalam motivasi

berprestasi, yaitu mengharapkan sukses dan takut akan kegagalan.

Oleh sesab itu hakikat motivasi adalah rangsangan-rangsangan atau

daya dorong yang ada dalam diri seseorang untuk belajar tinggi

sesuai yang diharapkan.

b. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali

dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin

pemintal dan lain-lain. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan

dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas.

37
Ibid., h.175.
38

Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Kewirausahaan

berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan,

manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak

agung. Usaha berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi

wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini

baru dari segi etimologi (asal usul kata).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Wirausaha adalah

orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,

menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk

mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta

memasarkannya. Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan

Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995,

dicantumkan bahwa wirausaha adalah orang yang mempunyai

semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan

kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang

mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara

kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi

dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau

memperoleh keuntungan yang lebih besar. Jadi wirausaha itu

mengarah kepada orang yang melakukan usaha atau kegiatan

sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan


39

kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki

seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha atau kegiatan.

Kewirausahaan diartikan oleh Robert D. Hisrich,dkk,

sebagai sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan

kekayaan. Kekayaan dihasilkan oleh individu yang menanggung

resiko utama dalam hal modal, waktu dan komitmen karir atau

menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. Peter F.

Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan

kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan

adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru berbeda dari yang lain. Atau mampu

menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada

sebelumnya. Sementara itu, Zimmerer mengartikan kewirausahaan

sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam

memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk

memperbaiki kehidupan (usaha).38

Kewirausahaan juga mengandung pengertian dalam proses

penciptaan sesuatu yang baru pada nilai guna waktu dan upaya

yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik serta resiko

38
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), h. 17.
40

sosial, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan

dan kebebasan pribadi.39

Dari berbagai pendapat diatas maka kesimpulannya,

kewirausahaan adalah proses penerapan inovasi dan kreatifitas

dalam penemuan peluang usaha yang dilakukan dengan semangat,

dan keberanian mengambil resiko.

c. Karakteristik Kewirausahaan

Beberapa pendapat dan kesimpulan dari para ahli tentang

kerakteristik kewirausahaan berbeda-beda. Tapi pada intinya

adalah bahwa seorang wirausaha merupakan individu yag

mempunyai ciri dan watak untuk erpresasi lebih tinggi dari

kebanyakan individu-individu yang lainnya. David Mc Clelland

menyatakan ada 9 karakteristik utama yang terdapat dalam diri

seseorang diri seorang wirausaha sebagai berikut:

1) Dorongan berprestasi

Semua wirausahawan yang berhasil memiliki keinginan

besar untuk mencapai suatu prestasi.

2) Berkja keras

Sebagian besar wirausawan “mabuk kerja” demi mencapai

sasaran yang ingin di cita-citakan

39
Arif Yusuf Hamali, Pemahaman Kewirausahaan, (Depok: KENCANA, 2017), h. 34.
41

3) Memperhatikan kualitas

Wirausawan menangani dan mengawasi sendiri bisnisnya

sampai mandiri sebelum ia mulai dengan usaha baru lagi.

4) Sangat bertanggung jawab

Wirausahawan sangat bertanggung jawab atas usaha

mereka, baik secara moral, legal, maupun mental.

5) Berorientasi pada imbalan

Wirausawan mau berprestasi, kerja keras, dan bertanggung

jawab dan mereka mengharapkan imbalan yang sepadan

dengan usahanya. Imbalan ini tidak berupa uang, tetapi juga

pengakuan dan penghormatan.

6) Optimis

Wirausawan hidup dengan doktrin semua waktu baik bisnis

dan segala sesuatu mungkin.

7) Berorientasi pada hasil yang baik (Excellence oriented)

Seringkali wirausawan ingin mencapai sukses yang

menonjol dan menuntut segala yang first class.

8) Mampu mengorganisasikan

Kebanyakan wirausawan mampu memadukan bagian-

bagian dari usahanya dalam usahanya. Mereka umumnya

diakui sebagai “komandan” yang berhasil.


42

9) Berorientasi pada uang

Uang yang di kejar oleh wirausawan tidak semata-mata

untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan usaha

saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja an

keberhasilan.40

d. Prinsip Membangun Motivasi Kewirausahaan

Untuk membangun motivasi kewirausahaan ini

memerlukan beberapa prinsip yang bisa dilakukan oleh semua

orang diantaranya:

1) Membulatkan tekat, orang yang membulatkan tekad erani

melangkah akan berhasil, dan orang yang setengah-setengah

dan tidak dapat membulatkan tekadnya, tidak berani melangkah

dan akan gagal.

2) Belajar dari filsafat alam, alam yang terbentang luas dan segala

isinya ini banyak yang bisa dijadikan pelajaran bagi calon

wirausawan. Seperti misalnya, pohon yang tumbuh bermula

dari biji hingga pohon tersebut benjadi besar kokoh dan kuat,

hal yang bisa di ambl yaitu mengukuhkan semangat bagi calon

wirausahawan.

3) Belajar dari pengalaman Wirausaha yang sukses, melihat

sebuah proses orang-orang yang sukses dalam dunia usaha.

40
Mujjiarto & Aliaris Wahid, Membangun Karakter Dan Kepribadian Kewirausahaan,(
Jakarta: GRAHA ILMU dan UIEU, 2006), h. 3.
43

4) Mengikuti program pengembangan, untuk menumbuhkan,

meningkatkan, dan mengembangkan dalan kewirausahaan

dapat melalui beberapa kegiatan: pelatihan, seminar, workshop,

serta pameran

5) Kunjungan kerja, dalam kegiatan kunjungan kerja ini seseorang

bisa belajar tentan kekurangan dan kelebihan masalah teknis

produksi, management pengelolaan usaha dan managemen

pemasaran. Serta kunjungan kerja ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan seorang wirausa serta aplikasinya

semakin mantab. 41

e. Faktor-Faktor Motivasi Berwirausaha

1) Memiliki visi dan tujuan yang jelas.

Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah

yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus

dilakukan oleh pengusaha tersebut.

2) Inisiatif dan selalu proaktif.

Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak

hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu

memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai

kegiatan.

41
Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syariah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013),
h. 39.
44

3) Berorientasi pada prestasi.

Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih

baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan

yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian

utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan

selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

4) Berani mengambil risiko.

Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang

pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang

maupun waktu.

5) Kerja keras.

Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana

ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang

pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya

selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu

mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak

ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat

diselesaikan.42

6) Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang

dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang.

Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi

material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

42
Ibid., h. 87.
45

7) Komitmen pada berbagai pihak

Merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus

ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang

merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

8) Mengembangkan dan memelihara pengaruh baik dengan

berbagai pihak, baik yang berpengaruh langsung dengan usaha

yang dijalankan maupun tidak. Pengaruh baik yang perlu

dijalankan, antara lain kepada para pelanggan, pemerintah,

pemasok, serta masyarakat luas.

f. Pengertian Kegiatan Mental Block

Kegiatan mental block adalah kegiatan atau aktivitas untuk

mendalami mental seseorang agar mampu mengaktualisasikan diri

terhadap lingkungan sekitar. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh

beberapa perusahaan kecil, sedang bahkan menengah. Banyak

beberapa factor pendorong diadakannya kegiatan ini yaitu salah

satu untuk mengembangkan kemampuan seseorang untuk bisa

mengeluarga nilai mental dalam dirinya. Kegiatan ini sangat bagus

dilakukan oleh semua orang mulai dari anak remaja sampai

dewasa. Kemampuan penerapan kegiatan ini dilandasi akan

kemauan yang bulat dan juga niat yang sangat mendasari dalam

diri seseorang. Wujud dari kegiatan ini adalah munculnya sifat

tanpa disengaja dalam kehidupannya yang berkaitan dengan

linkungan sekitar. Di dunia pendidikan kegiatan mampu


46

membangkitkan atau membongkar psikologi diri siswa agar

mereka mampu untuk mengetahui apa yang ada dalam dirinya

seperti mengerti akan kebutuhan fisik, kebutuhan keselamatan,

kebutuhan komunikasi, serta kebutuhan sikap yang mana sangat

berpengaruh akan diri seseorang.

g. Motivasi Kewirausahaan melalui Kegiatan Mental Blok

Motivasi kewirausahaan adalah dorongan dalam daya cipta

individual untuk mendapatkan suatu kebutuhan dan keinginan

dalam bidang usaha yang akan ditekuni. Motivasi berwirausaha

adalah dorongan kuat dari dalam diri seseorang untuk memulai

mengaktualisasi potensi diri dalam berfikir kreatif dan inovatif

untuk menciptakan produk baru dan bernilai tambah guna

kepentingan bersama. Wirausaha akan muncul ketika seseorang

berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya.

Membuat seseorang menjadi berani mengembangkan usaha dan

idenya melalui motivasi berwirausaha yang kuat. Dua hal tersebut

harus saling berpengaruh agar tercipta wirausaha yang kuat dan

tangguh serta berkualitas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Motivasi

Kewirausahaan adalah suatu rangsangan yang dapat mendorong

seseorang untuk melakukan suatu usaha, yang dilakukan dengan

penuh semangat, kreatif, inovatif, serta berani mengambil resiko

dalam rangka memperoleh keuntungan, baik berupa uang maupun


47

kepuasaan diri. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa, Motivasi kewirausahaan melalui kegiatan mental blok

adalah proses kemandirian seseorang dalam mengenali dan

menentukan psikologi dirinya yang memberikan dorongan ataupun

energi secara sadar atau tidak sadar dalam suatu aktivitas untuk

mencapai suatu kebutuhan diri mental dalam kegiatan

kewirausahaan.

Seorang wirausahawan harus memiliki motivasi positif,

dengan cara mengarahkan tujuan untuk mengembangkan bisnisnya

supaya semakin meningkat. Seorang wirausahawan juga harus

melihat orang lain terutama calon konsumen dari sisi “kelebihan”

disertai keyakinan bahwa setiap insan selalu memiliki kekurangan

dan kelebihan tersendiri. Peran motivasi dalam berwirausaha,

motivasi berwirausaha dapat dianalogikan sebagai bahan bakar

untuk menggerakkan mesin. Motivasi berwirausaha yang memadai

akan mendorong untuk berperilaku aktif dalam berwirausaha,

tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif

terhadap keefektifan usaha tersebut. Motivasi juga berfungsi untuk

mempengaruhi sikap mental wirausaha. Sikap mental merupakan

sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha. Sikap

mental kewirausahaan tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh

dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.
48

3. Sikap Kewirausahaan

a. Pengertian Sikap

Sikap menurut Slameto merupakan sesuatu yang dipelajari

dan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan

apa yang dicari individu dalam kehidupan. Secara umum,

pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran dan

kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen

mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap sering

kali dipandang sebagai object-evaluation association.

Meskipun sikap merupakan salah satu pokok bamahasan

yang penting dalan psikologi, khususnya psikologi sosial. Ada

sejumlah pendapat lain yang sangat mendasar mengenai

sikap. Berikut ini adalah garis besar pandangan mengenai sikap.

Berikut ini adalah garis besar pandangan-pandangan sikap yang

disusun oleh pengamat Eiser.43

Dari beberapa defenisi mengenai sikap yang ada, Eagly dan

Chaiken pada tahun 1993, membaginya menjadi dua pendekatan

atau model pendefenisian. sikap didefenisikan sebagai sebuah

kombinasi dari reaksi afektif, kognitif, dan prilaku terhadap suatu

objek tertentu.44 Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan

kesimpulannya bahwa sikap adalah sebuah perilaku yang terdapat

dalam individual.

43
Alex Sobur, Psikologi Umum. (Bandung: CV Pustaka Seti, 2011), h. 356.
44
Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h.
124.
49

Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, dapat

diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh

individu yang bersangkutan. Umumnya, ada tiga jenis sikap

manusia:

1) Kognitif yaitu berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang

apa yang diketahui tentang suatu objek,

2) Afektif yaitu berkaitan dengan perasaan,

3) Psikomotorik yaitu perilaku yang terlihat melalui predisposisi

b. Pengertian Sikap kewirausahaan

Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk

menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan ini

disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat

untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya

secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan

seseorang mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku

yang dipertimbangkan berdasarkan hasil evaluasi terhadap

konsekuensinya yang mungkin dia hadapi.45

Sedangkan Amin menyatakan bahwa: “Sikap wirausaha

terdiri dari dua aspek pokok, yaitu keyakinan individu bahwa

menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan

menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan aspek

pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini


45
Koto, Lutfi, Faktor-faktor yang Menumbuhkan Motivasi Kewirausahaan,(Yogyakarta:
UIN YOGYAKARTA, 2015), h. 3.
50

individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan semakin

positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap,

maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek

sikap tersebut, demikian pula sebaliknya”.

Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan

suatu perusahaan. Sikap dan perilaku ini harus diberikan sama

mutunya kepada seluruh karyawan tanpa pandang bulu. Sikap

adalah aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang nyata dan terwujud

dalam gerakan-gerakan bagian tubuh. Sedangkan yang dimaksud

wirausaha tingkah laku dari seorang wirausaha dimana tingkah

laku ini diantaranya dibina oleh beberapa faktor yaitu percaya diri,

berorientasi tugas dan hasil, keberanian pengambilan resiko,

kepemimpinan, keorsinilan, berorientasi kemasa depan.46 Sikap

wirausaha yang dimiliki oleh seorang wirausaha pada

kenyataannya memang perlu dikembangkan, misalnya dengan

menambah pengetahuan wawasan. Penambahan pengetahuan dan

wawasan itu seharusnya dilakukan secara bertahap dan terus

menerus melalui proses belajar. Terkadang setiap proses belajar itu

tidak disadari sebagai alat dalam mengembangkan perilaku

wirausaha, karena biasanya itu dianggap sebagai bagian dari

pengalaman. Padahal pengalaman itu sendiri dapat dijadikan

cermin untuk selalu menetukan yang terbaik di masa yang akan

46
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo 2009), h. 21-22.
51

datang. Dengan pengalaman-pengalaman itu pula setiap wirausaha

diharapkan selalu belajar dan belajar untuk menambah

pengetahuannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan jika sikap

kewirausahaan yaitu reaksi seseorang terhadap situasi dalam

mengenali atau menentukan kemampuan yang ada dalam diri

seseorang untuk wirausaha, yang akan menentukan respon individu

secara positif atau negatif dalam dunia usaha. Sikap seorang

wirausahawan ditunjukkan dari adanya percaya diri, berorientasi

tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan,

keorsinilan, dan berorientasi ke masa depan.47

c. Pembentukan dan perubahan sikap

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam:

1) Adopsi

Suatu kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang

dan terus-menerus, yang lama-kelamaan secara bertahap

diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya

suatu sikap.

2) Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya

pengalaman, dan sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada

hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang

47
Ibid., h. 23.
52

tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat

terbentuk sikap tersendiri pula.

3) Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang berpengaruh dengan satu hal

tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal

tersebut.

4) Trauma

Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan,

yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang

bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang traumatis dapat

juga menyebabkan terbentuknya sikap.

d. Faktor Pembentukan Sikap

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap, antara lain:

1) Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia

luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan

diterima atau ditolak.

a) Faktor Genetik dan Fisiologik

Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap

melalui kondisi – kondisi fisiologik. Misalnya waktu masih

muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap obat-

obatan, tetapi ia menjadi biasa setelah menderita sakit


53

sehingga secara rutin harus mengkonsumsi obat – obatan

tertentu.

b) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional.

Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan

pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

Menurut Oskamp, dua aspek yang secara khusus memberi

sumbangan dalam membentuk sikap.

c) Kebudayaan

B.F. Skinner menekankan pengaruh lingkungan

(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian

seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku

yang konsisten yang menggambarkan sejarah

reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.Contoh :

Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap

kebebasan dalam pergaulan.

d) Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang,

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari


54

oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu

begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama.

Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)

2) Faktor Eksternal, yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar

indivuidu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau

mengubah sikap.

a) Pengaruh orang tua

Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua akan

dijadikan role model bagi anak-anaknya.Misalnya,

orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-

anak yang juga senang musik.

b) Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

Pada umumnya, individu bersikap konformis

(sesuai) atau searah dengan sikap orang orang yang

dianggapnya penting. Ada kecenderungan bahwa

seorang individu berusaha untuk sama dengan teman

sekelompoknya. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang


55

yang dianggap penting tersebut. Misalnya seorang anak

nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak -

anak santri kemungkinan akan berubah menjadi tidak

nakal lagi.

c) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa

seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang

dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan

memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap

tertentu. Misalnya, media massa banyak digunakan oleh

partai politik untuk mempengaruhi masyarakat dalam

pemilihan umum.

d) Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan

agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan

sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara


56

sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh

dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran -

ajarannya.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah di nyatakan

dalam bentuk pertanyaan.48 Hipotesis merupakan dugaan sementara yang

yang kebenarnya perlu di buktikan. Untuk menguji kebenarnya, diperlukan

data yang kemudian diolah dan di hitung mengunakan rumus statistic,

dengan tujuan memperoleh kesimpulan, apakah kesimpulan hipotesis yang

di gunakan diterima atau ditolak.

1. Pelaksanaan pendidikan tata boga di Madrasah Aliyah Entrepreneur

Nurul Qolbi Polorejo Babadan Ponorogo 75% dari yang diharapkan.

2. Motivasi kewirausahaan melalui kegiatan mental block siswa di

Madrasah Aliyah Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan

Ponorogo paling rendah 40% dari yang diharapkan.

3. Pembentukan sikap kewirausahaan siswa di Madrasah Aliyah

Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan Ponorogo paling tinggi

60% dari yang diharapkan.

4. Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan

tata boga dan sikap kewirausahaan siswa di Madrasah Aliyah

Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan Ponorogo.

48
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, R & D
(Bandung: Alfabeta, 2015), h. 96.
57

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

pendidikan tata boga dan sikap kewirausahaan siswa di Madrasah

Aliyah Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan Ponorogo.

5. Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

kewirausahaan melalui kegiatan mental block dan sikap kewirausahaan

siswa di Madrasah Aliyah Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan

Ponorogo.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

motivasi kewirausahaan melalui kegiatan mental block dan sikap

kewirausahaan siswa di Madrasah Aliyah Entrepreneur Nurul Qolbi

Polorejo Babadan Ponorogo.

6. Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan

tata boga dan motivasi kewirausahaan melalui kegiatan mental block

secara bersama-sama dengan sikap kewirausahaan siswa Madrasah

Aliyah Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan Ponorogo.

Ho : tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

pendidikan tata boga dan motivasi kewirausahaan melalui kegiatan

mental block secara bersama-sama dengan sikap kewirausahaan siswa

Madrasah Aliyah Entrepreneur Nurul Qolbi Polorejo Babadan

Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai