Anda di halaman 1dari 14

Anemia Defisiensi Besi pada Anak

Anisa Aulia Reffida


(102013553/E3)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telepon : (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Email : anisareffida@gmail.com

Abstrak
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling tinggi insidensnya pada anak-anak.
Penyebab paling sering adalah akibat asupan zat besi yang tidak adekuat. Namun anemia
pada anak juga dapat disebabkan oleh asupan asam folat dan/atau vitamin B12 yang tidak
adekuat. Sebenarnya kompensasi yang terjadi dapat mengkompensasi defisiensi besi, namun
akibat aktivitas yang tinggi, absorpsi yang ditingkatkan tidak lagi mampu mengkompensasi,
mengakibatkan timbulnya gejala anemia defisiensi besi yang muncul bila kadar Hb sudah
sangat berkurang.
Kata kunci: anemia, defisiensi besi

Abstract
Iron deficiency anemia is the most common type of anemia in children with low intake
as the most common etiology. However anemia in children can also result from low intake of
folate and/or kobalamin. The compensation mechanism can compensate iron loss but in iron
deficiency anemia, the amount or iron loss exceeds the absorption, albeit raised. Hence, iron
deficiency anemia symptoms can be seen, although in low Hb level, compared to the degree
of symptoms.
Keywords: iron deficiency, anemia

1|Page
Pendahuluan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar sel darah merah atau hemoglobin (Hb)
dibawah normal. Sedangkan anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan
kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Berdasarkan hasil penelitian oleh beberapa
lembaga kesehatan di Indonesia, prevelensi anemia pada wanita hamil 50-70% dan balita 30-
40%. Pada balita, anemia defisiensi besi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan serta mempengaruhi fungsi tubuh secara normal. Balita akan mudah terserang
penyakit karena penurunan daya tahan tubuh.
Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal
masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan
tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena
penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu Anemia Defisiensi Besi
(ADB) juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat proses pertumbuhan yang cepat,
asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada
remaja puteri. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB . Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi
6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.
Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan sistem saraf yaitu
diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolism saraf.
Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan
seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi
ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi
terjadi pada masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.1
Skenario 9
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan
utama pucat sejak 3 bulan yang lalu. Selain itu anak sering merasa cepat lelah. Tidak ada
riwayat perdarahan dan demam. TTV : suhu 36,8˚C, napas 30x/menit, denyut nadi
110x/menit, TD 90/60 mmHg. BB 8 kg, TB 75 cm.
Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik
langsung kepada pasien (autoanamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain

2|Page
(alloanamnesis) misalnya wali atau pengantar. Berdasarkan kasus diatas, berhubungan pasien
yang kita hadapi adalah masih anak yang berusia 2 tahun, maka yang kita lakukan adalah
alloanamnesis. Hal-hal yang ditanyakan dokter pada pasien dalam melakukan anamnesis
antara lain :

1. Identitas. Meliputi nama lengkap pasien, umur, tempat tanggal lahir, alamat,
pekerjaan, pendidikan terakhir, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan
untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang pasien yang
dimaksud.
2. Keluhan utama. Merupakan alasan spesifik atau keluhan yang dirasakan seseorang
sehingga ia datang ke dokter atau rumah sakit. Dalam menuliskan keluhan utama,
harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
Dalam kasus, yang menjadi keluhan utama adalah anak laki-laki usia 2 tahun pucat
sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan tambahan disertai dengan anak merasa cepat lelah.
3. Riwayat penyakit sekarang. Merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien
datang berobat. Tanyakan keluhan penyerta lain seperti ada demam atau riwayat batuk
yang sudah lama. Anemia defisiensi besi bisa disebabkan oleh gangguan absorbs
makanan dalam tubuh sehingga bisa ditanyakan juga kepada ibunya apakah anak
tersebut pernah mengalami diare atau terdapat pendarahan dari traktus urinarius
maupun traktus gastrointestinal.

4. Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan apakah pasien pernah mengalami hal yang sama
dengan yang dialaminya sekarang. Dalam kasus, ibu memberitahu bahwa tidak ada
riwayat pendarahan maupun demam pada anak laki-lakinya.

5. Riwayat penyakit keluarga. Tanyakan apakah ada anggota keluarga mengalami hal
yang serupa dengan pasien. Riwayat anggota keluarga yang menderita batuk-batuk
lama disangkal.
6. Riwayat sosial. Tanyakan kebiasaan pasien yang berhubungan dengan kasus. Dalam
kasus anemia defisiensi besi, tanyakan kepada ibu bagaimana nutrisi yang didapat
anaknya selama ini apakah mencukupi atau tidak. Tanyakan seberapa sering anaknya
memakan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging-dagingan,
bagaimana kebiasaan dan nafsu makan anak.

3|Page
Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda-tanda vital terlebih dahulu seperti suhu, nadi, tekanan darah dan frekuensi
nafas. Kemudian pemeriksaan yang dapat dilakukan selanjutnya yaitu :

1. Inspeksi

 Keadaan umum dan kesadaran : lihat apakah pasien sakit ringan atau berat, sering
merasa sesak napas atau syok akibat kehilangan darah akut.
 Adakah tanda-tanda ikterus yang ditandai dengan sklera berwarna kuning, atau kulit
yang berubah warna menjadi kuning contoh pada anemia hemolitik dapat dijumpai
keadaan ini. Perhatikan juga konjungtiva apakah anemis atau tidak. Pada pasien
anemia defisiensi besi gejala pucat menjadi ciri utama akibat rendahnya kadar Hb
dalam kapiler kulit dan membrane mukosa.
 Adakah tanda kerusakan trombosit (memar dan petechiae) dan bila ada menandakan
kadar trombosit yang menurun misal pada anemia aplastik.
 Adakah atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang. Biasa gejala ini timbul pada anemia
defisiensi besi.

2. Palpasi

 Lakukan palpasi hati dan limpa untuk menilai apakah ada hepatomegali atau
splenomegali yang biasanya terdapat pada anemia hemolitik. Pada anemia defisiensi
besi tidak ditemukan adanya hepatosplenomegali.2

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap : Hb menurun (<12g/dl), eritrosit menurun, hematokrit menurun,
leukosit dan trombosit pada umumnya normal tetapi pada granulositopenia ringan
dapat dijumpai pada anemia defisiensi besi yang berlangsung lama. Trombositosis
dapat dijumpai pada anemia defisiensi besi dengan episode pendarahan akut. Pada
anemia defisiensi besi akibat infeksi dapat ditemukan leukosit yang menurun.
2. Indeks eritrosit :
a. Mean Corpuscular Volume (MCV). Merupakan volume rata-rata eritrosit yang
akan menurun apabila terjadi kekurangan zat besi. Dihitung dengan membagi
hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl. Mikrositik

4|Page
bila < 70 fl dan makrositik bila > 100 fl. Pada anak usia 6-10 tahun, nilai
MCV normal adalah 69-93 fl.
b. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH). Adalah berat hemoglobin rata-rata
dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan
angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg. mikrositik hipokrom < 27 pg
dan makrositik >31 pg. Pada anemia defisiensi besi didapatkan mikrositik
hipokrom. Pada anak usia 6-10 tahun nilai MCH normal: 22-34pg.
c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) adalah konsentrasi
hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-33% dan hipokrom <30%.
Nilai normal pada anak 6-10 tahun adalah 32-36%.
3. Indeks retikulosit biasanya normal. Pada keadaan berat karena pendarahan, jumlahnya
meningkat. Normal indeks retikulosit adalah 0,5-1,5%. Jumlah retikulosit biasanya
penting karena dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitias
eritropoiesis di sumsum tulang dan membantu untuk menentukan klasifikasi anemia
hiperproliferatif, normoproliferatif atau hipoproliferatif. Kadar retikulosit darah
mencerminkan ukuran kuantitatif dari eritropoiesis. Sekarang ini indeks retikulosit
yang banyak dipakai di klinis adalah CHr (rerata kadar Hb dalam retikulosit). CHr
merupakan refleksi pembuatan Hb yang terbaru di sumsum tulang juga merupakan
cermin adanya cadangan besi yang adekuat.
4. Red cell Distribution Width (RDW) merupakan variasi dalam ukuran sel darah merah
untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan RDW disertai
MCV yang rendah merupakan pertanda dari kekurangan zat besi dan apabila disertai
dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15%.
5. Free Eritrosit Protoporphirin. Untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke
eritroid sumsum tulang dapat diketahui dengan pemeriksaan FEP. Bila sintesis heme
terganggu karena defisiensi besi, maka protoporphirin akan menumpuk pada eritrosit.
Nilai normalnya 30mg/dl dan pada ADB protoporphirin bebas dalam darah lebih dari
100mg/dl. Peningkatan FEP disertai ST yang menurun merupakan tanda ADB yang
progresif. Kadarnya dapat kembali normal dalam beberapa minggu sampai bulan
setelah terapi besi.
6. Apusan darah tepi : menunjukan anemia hipokrom mikrositer, anisositosis,
poikilositosis. Makin berat derajat anemia maka semakin berat pula derajat
hipokromia. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat
anemia, berbeda dengan thalasemia. Jika terjadi hipokromia dan mikrositosis ekstrim,
5|Page
maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga disebut sel cincin (ring cell) atau
memanjang seperti elips diesbut sebagai sel pensil (pencil cell atau cigar cell).
Kadang-kadang dijumpai sel target.
7. Status besi : serum iron menurun (<50 µg/dl), total iron binding capacity (TIBC)
meningkat (>350 µg/dl). Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang
terikat pada transferin, sedangkan TIBC untuk mengukur kemampuan tubuh mengikat
besi. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi transferrin = ST) yang dapat
diperoleh dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x 100%. ST merupakan suatu nilai
yang menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan sebagai penilaian
terbaik untuk mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi dalam
tubuh. Bila ST < 16% menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk mendukung
eritropoiesis. ST < 7% diagnosis ADB dapat ditegakkan. Pada kadar ST 7-16% dapat
dipakai untuk mendiagnosis ADB dengan didukung oleh nilai MCV yang rendah atau
pemeriksaan lainnya.
8. Feritin serum merupakan suatu ukuran simpanan besi retikuloendotelial yang sangat
berguna. Penilaian kadarnya dapat digunakan sebagai indikator awal dari anemia
akibat defisiensi besi. Kadarnya menurun pada anak kurang dari 5 tahun < 12µg/l
sedangkan pada anak lebih dari 5 tahun < 15 µg/l.
9. Pemeriksaan sumsum tulang. Merupakan gold standard untuk penilaian cadangan
besi. Cadangan besi (hemosiderin) berkurang atau kosong. Namun akhir-akhir ini
pemeriksaan sumsum tulang banyak diambil alih oleh pemeriksaan feritin serum yang
lebih praktis. Kepadatan sel di sumsum tulang juga meningkat (hiperseluler).3
Diagnosis Kerja
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi (ADB) ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis
yang tidak khas. Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB :

1. Kriteria diagnosis ADB menurut WHO :


 Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
 Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata <31% (N : 32-35%)
 Kadar Fe serum < 50µg/dl (N : 80-180 µg/dl)
 Saturasi transferin (ST) <15% (N : 20-50%)

2. Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen :

6|Page
 Anemia hipokrom mikrositik
 Saturasi transferin < 16%
 Nilai FEP >100 µg/dl eritrosit
 Kadar feritin serum < 12 µg/dl
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria (ST, feritin serum
dan FEP) harus dipenuhi.
Cara lain untuk menentukan adanya ADB adalah dengan trial pemberian preparat besi.
Penentuan ini penting untuk mengetahui adanya ADB subklinis dengan melihat respons
hemoglobin terhadap pemberian preparat besi. Prosedur ini sangat mudah, praktis, sensitive
dan ekonomis terutama pada anak yang beresiko tinggi menderita ADB. Bila dengan
pemberian preparat besi dosis 6 mg/kgBB/ hari selama 3-4 minggu terjadi peningkatan kadar
Hb 1-2g/dl maka dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan menderita ADB.

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan
besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang
pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Selain dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin yang berperan dalam penyimpanan dan pengangkutan oksigen, zat
besi juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis
DNA, neurotransmitter dan proses katabolisme yang dalam bekerjanya membutuhkan ion
besi. Dengan demikian, kekurangan besi mempunyai dampak yang merugikan bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan
konsentrasi belajar dan mengurangi aktivitas kerja.
Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis
yang sering tidak khas. Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pucat tanpa tanda-tanda
perdarahan (petekie, ekimosis, atau hematoma) maupun hepatomegali. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin yang rendah. Jumlah leukosit, hitung jenis, dan
trombosit normal, kecuali apabila disertai infeksi. Diagnosis pasti ditegakkan melalui
pemeriksaan kadar besi atau feritin serum yang rendah dan pewarnaan besi jaringan sumsum
tulang.4
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang gejala klinisnya menyerupai Anemia Defisiensi Besi (ADB) antara
lain :

7|Page
a. Thalasemia Minor. Merupakan kelainan yang diakibatkan kekurangan protein beta.
Namun kekurangannya tidak terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh dapat tetap
normal. Gejala terparahnya hanya berupa anemia ringan sehingga dokter seringkali
salah mendiagnosis. Penderita thalasemia minor sering didiagnosis mengalami
kekurangan zat besi. Pada thalasemia minor morfologi darah tepi sama dengan ADB.
Salah satu cara sederhana untuk membedakan kedua penyakit tersebut adalah dengan
melihat jumlah sel darah merah yang meningkat meski sudah anemia ringan dan
mikrositosis. Sebaliknya pada ADB jumlah sel darah merah menurun sejajar dengan
penurunan kadar Hb dan MCV. Cara mudah dapat diperoleh dengan cara membagi
nilai MCVdengan jumlah eritrosit. Bila nilainya kurang dari 13 menunjukan
thalasemia minor dan bila nialinya kebih dari 13 menunjukan ADB. Pada thalasemia
minor didapatkan basophilic stippling, peningkatan kadar bilirubin plasma dan
peningkatan kadar HbA2.
b. Anemia penyakit kronis. Gambaran morfologi biasanya normositik normokrom tetapi
bisa juga ditemukan hipokrom mikrositik. Terjadinya anemia penyakit kronis
disebabkan terganggunya mobilisasi besi dan makrofag oleh transferin. Kadar Fe
serum dan TIBC menurun meskipun cadangan besi normal atau meningkat sehingga
nilai saturasi transferin normal atau sedikit menurun, kadar FEP meningkat.
Pemeriksaan kadar reseptor transferin sangat berguna dalam membedakan kedua
penyakit ini. Pada anemia penyakit kronis TfR normal karena pada inflamasi
kadarnya tidak terpengaruh sedangkan pada ADB kadarnya menurun.
c. Anemia sideroblastik merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis
heme, bisa didapat atau herediter. Gejala hampir mirip dengan anemia defisiensi besi
namun pada anemia sideroblastik terjadi pembesaran limpa dan hati akibat banyaknya
eritrosit yang imatur dan hancur. Gambaran morfologi hipokrom mikrositik dengan
peningkatan kadar RDW yang disebabkan populasi sel darah merah yang dimorfik.
Kadar Fe serum dan ST meningkat, pada sediaan apus sumsum tulang didapatkan sel
darah merah berinti yang mengandung granula besi (agregat besi dalam mitokondria)
yang disebut ringed sideroblast. Anemia ini umumnya terjadi pada dewasa.
Etiologi
Terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan absorbs besi, diet yang mengandung
besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang. Kekurangan besi dapat
disebabkan oleh :

