BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang
(Notoatmodjo, 2010).
perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan
sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas
(Notoadmodjo, 2010).
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku
18
Internal
a. Persepsi
Eksternal b. Pengetahuan
a. Pengalaman c. Keyakinan
Perilaku
b. Fasilitas d. Motivasi
tempat tidurnya dan berjalan. mobilisasi dini bisa mencegah aliran darah
tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan
infeksi.
2008).
individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal yang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim
Postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai
adalah masa enam minggu setelah fase ketiga kelahiran. Selama periode
selama masa nifas dapat terjadi pada uterus, serviks uteri, endometrium,
tuba falopi, darah lochea, vagina, dinding abdomen, saluran kencing, dan
perubahan-perubahan lain.
22
1. Involusi Uteri
Dunstall, 2006).
23
2. Serviks
2009).
3. Payudara
selama hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Pada ibu yang
tidak menyusui kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Pada hari
4. Sistem Urinaria
bagian yang berpresentasi selama persalinan kala II, Hal ini dapat
Jones, 2005).
6. Sistem Muskuloskeletal
Pada sebagian ibu, otot abdomen dapat melemah dan kendur. Hal
7. Sistem Gastrointestinal
pemulihan fungsi tubuh (Bobak dkk, 2004; Derek & Jones, 2005).
8. Sistem Endokrin
tua yaitu:
26
1. Fase Dependen
2. Fase Dependen-Mandiri
pada hari kedua atau ketiga keinginan untuk mandiri timbul dengan
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
dkk, 2004).
3. Fase Interdependen
adalah: pada hari pertama berbaring miring kekiri dan kekanan yang dapat
dimulai sejak 6-10 jam setelah ibu sadar, kemudian latihan pernapasan
yang dilakukan sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Pada
hari kedua setelah 24 jam ibu dapat duduk 5 menit dan diminta untuk
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia benar benar telah pulih
(2004), yaitu:
Mobilisasi Penuh
Mobilisasi Temporer
gerak yaitu:
1. Rentang gerak pasif berguna untuk menj aga kelenturan otot otot dan
berkemih
berkomunikasi
menggeser kaki.
2. Setelah 10-24 jam ibu diharuskan umtuk dapat miring kekiri dan
3. Setelah 24-48 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk.dan berjalan.
4. Setelah 48-72 jam ibu dapat duduk, berjalan, merawat diri dan bayi.
31
antara lain:
aktifitas.
mekanika tubuh.
Pada ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktifitas fisik biasa
cukup waktu istirahat. Pada saat ibu bersalin mobilisasi juga diperhatikan
untuk ibu post partum mobilisasi sesudah bersalin dipengaruhi oleh rasa
dibagi menjadi 4-6 jam sesudah bersalin dan 6-8 jam sesudah bersalin
1. Gaya hidup
2. Proses injury dan penyakit
3. Kebudayaan
4. Tingkat energy Mobilisasi Dini
5. Usia
6. Pengetahuan
7. Emosi
8. Status kesehatan
9. Situasi dan kebiasaan
10. Nutrisi
atau pada klien dengan immobilisasi lama seperti akibat kelumpuhan. Hal
ini dikaji sejak waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat mobilisasi dan
antara lain, yaitu denyut nadi mengalami peningkatan irama tidak teratur,
kecepatan dan ketidakstabilan posisi tubuh dan status emosi labil (Gordon,
bagian tubuh.
maka akan terjadi peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus
yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan
menyebabkan infeksi dan salah satu dari gejala infeksi adalah peningkatan
uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko resiko
uterus.
cara pengukuran perilaku menurut Walgito (2003), ada dua cara yaitu:
kepadanya, dalam hal ini langsung dibedakan yaitu: secara langsung yang
35
sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan, dan langsung
pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek perilaku yang bersifat
yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-
olah ini skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek perilaku
(Arikunto, 2006).
36
penilaian terhadap suatu stimulus menurut kata sifat pada setiap kontinum
dalam skala.
1 2 3 4 5
2.1.13. Sintesis
2.2. Pengetahuan
dalam berperilaku.
orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangun yang teratur
(Ahmadi, 2004).
konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala
metodis.
dan bukan sesuatu yang otonom, tidak manusiawi atau yang sifatnya
Ontologis ilmu membatasi diri pada kajian obyek yang berada dalam
39
kita.
orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangun yang teratur
Sedangkan dalam segi proses, ilmu dapat diartikan sebagai kegiatan yang
mengetahui dan memahami suatu hal yang didasari oleh pengindraan, baik
1. Tahu (Know)
dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analisysis)
5. Sintesis (Synthesis)
kesatuan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan
6. Evaluasi (Evaluation)
Tahu
Memahami
Aplikasi Pengetahuan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
tersebut terpecahkan.
perasaannya sendiri.
44
2. Cara Modern
suatu sistem.
terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian
bersifat universal.
lain/ahli-ahli lain.
46
1. Pendidikan
juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
tersebut.
2. Media Massa/informasi
seseorang.
4. Lingkungan
yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
5. Pengalaman
6. Usia
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak
1. Faktor Intrinsik
a) Sifat Kepribadian
b) Bakat pembawaan
c) Intelegensi
d) Motivasi
(Saifudin, 2008).
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
h) Informasi
2. Faktor Ekstrinsik
atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari subjek penelitian
bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis
53
garis, dan jawaban negatif disebelah kiri garis, atau sebaliknya. Data yang
Contoh:
Dini
problematis karena pada masa kini kaum wanita, kecil kemungkinan untuk
terhadap perilaku selama masa nifas, hal ini sangat diperlukan untuk
melahirkan, seperti perdarahan. Sementara itu, sang suami pada saat yang
bersama tidak ada di tempat. Salah satu tradisi yang mempunyai andil
terhadap hal ini adalah tidak berani mengambil keputusan untuk segera
(Arifin, 2004).
Bagi ibu post partum yang pada saat melahirkan dibantu oleh
serta fungsi otot, tetapi dengan bekal pengetahuan yang memadai pada ibu
post partum, pada saat mobilisasi dini mungkin akan berjalan lancar dan
benar.
55
Pada ibu post partum biasanya takut dan enggan untuk bergerak
karena mereka merasa letih, sakit dan khawatir. Mereka berasumsi bahwa
Maka perlu dilakukan suatu pendekatan serta dukungan pada ibu post
adanya luka pada ibu post partum yang benar dan tepat merupakan salah
1. Letih
2. Sakit
3. Khawatir
Perilaku Dampak
Pengetahuan Mobilisasi yang buruk
Dini Ibu
Postpartum
2.2.8. Sintesis
2.3. Kecemasan
respons ancaman non spesifik, biasanya tidak jelas penyebabnya atau tidak
dugaan bahaya, yang mungkin berasal dari dalam atau luar (Kaplan
secara interpersonal.
58
yang dapat terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dapat
terhadap diri, harga diri atau identitas seseorang. Selain itu kecemasan bisa
(Stuart&Sundeen, 1998).
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
hidup tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan
(Hawari, 2001).
kecemasan, yaitu:
2) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap identitas diri, harga
peran
dari kebutuhan social atau tubuh, perpisahan dari orang yang dicintai,
a. Usia
>35 tahun yang secara fisik beresiko tinggi tetapi mereka lebih siap
dalam kesiapan mental dan sudah memiliki anak lebih dari satu dapat
b. Tingkat pendidikan
dari orang terdekat, keluarga ataupun berbagai media masa dan tenaga
c. Penghasilan
d. Pekerjaan
fisik dan moral sehingga akan membuat ibu lebih nyaman, dalam hal
1. Usia
2. Pendidikan
3. Penghasilan Kesiapan Tingkat
4. Pekerjaan kecemasan
5. Dukungan orang
terdekat
Skema 2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Sumber: Mengadop dari Stuart and Sundeen (1998) dalam
Notoadmodjo (2010)
2.3.4. Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan ringan
2. Kecemasan sedang
hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini
3. Kecemasan berat
Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta
ketakuatan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya, karena
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan dan
kematian.
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
Tingkat Kecemasan
Kecemasan Berat
Tingkat Panik
1. Teori Psikoanalitik
a) Kecemasan primer
b) Kecemasan subsekuensi
2. Teori Interpersonal
kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada wal kehidupannya.
tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau tidak setuju
3. Teori perilaku
Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antar dua pilihan yang
4. Teori keluarga
heterogen.
5. Teori biologik
cemas.
a) Konstruktif
b) Destruktif
Konstruktif
Reaksi Kecemasan
Destruktif
a) Respon fisiologis
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare. Respon
panas, rasa dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh
tubuh.
b) Respon perilaku
c) Respon kognitif
d) Respon afektif
Respon Fisiologis
Respon Afektif
pula disertai keluhan somatis (fisik). Adapun gejala pada individu yang
takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung; merasa tegang, tidak
tenang, gelisah, gerakan sering serba salah dan mudah terkejut; takut
sendirian, takut keramaian dan banyak orang; gangguan pola tidur, mimpi-
somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdengung
70
nyeri oto, letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, kening berkerut,
muka tegang, gelisah, tidak dapat diam, dan muka kaget), hiperaktivitas
kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran
panas/dingin, sering buang air seni, diare, rasa tidak enak di hulu hati,
kerongkongan tersumbat, muka merah atau pucat, dan denyut nadi dan
nafas cepat.
kejengkelan umum (seperti rasa gugup, jengkel, tegang dan rasa panik),
dan di tulang punggung, menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak
kekhawatiran. Menurut Sue dkk dalam Haber dan Runyon (2004), ada
diri individu menjadi cemas, sulit untuk berkonsentrasi, sulit untuk tidur,
sulit untuk membuat keputusan, dan terlalu terpaku pada bahaya yang
reaksi fisik dan biologis. Perubahan somatik dapat dilihat dari pernafasan
tidak teratur, dahi berkerut, muka pucat, berdebar-debar, tangan dan kaki
individu merasa tidak nyaman dan sangat khawatir dan gelisah yang
berlebihan.
yang nyata maupun yang hanya dibayangkan (Brunner & Suddarth, 1996).
2003).
Misalnya, masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut; yang secara
dialami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia, sekitar 70- 80%
2003).
perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif
kebutuhan personal.
Postpartum
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
interpersonal.
melakukan mobilisasi dini, minimal sudah turun dari tempat tidur, belajar
duduk dan berjalan sendiri. Pada Ibu postpartum diharapkan tidak perlu
aliran darah tersumbat, serta fungsi otot (laraia, 2005). Berdasarkan teori
Trauma
Perilaku Mobilisasi
Kecemasan
Dini Ibu Postpartum
Beraktivitas
2.3.10. Sintesis
jelas dan menyebar yang dirasakan oleh Ibu Postpartum dalam melakukan
mobilisasi dini yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Bare dan
Smeltzer, 2001).
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik
yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan
mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
77
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer, 2002).
akibat dari adanya kerusakan jaringan dalam serabut darah didalam tubuh
antaranya:
ganglion akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam
medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini
apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus
78
(Fraser, 2009).
penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang
baik.
1. Budaya
dua kategori yaitu tenang dan emosi (Marrie, 2002) pasien tenang
perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji
2. Ansietas
sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti
lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti padda nyeri
4. Efek Plasebo
Hubungan pasien –perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang
2002).
5. Pola Koping
rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-
a. Persepsi Nyeri
b. Ekspresi Nyeri
terbakar, rasa sakit, denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram. Rasa
tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen
atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen
atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya
dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang
2007).
berakhir disini dan serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga
asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden
harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri
yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron
input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan
dari neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri
interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang
jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri
aliran darah perifer, tegangan otot, keringat pada telapak tangan, dan
sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini
berlangsung selama enam bulan atau lebih (Brunner & Suddarth, 2002).
Nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. (a)
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
tegangan otot dan cemas, (b) Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul
yaitu lebih dari enam bulan meliputi nyeri terminal, sindrom nyeri kronis
dan psikosomatik.
antaranya (a) Nyeri somatic dan visceral yaitu bersumber dari kulit dan
jaringan di bawah kulit (supervisial) pada otot dan tulang. Nyeri somatic
(Referrent pain) di mana nyeri terasa pada daerah lain daripada yang
yang menjalar ke bawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi
pada miokardium, (c) Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui
secara fisik, biasanya timbul dari pikiran pasien atau psikologis, (d) Nyeri
phantom dari ektremitas yaitu nyeri pada salah satu ekstremitas yang telah
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih
dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah
nyeri yang dirasakan tetapi yang perlu dipertimbangkan adalah apakah ada
harapan bagi dirinya sendiri dalam mengatasi rasa nyeri (Bobak, 2004).
jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi
dingin atau hangat, terapi musik, hidroterapi dan masase (Bobak. 2004).
sesuatu selain pada nyeri (Brunner & Suddarth, 2002). Distraksi diduga
mengalami nyeri hebat. Dengan nyeri hebat klien mungkin tidak dapat
berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta dalam aktivitas mental atau
musik, suara burung, gemercik air, (3) taktil kinestik: memegang orang
teka-teki silang.
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang
tingkatan intensitas atau merujuk pada skala nyeri sesuai dengan yang
dirasakan oleh pasien, apabila nyeri ringan dengan skore 1-3, skore nyeri
(Suddarth, 2001).
91
klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
nyeri.
lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
1. 0 : Tidak Nyeri
walaupun ibu post partum merasa letih tapi ibu post partum diharuskan
melakukan mobilisasi dini, minimal sudah turun dari tempat tidur, belajar
duduk dan berjalan sendiri. Pada Ibu post partum diharapkan tidak perlu
khawatir dengan adanya jahitan karena mobilisasi dini baik buat jahitan,
untuk ibu post partum yang bedah sesar dalam melakukan mobilisasinya
lebih lamban dan perlu mencermati serta memahami bahwa mobilisasi dini
parah dari seharusnya karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan
Perilaku Mobilisasi
Rasa Nyeri
Dini Ibu Postpartum
Skema 2.12 Hubungan Rasa Nyeri dengan Perilaku Mobilisasi Dini Ibu
Postpartum
Sumber: Disesuaikan dengan Potter dan Perry (2006)
2.4.11. Sintesis
Postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai
tua).
yaitu masa 24 jam pertama setelah persalinan, early postpartum yaitu satu
minggu pertama setelah persalinan dan late postpartum yaitu setelah satu
Dunstall, 2006).
menyusui bayinya. Bayi baru lahir yang lahir sehat secara normal akan
terlihat sadar dan waspada, serta memiliki refleks rooting dan refleks
pada lapisan superfisial akan mengalami nekrotik dan akan keluar cairan
berupa sekret sebagai lochea. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh
penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua. Terdapat tiga fase
Fase ini berlangsung selama satu sampai dua hari. Ibu berharap
setelah melahirkan. Ibu lebih terfokus pada dirinya sendiri. Ibu merasa
mandiri.
yang melibatkan anak. Fase ini merupakan fase penuh stres bagi orang
tua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Suami
dalam hal menagsuh anak, mengatur rumah tangga dan membina karir.
walaupun ibu post partum merasa letih tapi ibu post partum diharuskan
melakukan mobilisasi dini, minimal sudah turun dari tempat tidur, belajar
97
duduk dan berjalan sendiri (Kasdu, 2005). Pada Ibu post partum
tersumbatnya pembuluh darah, dan untuk ibu post partum yang bedah
ibu post partum masih lemah atau memiliki penyakit jantung, tetapi
organ tubuh, aliran darah tersumbat, serta fungsi otot (Imam, 2006).
atas (Suchinchliff, 2009). Oleh karena itu mobilisasi dini berkaitan dengan