5
yaitu PT. Virama Karya selama kurang lebih 10 tahun. Pada tahun 2014
Ir. Mulya Utari Nayuk mendapatkan pekerjaan pada poyek
pembangunan jalan lingkar timur Sidoarjo, karena alasan tertentu
pimpinan PT. Virama Karya memberikan kesuluruhan proyek tersebut
kepada Ir. Sri Mulya Utari Nayuk untuk mengelolanya sendiri dan
mendirikan perusahaannya senidiri. Proyek pembangunan jalan lingkar
timur Sidoarjo inilah yang menjadi proyek pertama CV. Riptaloka
Konsultan.
6
2.1.4 Data Umum Proyek
Nama proyek : Peningkatan Jalan Porong – Krembung (Ljt)
Lokasi Proyek : Kabupaten Sidoarjo
Jenis Proyek : Peningkatan jalan
Pemilik Proyek : Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten
Sidoarjo
Konsultan Pengawas : CV. Riptaloka Konsultan
Kontraktor Pelaksana : PT. Gentayu Cakra Wibowo
Nilai Kontrak : Rp. 5.192.835.000,-
Waktu Pekerjaan : 75 (Tujuh Puluh Lima) hari kalender
Panjang Penanganan : 768 meter
Lebar Perencanaan : 7,5 meter
Lingkup Pekerjaan :
0 0 0 - -
DIV. I UMUM 0 - -
1.2 Mobilisasi 0 - -
1.2.2 (d) Mob / Demob Three Whell Roller (Untuk Pekerjaan Hotmix Manual) Ls 1.00 0.212
0 0 0 - -
2.3.(2)d Pengadaan dan pemasangan U-ditch 60.80 - 120 cm + Cover (G. 20 TON) BH 420.00 16.010
0 0 0 - -
3.1(7) Galian Perkerasan beraspal tanpa cold milling machine M3 56.25 0.246
7
DIV V PERKERASAN BERBUTIR 0 - -
5.5(1) Lapis Pondasi Agregat Semen Klas A (Cement Treated Base) (CTB) M3 346.35 3.429
5.3(2) Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal M3 1,216.88 48.923
0 0 0 - -
6.3(5f) Laston Lapis Aus Perata (AC-WCL) Manual Ton 10.35 0.295
6.3(6e) Laston Lapis Antara Perata (AC-BC(L) Manual Ton 12.88 0.353
0 0 0 - -
7.1 (7) a Beton mutu sedang (K - 250) fc' 20 Mpa M3 2.64 0.087
7.6 (1) Penyediaan Sheet Pile bentuk Flat t:220mm,l:500mm Mcr min 4.86 Ton M1 264.00 3.405
0 0 0 - -
100.000
8
2.1.5 Struktur Organisasi
PENYEDIA JASA
DINAS PU DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN
SIDOARJO
9
2.2 Aktifitas Selama Praktik Kerja Lapangan
2.2.1 Pekerjaan Drainase
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi
yang berkaitan dalam pengolahan banjir (flood protection), sedangkan
irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman. Drainase
merupakan suatu sistim pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan
air di permukaan tanah maupun di bawah tanah, sehingga dengan
demikian drainase dibagi menjadi dua macam, yaitu :
Drainase permukaan
Adalah suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan
air dipermukaan tanah, hal ini berguna untuk mencegah adanya
genangan.
Drainase bawah tanah.
Adalah suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air di
bawah tanah. Hal ini dibuat untuk mengendalikan ketinggian muka
air tanah.
Drainase diperlukan untuk mengalirkan air, baik yang berasal
dari hujan lokal maupun air kiriman dalam tempo yang sesingkat –
singkatnya. Sistem ini juga dimanfaatkan pada musim kering untuk
meningkatkan kondisi tanah yaitu menekan derajat keasinan (salinitas)
di daerah yang bersangkutan. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga
bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan persyaratan
hidupnya.
10
atau male female) dimana pada bagian pertemuan sambungannya
cukup diberikan mortar sebagai penutup nat. Kami menyediakan
berbagai macam ukuran U-ditch seperti berikut : (lihat spesifikasi)
Ukuran dan spesifikasi U-ditch juga dapat disesuaikan dengan
permintaan pelanggan. Keunggulan U-ditch yaitu cepat dan presisi.
Keterangan / Remarks :
1. Mutu Beton karakteristik minimum 350 kg/cm2
2. Mutu Baja Tulungan U-24, U-40 dan U-50 (JIS A5305 ; JIS
5345)
3. Selain tipe diatas menyesuaikan spesifikasi permintaan
B. Material
Adapun material yang digunakan dalam pemasangan U-Ditch
sebagai berikut :
1. U-Ditch 60.80 – 120 cm + tutup (G – 20 Ton)
2. Tutup bak kontrol (manhole) besi tempa 80 x 80 cm (G – 5 Ton)
11
Gambar 2.3 Galian Tanah untuk Pemasangan U-Ditch
Sumber : Dokumen CV. Riptaloka Konsultan
12
2.2.2 Pekerjaan Tanah
1. Galian
Galian merupakan aktivitas atau lokasi di mana manusia
melakukan ekstraksi, ekskavasi, atau penambangan bebatuan, tanah
liat, pasir, kerikil, dan bahan bangunan lainnya.
Dalam proyek peningkatan jalan ini ada 2 galian yang
dilakukan, yaitu galian untuk saluran dan galian untuk bahu jalan.
Dalam pekerjaan ini membutuhkan alat berat berupa Excavator, dan
juga membutuhkan alat gali manual. Dalam proses penggalian ada
beberapa titik yang tidak memungkinkan untuk digali sesuai dengan
gambar rencana khususnya pada galian saluran, sehingga trase untuk
saluran sudah disesuaikan dengan kondisi lapangan dan sudah ada
kesepakatan terhadap pihak yang terkait.
13
Tipe-B : galian tanah endapan, longsoran/puing/debris, diatas
permukaan air untuk normalisasi saluran.
Tipe-C : galian untuk fondasi bangunan irigasi dan bangunan
pelengkap.
Tipe-D : galian dibawah permukaan air pada saluran tanpa upaya
pengeringan/pemompaan.
Tipe-E : galian dasar sungai untuk pembangunan bendung, tanggul
sungai, dan fasilitas lainnya, dimana tanah di lokasi galian
mengandung banyak kerikil, kerakal dan batu.
14
seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat.
Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar
dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras,
pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau
pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan
tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan
yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan
semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm
harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh
dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang memenuhi
syarat dan dipadatkan.
15
pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap
kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki,
harus tidak digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan,
atau tiap bahan galian yang tidak disetujui untuk digunakan
sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar
Daerah Milik Jalan (DAMAJA).
Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh
pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan
galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk
bahan timbunan, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke
tempat pembuangan akhir.
D. Toleransi Dimensi
Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain
galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm
dari yang ditentukan dalam Gambar pada setiap titik, sedangkan
untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1
cm dari yang disyaratkan.
Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai
dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan
harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air
yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
2. Timbunan
Proses timbunan ini dimulai dengan pemadatan tanah
terlebih dahulu, yaitu memadatkan permukaan tanah pada saluran
maupun jalan yang nantinya akan ditingkatkan.
Dalam proyek ini pemadatan memerlukan alat berat berupa
Tandem Roller maupun alat pemadat tanah manual pada titik dimana
alat berat tidak bisa menjangkau.
16
Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan
yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana
yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan
pemadatan kembali.
Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
batas-batas kadar airnya yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan motor
grader atau peralatan lain yang disetujui.
Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti
dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan
motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang
waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif
lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai
dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, bahan
tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering
yang lebih cocok.
Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan
yang disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena
hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan
sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
ketentuan.
17
harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali
tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah
bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu
jalan.
Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989,
harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4
hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD)
seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih
besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan
oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak
boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989)
dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
18
lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan
yang dipilih, dan disetujui akan tergantung pada kecuraman dari
lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang
akan dipikul.
b. Penghamparan Timbunan
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah
disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang
disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu
lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata
sehingga sama tebalnya.
Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi
sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat
19
cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan
untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama
selama musim hujan.
Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur
harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin
segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi,
sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada
sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu
dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di
sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu
atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 14 hari.
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng
timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh
tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan
dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci
pada timbunan lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar
harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan
elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai
elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang
diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat
mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan
ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
20
Gambar 2.6 Penghamparan Timbunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi.
c. Pemadatan Timbunan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan,
setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat
yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan
yang disyaratkan.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya
bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di
bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh
bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-
1989.
