Anda di halaman 1dari 10

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berbasis akrual terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, yang jika diuraikan adalah sebagai
berikut:

1.Laporan Realisasi Anggaran;

2.Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

3.Laporan Operasional;

4.Laporan Perubahan Ekuitas;

5.Neraca;

6.Laporan Arus Kas;

7.Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan pelaksanaan anggaran adalah Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, sedangkan yang termasuk laporan finansial adalah Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas. Komponen-komponen laporan keuangan
tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh
entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasinya.

A. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar
dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang.

Apabila suatu entitas memiliki aset/barang yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan
pemerintahan, dengan adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca maka
akan memberikan informasi mengenai aset/barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi
berikutnya (aset lancar) dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka panjang (aset nonlancar).

Konsekuensi dari penggunaan sistem berbasis akrual pada penyusunan neraca menyebabkan
setiap entitas pelaporan harus mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-
jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan.

Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan bermanfaat untuk menilai
likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan. Sedangkan informasi tentang tanggal penyelesaian aset
nonkeuangan dan kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk mengetahui apakah
aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar dan kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang.

Unsur-unsur Neraca

A. Definisi Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas.

Neraca adalah sebuah daftar aktiva dan kewajiban organisasi pada saat tertentu. Selisih antara
aktiva dan kewajiban disebut ekuitas. Modal dapat dikatakan sebagai aktiva yang dimiliki oleh pemilik
organisasi yaitu jumlah yang akan tersisa jika seluruh kewajiban dibayar. Neraca adalah pernyataan dari
persamaan akuntansi dasar. Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
Tiga komponen yang terdapat pada neraca didefinisikan sebagai berikut :
Aktiva (Asset), “merupakan kemungkinan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang
diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil transaksi atau kejadian di masa lalu”.. Jika
sebuah perusahaan secara ekonomi memiliki kendali terhadap manfaat ekonomi masa depan atas suatu
benda, maka benda tersebut dikategorikan sebagai aktiva, tanpa melihat apakah benda tersebut dimiliki
secara sah atau tidak.
Kewajiban (Liabilities), “merupakan kemungkinan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa
kepada entitas lain pada masa yang akan datang sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu “.
Ekuitas (Equity), merupakan sisa kepemilikan atas aktiva dari suatu entitas setelah dikurangi
kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah perusahaan, modal mencerminkan bagian kepemilikan.

B. Unsur-unsur Aktiva

Aktiva Lancar (current assets), adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat
dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi,
tergantung mana yang lebih panjang. Aktiva lancar disajikan dalam neraca menurut urutan likuiditas.
Lima pos penting dari aktiva lancar adalah kas (cash), investasi jangka pendek (short term investment),
piutang (account receivable), persediaan (inventory), pembayaran dimuka (Prepayment).
1. Kas (Cash), dilaporkan pada nilai ditetapkannya. Dimana kas dilaporkan ? tergantung disposisi
dari kas. Suatu kas yang penggunaannya tidak dibatasi dilaporkan sebagai aktiva lancar, begitu juga kas
yang penggunaannya dibatasi untuk membayar kewajiban yang segera jatuh tempo, Namun jika
pembatasan tersebut terjadi karena akan digunakan selain pelunasan hutang lancar, maka tidak boleh
dilaporkan sebagai aktiva lancar, tapi sebagai aktiva lain-lain.
2. Investasi Jangka Pendek (dalam sekuritas), dikelompokkan ke dalam tiga portfolio yang
terpisah untuk tujuan penilaian dan pelaporan. Sekuritas yang dipegang-hingga jatuh tempo (held-to-
maturity) dan sekuritas yang tersedia untuk dijual (available-for-sale) dapat diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar atau tidak lancar tergantung kondisinya, sedang semua sekuritas diperdagangkan (trading)
apakah itu sekuritas hutang atau ekuitas diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
3. Piutang (Account Receivable), semua hal yang terkait dengan piutang seperti kerugian yang
diantisipasi akibat piutang tidak tertagih, jumlah dan sifat dari piutang non dagang, serta setiap piutang
yang didiskontokan atau digadaikan sebagai jaminan harus diidentifikasi dengan jelas.
4. Persediaan (inventory), untuk menyajikan persediaan secara tepat, dasar penilaian yaitu mana
yang terendah antara biaya dan harga pasar, serta metode penetapan harga yaitu fifo, lifo atau linnya harus
diungkapkan.
5. Beban Dibayar di Muka, yang termasuk dalam aktiva lancar adalah pengeluaran yang telah
dilakukan untuk manfaat yang akan diterima dalam waktu satu tahun atau siklus operasi, tergantung mana
yang lebih panjang. Aktiva tidak lancar adalah seluruh aktiva yang tidak diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar. Aktiva tidak lancar disajikan dalam kelompok yang berbeda-beda, seperti investasi jangka
panjang, property, pabrik dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva lainnya.
1. Investasi yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang seperti untuk memperoleh penghasilan
rutin laba, kendali atas kepemilikan perusahaan dikelompokkan dalam investasi. Sekuritas hutang atau
ekuitas yang dibeli untuk tujuan investasi dan tidak untuk dijual dalam waktu satu tahun diklasifikasikan
sebagai investasi jangka panjang.
2. Properti, Pabrik dan Peralatan (Property, Plant and Equipment / PPE), yang berwujud dan
bersifat permanen (selain tanah) digunakan dalam operasi bisnis dimasukkan dalam kelompok Propert,
Pabrik, dan Peralatan dan disajikan pada biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Jika
nilai sekarang dari property berwujud lebih kecil dari biaya perolehan yang telah dikurangi akumulasi
penyusutan, maka aktiva tersebut mengalami penurunan manfaat atau nilai (impairment).
3. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset), merupakan asset yang tidak memiliki substansi
fisik dan biasanya mempunyai tingkat ketidakpastian terkait dengan manfaat masa depannya. Aktiva ini
merupakan hak jangka panjang yang Rdiperoleh perusahaan, digunakan dalam operasi perusahaan.
Aktiva tidak berwujud meliputi goodwill, hak patent, hak cipta, waralaba (franchise), formula, merek
dagang dan sebagainya.
4. Aktiva Lainnya (Other Assets) merupakan semua aktiva yang tidak dapat dikelompokkan
dalam 3 kelompok sebelumnya. Bentuk aktiva ini sangat bervariasi dalam praktek. Umumnya meliputi
beban yang ditangguhkan seperti beban pajak yang ditangguhkan yang terjadi akibat perhitungan laba
kena pajak melebihi laba yang dilaporkan pada periode tersebut, uang muka kepada anak perusahaan dan
lain-lain.

C. Unsur-unsur Passiva

Kewajiban Lancar (short term liabilities), atau kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang
diharapkan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau dengan menciptakan kewajiban jangka
pendek lain. Secara umum, jika suatu kewajiban diharapkan dapat dibayar dalam waktu 12 bulan, maka
diklasifikasikan sebagai hutang lancar. Hutang yang timbul dari kegiatan operasi normal walaupun tidak
dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan sebagai lancar selama hutang tersebut akan dibayar
dalam satu siklus operasi yang mungkin lebih dari 12 bulan. Selain hutang usaha dan pinjaman jangka
pendek, kewajiban lancar juga terdiri dari beban-beban yang masih harus dibayar.
Kewajiban Jangka Panjang (Long Term Liabilities), merupakan kewajiban yang diperkirakan
secara memadai tidak akan dilikuidasi dalam siklus operasi normal, melainkan akan dibayar diluar
tanggal waktu tersebut. Kewajiban jangka panjang disajikan dalam beberapa kelompok seperti, hutang
obligasi, wesel bayar, sebagian pajak penghasilan yang ditangguhkan, kewajiban pension dan lain-lain.
Secara umum kewajiban jangka panjang terdiri dari tiga jenis yaitu : 1. Kewajiban yang berasal dari
situasi pembiayaan khusus, seperti penerbitan obligasi, kewajiban leasing jangka panjang, dan wesel
bayar jangka panjang.
2. Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti kewajiban pension, kewajiban
pajak penghasilan yang ditangguhkan. 3. Kewajiban yang tergantung pada terjadi tidaknya suatu kejadian
di masa depan atau disebut kewajiban bersyarat (contingent liabilities) seperti kewajiban garansi.
Ekuitas Pemilik. Metode untuk melaporkan ekuitas pemilik bervariasi sesuai bentuk usaha
perusahaan. Untuk bentuk perusahaan perorangan, ekuitas pemilik disajikan pada sebuah perkiraan modal
tunggal. Saldo perkiraan ini adalah hasil akumulasi dari investasi pemilik, penarikan oleh pemilik, dan
laba atau rugi masa lalu. Untuk persekutuan, perkiraan modal ini dibentuk untuk masing-masing sekutu
(partner). Saldo perkiraan ini mengikhtisarkan jumlah investasi, penarikan dan bagian laba atau rugi masa
lalu untuk masing-masing sekutu. Sedang untuk sebuah perseroan, selisih antara aktiva dan kewajiban
disebut ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) atau ekuitas pemilik. Dalam menyajikan ekuitas
pemilik pada neraca, terdapat perbedaan antara ekuitas yang berasal dari modal disetor (paid in capital)
atau modal kontribusi dan ekuitas yang berasal dari laba disebut laba ditahan (retained earning). Pada
umumnya, perhitungan analis laporan keuangan menggunakan total ekuitas pemegang saham dan tidak
membedakan antara modal kontribusi dan laba ditahan. Namun untuk tujuan tertentu, pembedaan tersebut
adalah penting.
Kelompok Ekuitas Pemegang Saham 1. Modal Saham (Common Stock), Nilai dari atau
ditetapkan atas saham yang diterbitkan. 2. Modal Disetor Tambahan (Additional Paid in Capital),
Kelebihan jumlah yang dibayarkan diatas nilai pari atau ditetapkan. 3. Laba Ditahan (Retained Earning),
Laba korporasi yang tidak didistribusikan.

B. Laporan Arus Kas

Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis
akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap periode penyajian laporan keuangan
sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan
menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum atau
unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.

Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Kas adalah uang baik yang dipegang secara tunai oleh bendahara maupun yang disimpan pada
bank dalam bentuk tabungan/giro. Sedangkan setara kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas,
investasi jangka pendek harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa
ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau
investasi dimaksud mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Laporan Arus Kas mempunyai ciri khas dalam penyajiannya. Tidak seluruh entitas menyajikan
Laporan Arus Kas. Laporan ini hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Hal ini
diatur dalam paragraf 12 PSAP 03 yang berbunyi sebagai berikut: Entitas pelaporan yang wajib
menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan. Selanjutnya dalam paragraf 13 disebutkan: unit organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau
kuasa bendaharawan umum negara/daerah.
Di pemerintah pusat unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah bendaharawan umum
negara. Di pemerintah daerah unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah Bendahara Umum
Daerah (BUD). Dengan demikian yang membuat Laporan Arus Kas di pemerintah pusat adalah
Bendahara Umum Negara dan di pemerintah daerah Bendahara Umum Daerah.

Pada pemerintah daerah, entitas pelaporan yaitu entitas yang menyajikan laporan keuangan yang
dimaksudkan untuk tujuan umum hanya satu. Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bukan merupakan
entitas pelaporan. Dengan demikian SKPD bukan tidak membuat Laporan Arus Kas.

Lain halnya di pemerintah pusat. Kementerian/Lembaga merupakan entitas pelaporan tetapi tidak
membuat Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas hanya dibuat oleh Bendaharawan Umum Negara yaitu
Menteri Keuangan.

1.Sumber Data Penyusunan Laporan Arus Kas

Sumber data yang penting di dalam penyusunan Laporan Arus Kas pemerintah daerah secara
komprehensif untuk suatu periode tahun anggaran meliputi :

1. Laporan neraca awal tahun anggaran dan akhir tahun anggaran (untuk mengetahui saldo awal
Kas di Kas Daerah dan Saldo Akhir Kas di Kas Daerah ).

2. Laporan Perhitungan Anggaran tahun anggaran berjalan.

3. Buku-buku besar pendapatan dan belanja tahun anggaran berjalan dan buku pembantu terkait.

4. Buku-buku besar penerimaan dan pengeluaran kas kepada pihak ketiga (transaksi non
anggaran) dan buku pembantu yang terkait.

2. Metode Penyajian Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas dapat disajikan dalam dua metode. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari
aktivitas operasi dengan cara:

a. Metode Langsung

Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.

b. Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi transaksi operasional nonkas,
penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan
datang, serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi
aset nonkeuangan dan pembiayaan.

Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan
arus kas dari aktivitas operasi. Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di masa yang akan datang;
b. Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan

c. Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat langsung diperoleh dari
catatan akuntansi.

Disamping itu, dengan basis yang dianut saat ini belum memungkinkan digunakannya metode tidak
langsung. Transaksi-transaksi nonkas tidak secara langsung mempengaruhi posisi kas dan penangguhan-
penangguhan tidak dapat disajikan. Oleh karena itu sangat beralasan jika metode yang disarankan untuk
digunakan adalah metode langsung.

Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh
dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi
pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan
diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan sedangkan pembayaran bunga utang pada umumnya akan
diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke
dalam aktivitas investasi.

Untuk mengetahui perbedaan antara aktivitias operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris,
berikut dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. AKTIVITAS OPERASI

Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan
operasional pemerintah selama satu periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan
indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk
membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan
dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari: Penerimaan Perpajakan;
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); Penerimaan Hibah; Penerimaan Bagian Laba perusahaan
negara/daerah dan Investasi Lainnya; Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
Penerimaan Transfer. Sedangkan arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
Pembayaran Pegawai; Pembayaran Barang; Pembayaran Bunga; Pembayaran Subsidi; Pembayaran
Hibah; Pembayaran Bantuan Sosial; Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan Pembayaran
Transfer.

Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan persediaan,
yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain, yang
peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai
aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

B. AKTIVITAS INVESTASI

Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas
dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan
pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.

Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari: Penjualan Aset Tetap; Penjualan Aset
Lainnya; Pencairan Dana Cadangan; Penerimaan dari Divestasi; Penjualan Investasi dalam bentuk
Sekuritas. Sedangkan arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari: Perolehan Aset Tetap; Perolehan
Aset Lainnya; Pembentukan Dana Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah; Pembelian Investasi dalam
bentuk Sekuritas.

C. AKTIVITAS PENDANAAN

Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan
dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari
aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan
atau pemberian pinjaman jangka panjang.

Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain: Penerimaan utang luar negeri; Penerimaan
dari utang obligasi; Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah; Penerimaan kembali
pinjaman kepada perusahaan negara. Sedangkan Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
Pembayaran pokok utang luar negeri; Pembayaran pokok utang obligasi; Pengeluaran kas untuk
dipinjamkan kepada pemerintah daerah; Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.

D. AKTIVITAS TRANSITORIS

Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK),
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.
PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar
atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.

Hubungan Laporan Arus Kas Dan Neraca

Paragraf 52 PSAP 03 menyebutkan “Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan


setara kas dalam Laporan Arus Kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di Neraca”.
Artinya, ada hubungan atau kesesuaian antara jumlah-jumlah yang ada dalam Laporan Arus Kas
dan Neraca.

Untuk menjelaskan hubungan Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran tersebut diambil contoh
di bawah ini. Misalkan di awal tahun 2005 sebuah entitas pemda memiliki struktur kas sebagai
berikut:

- Kas di Kas Daerah Rp 60.000,00

- Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 8.000,00

- Kas di Bendahara Penerimaan Rp 3.000,00

Pada tanggal 10 Januari 2005 saldo kas yang ada di Bendahara Pengeluaran disetorkan ke Kas
Daerah. Selama tahun 2005 Pemda tersebut menerima pendapatan sebesar Rp740.000,00 dan
mengeluarkan belanja sebesar Rp700.000,00. Dalam realisasi pendapatan termasuk yang berasal
dari pendapatan yang telah diterima oleh Bendahara Penerimaan. Belanja tersebut termasuk
pengeluaran dari Bendahara Pengeluaran yang sudah di-SPJ-kan dan telah terbit SPM/SP2D GU
Nihil sebesar Rp250.000,00. Nilai Uang Persediaan awal yang diterima oleh Bendahara
Pengeluaran dari Kas Daerah adalah sebesar Rp259.000,00. Dengan demikian jumlah belanja
yang dibayar langsung oleh Kas Daerah hanya sebesar Rp450.000,00. Dengan transaksi di atas
maka dalam Neraca per 31 Desember 2005, saldo Kas di Kas Daerah pada akhir tahun sebesar
Rp99.000,00, dan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp9.000,00. Hal ini dapat dilihat
dalam bentuk saldo buku besar sebagai berikut :
Kas di Kas Daerah

Uraian Debet Kredit Saldo

Saldo Awal 60.000

Setoran dari Bend Pengeluaran 8.000 68.000

Pendapatan 740.000 808.000

Pengeluaran ke Bend Pengel 259.000 549.000

Pengeluaran Belanja 450.000 99.000

Kas di Bendahara Pengeluaran

Uraian Debet Kredit Saldo

Saldo Awal 8.000

Setoran ke Kas Daerah 8.000 -

Penerimaan UP dari Kas


Daerah 259.000 259.000

Pengeluaran Belanja 250.000 9.000

Transaksi selama satu tahun di atas mengakibatkan kenaikan kas sebesar Rp40.000,00
yang terdiri dari kenaikan Kas di Kas Daerah sebesar Rp39.000,00 dan kenaikan Kas di
Bendahara Pengeluaran sebesar Rp1.000,00. Kenaikan Kas di Kas Daerah adalah selisih antara
pendapatan sebesar Rp740.000,00 dengan belanja sebesar Rp700.000,00 serta selisih antara
pembentukan UP dan penerimaan pengembalian UP (Rp259.000,00-258.000,00). Diasumsikan
bahwa pada akhir tahun terdapat Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp4.500,00 bagaimana
melaporkan posisi kas awal dan akhir serta kenaikan kas dalam Laporan Arus Kas? Mengikuti
Ilustrasi yang ada di PSAP 03 maka kenaikan kas serta posisi awal dan posisi akhir akan
dilaporkan sebagai berikut:

- Kenaikan Kas Rp 39.000,00

- Saldo Awal Kas di BUD Rp 60.000,00

- Saldo Akhir Kas di Kas Daerah Rp 99.000,00


- Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 9.000,00

- Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Rp 4.500,00

- Saldo Akhir Kas Rp 112.500,00

Saldo akhir kas dalam Laporan Arus Kas adalah sebesar Rp112.500,00.

Anda mungkin juga menyukai