Anda di halaman 1dari 21

ANGIOFIBROMA JUVENILE

NASOFARING
PEMBIMBING:
DR. ALISYAHBANA SIREGAR, SP. THT-KL

OLEH:
SUITA ALLEMINA GLORIA
71170891401
ANATOMI FARING
FUNGSI FARING

Respiratorik
Digestivus
Artikulasi
Proteksi
ANGIOFIBROMA JUVENILE
NASOFARING

Tumor jinak pembuluh darah di nasofaring yang


secara histologik jinak, secara klinis bersifat
ganas, karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan
sekitarnya, seperti ke sinus paranasal, pipi, mata
dan tengkorak, serta sangat mudah berdarah
yang sulit dihentikan.
EPIDEMIOLOGI

 Frekuensinya 1 : 5.000 – 1 : 60.000 dari


pasien THT
 Insidensnya 0,05% - 0,5% dari tumor leher
dan kepala
 Umumnya terjadi pada laki-laki antara 7-
19 tahun, jarang pada usia diatas 25
tahun
ETIOLOGI

?
TEORI TEORI
JARINGAN KETIDAKSEIMBANGA
N HORMON
ASAL
PATOGENESIS DAN MANIFESTASI
KLINIS
Tumor pertama kali tumbuh di bawah mukosa di tepi
sebelah posterior dan lateral koana di atas nasofaring

Tumor akan tumbuh besar dan meluas di bawah mukosa

Meluas ke arah bawah membentuk tonjolan massa di atas


rongga hidung posterior

Ke anterior dan inferior ruang postnasal. Akhirnya, rongga


hidung akan terisi pada satu sisi, dan septum akan
menyimpang ke sisi lain
• Perluasan ke arah lateral  foramen sfenopalatina  fisura pterigomaksilaris 
mendesak dinding posterior sinus maksila
• Bila meluas terus ke fossa intratemporal  benjolan di pipi, dan “rasa penuh” di
wajah
• Jika meluas hingga fisura orbitalis  mendorong salah satu atau kedua bola mata
tampak gejala khas pada wajah, yang disebut “muka kodok”
 Penyumbatan tumor pada ostium tuba
eustachius  otitis media.
 Bila tumor meluas ke rongga hidung 
penyumbatan pada ostium sinus  sinusitis.
 Perluasan tumor ke arah orofaring dapat
menekan palatum molle  disfagia yang
lambat laun  sumbatan jalan napas.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAA
N FISIK PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Hidung
tersumbat
• Rinorea kronis Rinoskopi
posterior • Radiologi
• Gangguan konvensional
penghidu massa tumor
konsistensi • CT-Scan
• Otalgia, • MRI
penurunan kenyal, warna
bervariasi dari • Angiografi
pendengaran
• Epistaksis masif abu-abu sampai
berulang merah muda
• Diplopia,
proptosis
Pemeriksaan penunjang

 Foto polos lateral menunjukkan adanya


massa besar di nasofaring yang menggeser
dinding antral posterior ke anterior (tanda
panah). Massa tersebut juga meluas ke sinus
sphenoid.
CT scan  Pemeriksaan ini akan memberikan gambaran
adanya massa di daerah posterior rongga hidung dan fossa
pterigopalatina serta adanya erosi tulang di belakang
foramen spenopalatina.
MRI

Pemeriksaan MRI dilakukan untuk


menentukan batas tumor
terutama yang telah meluas ke
intrakranial.
Angiografi

Pemeriksaan angiografi (arteriografi)


bertujuan melihat pembuluh darah
pemasok utama (feeding vessel) untuk
tumor serta mengevaluasi besar dan
perluasan tumor.

A. Angiografi pada arteri maksilaris interna


memperlihatkan tumor blush. B. Gambaran
angiografi post-embolisasi
STADIUM
SESSION FISCH
IA Tumor terbatas di nares posterior dan I Tumor terbatas di rongga hidung,
atau nasofaringeal vault nasofaring tanpa mendestruksi tulang
IB Tumor meliputi nares posterior dan II Tumor menginvasi fossa pterigomaksila,
atau nasofaringeal vault dengan sinus paranasal dengan destruksi tulang
meluas sedikitnya 1 sinus paranasal
IIA Tumor meluas sedikit ke fossa III Tumor menginvasi fossa infratemporal,
pterigomaksila orbita dengan atau regio paraselar
IIB Tumor memenuhi fossa IV Tumor menginvasi sinus kavernosus,
pterigomaksila tanpa mengerosi region kiasma optic dan atau fossa
tulang orbita pituitary
IIIA Tumor telah mengerosi dasar
tengkorak dan meluas sedikit ke
intrakranial
IIIB Tumor telah meluas ke intrakranial
dengan atau tanpa meluas ke
sinus kavernosus
DIAGNOSIS BANDING
 Polip nasal
 Polip antrokoanal
 Teratoma
 Adenoid hipertrofi
 Encephalocele
 Dermoids
 Inverting papilloma
 Rhabdomyosarcoma
 Karsinoma sel skuamous
PENATALAKSANAAN

• Transpalatal
TINDAKAN • Rinotomi lateral
BEDAH • Rinotomi sublabial (sublabial
mid-facial degloving)
• Kombinasi kraniotomi
TERAPI frontotemporal
HORMON

RADIOTERAPI
Teknik Rinotomi Lateral

Teknik Rinotomi Sublabial


KOMPLIKASI

 Perluasanintrakranial
 Perdarahan yang tidak terkontrol
 Kematian
PROGNOSIS

 Rata-rata kesembuhan untuk pembedahan primer


mendekati 100% dengan reseksi lengkap dari
angiofibroma nasofaring ekstrakranial dan 70%
dengan tumor intrakranial
 Angka kekambuhan pada pasien angiofibroma
nasofaring kurang lebih 30%, namun pada teknik
operasi dengan pendekatan transpalatal angka
kekambuhan menjadi 23%
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai