BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit
tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. PPOK
diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan peningkatan usia harapan
hidup penduduk dunia, pergeseran pola penyakit infeksi yang menurun
sedangkan penyakit degeneratif meningkat serta meningkatnya
kebiasaan merokok dan polusi udara. Merokok merupakan salah satu faktor
risiko terbesar PPOK.1
Prevalensi PPOK di negara-negara Asia Tenggara diperkirakan 6,3%
dengan prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam (6,7%) dan China (6,5%). Di
indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien dengan prevalensi 5,6%. Angka ini
bisa meningkat dengan semakin banyaknnya perokok karena 90% pasien PPOK
adalah perokok dan mantan perokok. Jumlah perokok yang berisiko menderita
PPOK atau kanker paru berkisar antara 20 – 25%. Hubungan antara rokok dan
PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang rokok yang
dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko
penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar.1
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD),
PPOK adalah penyakit dengan karakteristik keterbatasan saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible. Keterbatasan saluran napas tersebut biasanya progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi dikarenakan bahan yang merugikan atau
gas yang berbahaya.2
PPOK merupakan salah satu penyebab gangguan pernafasan yang semakin
sering dijumpai. Salah satu dampak negatif PPOK adalah penurunan kualitas
hidup pasiennya. Hal ini dikarenakan PPOK penyakit paru kronik, progresif yang
tidak sepenuhnya reversibel. Salah satu gejala PPOK yaitu sesak nafas, akibat
sesak nafas yang sering terjadi penderita menjadi panik, cemas dan frustasi
sehingga penderita mengurangi aktifitas untuk menghindari sesak nafas yang
menyebabkan penderita tidak aktif. Penderita akan jatuh dalam dekondisi fisik
2
yaitu keadaan merugikan akibat aktifitas yang rendah dan dapat mempengaruhi
sistem muskuloskletal, respirasi, kardiovaskular dan lainnya. Kemampuan
penderita untuk aktivitas fisik juga menurun. Keadaan ini menyebabkan kapasitas
fungsional menurun sehingga kualitas hidup juga menurun.3
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab
kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. Data dari
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit paru obstruksi
kronik (PPOK) menjadi penyebab kematian lebih dari 3 juta orang di seluruh
dunia pada tahun 2012.4 Di Amerika Serikat, PPOK menyebabkan masalah
kesehatan berat dan beban ekonomi bahkan diperkiran pada tahun 2020 akan
menjadi penyebab kematian ke-3 terbanyak pada pria maupun wanita.
Diperkirakan juga di Amerika Serikat terdapat 16 juta penduduk terdiagnosa
PPOK dan ada 14 juta penduduk atau lebih yang belum terdiagnosa.5
Standar baku emas (gold standard) pada PPOK adalah dengan melakukan
tes fungsi paru dengan pemeriksaan spirometri. Spirometri tidak hanya
berfungsi sebagai alat diagnostik tetapi juga prognostik untuk melihat perbaikan
fungsi paru setelah pemberian terapi. Normalnya, pada pasien PPOK terjadi
hambatan aliran udara sehingga rasio FEV1/FVC akan mengalami penurunan.
Hambatan aliran udara terjadi akibat dari peningkatan sekresi mucus. Semakin
rendah rasio FEV1/FVC menandakan semakin tinggi derajat berat PPOK.6
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah :
1. Mengetahui anatomi, histologi dan fisiologi sistem respirasi.
2. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gambaran
klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan PPOK.
3. Melakukan diskusi kasus penderita PPOK.
4. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
3
1.3. Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis
dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara
umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Estimasi dari 12 negara Asia Tenggara diperkirakan bahwa prevalensi
PPOK sebesar 6.3 % dengan prevalensi maksimum ada di negara Vietnam (6.7%)
dan RRC (6.5%).2 Hasil penelitian Buist yang dilakukan dengan pemeriksaan
spirometri, kuesioner yang berisi gejala respirasi, status kesehatan dan faktor
pajanan menunjukkan bahwa secara umum prevalensi PPOK lebih tinggi pada
lelaki dibandingkan perempuan.7
World Health Organization (WHO) menyebutkan PPOK merupakan
penyebab kematian keempat didunia. Menurut perkiraan sekitar 80 juta orang
akan menderita PPOK pada tahun 2005 dengan merujuk pada 5% dari seluruh
kematian secara global. Total kematian akibat PPOK diproyeksikan akan
meningkat > 30% pada 10 tahun mendatang. Hal ini dihubungkan dengan
pertambahan penduduk, kebiasaan merokok yang meningkat, industrialisasi dan
5
polusi udara.4 Di Indonesia tidak ada data yang akurat mengenai prevalensi
terjadinya PPOK, namun pada survei kesehatan rumah tangga Depkes RI pada
tahun 1992 asma, bronkitis kronis dan emfisema menduduki peringkat ke-6
sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab tersering kematian di
Indonesia.1
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi keparahan batas aliran udara pada COPD ditunjukkan pada
Tabel 2.1. Titik potong spirometrik khusus digunakan untuk tujuan
kesederhanaan. Spirometri harus dilakukan setelah pemberian dosis yang cukup
sedikitnya satu short-acting inhaled bronchodilator untuk meminimalkan
variabilitas.2
7
Tabel 2.1
Derajat Klinis Faal Paru
2.5 Patogenesis
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK
yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya
suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang
meningkat sesuai berat sakit.10
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang. Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan
di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru.10
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel
makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor
kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrienB4, tumor necrosis
factor (TNF), monocyte chemotactic peptide(MCP)-1 dan reactive oxygen species
(ROS). Faktor-faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease
yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan
dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti
proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan
antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan neutrofil akan
9
PaO2 < 8,0 kPa (60 mmHg) dan atau SaO2 < 90% dengan atau
tanpa PaCO2 > 6,7 kPa (50 mmHg), saat bernapas dalam udara
ruangan, mengindikasikan adanya gagal napas.
PaO2 < 6,7 kPa (50mmHg), PaCO2 > 9,3 kPa (70 mmHg) dan pH
< 7,30, member kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu
dilakukan monitor ketat serta penanganan intensif.
d. EKG
Pemeriksaan EKG dapat membantu penegakan diagnosis hipertrofi
ventrikel kanan, aritmia dan iskemia.
e. Kultur dan sensitivitas kuman
Diperlukaan untuk mengetahui kuman penyebab serta resistensi kuman
terhadap antibiotik yang dipakai. Pemeriksaan ini juga diperlukan jika
tidak ada respon terhadap antibiotik yang dipakai sebagai awal
permulaan penyakit. Kuman penyebab eksaserbasi akut yang paling
sering ditemukan adalah Streptococcus pneumonia, Moraxella
catarrhalis dan H. influenzae.
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan PPOK :1
1. Mengurangi gejala
2. Mencegah progresivitas penyakit
3. Meningkatkan toleransi latihan
4. Meningkatkan kualitas hidup penderita
5. Mencegah dan mengobati komplikasi
6. Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
7. Menurunkan angka kematian.
13
5) Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup,
digunakan N-asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
6) Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang kental (misalnya ambroksol,
16
d. Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan kronik menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan
oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik otot maupun organ-
organ lainnya.
1) PaO2 <60 mmHg atau Sat O2 <90%
2) PaO2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2 >89% disertai kor pulmonal,
perubahan P pulmonal, Ht >55 % .
17
2.10 Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan pada orang-orang yang
belum ada faktor resiko PPOK, meliputi: menciptakan lingkungan yang
bersih dan berperilaku hidup sehat seperti tidak merokok.
2. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
a. Kebiasaan merokok harus dihentikan
b. Memakai alat pelindung seperti masker di tempat kerja (pabrik) yang
terdapat asap mesin, debu
19
2.11 Komplikasi
1. Gagal napas
a. Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah Po2 <60 mmHg dan Pco2 >60 mmHg,
b. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Ditandai oleh (sesak napas dengan atau tanpa sianosis, sputum
bertambah purulen, demam, kesadaran menurun)
2. Infeksi berulang
Dikarenakan produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman yang memudahkan terjadinya infeksi berulang.
3. Kor pulmonal
Ditandai P pulmonal pada EKG, hematokrit >50% dapat disertai gagal
jantung.2
2.12 Prognosis
Prognosis tergantung pada :1
a. Beratnya obstruksi
b. Adanya kor pulmonale
c. Kegagalan jantung kongestif
d. Derajat gangguan AGDa
BAB III
STATUS ORANG SAKIT DAN FOLLOW UP PASIEN
Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : Hal ini dirasakan pasien sudah 1 minggu sebelum masuk
Rumah Sakit dan memberat dalam 2 hari ini. Sesak nafas dirasakan os memberat
saat beraktivitas. Os mengalami batuk 11 bulan ini SMRS. Batuk disertai dahak yang
berwarna kehijauan. Batuk berdarah tidak dijumpai. Os juga mengeluhkan nyeri
dada. Keluhan batuk dijumpai dan os mengalami demam. Os juga mengeluhkan
kembung pada perutnya, kembung dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Os juga mengeluhkan nyeri seperti menghisap pada ulu hatinya. Os juga
mengeluhkan mual tetapi tidak muntah. Riwayat diabetes melitus tidak dijumpai.
Riwayat hipertensi tidak dijumpai. Os mempunyai kebiasaan merokok, Riwayat
merokok dijumpai. Os merokok 1 bungkus per hari selama 40 tahun. Os merupakan
pasien paru dengan pengobatanOAT. Riwayat minum alkohol tidak dijumpai pada
os.
Status Present
Keadaan Umum
- Sensorium : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 110/60mmHg
22
- Temperatur : 36.2 oC
- Pernafasan : 20x / menit, reguler
- Nadi : 76x / menit, equal, teg/vol. sedang
Keadaan Penyakit
- Anemi : -/- - Eritema :-
- Ikterus : -/- - Turgor : <3 detik
- Sianose :- - Gerakan aktif : -
- Dispnoe :+ - Sikap tidur paksa :-
- Edem :-
Keadaan Gizi
BB : 65 kg TB : 165 cm
RBW = 60 x 100%= 100%
(160-100)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
- Pertumbuhan rambut : dbn
- Sakit kalau di pegang :-
- Perubahan lokal : -
a. Muka
- Sembab :- - Parase :-
- Pucat :- - Gangguan lokal :-
- Kuning :-
b. Mata
- Stand mata : dbn - Jaundice : -/-
- Gerakan : dbn - Anemia : -/-
- Exoftalmus :- - Rekasi pupil :isokor
- Ptosis :- - Gangguan lokal :-
c. Telinga
- Sekret :- - Bentuk : dbn
- Radang :- - Atrofi :-
23
d. Hidung
- Sekret :- - Benjolan-benjolan :-
- Bentuk : dbn
e. Bibir
- Sianonis :- - Kering :-
- Pucat :- - Radang :-
f. Gigi
- Karies :- - Jumlah : 32
- Pertumbuhan : dbn - Pyorroe alveolaris :-
g. Lidah
- Kering :- - Beslag :-
- Pucat :- - Tremor :-
h. Tonsil
- Merah :- - Membran : dbn
- Bengkak :- - Angina lacunaris :-
- Beslag :-
2. Leher
Inspeksi :
- Struma :- - Torticolis :-
- Kelenjar bengkak :- - Venektasi :-
- Pulsasi vena : dbn
Palpasi
- Posisi trachea : medial
- Tekan vena jugularis : R- 2 CmH2O
- Sakit / nyeri tekan :-
- Kosta servikalis : dbn
3. Thorax depan
Inspeksi
- Bentuk : Simetris Fusiformis
- Simetris/asimetris : simetris
24
- bendungan vena :-
- ketinggalan bernafas: -
- venektasi :-
- pembengkakan :-
- pylsasi verbal :-
- mammae :-
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak dijumpai
- Fremitus suara : stem fremitus mengeras pada lapangan paru kanan
- Iktus : dbn
Perkusi
- Paru
- paru : sonor dikedua lapangan paru
- Batas Paru Hati (R/A) :
- Peranjakan :
- Jantung
- Batas atas jantung : kostovertebra 2 kiri
- Batas kanan jantung : linea parasternalis kanan
- Batas kanan jantung : 1 jari (1cm) medial dari linea midclavicula kiri
- batas bawah jantung: diafragma
Auskultasi
- Paru-paru
- Suara pernafasan : ekspirasi memanjang
- Suara tambahan : -/-
- Cor
- Heart rate : 80x/menit, regular, intensitas cukup
- Suara katup : M1 > M2 A2 > A1
P2 > P1 A2 > P2
- Suara tambahan : -
o Desah jantung sistolis/ diastolis :-
o Gesek pericardial/ pleurocardial :-
4. Thorak belakang
25
Inspeksi
- Bentuk : Simetris fusiformis
- simetris/asimetris : simetris
- benjolan :-
- scapula alta :-
- ketinggalan bernafas :-
- venektasi :-
Palpasi
- Penonjolan-penonjolan : tidak dijumpai
- Fremitus suara : kanan = kiri
Perkusi
- Suara perkusi paru : sonor
Auskultasi
- Suara pernafasan : ekspirasi memanjang
- Suara tambahan : -/-
5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak :-
- Venektasi / pembentukan vena :-
- Gembung :-
- Sirkulasi collateral :-
- Pulsasi :-
Palpasi
- Defens muskular :-
- Nyeri tekan :+
- Lien : tidak teraba
- Ren : tidak teraba
- Hepar : tidak teraba
Perkusi
- Pekak hati :
- Pekak beralih :
Auskultasi
- Peristaltik usus : (+) Normal
26
6. Genetalis
- Luka :-
- Cicatriks :-
- Nanah :-
- Hernia :-
7. Extrimitas
a. atas
- Bengkak : -/- - Reflex :
- Merah : -/- Biceps : +/+
- Stand abnormal : -/- Triceps : +/+
- Gangguan fungsi : -/- - Radio periost : -/-
- Tes rumpelit : -/-
b. bawah
- Bengkak : -/-
- Merah :-
- Oedema : -/-
- Pucat :-
- Gangguan fungsi :-
- Varises :-
- Reflex :-
KPR : +/+
APR : +/+
Struple : -/-
I. ANAMNESA ORGAN
Anamnese Umum
- Badan kurang enak :+ - Tidur : sulit tidur
- Merasa capek / lemas :- - Berat badan : menurun
27
Anamnesa organ
1. Cor
- Dyspnoe d’effort :+ - Cyanosis :-
- Dyspnoe d’repos :- - Angina pectoris :-
- Oedem :- - Palpitasi cordis :-
- Nycturia :- - Asma cardial :-
2. Sirkulasi perifer
- Claudicatio intermitten :- - Gangguan tropis :-
- Sakit waktu istirahat :- - Kebas-kebas :-
- Rasa mati ujung jari :-
3. Tractus respiratorius
- Batuk :+ - Stridor :-
- Berdahak :+ - Sesak nafas :-
- Haemaptoe :- Pernafasan cuping :-
Sakit dada waktu bernafas :- Suara parau :-
4. Traktus digestivus
A. Lambung
- Sakit di epigastrium :+ - Sendawa :-
Sebelum /sesudah makan :- - Anoreksia :-
- Rasa panas di epigastrium :- - Mual-mual :+
- Muntah (freq, warna, isi, dll) :- - Dysphagia :-
- Hematemesisi :- - Foetor ex ore :-
- Ructus :- - Pyrosis :-
B. Usus
- Sakit di abdomen :- - Melena : -
Borborygmi :- - Tenesmi :-
28
6. Sendi
- Sakit :- - Sakit digerakkan :-
- Sendi kaku :- - Bengkak :-
- Merah :- - Stand abnormal :-
7. Tulang
- Sakit :- - Faktur spontan :-
- Bengkak :- - Deformasi :-
8. Otot
- Sakit :- - Kejang-kejang :-
- Kebas-kebas :- - Atrofi :-
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : - - Muka pucat :-
- Mata berkunang-kunang : - - Bengkak :-
29
10. Endoktrin
a. Pankreas
- Poilidipsi :- - Pruritus :-
- Polifagi :- - Pyorrhea :-
- Poliuri :-
b. Tiroid
- Nervositas :- - Struma :-
- Exoftalmus :- - Miksodem :-
c. Hipofisis
- Akromegali :- - Distrfi adipos kongenital
:-
14. Psikis
- Mudah tersinggung :- - Pelupa :-
30
Anamnesa makanan
- Nasi : freg 3x/hari - Sayur-Sayuran : cukup
- Ikan : cukup - Daging : cukup
Anamnesa family
- Penyakit-penyakit family : Tidak di jumpai
- Penyakit seperti orang sakit : Tidak di jumpai
- Anak-anak, hidup, mati : 0,0,0
Resume
Keluhan Utama : Dyspnoe
Telaah : Dyspnoe (+) sudah dialami dalam 1 minggu ini. Dyspnoe
dirasakan saat os banyak aktivitas. Batuk (+) berdahak berwarna putih , Haemaptosis
(-), Meteorismus (+), nyeri epigastrium (+), mual (+), muntah (-), BAK dan BAB
dalam batas normal. Riwayat penggunaan Obat OAT
Diagnosa sementara
PPOK eksaserbasi akut
Rencana Penatalaksanaan
1. Aktivitas: Tirah baring
2. Diet: MB
3. Medikamentosa
- O2 1-2 liter/menit via nasal kanul
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Inj. Ranitidine 50 gr/12 jam/hari
- Nebul ventolin 1 ampul/12jam
- Nebul flexotide 1 ampul/8 jam
- Ambroxol syr 3x C1
- Sucralfat syr 3 x C1
Anjuran
- Cek BTA 3DS
- Foto thorax PA
32
- kultur sputum
ST: wheezing
Ekstremitas: edema (-/-)
Lab: BTA 3DS (H2) Negatif
A: PPOK eksaserbasi akut + Gastritis
P: Tirah baring
Diet MB
O2 2-4 liter/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
Inj. Ranitidine 50 mg/12jam/iv
Nebul Ventolin 1 ampul/8jam
Nebul Flexotide 1ampul/8jam
Ambroxol syr 3 x C1
Sucralfat syr 3 x C1
R/
Cek BTA 3DS (H3)
03-01-2018
S: Sesak nafas(+), batuk berdahak(+), nyeri ulu hati (-)
O: Sensorium: CM, TD: 130/80 mmHg , HR: 72x/i , RR: 24 x/i, Temp: 35,0°C
PF:
Kepala: anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher: TVJ R-2 cmH2O, pemb. KGB (-)
Thorax:
SP: ekspirasi memanjang
ST: wheezing
Ekstremitas: edema (-/-)
Lab: BTA 3DS (H3) Negatif
A: PPOK eksaserbasi akut + Gastritis
P: Tirah baring
Diet MB
35
O2 2-4 liter/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
Inj. Ranitidine 50 mg/12jam/iv
Nebul Ventolin 1 ampul/8jam
Nebul Flexotide 1ampul/8jam
Ambroxol syr 3 x C1
Sucralfat syr 3 x C1
R/
04-01-2018
S: Sesak nafas(-), batuk berdahak(+), nyeri ulu hati (-)
O: Sensorium: CM, TD: 120/80 mmHg , HR: 69x/i , RR: 22 x/i, Temp: 35,0°C
PF:
Kepala: anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher: TVJ R-2 cmH2O, pemb. KGB (-)
Thorax:
SP: ekspirasi memanjang
ST: -
Ekstremitas: edema (-/-)
A: PPOK eksaserbasi akut + Gastritis
P: Tirah baring
Diet MB
O2 2-4 liter/i
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
Inj. Ranitidine 50 mg/12jam/iv
Nebul Ventolin 1 ampul/8jam
Nebul Flexotide 1ampul/8jam
Ambroxol syr 3 x C1
36
Sucralfat syr 3 x C1
R/
PBJ
Obat PBJ:
Ventolin Inhalasi
Metilprednisolon 3x4mg
Omeprazole tab 2 x 20mg
Sucralfat syr 3 x C1
BAB I V
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) Pasien laki-laki 56 tahun dengan keluhan
adalah penyakit paru kronik dengan sesak nafas yang telah dialami os 7 hari
karakteristik adanya hambatan aliran udara di sebelum masuk rumah sakit.
saluran napas yang bersifat progresif,
nonreversibel atau reversibel parsial, serta
adanya respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya.
37
Faktor Resiko
d. Kebiasaan merokok Pasien berjenis kelamin laki laki dengan
Pada perokok berat kemungkinan untuk umur 56 tahun memiliki riwayat merokok ±
mendapatkan PPOK menjadi lebih tinggi. 40 tahun. Os mengkonsumsi rokok 6-10
WHO menyatakan hampir 75% kasus batang/hari. Riwayat hipersensitivitas tidak
bronkitis kronik dan emfisema dijumpai pada OS.
diakibatkan oleh rokok. Perokok lebih
beresiko 45% untuk terkena PPOK
dibanding yang bukan perokok.
e. Pekerjaan
Pekerja yang bekerja di lingkungan yang
berdebu akan lebih mudah terkena PPOK.
Perjalanan debu yang masuk ke saluran
pernapasan dipengaruhi oleh ukuran
partikel tersebut. Partikel yang berukuran
5 μm atau lebih akan mengendap di
hidung, nasofaring, trakea dan
percabangan bronkus. Partikel yang
berukuran kurang dari 2 μm akan berhenti
di bronkiolus respiratorius dan alveolus.
Partikel yang berukuran kurang dari 0,5
μm biasanya tidak sampai mengendap di
saluran pernapasan akan tetapi akan
dikeluarkan lagi.
f. Jenis Kelamin
Jenis kelamin, dimana pasien pria lebih
banyak daripada wanita. Ini dikarenakan
perokok pria lebih banyak 2 kali lipat
daripada wanita.
g. Usia
38
Gejala Klinis
Gejala klinis PPOK eksaserbasi akut dapat Pasien mengeluhkan sesak nafas yang
dibagi menjadi gejala respirasi dan gejala progresif, terus menerus dan memberat
sistemik. Gejala respirasi yaitu berupa sesak ketika beraktivitas 7 hari sebelum masuk
napas yang semakin bertambah berat, rumah sakit dan memberat 2 hari ini. Pasien
peningkatan volume dan purulensi sputum, juga mengalami batuk produktif disertai
batuk yang semakin sering dan napas yang dengan produksi sputum berwarna
dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai kehijauan. Pasien juga mengalami mudah
dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan lelah.
denyut nadi serta gangguan status mental
pasien.
Penatalaksanaan
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA