Anda di halaman 1dari 17

TELAAH PENYAKIT AFRICAN SWINE FEVER

• EFFI MAYA PANJAITAN 71170891144 • ROHATIL JANNAH MTD 71170891407


• MUHAJIR 71170891330 • HETY YUNITA CLAUDIA 71170891415
• SANDY MEGA FLAMBOYAN71170891294 • SUCIK WITDIAWATI 71170891426
• LAILAN UZMA RITONGA 71170891403 • LIZA ERLIANTI 71170891376
• SUITA ALLEMINA GLORIA 71170891401
Pembimbing :
dr. Ziad Batuara, MPH
1.1 Latar Belakang
• African Swine Fever (ASF)sanitasi dan sosial ekonomi yang signifikan
• ASF pertama kali terdeteksi di Kenya pada tahun 1909
• Di Indonesia, ASF di provinsi Sumatera Utara menurut kementerian pertanian
bahwa lebih dari 4.000 babi telah mati setelah wabah demam babi klasik, juga dikenal
sebagai babi kolera. Demam babi klasik pertama kali terdeteksi pada September 2019
di kabupaten Dairi. Kementrian pertanian tidak dapat mengatakan berapa banyak
kematian babi yang mungkin disebabkan oleh ASF. Provinsi Nusa Tenggara Timur
September bahwa ada 100 wabah ASF, menewaskan 405 babi
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
• Untuk mengetahui telaah tentang African Swine Fever
Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari African Swine Fever.
• Untuk mengetahui epidemiologi dari African Swine Fever.
• Untuk mengetahui cara penularan dari African Swine Fever.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Bagi Penulis
• Untuk menambah informasi tentang ASF.
Bagi Pembaca
• Untuk menambah pengetahuan tentang ASF.
DEFINISI

African Swine Fever adalah penyakit menular disebabkan oleh virus yang menyerang babi yang mirip
dengan demam berdarah.

ETIOLOGI

African Swine Fever Virus (ASFV)Virus DNA, famili Asfarviridae


EPIDEMIOLOGI
MASA INKUBASI

• Masa inkubasi selama 3 hingga 19 hari


Cara Penularan
AFRICAN SWINE FIVER
GEJALA
KLINIS

BENTUK BENTUK
BENTUK AKUT
SUBAKUT KRONIS

TEMUAN POST-MERTEM
Penegakan Diagnosa
FRICAN SWINE FEVER LABORATORY DIAGNOSTIC TECHNIQUES AT A GLANCE
ASSAY FOR VIRUS SENSITIVITY SPECIFICITY SAMPLE TYPE COMMENTS
DETECTION SAMPLE
Polymerase Chain Reaction XXX XX Tissue exudates, serum or plasma Most common methodSusceptible to
(PCR)* contaminationDetects live or dead virus

Haemadsorption Test (HA XX XXX Porcine macrophage cells GOlD STaNDarDOnly used in a few reference
laboratories
Direct Fluorescence Antibody XXX (for early detection) XX Cryostat sections.impression recommended when PCr is unavailable or lack of
test (FAT) smears.Cell culture of macerates experienceNeeds a fluorescent microscopelack of
sensitivity after the first week post-infection

Enzyme-Linked X (for early detection XX Serum, macerates Not routinely usedlack of sensitivity after the 1stweek
Immunosorbent Assay (ELISA) post-infection

ASSAY FOR ANTIBODY SENSITIVITY SPECIFICITY COMMENTS


DETECTION
Enzyme-Linked X X Serum Screening testin-house and commercial kits available
Immunosorbent Assay
(ELISA)*
Immunoblotting XX X Serum Confirmatory testNo commercial kits

Indirect Fluorescent Antibody XXX XX Tissue exudates, serum or plasma Confirmatory testNo commercially available
(IFA) test reagentsNeeds a fluorescent microscope
DIAGNOSA BANDING

Classical swine fever


(CSF) Penyakit Aujeszky

Porcine Reproductive and Salmonellosis (And other


Respiratory Syndrome bacterial septicaemias)
(PRRS)
Porcine Dermatitis and
Poisoning
Nephropathy syndrome
(PDNS)

Erysipelas
Pencegahan

• Langkah-langkah biosekuriti untuk menghindari masuknya patogen.


• Visitor atau pengunjung ke suatu peternakan harus melewati tempat desinfeksi.
• Karantina babi yang baru saja ditransfer atau masuk ke dalam suatu kandang atau peternakan
selama minimal 14 hari.
• Memperhatikan hygiene dan sanitasi kandang
• Desinfeksi rutin untuk kandang menggunakan desinfektan yang dapat membunuh virus ini.
• Memasang pagar dengan jarak minimal 10 meter dari kandang
• Tidak memberikan makanan sisa limbah dapur ke babi
KETAHANAN VIRUS

• ASFV stabil pada rentang suhu dan tingkat pH yang luas untuk jangka waktu
lama, serta tahan terhadap autolisis dan berbagai disinfektan
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 ASF pada Manusia


Menurut Maisie Lam (Dokter Hewan) ASF bukan ancaman bagi kesehatan manusia
karena merupakan penyakit non zoonosis, yaitu penyakit hewan yang tidak menginfeksi
manusia.
3.2 Potensial ASF di Indonesia
ASF di provinsi Sumatera Utara menurut kementerian pertanian bahwa lebih dari
4.000 babi telah mati dan Nusa Tenggara Timur Indonesia, melaporkan pada bulan
September bahwa ada 100 wabah ASF, menewaskan 405 babi.
3.3 ASF terhadap Sosial Ekonomi
Menurut Elena signifikansi wabah ASF Global mencapai jauh melampaui kerugian
ekonomi dan destabilisasi industri daging babi terhadap kesehatan manusia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
• ASF merupakan penyakit yang sering pada babi dan menyebar dengan cepat yang menyebabkan banyak
kematian pada babi.
• African Swine Fever adalah penyakit menular disebabkan oleh virus yang menyerang babi yang mirip
dengan demam berdarah Disebabkan oleh African Swine Fever Virus (ASFV) adalah satu-satunya virus
DNA yang dapat ditularkan melalui arthropoda.
• ASF pertama kali terdeteksi di Kenya pada tahun 1909 setelah pengantar ke negara domestik Eropa
babi. Sedangkan di Indonesia, ASF di provinsi Sumatera Utara Indonesia menurut kementerian
pertanian bahwa lebih dari 4.000 babi telah mati setelah wabah demam babi klasik, juga dikenal sebagai
babi kolera. Sedangkan, Timor Timur yang berbagi pulau dengan provinsi Nusa Tenggara Timur
Indonesia, melaporkan pada bulan September bahwa ada 100 wabah ASF, menewaskan 405 babi.
• ASF dapat ditularkan oleh arthropoda yaitu kutu Ornithodoros yang mengandung virus ASF yang
menempel pada tubuh babi dan kemudian babi yang sakit dapat menularkan ke babi lainnya.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk KKP
• KKP perlu koordinasi dengan karantina hewan terkait dengan impor babi.
4.2.2 Untuk Dinas Kesehatan
• Dinas Kesehatan yang terkait perlu meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan
koordinasi dengan Dinas Peternakan kepada pemilik hewan ternak babi yang memiliki resiko
tertularnya ASF.
4.2.3 Untuk Masyarakat
• Masyarakat perlu mengetahui penyebab dan cara mencegah ASF.
4.2.4 Untuk Peternak Babi
• Peternak babi harus menjaga kebersihan babi baik itu kandang maupun makanan babi
tersebut. Sebaiknya peternak babi memperhatikan setiap babi yang menunjukkan gejala-
gejala dari ASF untuk segera melaporkan ke Dinas Peternakan terdekat.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai