PENULISAN ILMIAH
Nama : Marulloh
NPM : 34410248
Jurusan : Teknik Industri
Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT
Menyatakan bahwa tulisan ini adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan
dapat dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan
dalam bentuk apapun telah mengikuti kaidah etika yang berlaku. Mengenai isi dan
tulisan adalah merupakan tanggung jawab penulis, bukan Universitas Gunadarma.
(Marulloh)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator PI
(Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.) (Meilani B. Siregar, SKom., MM.)
Ketua Jurusan
Teknik Industri
iii
ABSTRAKSI
Marulloh/34410248
Mempelajari Keseimbangan Lini Perakitan Outsole Kategori Outdoor Model
AX-1 Pada Bagian Stockfitting Di PT. Panarub Industry.
Penulisan Ilmiah, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Gunadarma, 2013.
Kata Kunci: PT. Panarub Industry, keseimbangan lini, metode Region Approach,
efisiensi lintasan.
(xi + 40 + Lampiran)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan ilmiah laporan kerja praktek ini yang berjudul “Mempelajari
Keseimbangan Lini Perakitan Outsole Kategori Outdoor Model AX-1 Pada
Bagian Stockfitting di PT. Panarub Industry”. Penulisan ilmiah ini bertujuan
sebagai persyaratan untuk mencapai jenjang D III atau setara sarjana muda.
Tentunya dalam penyusunan penulisan ilmiah ini, banyak hambatan yang
menjadi penghalang dalam penulisan. Akhirnya penulis dapat mengatasi masalah-
masalah tersebut dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari berbagai pihak dalam penulisan ilmiah kepada:
1. Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2. Ibu Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri.
3. Ibu Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT., selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan dan masukan yang sangat bermanfaat.
4. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan bimbingan secara
moril maupun materil, dukungan dan semangat, serta doa, sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan ilmiah ini.
5. Ayuningdiah Risky Sonnya Kristantri yang selalu memberikan semangat,
dukungan, dan terutama doa, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan ilmiah ini.
6. Bapak Hotdin Simanjorang selaku Manajer Stockfitting di PT. Panarub
Industry dan pembimbing materi dalam kerja praktek.
7. Kakak Adit dan Alif selaku Alumni Mahasiswa Universitas Gunadarma
Jurusan Teknik Industri sekaligus karyawan di PT. Panarub Industry yang
telah membantu saya untuk mendapatkan tempat kerja praktek.
8. Seluruh karyawan PT. Panarub Industry dan Adidas khususnya bagian
stockfitting yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu yang telah
banyak berbagi ilmu dan pengalamannya kepada saya.
v
9. Teman-teman Jurusan Teknik Industri angkatan 2010 khususnya kelas 4ID01,
keluarga bewok dan lainnya yang selalu memberikan dukungannya.
10. Keluarga besar Laboratorium Menengah Teknik Industri, Pak Ainul, Kak
Gerson, Kak Abdica, Kak Sofwan, Kak Sandra, Kak Gusmita, Kak Zulfadly,
Kak Finza, Kak Evly dan senior lainnya. Galang, Riki, Udin, Roni, Rizal,
Okta, Emil, Mathius yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis sadar bahwa penyusunan penulisan ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan penyempurnaan penulisan berikutnya agar dapat menjadi
lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan
dukungannya semoga penulisan ilmiah ini bisa bermanfaat.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
ABSTRAKSI .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Lini Produksi ......................................................................... 4
2.2 Keseimbangan Lini atau Line Balancing ............................... 5
2.3 Metode Keseimbangan Lini ................................................... 8
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Profil Perusahaan ................................................................... 11
3.2 Produk yang Dihasilkan ......................................................... 12
3.3. Struktur Organisasi PT. Panarub Industry ............................ 13
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4.1 Proses Perakitan Outsole Model AX-1 .................................. 20
4.2. Keseimbangan Lini Perakitan Outsole Model AX-1
Di PT. Panarub Industry ........................................................ 24
vii
4.3. Keseimbangan Lini Perakitan Outsole Model AX-1
dengan Metode Region Approach ......................................... 29
4.4 Analisis Keseimbangan Lini .................................................. 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 39
5.2 Saran ...................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Predator Pulse ...................................................................... 13
Gambar 3.2 Predator F50 ........................................................................ 13
Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT. Panarub Industry ........................... 14
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Departemen Stockfitting ...................... 18
Gambar 4.1 Proses Setting....................................................................... 21
Gambar 4.2 Proses Primer ...................................................................... 21
Gambar 4.3 Proses Input ......................................................................... 22
Gambar 4.4 Proses Cementing ................................................................ 22
Gambar 4.5 Proses Attaching .................................................................. 23
Gambar 4.6 Proses Pressing .................................................................... 23
Gambar 4.7 Proses Cleaning Outsole...................................................... 24
Gambar 4.8 Proses Packing Outsole ....................................................... 24
Gambar 4.9 Layout Outsole Model AX-1 ............................................... 25
Gambar 4.10 Peta Proses Operasi Outsole Model AX-1 .......................... 30
Gambar 4.11 Peta Aliran Proses Komponen Midsole ............................... 31
Gambar 4.12 Peta Aliran Proses Komponen Rubbersole.......................... 32
Gambar 4.13 Peta Aliran Proses Komponen Shank .................................. 33
Gambar 4.14 Precedence Diagram Perakitan Outsole Model AX-1 ........ 34
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Proses Perakitan Outsole Model AX-1 ........................................ 25
Tabel 4.2 Hasil Keseimbangan Lini Perakitan Outsole Model AX-1 .......... 27
Tabel 4.3 Proses Perakitan Outsole Model AX-1 ......................................... 34
Tabel 4.4 Hasil Keseimbangan Lini Metode Region Approach .................. 36
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Kerja Praktek ............................................. 1
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
diproduksi yaitu Soccer, Indoor, Outdoor, dan Training. Setiap sepatu yang
diproduksi dari keempat kategori tersebut memiliki outsole. Outsole merupakan
bagian terbawah dari sepatu yang kontak dengan tanah. Salah satu yang akan
dibahas adalah produksi outsole untuk sepatu kategori Outdoor dengan model
AX-1 pada bagian Stockfitting.
Berdasarkan sistem produksi yang telah ada, PT. Panarub Industry dalam
memproduksi suatu produk harus mencapai target sesuai dengan permintaan.
Namun pada realitanya, masih terdapat permasalahan dalam proses produksi yang
mengakibatkan kelancaran aliran produksi menjadi terganggu. Masalah-masalah
yang timbul akan berpengaruh terhadap keseimbangan lini produksi. Berdasarkan
permasalahan terhadap keseimbangan lini produksi, maka penulis melakukan
pengamatan pada proses perakitan produk outsole model AX-1 pada bagian
Stockfitting di PT. Panarub Industry. Hasil pengamatan diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tingkat efisiensi stasiun kerja dan lintasan
perakitan pada PT. Panarub Industry.
4
5
suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi. Tujuan lain dari lini
produksi yang seimbang yaitu menjaga agar lini perakitan tetap lancar dan
berlangsung terus menerus dan meningkatkan efisiensi atau produktivitas
(Gaspersz, 2004).
Tanda-tanda ketidakseimbangan pada suatu lini produksi dapat dilihat dari
beberapa hal, seperti adanya stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang
mencolok, selain itu adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada lini produksi
antara lain adalah perencanaan lini yang salah, peralatan atau mesin yang sudah
tua sehingga sering mengalami kerusakan, operator yang kurang terampil, metode
kerja yang kurang baik (Biegel, 1992).
∑t i
i =1
K min =
CT
Keterangan:
ti = waktu operasi atau elemen (i = 1,2,3,...,n)
CT = waktu siklus stasiun kerja
n = jumlah elemen
Kmin = jumlah stasiun kerja minimal
7
4. Cycle time (CT) atau waktu siklus merupakan waktu yang diperlukan untuk
membuat satu unit produk per satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target
produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi
waktu produksi dan target produksi. Dalam mendesain keseimbangan lini
produksi untuk sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus sama atau
lebih besar dari waktu operasi terbesar yang merupakan penyebab terjadinya
bottle neck (kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil
dari jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah produksi per hari, yang
secara matematis dinyatakan sebagai berikut (Baroto, 2002).
P
t i maks ≤ CT ≤
Q
Keterangan:
ti maks = waktu operasi terbesar pada lini
CT = Cycle time atau waktu siklus
P = jam kerja efektif per hari
Q = jumlah produksi per hari
5. Station time (ST) merupakan jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan
pada suatu stasiun kerja yang sama (Baroto, 2002).
6. Idle time (I) merupakan selisih atau perbedaan antara Cycle time (CT) dan
Station time (ST) atau CT dikurangi ST (Baroto, 2002).
7. Balance delay (BD) sering disebut balancing loss adalah ukuran dari ukuran
ketidakefisienan lini yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya
yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna di antara
stasiun-stasiun kerja. Balance delay ini dinyatakan dalam persentase. Balance
delay dapat dirumuskan sebagai berikut (Purnomo, 2004).
n
(N × CT) - ∑t i
i =1
BD = × 100% = 100% - Efisiensi Lintasan
(N × CT)
Keterangan:
n = jumlah elemen kerja yang ada
N = jumlah stasiun kerja yang terbentuk
8
ti = waktu operasi
BD = balance delay (%)
8. Efisiensi lini adalah rasio antara waktu yang digunakan dengan waktu yang
tersedia. Berkaitan dengan waktu yang tersedia, lini akan mencapai
keseimbangan apabila setiap daerah pada lini mempunyai waktu yang sama.
Setelah diseimbangkan, maka dalam lini perakitan terbentuk stasiun kerja-
stasiun kerja yang terhubung secara seri. Pendistribusian elemen kerja-elemen
kerja yang ada sehingga membentuk stasiun kerja dilakukan dengan
berdasarkan waktu siklus (CT) sehingga waktu yang tersedia di setiap stasiun
kerja adalah sebesar CT, dan waktu yang tersedia dalam lini perakitan secara
total adalah CT dikalikan dengan stasiun kerja yang terbentuk. Rumus untuk
menentukan efisiensi lini perakitan setelah proses keseimbangan lini adalah
sebagai berikut.
n
∑t i
i =1
Eff = × 100%
CT × N
Keterangan:
n = jumlah elemen kerja yang ada
CT = Cycle time atau waktu siklus
N = jumlah stasiun kerja yang terbentuk
Keseimbangan lini yang baik adalah jika efisiensi setelah diseimbangkan
lebih besar dari efisiensi sebelum diseimbangkan (Purnomo, 2004).
.
2.3 Metode Keseimbangan Lini
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam keseimbangan
lini, salah satunya adalah metode heuristik. Karena masalah keseimbangan lini
produksi merupakan persoalan-persoalan kombinasi yang belum bisa dipecahkan
secara praktis, maka berkembanglah metode heurisitik sebagai suatu metode yang
dapat memecahkan masalah keseimbangan lini secara praktis. Prosedur heurisitik
9
11
12
didasarkan pada Key Performance Indicator (KPI) dan Balance Score Card
Project. Adapun komitmen Mutu untuk ISO 9001 ini mengenai sistem
manajemen pengelolaan mutu (kualitas). Komitmen mutu untuk ISO 14001
mengenai sistem manajemen pengelolaan lingkungan, sedangkan komitmen
mutu untuk OHSAS 18001 mengenai sistem manajemen pengelolaan
kesehatan dan keselamatan kerja.
PT. Panarub Industry memiliki visi perusahaan yaitu “Menjadi Produsen
Terbaik Untuk Merek Terbaik di Dunia”. Adapun misi dari perusahaan PT.
Panarub Industry yaitu menghasilkan produk kualitas tertinggi untuk mendukung
para atlet mencapai kinerja terbaik dan memproduksi 1,2 juta pasang sepatu per
bulan atau 12 juta pasang per tahun pada tahun 2015. PT. Panarub Industry
memiliki beberapa nilai inti perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Customer Focus
Segala usaha harus mengarah kepada kepuasan pelanggan.
2. Sportmanship
Semangat untuk menang dengan fair melalui kerja sama tim dan disiplin diri.
3. Proactive
Antisipasi masa depan melalui inovasi, inisiatif dan peningkatan yang terus-
menerus.
4. Enthusiasm
Bekerja sepenuh hati dengan penuh optimisme.
5. Social Responsibility
Mencari keuntungan adalah hal yang wajar bagi sebuah perusahaan, akan
tetapi tetap harus menjadi warga negara yang baik.
diproduksi sesuai pesanan dari Adidas. Produk sepatu Adidas memiliki empat
kategori yaitu sepatu Soccer, Indoor, Outdoor, dan Training.
Pada tahun 2000, PT. Panarub Industry telah memproduksi seri Predator
yang digunakan untuk World Cup 2002 di Korea. Khusus untuk seri Predator
Pulse dan Predator F50 digunakan juga pada Euro Cup 2004. Kesuksesan PT.
Panarub Industry berlanjut dengan memproduksi sepatu seri Predator untuk Euro
Cup 2008 dan World Cup 2010.
President Director/
CEO
Director
Human Director Director Director
Director
Resources & Business & Material & Finance &
Production
Continous Marketing Logistic Accounting
Improvement
Senior Manager
Senior Manager Senior Manager
Human Senior Manager Senior Manager
Material Accounting
Resources Marketing Plant 1 & 2
Planning Operation
Development
Senior Manager
Senior Manager Senior Manager
Adidas Senior Manager Senior Manager
HSE & General Information
Innovation Purchasing Plant 3 & 4
Affair Technology
Team (AIT)
Senior Manager
Senior Manager Senior Manager
Senior Manager Senior Manager Accounting
Continous Production
Development Warehouse Planning &
Improvement Planning
Analysis
Senior Manager
Quality Senior Manager Senior Manager
Improvement Spare Part Engineering
Process (QIP)
Senior Manager
Chemical
dan raw material, melayani permintaan bahan baku yang diajukan bagian
produksi dan memastikan adanya safety stock.
d. Spare Part bertanggung jawab untuk mengontrol jalannya mesin dan
komponen-komponennya yang digunakan dalam produksi, memperbaiki
mesin apabila ada masalah yang timbul dan melakukan maintenance
(perawatan) terhadap mesin dan komponen-komponennya.
5. Departemen Production terdiri dari empat departemen utama yang bertugas
untuk mendukung departemen produksi dalam melakukan kegiatan produksi
dan menjaga kelancaran proses produksi yang berlangsung.
a. Plant 1-4, di bawah Senior Manager terdapat kepala bagian (Section
Head) yang membawahi Plant Manager dari tiap-tiap plant. Tugas dari
masing-masing plant adalah melakukan proses produksi berdasarkan
schedule (jadwal) dan confirmation shoes.
b. Production Planning bertugas untuk menjadwalkan rencana pembelian
bahan baku dan jadwal pelaksanaan produksi supaya permintaan dapat
dipenuhi sesuai jadwal yang ditentukan, bertanggung jawab terhadap
stock dan pemakaian bahan baku, packaging sehingga kebutuhan
produksi terpenuhi, bertanggung jawab terhadap pengaturan kedatangan
barang pesanan dan raw material serta membuat rencana produksi dan
memonitor realisasinya.
c. Engineering bertugas untuk memonitor kesesuaian kegiatan dengan
prosedur yang dipakai di departemennya dan menyiapkan sample atas
permintaan departemen lain serta bekerja sama dengan departemen lain
bila ada masalah dengan produksi.
d. Chemical bertugas untuk mengatur komposisi bahan kimiawi yang
digunakan dalam produksi, memutuskan bahan kimia mana yang baik
digunakan dalam penggunaan produksi, misalkan penggunaan lem.
6. Departemen Finance & Accounting membawahi tiga bagian fungsional yang
masing-masing dikepalai oleh seorang Senior Manager yang dibantu oleh
beberapa orang Staff.
18
Manager
Stockfitting
Scheduling &
Bottom Storage
Transfer
Section Head
Section Head
Head Grup B line 1-4, Section Head Grup B line 5-8), Section Head Scheduling
and Transfer, dan Section Head Bottom Storage. Setiap Section Head Grup A
maupun B membawahi dua Supervisor, di mana masing-masing Supervisor
mengawasi jalannya produksi untuk dua line. Manager Stockfitting dan Section
Head Schedule and Transfer bertugas melakukan koordinasi terhadap hourly
planner dan water spider agar dapat menggerakkan kanban penarikan dan kanban
produksi secara benar, memonitoring pelaksanaan kanban sistem, dan berhak
menghentikan produksi apabila diperlukan.
Section Head produksi dan Supervisor produksi bertugas melakukan
perencanaan dan koordinasi untuk memastikan bahwa hourly plan dapat
terlaksana dengan baik, memberikan laporan kondisi produksi secara akurat
kepada pihak Schedule and Transfer untuk mendukung keakuratan penyusunan
hourly plan, menyelesaikan dengan segera setiap permasalahan
ketidakseimbangan lini atau permasalahan apapun yang membuat produksi tidak
dapat memberikan hasil sesuai hourly plan atau kanban, dan memastikan bahwa
proses produksi berjalan disiplin sesuai dengan kanban.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
20
21
proses perakitan outsole model AX-1. Layout proses perakitan outsole model AX-
1 dapat dilihat pada Gambar 4.9 di bawah ini.
3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
Input Conveyor 12 QC 13 14 Output
2
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mesin Mesin
Input Setting Area Heater Heater
Primer & Input Area Cementing Area Attaching & Packing Area
kerja. Tack time diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah waktu bekerja
operator selama sehari dengan jumlah target produksi dalam sehari. Jumlah target
produksi memiliki satuan pasang (pair) karena produk yang diproduksi
merupakan sepatu sedangkan jumlah waktu bekerja operator selama sehari
memiliki satuan detik. Jumlah waktu bekerja operator pada bagian stockfitting
yaitu 8 jam atau 28.800 detik. Jumlah target produksi outsole model AX-1 dalam
satu hari yaitu 1440 pasang. Berdasarkan kedua data tersebut maka tack time
perakitan outsole model AX-1 yaitu 20 detik.
Proses penyeimbangan lini pada bagian stockfitting untuk outsole model
AX-1 dilakukan pada setiap bagian dari proses perakitan tersebut. Tahap
selanjutnya setelah menentukan tack time yaitu dengan melakukan pengambilan
data secara langsung pada bagian proses perakitan yang akan dilakukan
penyeimbangan lini.Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran waktu secara
langsung (time study) untuk setiap proses perakitan outsole model AX-1. Namun,
proses heater pertama dan kedua serta quality control tidak dilakukan pengukuran
waktu kerja. Proses heater tidak dilakukan pengukuran waktu kerja karena tidak
melibatkan operator dalam prosesnya dan hanya menggunakan mesin. Sehingga
waktu pengerjaannya akan selalu tetap. Proses quality control tidak dilakukan
pengukuran waktu kerja karena proses tersebut tidak dilakukan oleh operator
stockfitting, namun dilakukan oleh quality control toolgate yang berasal dari
departemen lain. Sehingga waktu operasi dari quality control toolgate telah
ditetapkan sendiri oleh perusahaan. Pengamatan yang dilakukan tidak hanya
dilakukan sekali, namun lima kali dengan operator yang sama sehingga nanti akan
diperoleh waktu siklus untuk setiap operasi.
Tahap selanjutnya setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data
hasil pengukuran kerja. Data pengamatan sebanyak lima kali akan dirata-ratakan
sehingga diperoleh waktu siklus. Selanjutnya diperoleh juga waktu normal dan
waktu standar untuk setiap operasi dengan memperhatikan penilaian rating dan
persentase tambahan waktu. Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data untuk
keseimbangan lini. Pengolahan data keseimbangan lini dilakukan dengan
pengelompokkan beberapa operasi ke dalam satu stasiun kerja dengan
27
tersebut. Waktu penyelesaian dalam proses heater yaitu 30 detik untuk setiap
mesin heater. Proses quality control tidak dilakukan pengukuran waktu kerja
karena proses tersebut tidak dilakukan oleh operator bagian stockfitting, namun
dilakukan oleh quality control toolgate yang berasal dari departemen lain.
Sehingga waktu operasi dari quality control toolgate telah ditetapkan sendiri oleh
departemen quality control pada PT. Panarub Industry yaitu sebesar 40 detik.
Hasil keseimbangan lini pada Tabel 4.2 selanjutnya digunakan untuk
menentukan jumlah operator yang dibutuhkan dan efisiensi lintasan. Jumlah
operator diperoleh berdasarkan pembagian antara waktu siklus operasi dengan
tack time yang telah ditentukan. Jumlah operator yang akan digunakan pada
proses stockfitting diperoleh dari hasil pembulatan jumlah operator teoritis untuk
setiap stasiun kerja. Bagian Stockfitting pada PT. Panarub Industry menentukan
efisiensi lintasan dengan menggunakan perhitungan seperti berikut.
Jumlah operator teoritis 18,41
Efisiensi lintasan = = ×100% = 92,05%
Jumlah operator aktual 20
Perhitungan efisiensi lintasan pada PT. Panarub Industry terdapat perbedaan
dengan rumus yang biasa digunakan dalam menentukan keseimbangan lini. PT.
Panarub industry menentukan efisiensi lintasan berdasarkan perbandingan antara
penggunaan jumlah operator yang ideal dengan jumlah operator standar.
Tahap berikutnya setelah mengetahui kondisi dari lintasan yang
sebenarnya, maka dilakukan perbaikan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Cara yang dilakukan untuk mengatasi stasiun kerja yang terlalu sibuk yaitu salah
satunya dengan menguraikan elemen-elemen gerakan operator pada saat bekerja,
kemudian dapat dilakukan perbaikan. Perbaikan dapat dilakukan dengan
menghilangkan gerakan-gerakan yang dianggap tidak perlu maupun
menggabungkan elemen gerakan. Sedangkan cara yang dilakukan untuk
mengatasi stasiun kerja yang memiliki idle time atau waktu menganggur yaitu
dengan penambahan tugas untuk operator pada stasiun kerja yang bersangkutan.
Perbaikan tersebut dilakukan dengan melakukan uji coba berulang kali
hingga mendapatkan hasil yang optimal. Hasil yang optimal adalah jika grafik
kinerja operator setelah melakukan uji coba terlihat adanya peningkatan
29
keseimbangan lini. Hasil dari pengolahan data keseimbangan lini tersebut yaitu
jumlah operator yang dibutuhkan untuk proses perakitan, produktivitas operator,
dan efisiensi lintasan. Pengolahan data keseimbangan lini tidak hanya dilakukan
sekali untuk tiap model yang diproduksi, namun perlu dilakukan berkali-kali
dengan pengukuran kerja (time study) yang diperbaharui untuk beberapa periode.
Greco 740 NT
Proses Pressing
(Top Press Pad,
33,45"
O-15 Press Pad, &
0%
Mesin Universal
Press)
Proses Cleaning
35,85" Outsole
O-16
0% (Kain & Rubber
Pembersih)
40" Quality
I-1
0% Control
Tabel Rangkuman
Kantong Plastik
Kegiatan Jumlah Waktu (detik)
Proses Packing
10,73"
O-17 Outsole
0%
12 512,65
1 40
Total 15 552,65
Jarak Total
Analisa Tindakan
Lambang
Jumlah
Waktu
Jarak
Catatan
Ubah
Bagaimana
Dimana
Uraian Kegiatan
Kapan
Siapa
Apa
Perbaiki
Gabung
Tempat
Urutan
Ruang
Orang
m detik
Proses heater 30
Pemeriksaan outsole
Jarak Total
Analisa Tindakan
Lambang
Jumlah
Waktu
Jarak
Catatan
Ubah
Bagaimana
Dimana
Uraian Kegiatan
Kapan
Siapa
Apa
Perbaiki
Gabung
Tempat
Urutan
Ruang
Orang
m detik
Proses heater 30
Cementing rubbersole
76,33
Input rubbersole ke mesin heater
Proses heater 30
Pemeriksaan outsole
Jarak Total
Analisa Tindakan
Lambang
Jumlah
Waktu
Jarak
Catatan
Ubah
Bagaimana
Dimana
Uraian Kegiatan
Kapan
Siapa
Apa
Perbaiki
Gabung
Tempat
Urutan
Ruang
Orang
m detik
Proses heater 30
Cementing shank
4,28
Input shank ke mesin heater
Proses heater 30
Pemeriksaan outsole
40
Hasil outsole yang telah diperiksa
dipindahkan ke meja packing
Berdasarkan peta proses operasi dan peta aliran proses, maka tahap
selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap elemen-elemen operasi dan waktu
operasi yang dilakukan oleh operator di setiap proses perakitan outsole model
34
AX-1. Tabel 4.3 berikut ini adalah data elemen operasi dan waktu operasi
perakitan outsole model AX-1.
Tabel 4.3 Proses Perakitan Outsole Model AX-1
Waktu
No. Deskripsi Pekerjaan Operasi
(Detik)
1. Input setting preparation rubbersole 8,33
2. Primer rubbersole 32,74
3. Cementing rubbersole 76,33
4. Input setting midsole phylon 2,63
5. Input midsole phylon 3,26
6. Cementing phylon bagian bawah 33,08
7. Cementing phylon bagian atas dan bagian insert shank 37,71
8. Primer shank 4,97
9. Input shank 2,23
10. Cementing shank 4,28
11. Attach midsole phylon to rubber and shank 82,55
12. Press Universal 33,45
13. Cleaning Outsole 35,85
14. Packing Outsole 10,73
Total 368,14
1 2 3 11 12 13 14
4 5 6 7
8 9 10
∑t i
368,14 detik
i =1
K min = = = 18,407 = 18 stasiun kerja
CT 20 detik
Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah minimal stasiun kerja pada perakitan
outsole kategori Outdoor model AX-1 yaitu 18 stasiun kerja. Satu stasiun kerja
biasanya terdiri dari satu operator yang melakukan operasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah minimal operator yang dibutuhkan untuk perakitan
outsole kategori Outdoor model AX-1 yaitu 18 orang.
Tahapan selanjutnya adalah mendistribusikan elemen operasi pada stasiun
kerja dengan aturan berdasarkan pembagian wilayah precedence diagram pada
Gambar 4.14 dan waktu siklus yang telah ditentukan yaitu sebesar 20 detik.
Metode yang digunakan untuk mendistribusikan elemen operasi pada stasiun kerja
yaitu dengan metode Region Approach. Pada prinsipnya metode ini berusaha
membebankan terlebih dahulu operasi yang memiliki tanggung jawab
36
keterdahuluan yang besar. Tabel 4.4 berikut ini merupakan hasil keseimbangan
lini dengan metode Region Approach.
Tabel 4.4 Hasil Keseimbangan Lini Metode Region Approach
Waktu Waktu Efisiensi
Waktu Waktu
Stasiun Jumlah Operasi/ Stasiun
Operasi Operasi Menganggur
Kerja Operator Operator Kerja
(Detik) (Detik)
(Detik) (Detik) (%)
8,33
1,4,8 2,63 15,93 1 15,93 4,07 79,65
4,97
32,74
2,5,9 3,26 38,23 2 19,11 0,89 95,55
2,23
33,08
6,7,10 37,71 75,07 4 18,77 1,23 93,85
4,28
3 76,33 76,33 4 19,08 0,92 95,4
11 82,55 82,55 4 20,64 0 103,2
12 33,45 33,45 2 16,72 3,28 83,6
13 35,85 35,85 2 17,92 2,08 89,6
14 10,73 10,73 1 10,73 9,27 53,65
Total 20 138,9 21,74
∑t i
138,89
i =1
Efisiensi lintasan = ×100% = ×100% = 86,81%
CT × N 20 × 8
Berdasarkan hasil efisiensi lintasan yang telah diperoleh, maka dapat diketahui
persentase waktu menganggur pada perakitan outsole model AX-1. Berikut ini
adalah perhitungan dari persentase waktu menganggur atau balance delay
tersebut.
37
(N × CT) - ∑t i
i =1
BD = × 100% = 100% - Efisiensi Lintasan = 100% - 86,81% = 13,19%
(N × CT)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang keseimbangan
lini perakitan outsole kategori Outdoor model AX-1 pada PT. Panarub Industry,
maka terdapat beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah
sebagai berikut.
1. Proses perakitan outsole untuk sepatu kategori Outdoor model AX-1 pada
bagian stockfitting di PT. Panarub Industry terdiri dari 14 tahap yang
dipertimbangkan dalam keseimbangan lini. Tahapan tersebut yaitu input
preparation rubbersole, input midsole phylon, primer shank, primer
rubbersole, input midsole phylon, input shank, cementing rubbersole,
cementing phylon bagian bawah, cementing phylon bagian atas dan bagian
insert shank, cementing shank, attach midsole phylon to rubber and shank,
press universal, cleaning outsole, dan packing outsole.
2. Berdasarkan keseimbangan lini dengan metode Region Approach diperoleh
hasil bahwa terdapat delapan stasiun kerja dalam perakitan outsole untuk
sepatu kategori Outdoor model AX-1 pada bagian stockfitting di PT. Panarub
Industry. Efisiensi pada stasiun kerja pertama sebesar 79,65%, efisiensi pada
stasiun kerja kedua sebesar 95,55%, efisiensi pada stasiun kerja ketiga
sebesar 93,85%, efisiensi pada stasiun kerja keempat sebesar 95,4%, efisiensi
pada stasiun kerja kelima sebesar 103,2%, efisiensi pada stasiun kerja keenam
sebesar 83,6%, efisiensi pada stasiun kerja ketujuh sebesar 89,6%, dan
efisiensi pada stasiun kerja kedelapan sebesar 53,65%. Efisiensi lintasan
perakitan outsole untuk sepatu kategori Outdoor model AX-1 sebesar 86,81%
dan persentase waktu menganggur sebesar 13,19%. Hasil efisiensi stasiun
kerja, efisiensi lintasan, dan persentase waktu menganggur menunjukkan
bahwa masih terdapat ketidakseimbangan pada lini perakitan outsole untuk
sepatu kategori Outdoor model AX-1 pada bagian stockfitting di PT. Panarub
39
40
Industry karena adanya stasiun kerja yang terlalu sibuk dan waktu
menganggur yang tinggi.
5.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang berguna untuk meningkatkan produktivitas
dalam perakitan outsole kategori Outdoor model AX-1 pada PT. Panarub
Industry. Saran ini juga diharapkan dapat berguna dalam penelitian selanjutnya.
Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Operator diharapkan mengurangi gerakan-gerakan yang dianggap tidak perlu
dalam bekerja sehingga waktu penyelesaian tidak melebihi tack time yang
telah ditetapkan dan dapat meningkatkan efisiensi lintasan.
2. Operator diharapkan memanfaatkan peralatan yang digunakan dengan
semaksimal mungkin agar waktu menganggur dari stasiun kerja pada suatu
lini produksi dapat ditekan seminimum mungkin.
3. Komponen dan peralatan yang digunakan selama perakitan sebaiknya
diletakkan secara teratur sehingga akan meningkatkan kinerja operator dalam
melakukan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, Sri. 2011. Teknik Mencapai Produksi Optimal. Bandung: Lubuk Agung.
Gaspersz, Vincent Dr, D.Sc., CFPIM, CIQA. 2004. Production Planning And
Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan Sistem Teritegrasi MRP II
dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama.
PT. PANARUB INDUSTRY
ffiffi
JKr05OO128i JKAT050O34S: JKT05@35O
SURAT KETERAI{GAI{
No : 0 1 6,&{RD/T&D/EDU/EKS/DV1 3
Nama MARULLOH
NIM 34410248
Telah melakukan penelitian mengenai " Mempelajari Keseimbangan Lini Perakitan Outsole
Kategori Outdoor Model AX-l Pada Bagian Stockfitting di PT Panarub Industry " Sejak
tanggal 24 Juli s/d 13 September 2013 di bagian STOCKFITTING PT Panarub Industry.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi Data Dalam Penulisan Ilmiah pada Jurusan Teknik
Industry di UNMRSITAS GUNADARMA.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Hotdin Simanidran
Manager of Stockfitting Training & People Development