A. Efektifitas Pemberian Terapi Asmaul Husna pada Pasien dengan Perilaku
Kekerasan. Pada penelitian ini dipilih Asmaul Husna dan teknik relaksasi sebagai intervensi dalam meningkatkan kadar relaksasi karena asmaul husna merupakan salah satu keyakinan umat Islam dalam memberikan ketenangan. Asmaul husna ialah Nama-nama Allah Yang Agung nan Mulia yang apabila diamalkan dengan baik dan benar, si pengamalnya juga akan mendapatkan limpahan keagungan dan kemuliaan dari Sang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan itu sendiri. Sehingga si pengamal akan memiliki keagungan dan kemuliaan di mata Allah sang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan, di mata para makhluk-Nya dan di mata manusia. Istilah “Al Asmaul Husna” diartikan sebagai Nama-nama Allah yang memiliki keagungan dan kemuliaaan, yang apabila diucapkan berulang kali oleh seseorang maka orang tersebut akan tergerak hatinya untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya dan kemudian menimbulkan kekuatan sendiri dalam jiwanya untuk melakukan hal-hal yang diisyaratkan oleh Asma yang dibacanya. Hasil intervensi lantunan asmaul husna efektif mengontrol emosi pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Saat diberikan terapi asmaul husna selama 15 menit pada responden sebagian responden mengatakan terapi ini menenangkan fikiran dan membuat nyaman. Meskipun terapi mendengarkan lantunan asmaul husna merupakan suatu kegiatan mendengarkan wirid asmaul husna yang dipadukan dengan musik, responden juga terlihat ikut mengucapkan asmaul husna baik sebagian maupun semuanya. Hal ini menunjukkan bahwa responden sebagai muslim mengimami dan meyakini asmaul husna sebagai suatu bentuk kedekatan hamba-Nya kepada sang penciptaNya. Ketika orang mengimani asmaul husna dapat menimbulkan kekuatan atau ketenangan dalam dirinya. Jika kita melihat hal ini dari sisi kebutuhan spiritualitas maka kondisi ini merupakan gambaran perasaan hubungan transpersonal seseorang dengan sang Pencipta. Potter dan Perry (2015) mengatakan bahwa salah satu fungsi spiritualitas adalah menciptakan hubungan transpersonal dalam hal ini hubungan transpersonal seseorang dengan Tuhannya. Terapi lantunan asmaul husna ini juga merupakan salah satu bentuk terapi dengan pendekatan religi. Pendekatan ini diyakini dapat membuat seseorang menjadi tenang jiwanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ng, T.P, Ma S.Z.N, Peak C.C, dan Ee H.K. (2016) yang juga menemukan bahwa seseorang yang tidak mempunyai agama menunjukkan prevalensi masalah kesehatan jiwa yang tinggi. Lantunan asmaul husna sebagai terapi religi/spiritual sangat efektif dalam mengontrol emosi. Spiritualitas mencegah memburuknya penyakit dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional karena adanya hubungan antara spiritual dan kesehatan fisik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Alifudin dkk (2016), yang menyatakan bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul husna terhadap tingkat kecemasan pada pasien resiko perilaku kekerasan dengan nilai p value (0,000) < α (0,05). Menurut yosep (2009) Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku agresif disertai marah dan salah satu dorongan untuk melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Laela dewi (2015) yang berjudul terapi mendengarkan al-qur’an terhadap kemampuan mengontrol marah pasien resiko perilaku kekerasan didapatkan ada pengaruh mendengarkan al-qur’an terhadap kemampuan mengontrol marah. B. Keberhasilan Terapi Setelah dilakukan terapi Asmaul Husna pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan terjadi perubahan tingkat emosional yaitu klien tampak lebih tenang, mampu mengontrol emosi, mampu berbicara baik, tatapan mata tidak tajam, nada bicara tidak tinggi, mampu mengikuti kegiatan terapi dengan baik, mampu menyanyikan Asmaul Husna secara bersama- sama. Hal ini membuktikan bahwa terapi mendengarkan Asmaul Husna efektif untuk mengontrol emosi pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Alifudin dkk (2016), hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul husna terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK dengan nilai p-value 0.000 sedangkan nilai z hitung 6.34. hal ini karena dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat dapat menggunakan terapi mendengarkan asmaul husna untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien resiko perilaku kekerasan. C. Lembar Kemampuan Pasien Inisial Gejala Kemampuan Tn. J 1. Tenang 1. Klien mampu mengikuti 2. Tidak berbicara kasar kegiatan dengan baik. 2. Klien mampu mengontrol emosi. 3. Klien mampu fokus terhadap terapi yang diberikan. 4. Klien mampu menyanyikan asmaul husna.
Tn. JK 1. Tenang 1. Klien mampu mengikuti
2. Tidak berbicara kasar kegiatan dengan baik. 3. Tatapan mata tidak tajam 2. Klien mampu mengontrol emosi. 3. Klien mampu fokus terhadap terapi yang diberikan. 4. Klien mampu menyanyikan asmaul husna.
Tn. S 1. Tenang 1. Klien mampu mengikuti
2. Tidak berbicara kasar kegiatan dengan baik. 2. Klien mampu mengontrol emosi. 3. Klien mampu fokus terhadap terapi yang diberikan. 4. Klien mampu menyanyikan asmaul husna.
D. Kendala Dalam Melakukan Terapi
Dalam melakukan terapi mendengarkan Asmaul Husna, Peneliti memiliki kendala sebagai berikut : 1. Klien masih sulit untuk diajak melakukan terapi 2. Klien masih sulit diajak komunikasi 3. Klien belum mampu mengikuti terapi dengan tenang 4. Klien belum mampu fokus untuk mengikuti terapi dengan baik BAB V