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan
atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan
tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta
mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus
21
dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah
yang disyaratkan.
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan
seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum
lapisan berikutnya dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan
bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa
sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa
atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus
dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi
selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada
satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan
atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat
yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan
secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya
struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak
boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang
abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan
peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam
lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15
cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau
timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg.
Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat
perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
22
Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada
batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan
peralatan yang disetujui.
Gambar 2.7 Pemadatan Timbunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi.
23
sudah dalam kondisi siap. Karena pekerjaan penghamparan beton
dilaksanakan diatas perkerasan beraspal.
2. Pemasangan Bekisting / Acuan
a. Bahan dari baja (tebal 6-8 mm)
b. Bila menahan beban tidak mudah melendut
c. Acuan dipasang pada permukaan pondasi atau perkerasan yang
sudah mempunyai kerataan yang sesuai.
d. Pengecoran dan pemadatan dilaksanakan diantara acuan untuk
mencegah kerusakan, acuan dibuka setelah beton mengeras.
24
Gambar 2.8 Proses Pekerjaan Lean Concreate
Sumber : Dokumentasi Pribadi.
25
memberi kebebasan bergeser. Bar dowel adalah batang baja pendek
yang menyediakan sambungan mekanis antara slab tanpa membatasi
gerakan sendi horisontal. Mereka meningkatkan efisiensi transfer
beban pada sambungan slab beton. Kebebasan bergeser dari separuh
panjang Dowel ini perlu diberikan, mengingat beton memiliki
kecenderungan untuk memuai dan menyusut karena pengaruh
perubahan temperatur. Pergerakan susut-muai itulah yang kemudian
diakomodir dengan batang dowel yang dibuat separuh fix dan
separuh move. Jadi fungsi transfer beban tetap ada, sembari memberi
kesempatan beton perkerasan untuk mengalami pergerakan akibat
susut-muai tersebut. Perkerasan jalan beton semen portland atau
sering disebut perkerasan kaku atau juga disebut rigit pavement.
Perkerasan beton yang kaku ini memiliki modulus elastisitas yang
tinggi, mendistribusikan beban terhadap bidang area yang cukup
luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan
diperoleh dari slab beton sendiri. Faktor yang paling penting
diperhatikan dalam perancangan rigid pavement adalah Kekuatan
beton itu sendiri. Sedangkan tie bar merupakan sambungan berupa
baja ulir yang dipasang pada setiap sambungan memanjang dalam
perkerasan kaku dan komposit. Fungsinya untuk mengunci
pergerakan plat beton, sehingga pelat tidak bergerak horizontal.
26
Gambar 2.9 Tata Letak Sambungan pada Perkerasan Kaku
Sumber : Dokumen CV. Riptaloka Konsultan
B. Pelaksanaan Pemasangan
1. Pemasangan Wire Mesh
Bahan yang terdapat dalam material bangunan ini terdiri
dari batang logam, baja atau aluminium dalam jumlah banyak dan
disambungkan satu sama lain dengan cara dilas atau dengan PIN
atau bisa juga menggunakan peralatan yang lain hingga berbentuk
lembaran dan ada juga yang berbentuk gulungan. Untuk ukuran
dan jenis material bangunan tersebut tergantung dari kebutuhan
dan disesuaikan. Sebagai contoh, untuk kebutuhan yang bahan
material tersebut tidak terlalu tebal atau tipis biasanya digunakan
untuk saringan sayuran. Untuk besi wiremesh yang cara
menyambungnya memakai las, biasanya digunakan untuk
konstruksi beton. Material ini di aplikasikan sebelum campuran
atau adukan beton dituangkan. Untuk jenis besi wiremesh yang
sering digunakan untuk konstruksi dalam beton merupakan
27
rangkaian dari batang besi yang saling terkait satu sama lain
sehingga tidak perlu dirangkai lagi. WireMesh yang digunakan
adalah wiremesh pabrikasi M-8
2. Pemasangan Dowel
Kedalaman sambungan ¼ tebal lapis pondasi berbutir, 1/3
Tebal untuk lapis stabilisasi semen.
Setengah panjang besi diberi anti lengket.
Salah satu ujung dari dowel harus terikat sedangka ujung yang
lain bebas.
Ujung yang bebas dari dowel menggunakan capping.
Menggunakan batang pengikat.
Menggunakan besi Polos diameter 32 mm; panjang 50 cm;
jarak antar dowel 30 cm.
Sambungan Dowel dipasang tepat pada tempat berhentinya
pengecoran. Dibuat dengan memasang bekisting melintang
dan Dowel antara plat yang dicor sebelumnya dengan
28
plat yang dicor berikutnya. Apabila kondisi darurat (berhenti
melebihi dari 30 menit karena trouble) maka sambungan min
3.00 m dari dowel terakhir apabila kurang dari itu maka perlu
dibongkar kelebihannya dan ditutup pada dowel terakhir.
29
Gambar 2.12 Pemasangan Tie Bar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
30
Umumnya semakin padat dan keras massa agregat akan semakin
tinggi nilai kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap
penurunan mutu dan akibat pengaruh cuaca).
Beton mempunyai sifat dan karakteristik sebagai berikut:
1. Karakteristik beton mempunyai tegangan hancur tekan yang
tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang
memikul momen lengkung atau tarikan.
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan
terjadi retak yang makin – lama makin besar.
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas
dan dikenal dengan proses hidrasi.
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan
antar butiran sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan
butiran semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton
akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix design) dibuat rekayasa untuk
memeriksa dan mengetahui perbandingan campuran agar
dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton
harus dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang
direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan
elemen konstruksi akan mampu memikul beban luar yang
bekerja padanya.
10. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri
konstruksi.
31
Kelas dan Mutu Beton
Dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
(PBI 1971 N.I.-2) dijelaskan kelas dan mutu beton dibagi menjadi
tiga kelas yaitu :
a. Beton Kelas I
Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan
nonstruktur. Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian
khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap
kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
b. Beton Kelas II
Beton Kelas II adalah beton untuk pekerjaan struktur
secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang
cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga ahli.
Beton Kelas II di bagi dalam mutu standar: Bl, K125, K175,
dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi
pada pengawasan sedang terhadap mutu bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada
mutu K125, K175, dan K225, pengawasan mutu terdiri dari
pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan dengan
mengharuskan pemeriksaan kuat tekan beton secara kontinyu.
c. Beton Kelas III
Beton Kelas III adalah beton untuk pekerjaan
struktural di mana di pakai mutu beton dengan kekuatan tekan
karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang
dilayani oleh tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan
mutu beton secara kontinyu.
32
Macam-macam Jenis Beton
1. Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kekuatan
karakteristik, kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut
dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan
kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang
terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan
gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktur
beton.
2. Beton segar
Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai
diaduk sampai beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah
(masih plastis dan belum terjadi pengikatan) (SNI 03-3976-
1995). Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi ketika
membuat beton segar antara lain yaitu :
a. Sifat-sifat penting yang harus dimiliki beton segar dalam
jangka waktu yang lama, seperti kekuatan, keawetan, dan
kestabilan volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek
ketika beton dalam kondisi plastis (workability) atau
kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregation.
33
Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15 % semen, 16-21
% air, 25-30% pasir, dan 31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak
pada perbandingan jumlah semen dan air, rasio perbandingan air
terhadap semen (W/C ratio) yang semakin kecil akan menambah
kekuatan (compressive strength) beton. Kekuatan beton
ditentukan oleh perbandingan air semen, selama campuran cukup
plastis, dapat dikerjakan dan beton itu dipadatkan sempurna
dengan agregat yang baik (Nugraha dan Antoni, 2007). Beton
mempunyai karakteristik yang spesifikasinya terdiri dari beberapa
bahan penyusun sebagai berikut :
1. Agregat
Agregat adalah material granular, misalnya pasir,
kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai secara
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk
suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNI T-15-1991-
03). Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan jalan, yaitu 90% – 95% agregat berdasarkan
persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan persentase
volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan
juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan (articficial
aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus.
Batasan antara agregat halus dan agregat kasar yaitu 4.80 mm
(British Standard) atau 4.75 mm (ASTM Standard).
a. Agregat Halus
Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir dari
hasil olahan atau gabungan dari keduanya. Agregat pun
dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya
(gradasi), dan tekstur permukaannya. Persyaratan mutu
34
berdasarkan ASTM C33-86 dan berdasarkan SII 0052-80
yang keduanya dicantumkan dalam Peraturan Beton
Indonesia PBI 1971 adalah sebagai berikut :
1) Pasir terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Bersifat kekal
artinya tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik
matahri dan hujan.
2) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah
bagian-bagian yang bias melewati ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya
pasir untuk bahan pembuat beton.
3) Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan
maksimum 3.0%.
4) Agregat halus bebas dari pengotoran zat organik yang
merugikan beton. Bila diuji dengan larutan NaOH dan
dibandingkan dengan warna standar atau pembanding tidak
lebih tua dari warna standar atau warna pembanding. Jika
warna tersebut lebih tua maka agregat tersebut harus ditolak,
kecuali apabila :
a) Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang, lignit
atau sejenisnya.
b) Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat
tekan yang memakai agregat tersebut dengan kuat tekan
yang menggunakan pasir standar silika, menunjukkan nilai
kuat tekan mortar tidak kurang dari 95% kuat tekan mortar
memakai pasir standar.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa batu kerikil (coral)
yang sesuai dengan yang disyaratkan ataupun berupa batu
pecah (split). Syarat-syarat agregat kasar berdasarkan
Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971) adalah sebagai
berikut :
35
1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil (koral) sebagai
hasil pembentukan alami dari batuan atau berupa batu pecah
(split) yang diperoleh dari pemecah batu. Agregat kasar adalah
agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 5mm.
2) Agregat kasar tidak boleh berpori dan terdiri atas batuan keras.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dapat
dipakai asalkan jumlahnya tidak melebihi dari 20% dari berat
total agregat. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal
artinya tak pecah atau hancur oleh pengaruh terik matahari
ataupun hujan.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
dari berat kering dan tidak boleh mengandung zat-zat yang
merusak beton. Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang melewati ayakan 0.063 mm (no.200). Apabila
kadar lumpur lebih dari 1% maka agregat tersebut harus dicuci.
4) Kekerasan dari butiran-butiran agregat kasar diperiksa dengan
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton,
dengan mana harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Tak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5-19 mm lebih dari
24% berat.
b) Tak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari
22% berat. Kekerasan dapat diketahui dengan mesin Los
Angles dimana tidak terjadi kehilangan berat hingga 50%.
Besar butir agregat maksimum, tidak boleh lebih besar dari
1/5 jarak terkecil bidang-bidang samping dari cetakan.
2. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland
terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis
dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa
satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI 15-2049-2004).
36
Unsur utama yang terkandung dalam semen dapat digolongkan
ke empat bagian utama, yaitu : trikalsium silikat (C3S),
dikalsium silikat (C2S), trikalsium aluminat (C3A), dan
tetrakalsium aluminoferit (C4AF). Menurut Tjokrodimuljo
(1996) bahwa unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar
(70% - 80%) dan paling dominan dalam memberikan sifat
semen.
Perubahan komposisi kimia semen, yang dilakukan
dengan cara mengubah persentase 4 komponen utama semen,
dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Standar industri di Amerika (ASTM) maupun
di Indonesia (SNI) mengenal 5 jenis semen, yaitu :
a. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang
tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
b. Jenis II, yaitu semen portland untuk penggunaan yang
memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah
pengikatan terjadi.
d. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
menuntut panas hidrasi yang rendah.
e. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan yang sangat baik terhadap sulfat.
3. Air
Air diperlukan pada pembentukan beton, air sangat
berperan penting dalam pembuatan beton. Semen tidak dapat
menjadi pasta tanpa adanya air, air bertujuan agar terjadi
hidrasi semen, membasahi agregat dan memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dibutuhkan agar
terjadi proses hidrasi tidaklah banyak, yaitu sekitar 20% dari
berat semen. Tetapi untuk tujuan ekonomis dapat ditambahkan
lebih banyak air, sehingga lebih banyak agregat yang
37
dipergunakan, dengan demikian dapat dihasilkan lebih banyak
beton. Namun pemakaian air harus dibatasi, sebab penggunaan
air yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya mutu
beton.
Dalam proses pembuatan beton, air memegang
peranan penting karena nilai perbandingan jumlah air dan
semen atau faktor air semen (w/c ratio) akan berpengaruh
pada :
a. Kekuatan beton (strength of concrete)
b. Kemudahan pengerjaan (workability)
c. Kestabilan volume (volume stability)
d. Keawetan beton (durability of concrete)
Selain itu faktor penggunaan air juga ditentukan oleh
jenis agregat, terutama agregat halus (pasir) yang mempunyai
luas permukaan lebih besar dari agregat kasar (batu pecah).
Jenis agregat halus yang berbeda dapat mempengaruhi
pemakaian air, tergantung dari sifat penyerapannya. Jika sifat
penyerapannya lebih besar maka akan membutuhkan banyak
air, begitu juga sebaliknya apabila penyerapannya rendah maka
tidak memerlukan banyak air. Air yang digunakan dalam
pembuatan beton harus memenuhi syarat, dimana air yang
digunakan dalam campuran beton harus air yang bersih, tidak
mengandung minyak, asam, alkali, dan zat organis atau bahan
lainnya yang dapat merusak beton dan tulangan.
4. Bahan Tambah Beton (admixtures)
Bahan tambah (admixtures) pada pencampuran beton
sangat berpengaruh dan berperan penting, walaupun
penggunaan bahan tambah tersebut relatif lebih sedikit akan
tetapi pengaruh yang dihasilkan cukup besar terhadap beton.
Bahan tambah beton ini berguna untuk mengubah karakteristik
beton, dimana dengan penambahan bahan tambah ini beton
dapat dikendalikan waktu pengikatannya (mempercepat dan
38
memperlambat pengerasan), mereduksi kebutuhan air dan
menambahkan kemudahan pengerjaan beton (meningkatkan
slump), serta memberikan kuat tekan yang tinggi. Bahan
tambah beton terdiri dari bahan tambah kimia (chemical
admixtures) dan bahan tambah mineral (mineral admixtures).
Menurut SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan
Tambahan Untuk Beton), bahan tambah kimia dapat dibedakan
menjadi 5 (lima) jenis yaitu :
a. Bahan tambah kimia untuk mengurangi jumlah air yang
dipakai. Dengan pemakaian bahan tambah ini diperoleh
adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan yang sama,atau diperoleh kekentalan adukan
lebih encer pada faktor air semen yang sama.
b. Bahan tambah kimia untuk memperlambat proses ikatan
beton. Bahan ini digunakan misalnya pada satu kasus
dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat
penuangan adukan cukup jauh, sehingga selisih waktu
antara mulai pencampuran dan pemadatan lebih dari 1 jam.
c. Bahan tambah kimia untuk mempercepat proses ikatan dan
pengerasan beton. Bahan ini digunakan jika penuangan
adukan dilakukan dibawah permukaan air, atau pada
struktur beton yang memerlukan waktu penyelesaian segera
misalnya perbaikan landasan pacu pesawat udara, balok
prategang,jembatan dan sebagainya.
d. Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk
mengurangi air dan memperlambat atau mempercepat
proses ikatan.
39
Seluruh air campuran harus masuk dalam mesin pengaduk
sebelum ¼ masa pengadukan selesai.
Waktu pengadukan minimal 60 detik atau 75 detik dengan cara
masinal, semi masinal, dan manual.
2. Pengangkutan Beton Semen
Pengangkutan dapat menggunakan tipping truck atau truck
mixers (agitator)
Non agitating, waktu sejak semen dicampurkan sampai
kelokasi tidak boleh lebih dari 45 menit ( beton normal) dan 30
menit (beton yang mengeras lebih cepat, atau temperatur >
30˚c
Agitator, waktu yang diizinkan < 60 menit (beton normal) dan
lebih pendek lagi untuk beton cepat mengeras atau temperatur
> 30˚c.
40
Gambar 2.13 Penghamparan Adukan Beton
Sumber : Dokumentasi Pribadi
41
Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk
mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak. Mesin
penggetar yang dioperasikan secara manual tidak boleh berada di
satu titik yang digetarkan lebih dari 5 detik, dengan jarak titik satu
dengan titik lainnya antara 25 – 30 cm.
42
Keenceran dan kekentalan adukan yang memungkinkan
pengerjaan beton (penuangan, perataan, pemadatan) dengan
mudah kedalam adukan tanpa menimbulkan kemungkinan
terjadinya segresi atau pemisahan agregat.
Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air,
korosi, dan lain-lain).
Memenuhi uji kuat tekan yang hendak dipakai.
Penghitungan waktu ikat (setting time) bertujuan untuk
mengetahui seberapa lama beton melewati tahap plastis menuju
tahap pengerasan. Pada saat mortar semen tersebut mulai
mengikat sehingga setelah waktu tersebut dilalui, mortar semen
tidak boleh diganggu lagi ataupun diubah kembali kedudukannya.
Pada proses pekerjaan ini nilai slump masih memenuhi
persyaratan yang di tentukan dengan nilai slump 5 cm dengan
toleransi 2 cm.
43
D. Pembentukan Tekstur Permukaan (Grooving)
1. Setelah dipadatkan permukaan beton harus diratakan.
2. Permukaan beton langsung di grooving atau dilakukan
penggarukan dengan menggunakan paku paku untuk membuat
alur pada permukaan beton. Dengan jarak antar paku 1 – 2.5 mm
dengan kedalaman alur 3 mm.
44
alat penyemprot. Bila dilakukan secara manual, sebaiknya
menggunakan alat penyemprot manual yang teruji.
G. Proses Curing
1. Setelah finishing dan grooving.
2. Dianjurkan menggunakan curing.
3. Pemakaian curing :
cara mekanis 0.22 – 0.27 lt /m2
cara manual 0.27 – 0.36 lt / m2
4. Setelah itu dianjurkan menutup seluruh permukaan dengan
burlap atau goni yang dibasahi air min. selama 7 hari.
5. Curing bertujuan supaya material yg membentuk kulit diatas
permukaan beton dan mengurangi tingkat hilangnya kadar air
pada beton.
45
6. Pada keadaan kering, berangin atau kondisi cuaca yg tidak
menguntungkan dapat menghasilkan retak plastis shringkage.
7. Penyemprotan penahan penguapan (evaporation retarder) segera
dilakukan setelah finishing dan sebelum semua air bebas
menguap pada permukaan, akan membantu mencegah
terbentuknya retak.
46
secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya sambungan yang
kasar.
Kecenderungan retak susut akibat keterlambatan
penggergajian pada sambungan memanjang lebih kecil dibanding
pada sambungan melintang.
47
4. Sebelum pelaksanaan kontraktor hrs mengajukan proposal
material yang dipakai beserta spesifikasinya.
5. Lubang harus bersih dan kering (dikompressor).
6. Agar hasil bagus pengecoran sealant dilakukan 2 kali, ½
bagian2
7. Sambungan ditutup dgn sealant untuk mencegah masuknya
material yg tidak diinginkan.
8. Ada banyak sistem sealant yang tersedia.
9. Pertimbangan pemilihan material penutup meliputi, lingkungan,
biaya, kinerja jenis sambungan dan jarak/celah sambungan.
10. Sealing adalah mencegah masuknya incompresible object
memasuki reservoir joint, ada joint filler berbentuk aspal cair
untuk mencegah incompressible material masuk sambungan.
48
2.4 Pemecahan Masalah yang Diambil
Untuk mengatasi masalah teknis, truck mixer yang nilai slumpnya
tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan kepada pihak perusahaan dan
meminta diganti dengan kondisi yang baru. Sedangkan solusi yang diambil
dari keterlambatan proses kegiatan adalah dengan menambah waktu kerja,
dan juga melakukan sub kegiatan baru dengan sub kegiatan yang lama secara
bersamaan sehingga pada akhirnya seluruh proses kegiatan proyek
peningkatan jalan Porong – Krembug (Ljt) sesuai dengan time schedule.
Solusi yang diambil untuk mengatasi masalah non teknis ini adalah
bekerja sama dengan pihak kepolisian bertujuan untuk mengatur lancarnya
arus lalu lintas apa bila truck mixer mulai memasuki lokasi proyek. Pihak
konsultan dan kontraktor dengan pihak desa yang terkait perlu melalukan
sosialisasi kepada warga sekitar memberikan penyuluhan terhadap proyek
tersebut bahwa proyek tersebut bertujuan untuk memperlancar arus lalu lintas
di area sekitar.
49