8|Page
1. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis.
 Pertumbuhan. Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan
masa remaja kebutuhan besi meningkat, sehingga pada periode ini insiden ADB
meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali dan masa
hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali lipat dibanding saat lahir. Bayi premature
dengan pertumbuhan sangat cepat, pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai
6 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
 Menstruasi. Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak perempuan adalah
kehilangan darah lewat menstruasi.
2. Kurangnya besi yang diserap.
 Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat. Seorang bayi pada 1 tahun pertama
kehidupannya membutuhkan makanan yang banyak mengandung besi. Bayi cukup
bulan akan menyerap kurang lebih 200 mg besi selama 1 tahun pertama (0,5mg/hari)
yang terutama digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI eksklusif
jarang menderita kekurangan besi pada 6 bulan pertama. Hal ini disebabkan besi yang
terkandung didalam ASI lebih mudah diserap dibandingkan dengan susu yang
terkandung susu formula. Diperkirakan sekitar 40% besi dalam ASI diabsorbsi bayi,
sedangkan dari PASI hanya 10% besi yang dapat diabsorbsi.
 Malabsorbsi besi. Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa
ususnya mengalami perubahan secara histologist dan fungsional. Pada orang yang
telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering disertai ADB walaupun
penderita mendapat makanan cukup besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah
asam lambung dan makanan lebih cepat melewati bagian atas usus halus, tempat
utama penyerapan besi heme dan non heme
3. Pendarahan. Kehilangan darah akibat pendarahan merupakan penyebab penting
terjadinya ADB. Kehilangan darah akan mempengaruhi keseimbangan status besi.
Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5mg, sehingga
kehilangan darah 3-4ml/ hari (1,5-2mg besi) dapat mengakibatkan keseimbangan
negative besi. Pendarahan dapat berupa pendarahan saluran cerna, ulkus peptikum,
obat-obatan (asam asetil salisilat, kortikosteroid, indometasin, NSAID) yang
menyerang usus halus bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darah
submukosa usus.

9|Page
4. Iatrogenic blood loss. Pada anak yang banyak diambil darah vena untuk pemeriksaan
laboratorium beresiko menderita ADB.5
Patofisiologi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang. tahap defisiensi besi, yaitu :
I. Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein
besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non
heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.
II. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin atau iron
limited erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang
eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan
saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan
free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.
III. Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi
yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb.
Dari gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap
ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.5,6
Gejala Klinis
Balita yang menderita anemia defisiensi besi akan terlihat pucat, lesu, dan tidak
bergairah. Jika tidak segera diatasi, balita tersebut akan mengalami ganguan tumbuh
kembang seperti gangguan nafsu makan, kuku seperti sendok, dan ganguan belajar. Tranfusi
darah tidak rutin diberikan pada balita dengan anemia defisiensi besi, kecuali dia mengalami
keadaan yang berat atau kadar Hbnya sangat rendah.
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu :

1. Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome)
dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8
g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta

10 | P a g e
telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin
yang terjadi secara perlahan-lahan seringkali sindroma anemia tidak terlalu mencolok
dibandingkan dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih
cepat, oleh karena mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan baik. Anemia
bersifat simptomatik jika hemoglobin telah turun dibawah 7g/dl. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan dibawah
kuku.

2. Gejala khas defisiensi besi. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi
tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah :
 Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh bergaris-garis
vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
 Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.
 Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
 Atrofi mukosa lambung dan usus halus sehingga menimbulkan akhloridia
 Intoleransi terhadap latihan: penurunan aktivitas kerja dan daya tahan tubuh
3. Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, hal ini terjadi karena fungsi leukosit
yang tidak normal. Pada penderita ADB neutrofil mempunyai kemampuan untuk
memfagositosis tetapi kemampuan untuk membunuh E.coli dan S.aureus menurun.6
Penatalaksanaan
Pengobatan anemia defisiensi besi, yang utama adalah pemberian obat yang
mengandung zat besi dan makanan yang banyak mengandung zat besi. Seperti, daging
berwarna merah dan hati ayam. Periksa kembali darah balita. Jika ternyata Hb-nya sangat
rendah, mungkin memang perlu tranfusi darah.
1. Preparat besi peroral. Lebih aman, murah, dan sama khasiatnya dengan pemberian
secara parenteral. Garam ferro di dalam tubuh diabsorbsi oleh usus sekitar tiga kali
lebih baik dibandingkan garam ferri, maka preparat yang tersedia berupa ferro sulfat,
ferro glukonat, ferro fumarat. Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang
dianjurkan 3-6 mg besi elemental/kgBB/hari diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Dosis
obat dihitung berdasarkan kandungan besi elemental yang ada dalam garam ferro.
Garam ferro sulfat (FeSO4) mengandung besi elemental 20%, sementara ferro
fumarat mengandung 33%, dan ferro glukonat 12% besi elemental.

11 | P a g e
Respon terapi terhadap pemberian preparat besi dapat diamati secara klinis atau dari
pemeriksaan laboratorium. Evaluasi respon terhadap terapi besi dengan melihat
peningkatan retikulosit dan peningkatan hemoglobin atau hematokrit. Terjadi
kenaikan retikulosit maksimal 8%-10% pada hari kelima sampai kesepuluh terapi
sesuai dengan derajat anemia, diikuti dengan peningkatan hemoglobin (rata-rata 0,25-
0,4 mg/dL/hari) dan kenaikan hematokrit (rata-rata 1% per hari) selama 7-10 hari
pertama. Kadar hemoglobin kemudian akan meningkat 0,1 mg/dL/hari sampai
mencapai 11 mg/dL dalam 3-4 minggu. Bila setelah 3-4 minggu tidak ada hasil seperti
yang diharapkan, tidak dianjurkan melanjutkan pengobatan. Namun apabila
didapatkan hasil seperti yang diharapkan, pengobatan dilanjutkan sampai 2-3 bulan
setelah kadar hemoglobin kembali normal.
2. Pemberian besi secara intramuskular menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal.
Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk
menaikkan kadarHb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai
adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi/ml.
3. Vitamin C 100mg untuk setiap 15mg suplementasi FeSO4.
4. Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan
anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respons
terapi. Koreksi anemia berat dengan transfusi tidak perlu secepatnya, malah akan
membahayakan karena dapat menyebabkan hipervolemia dan dilatasi jantung.
Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan
kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi.6
Pencegahan

1. Pemberian ASI minimal 6 bulan, tambahan makanan/ bahan yang meningkatkan


absorbs besi (buah-buahan, daging, unggas), suplementasi besi pada anak usia 2-12
tahun: 1mg/kg/hari 2x/minggu selama 3 bulan setiap tahun.
2. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun sehubungan dengan resiko
terjadinya pendarahan saluran cerna yang tersamar pada beberapa bayi
3. Memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan
asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan (usia 4-6 bulan)
4. Memberikan suplementasi Fe pada bayi kurang bulan
5. Pemakaian PASI (susu formula yang mengandung besi)

12 | P a g e
6. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber alami terutama sumber hewani yang mudah
diserap.

Komplikasi

Bagi bayi dan anak (0-9 tahun) 2

 Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi.


 Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar.
 Gangguan pada psikologis dan perilaku

Bagi Remaja (10-19 tahun)


 Gangguan kemampuan belajar
 Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik
 Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan
 penyakit infeksi

Bagi Orang dewasa pria dan wanita 7


 Penurunan kerja fisik dan pendapatan.
 Penurunan daya tahan terhadap
 Keletihan

Prognosis
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia
dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
Kesimpulan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang
diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita
anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi
pada anak akan memberikan dampak yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak, antara lain dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Defisiensi besi juga dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan organ tubuh akibat oksigenasi ke jaringan berkurang. Penyebab utama anemia
defisiensi besi adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah.

13 | P a g e
Daftar Pustaka
1. Behrman. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Edisi 15. 1999. EGC. Jakarta.
2. Permono HB, Sutaryo, Windiastuti E. Buku ajar hematologi-onkologi anak ed.4.
Jakarta: IDAI; 2012; 30-42.
3. Mitchell, Kumar, Abbas. Buku saku dasar patologis penyakit. Jakarta: EGC; 2005.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna;
2009. h.1128-36.
5. Latief abdul, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FKUI. Jakarta.
6. Raspati H., Reniarti L., Susanah S. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak. “Anemia”.
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.
7. Pusponegoro H.D, Firmanda D, Rusmil K, et al. Standar pelayanan medis kesehatan
anak. Edisi I. 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai