Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

KONSELOR SEKOLAH ABAD 21: TANTANGAN DAN PELUANG

Dini Rakhmawati
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas PGRI Semarang
e-mail: dinirakhmawati@upgris.ac.id

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Perkembangan teknologi terutama dalam bidang informasi dan
Diterima April 2017 komunikasi pada abad 21 telah memberikan pengaruh yang signifikan
Disetujui Mei 2017 bagi pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia. Saat ini kita
berada pada era kompetitif yang semakin ketat, dibutuhkan persiapan
Dipublikasikan Juni
yang matang untuk membentuk sumber daya manusia (human
2017
resources) yang unggul. Konselor sekolah adalah garis depan kesehatan
Kata Kunci: mental profesional bagi siswa dan keluarga, ini merupakan tantangan
konselor sekolah, yang cukup berat mengingat permasalahan siswa saat ini semakin
abad 21 kompleks. Komponen penting dalam mengubah tantangan menjadi
Keywords: peluang adalah dengan terus berlatih mengembangkan diri,
school counselor, the mempelajari keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan siswa
21st century masa kini. Keterampilan yang paling dibutuhkan saat ini adalah
keterampilan kompetensi budaya dan penguasaan teknologi.
Abstract
Technological developments, especially in the field of information and
communication in the 21st century has a significant influence for guidance
and counseling services in Indonesia. Currently we are in a competitive era of
increasingly tight, it takes preparation to establish a human resources are
superior. School counselors are the front-line mental health professionals to
students and families, this is a tough challenge given the student problems of
today's increasingly complex. An important component in turning challenges
into opportunities is to keep practicing to develop themselves, learn new skills
that match the needs of the students of today. The skills most needed now is a
cultural competency skills and mastery of technology.
DOI: http://dx.doi.org/10.24176/jkg.v3i1.1067
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 58
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

PENDAHULUAN untuk membentuk sumber daya manusia


Di Indonesia terdapat tudingan (human resources) yang unggul.
kegagalan kurikulum sebagai alat Adapun kecakapan yang
pendidikan yaitu tidak membentuk karakter seyogyanya dimiliki guru di abad 21
yang ditandai dengan maraknya tawuran menurut Griffin & Mc Gaw (2012) terbagi
pelajar, angka seks bebas yang semakin menjadi empat kecakapan penting yaitu way
tinggi; mutu rendah (nilai ujian); dan tidak of thingking, way of working, tool of working,
membangun generasi gemilang. Kurikulum dan living in the word. Kecakapan siswa di
terdahulu dianggap memiliki kelemahan abad 21 yang pertama yaitu way of thingking,
yaitu siswa menjadi individualis dan tidak seperti kreativitas, inovasi, berfikir kritis,
dapat bekerja dalam tim padahal kemampuan menyelesaikan masalah,
kemampuan untuk berinteraksi, saling kemampuan mengambil keputusan,
menghargai, berempati, inovatif sangat kemauan untuk belajar, dan kemampuan
penting dalam kehidupan. untuk mengontrol aspek
Dalam rangka mendukung kognitif(metakognisi). Kecakapan yang
pembelajaran kolaboratif, pendidikan di kedua yaitu way of working, di dalamnya
abad 21 berusaha mengembangkan metrik termasuk kemampuan komunikasi dan
untuk menguji kemampuan tersebut. kerjasama. Kecakapan yang k etiga yaitu
Pendidikan abad 21 di harapkan dapat tool of working, antara lain kemampuan
menjawab kekurangan kurikulum terdahulu literasi informasi dan memiliki kemampuan
dan ini mendukung Indonesia dalam memanfaatkan tehnologi informasi dan
menyiapkan generasi emas 2045 yaitu komunikasi (melek ICT). Kecakapan yang
manusia yang beriman dan bertakwa kepada keempat yaitu living in the world, antara lain
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kecakapan menjadi warga negara dan warga dunia yang
global traskultural sebagai warga dunia baik, memiliki pemahaman tentang
dengan kecakapan berfikir tinggi disertai kehidupan dan karier yang baik, memiliki
penguasaan teknologi yang meletakan dasar tanggung jawab pribadi dan sosial, serta
pemanfaatan ilmu dan teknologi pada nilai, memiliki kesadasaran dan kompetensi
etika kultural dan nasionalisme. kultural.
Perkembangan ilmu pengetahuan Abad 21 menuntut kecakapan gobal
diakui melaju pesat di abad 21, terutama dalam hal cara berfikir, bekerja, penguasaan
bidang teknologi, informasi dan komunikasi teknologi, dan sebagai warga dunia.
yang membuat beragam informasi dari Diperlukan pendidikan yang menekankan
berbagai negara mampu diakses dengan pada potensi peserta didik dalam setting
instan, cepat, mudah, murah oleh siapa saja, pembudayaan, konselor sekolah harus
kapan saja dan di mana saja. Namun memiliki kesadaran penuh dalam konteks
demikian, pada abad ini permasalahan yang lokal maupun nasional, serta memiliki
dihadapi manusia juga semakin komplek, kesadasaran kultural. Pemberian layanan
termasuk generasi muda kita. Generasi muda yang diberikan sesuai dengan perkembangan
era ini, memiliki tantangan yang berbeda zaman, oleh karenanya selain siswa,
dengan generasi sebelumnya. Generasi muda Konselor sekolah juga seyogyanya memiliki
saat ini adalah generasi muda yang dibanjiri kecakapan global transkultural sebagai
“kemudahan” dari berbagai sisi. Kemudahan warga dunia, dan kecakapan berfikir tinggi
ini memiliki dua sisi, dapat berdampak disertai penguasaan teknologi yang
negatif juga berdampak positif. Saat ini kita meletakan dasar pemanfaatan ilmu dan
berada pada era kompetitif yang semakin teknologi pada nilai dan etika kultural.
ketat, dibutuhkan persiapan yang matang

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 59
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

PEMBAHASAN pendidikan di mana koselor sekolah dan


Pada tatanan global Robert B Tucker, siswa berada.
2001 (dalam Surya, 2011) mengidentifikasi 2. Metode ilmiah dalam penelitian
adanya sepuluh tantangan di abad 21 yaitu: konseling sekolah dapat digunakan
(1) kecepatan (speed), (2) kenyamanan untuk mengantisipasi masa depan
(convinience), (3) gelombang generasi (age konselor sekolah yang belum diketahui,
wave), (4) pilihan (choice), (5) ragam gaya 3. Tidak hanya satu masa depan yang
hidup (life style), (6) kompetisi harga menunggu profesi konseling sekolah,
(discounting), (7) pertambahan nilai (value akan tetapi banyak berbagai
added), (8) pelayananan pelanggan (costumer kemungkinan masa depan, tergantung
service), (9) teknologi sebagai andalan (techno pada apa yang dipilih oleh konselor
age), (10) jaminan mutu (quality control). sekolah pada masa kini,
Menurut Robert B Tucker kesepuluh 4. Konselor sekolah harus memiliki
tantangan itu menuntut inovasi landasan moral dalam tanggung
dikembangkannya paradigma baru dalam jawabnya bagi siswa generasi masa
pendidikan seperti: accelerated learning, depan dan juga konselor sekolah
learning revolution, megabrain, quantum generasi selanjutnya.
learning, value clarification, learning than 5. Teknologi akan terus memberikan
teaching, transformation of knowledge, quantum pengaruh dan dukungan bagi konseling
quotation (IQ, EQ, SQ, dll.), process approach, sekolah, akan tetapi konselor sekolah
Forfolio evaluation, school/community based bertanggung jawab untuk memadukan
management, school based quality improvement, teknologi itu bagi kepentingan masa
life skills, dan competency based curriculum. depan yang mungkin tidak diperlukan
Dahir, C. A. (2009) menyatakan di masa dua puluh tahun yang lalu.
bahwa memasuki abad 21, konseling sekolah 6. Diperlukan adanya suatu studi ekstensif
telah mengalami kemajuan dan pergeseran untuk menunjang gagasan-gagasan bagi
dari pola-pola tradisional yang berfokus profesi konseling sekolah dan siswa.
pada pemberian layanan menjadi pola-pola Menurut Dahir, C.A, (2009) keenam
yang berfokus pada satu sistem yang premis itu masih relevan untuk dijadikan
proaktif dan programatik. Dalam rujukan pada masa kini dalam menghadapi
menghadapi tantangan yang dihadapi siswa tantangan abad 21. Ia mengatakan bahwa
sekolah di abad 21, konseling sekolah telah konselor sekolah di abad 21 berada dalam
dipengaruhi oleh paradigma dan praktek posisi yang memiliki kekuatan dan strategis
yang mengarah pada profesi dan untuk menunjukkan secara efektif
pembaharuan dalam penekanan bagaimana melengkapi prestasi akademik
memberikan bantuan dan dukungan kepada dan perkembangan afektif sebagai formula
siswa dalam pencapaian prestasi akademik, yang tepat untuk membantu siswa. Konselor
advokasi keadilan sosial, dan akuntabilitas sekolah berperan sebagai kunci tim
konselor. kepemimpinan pendidikan dan membangun
Inbody (dalam Dahir, C.A, 2009) tantangam untuk berbagi tanggung jawab
mengidentifikasi ada enam premis dasar dalam mempersiapkan siswa agar mencapai
yang cukup kritis terkait dengan masa depan standar akademik sambil membantu meraka
konseling sekolah, yaitu: menjadi anggota masyarakat yang produktif
1. Apa yang dilakukan oleh profesi dan bermakna.
konseling sekolah dewasa ini akan Program bimbingan dan konseling
berpengaruh terhadap kualitas bidang di sekolah dikembangkan dan
konseling sekolah dan lingkungan diimplementasikan dalam sistem sekolah
yang terletak di dalam masyarakat. Anggota

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 60
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

masayarakat sering memiliki harapan yang harapan masyarakat akan menjadi sulit
berbeda untuk hasil-hasil program konseling apalagi ketika kita melihat bahwa rasio
di sekolah. Konselor sekolah seringkali konselor sekolah di Indonesia rata-rata 1:150
mencoba untuk memenuhi tuntutan berbagai siswa. Menangani permasalahan siswa yang
pemangku kepentingan dalam lingkungan cukup banyak dan semakin kompleks, di
yang semakin kompleks dan juga dengan samping itu menjalankan tugas tambahan
permasalahan siswa yang semakin lain, merupakan sebagian alasan bagi para
kompleks. Memasuki abad 21 konselor perlu konselor sekolah belum maksimal dalam
untuk mengatasi tantangan ini dengan merancang dan melaksanakan program yang
komitmen dan kreativitas. efektif.
Menurut Paisley, P. O., & McMahon, Borders, L. D. (2002) menyatakan
H. G. (2001), tugas dan peran konselor di bahwa konselor sekolah adalah garis depan
sekolah, antara lain: kesehatan mental profesional bagi siswa dan
1. Memberikan sesi konseling kelompok keluarga. Lebih lanjut Sink, C. A. (2002),
individu dan kecil. menjelaskan bahwa perkembangan abad 21
2. Melakukan intervensi bimbingan kelas. yang serba mudah, mendorong konselor
3. Melakukan Konsultasi dengan orang tua, sekolah untuk tetap fokus pada:
guru, administrator, dan perwakilan 1. Mengembangkan dan memperbarui
lembaga masyarakat. keterampilan yang dibutuhkan untuk
4. Memberikan Advokasi untuk semua melayani semua siswa.
siswa untuk meningkatkan pengalaman 2. Menjelajahi inovasi dalam pendidikan
pendidikan dan hasil dan konseling baik secara teori dan
5. Menjalankan kemitraan membangun dan praktek.
tim dalam dan di luar sekolah.
3. Advokasi untuk diri mereka sendiri dan
6. Menjadi anggota kepemimpinan sekolah
program mereka.
dan kelompok pembuatan kebijakan.
4. Melaksanakan program yang
7. Memberikan individual, terfokus, dan
komprehensif yang dirancang dengan
intervensi intensif bagi siswa yang
baik.
beresiko.
8. Menjadi ahli perkembangan di 5. Berkolaborasi dengan pihak lain,
lingkungan sekolah. personil sekolah, dan dengan lembaga-
9. Menjadi spesialis kesehatan mental di lembaga dan program masyarakat.
lingkungan sekolah. 6. Memfasilitasi siswa baik kebutuhan
10. Memberikan intervensi konseling maupun program prestasi.
keluarga. 7. Membuat komunitas yang nyaman di
11. Mengkoordinasikan program sekolah, sekolah.
ermasuk program mediasi, resolusi 8. Menunjukkan profesionalisme tingkat
konflik, pencegahan kekerasan, tinggi.
pendidikan karakter, dan guru. Komponen penting dalam
12. Mencegah bunuh diri, kehamilan, putus mengubah tantangan menjadi peluang
sekolah, penggunaan narkoba, dan adalah dengan terus berlatih
kerusakan moral lainnya. mengembangkan diri dengan mempelajari
13. Menjaga tingkat keahlian yang keterampilan baru yang sesuai dengan
diperlukan dalam semua bidang di atas kebutuhan siswa masa kini. Pengembangan
untuk memastikan kualitas di semua profesionalitas bukanlah sesuatu yang instan
intervensi dan program melainkan sebuah proses panjang, konselor
Dalam menghadapi tantangan yang sekolah harus terus beradaptasi dengan
semakin kompleks tersebut, memenuhi kebutuhan masyarakat agar mereka dapat

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 61
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

lebih efektif memenuhi harapan dan bahwa pengembangan jenis keterampilan


kebutuhan siswa. minimal dalam kegiatan pengembangan
Keterampilan yang dibutuhkan salah profesional dengan pemanfaatan teknologi,
satunya adalah keterampilan kompetensi antara lain:
budaya (D'Andrea & Daniels, 2001; Lee, 1. Menggunakan Internet untuk tujuan
2001, dalam Paisley, P. O., & McMahon, H. penilaian dan untuk mengumpulkan
G, 2001). Belajar menjadi konselor yang informasi
responsif budaya atau sebagai mediator 2. Menjadi akrab dengan paket perangkat
budaya, agar konselor sekolah dapat bekerja lunak atau situs Web yang membantu
dengan efektif dengan populasi yang merampingkan konseling karir.
beragam. Konselor sekolah perlu berlatih 3. Mengakses informasi mahasiswa seperti
meningkatkan keterampilan lintas-budaya nilai, skor tes, kehadiran, dan
mereka dan kompetensi budaya mereka. kedisiplinan.
Mengingat keragaman yang ada di begitu 4. Menganalisis data seperti tingkat
banyak dimensi pada siswa saat ini, langkah- kelulusan, tingkat putus sekolah, dan
langkah apa yang dapat diambil untuk pola disiplin.
memastikan bahwa konselor sekolah 5. Menggunakan segala bentuk teknologi
memiliki sikap, pengetahuan, dan untuk mendukung peranan konselor
keterampilan untuk bekerja secara efektif dalam melakukan konsultasi dengan
dengan populasi mereka yang semakin guru, orang tua, dan siswa serta untuk
beragam dan untuk menciptakan sekolah membentuk jaringan dengan profesional
yang responsif budaya. lainnya.
Keterampilan yang penting Selanjutnya Lapan, 2001 (dalam
berikutnya adalah tentang teknologi. Paisley, P. O., & McMahon, H. G., 2001)
Teknologi (Paisley, P. O., & McMahon, H. G., mendefinisikan program konseling sekolah
2001) jelas merupakan fakta kehidupan kita berbasis teknologi, membentuk lingkungan
yang akan mempengaruhi profesi dalam sekolah yang lebih efektif dan memberikan
banyak cara, mungkin termasuk beberapa siswa kesempatan berkembang lebih baik.
cara yang tidak bisa dibayangkan hari ini. Adapun keuntungan program berbasis
Penggunaan teknologi untuk mendukung teknologi menurut Paisley, P. O., &
program konseling sekolah. Konselor McMahon, H. G., (2001) antara lain:
sekolah juga dapat meningkatkan 1. Memungkinkan konselor sekolah lebih
pengembangan profesional mereka dengan mudah bekerja sama dengan pihak lain
belajar bagaimana memanfaatkan teknologi dan pemangku kepentingan.
dalam program konseling sekolah. 2. Memahami kebutuhan siswa dalam
Meskipun bekerja dengan teknologi sekolah melalui Review data kualitatif
merupakan tantangan bagi beberapa dan kuantitatif.
konselor sekolah, tidak dapat dipungkiri 3. Desain program konseling sekolah
kemajuan teknologi memberikan berdasarkan kebutuhan siswa, misi
kesempatan bagi konselor sekolah untuk sekolah, dan kompetensi siswa.
memenuhi kebutuhan siswa lebih efisien dan 4. Menentukan faktor yang relevan
efektif. Menggunakan teknologi untuk (misalnya, nilai ujian, nilai, absensi, pola
membangun program konseling sekolah kedisiplinan, hasil survei kepuasan, dll).
yang lebih efektif dan efisien akan 5. Melaksanakan program seperti yang
membutuhkan pengembangan keterampilan dirancang.
profesional yang luas. 6. Mengevaluasi program berdasarkan
Samspson, 2000 (dalam Paisley, P. faktor-faktor yang ditargetkan.
O., & McMahon, H. G., 2001) menjelaskan

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 62
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

7. Merevisi program sesuai kebutuhan Dahir, C. A. (2009). School Counseling in the


berdasarkan penelaahan data. 21st Century: Where Lies the
Future?. Journal Of Counseling &
PENUTUP Development, 87(1), 3-5. Retrieved
Tantangan global di abad 21 secara From http://e-
tidak langsung akan berpengaruh terhadap resources.perpusnas.go.id.
pelayanan bimbingan dan konseling di Griffin, Patrick & Mc Gaw, Barry. 2012.
Indonesia. Memasuki abad 21 konselor Assessment and Teaching of 21st
sekolah perlu untuk menghadapi tantangan Centiry Skills. New York: Springer.
ini dengan komitmen dan kreativitas. Paisley, P. O., & McMahon, H. G. (2001).
Komitmen dan kreativitas diperlukan untuk School Counseling for the 21st
mengubah tantangan menjadi peluang Century: Challenges and
dengan terus berlatih mengembangkan diri Opportunities. Professional School
dan mempelajari keterampilan baru yang Counseling, 5(2), 106. Retrieved
sesuai dengan kebutuhan siswa masa kini. From http://e-
Pengembangan profesionalitas bukanlah resources.perpusnas.go.id.
sesuatu yang instan melainkan sebuah Sink, C. A. (2002). In Search of the
proses panjang, konselor sekolah harus terus Profession's Finest Hour: A
beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat Critique of Four Views of 21st
agar mereka dapat lebih efektif memenuhi Century School.. Professional
harapan dan kebutuhan siswa. Keterampilan School Counseling, 5(3), 156.
yang saat ini paling diperlukan adalah Retrieved From http://e-
keterampilan konselor sebagai mediator resources.perpusnas.go.id.
budaya dan keterampilan dalam hal Surya, M. (2011). Inovasi Bimbingan dan
penguasaan teknologi. Konselor dituntut Konseling: Menjawab Tantangan
untuk menjadi responsif budaya atau Global. Diakses melalui
berperan sebagai mediator budaya, agar www.inovasi-bimbingan-dan-
konselor sekolah dapat bekerja dengan konselingmenjawab.html.
efektif dengan populasi dan masalah yang
beragam. Keterampilan yang kedua adalah
penguasaan teknologi. Meskipun bekerja
dengan teknologi merupakan tantangan bagi
beberapa konselor sekolah, tidak dapat
dipungkiri kemajuan teknologi memberikan
kesempatan bagi konselor sekolah untuk
memenuhi kebutuhan siswa lebih efisien dan
efektif. Program konseling sekolah berbasis
teknologi, membentuk lingkungan sekolah
yang lebih efektif dan memberikan siswa
kesempatan berkembang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Borders, L. D. (2002). School Counseling in
the 21st Century: Personal and
Professional Reflections.
Professional School Counseling, 5(3),
180. Retrieved From http://e-
resources.perpusnas.go.id.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 63

Anda mungkin juga menyukai