RHEUMATOID
(REUMATIK)
Di susun oleh
Ikrila 01180000021
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1Definisi ........................................................................................................................................... 3
2.2 Penyebab ...................................................................................................................................... 4
2.3 Epidemiologi ................................................................................................................................. 4
2.4 Cara pencegahan........................................................................................................................... 6
2.5 Proses penyembuhan.................................................................................................................... 7
2.6 proses kerja penyakit .................................................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit rematik bukan hal asing bagi masyarakat. Penyakit ini banyak
diderita seiring dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh adanya pengapuran
sendi, sehingga orang dengan jenis penyakit ini akan mengalami nyeri sendi dan
keterbatasan gerak. Selain itu, Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan,
pembengkakan,dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Rematik
atau arthritis adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya.
Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis,inflamasi sistemik yang dapat
mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang sendi sering
disebut dengan rematik adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh
dunia. Rematik merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi
kristal monosodiumurat (MSU) pada jaringan atau akibat saturasi asam urat di dalam
cairan ekstraseluler merupakan pemicu utama terjadinya peradangan atau inflamasi
kejadian rematik.
Gangguan metabolisme yang mendasarkan rematik adalah hiperurisemia yang
didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria dan 6,0
ml/dl untuk wanita, kejadian ini meningkat pada lanjut usia 3 Penyebab pasti
terjadinya rematik belum dapat dipastikan, namun ada sejumlah faktor yang bisa
meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. (Nainggolan,2009)
Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia akan
menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial
ekonomi. Permasalahan pada lansia sebagian besar adalah masalah kesehatan akibat
proses penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian,
merasa tidak berguna, dan tidak produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi
lansia, maka masalah kesehatanlah yang jadi peran pertama dalam kehidupan lansia
seperti munculnya penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lansia (BKKBN, 2012).
Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan sangat cepat
bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96
juta jiwa dan meningkat menjadi 20,547,541 pada tahun 2016 (Bureau, 2016).
1
Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai angka 355
juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik. Diperkirakan angka
ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan
mengalami kelumpuhan.
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti peradangan.Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi.
Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam
sendi (Febriana,2015).
3
Berdasarkan definisi diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit
reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada
persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta
menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin
lama akan semakin parah.
2.2 Penyebab
2.3 Epidemiologi
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan
lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa prevalensi RA sekitar
1% pada kaukasia dewasa, Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan Finlandia sekitar
0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar
1,7% dan India 0,75%. Insiden di Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-
50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000. Di Indonesia dari hasil survei
epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah didapatkan prevalensi RA 0,3% sedang
di Malang pada penduduk berusia diatas 40 tahun didapatkan prevalensi RA 0,5%
di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten. Di Poliklinik Reumatologi
4
RSUPNCipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2000 kasus baru RA
merupakan 4,1%dari seluruh kasus baru. Di poliklinik reumatologi RS Hasan
Sadikin didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik baru pada tahun 2000-2016
(Aletaha et al,2017).
Segitiga Epidemiologi
1. Agent
Pada penyakit ini belum diketahui penyebabnya secara pasti, RA adalah
penyakit autoimun. Peran normal system kekebalan tubuh adalah untuk
melawan infeksi namun ketika seseorang memiliki penyakit autoimun,
system kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan tubuh yang sehat.
Beberapa ahli berspekulasi berkaitan dengan Agen infeksius seperti virus
Eipstein-Barr, sitomegalovirus, Proteus sp., dan Escherichia coli. berkaitan
dengan risiko timbulnya artritis rheumatoid secara langsung dan melalui
produknya seperti heat-shock proteins.
2. Host
a. Usia
RA bisa terjadi pada semua umur tetapi rentan terjadi pada kelompok
usia lansia yaitu diatas usia 60 tahun.
5
b. Jenis Kelamin
c. Genetik
3. Environment
Leavell & Clark (1965) dalam bukunya yang berjudul Preventive Medicine for
The Doctors in His Community mengemukakan konsep mengenai tindakan
preventif untuk semua jenis penyakit yang dinamakan Levels of Prevention, atau
tingkatan pencegahan. Tingkatan pencegahan tersebut berkelanjutan.
1. Primary Prevention
a. Health Promotion
Menerapkan pola hidup bersih sehat (PHBS) seperti tidak merokok,
rajin berolahraga, istirahat yang cukup,mengkonsumsi susu dan asupan
gizi seimbang.
6
b. Specific Protection
Karena termasuk dari penyakit autoimun, maka tidak ada bentuk
pencegahan spesifik, namun hal ini bisa dicegah dengan minum
suplemen khusus untuk tulang dan sendi.
2. Secondary Prevention.
a. Early Diagnosis and Prompt Treatment Tidak ada pemeriksaan pasti
yang dapat mengkonformasi rheumatoid arthritis. Tetapi biasanya
dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab dan pencetusnya
dengan melakukan : pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit,
pemeriksaan peradangan seperti ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)
dan CRP (C-reactive Protein), Tes imunologi dengan memeriksa RF
(Rheumatoid Factor ), pemeriksaan cairan sendi (Synovial
Fludid Analysis) dan terkadang dilakukan Imagging mulai dari
rontgen,pada bagian sendi yang bermasalah.
b. Disability Limitation Karena penyakit ini sistemik artinya bisa
menjalar keseluruh bagian tubuh, maka harus menghilangkan resiko-
resiko terjadinya penyebaran dengan cara pemberian obat yang tepat
misalnya anti inflamasi dan pengobatan dengan pemberian obat
anti rematik (DMARDS)
3. Tertiary Prevention
a. Rehabilitation
Setelah didiagnosis rheumatoid arthritis maka harus dilakukan serta
fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas sendi.
1. Dilakukan sendiri
a. Lakukan olahraga. Banyak yang menyangka kalau sudah terkena penyakit
sendi tidak boleh berolah raga, justru sebaliknya olahraga dapat menjaga
agar sendi tidak kaku dan tidak terjadi kerusakan lanjutan. Hanya memang
jenis dan pilihan olahraganya harus sesuai dengan kondisi penderita.
b. Lindungi dan jaga sendi dari segala sesuatu yang mungkin menciderainya.
Sendi juga harus mendapatkan pergerakan secara optimal yang harus di
pandu dan di pantau oleh dokter yang merawat.
c. Turunkan berat badan, cukupkan istirahat, kurangi stress, dan berhenti
merokok serta tidak terpapar asap rokok orang lain.
d. Atur diet dan memperbanyak buah-buahan dan sayur-sayuran dan kurangi
makanan berlemak.
2. Dilakukan dokter
Karena penyakit ini termasuk belum bisa di sembuhkan, dokter hanya
berusaha untuk mengurangi peradangan dan mencegah kerusakan sendi.
7
2.6 proses kerja penyakit
Peningkatan reaktan fase akut sebagai akibat dari proses inflamasi merupakan
faktor risiko independen kardiovaskular melalui peningkatan aktivasi endothelial
dan menjadikan plak ateromatosa tidak stabil. Sitokin juga menyebabkan resistensi
insulin pada otot dan jaringan adiposa pada sindrom ‘metabolik inflamatori’.Selain
itu, perubahan sistemik lainnya yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas
inflamasi pada reumatoid artritis dapat terjadi pada:
8
1. Struktur muskuloskeletal. Dapat menyebabkan otot menciut (atrophy ),
kerusakan tendon dan tulang, dan mencetus osteoarthritis serta carpal tunnel
syndrome.
2. Jantung. Dapat terjadi kerusakan di jantung karena adanya tumpukan cairan
di sekitar jantung ( pericardial effusion) sebagai hasil dari adanya
peradangan di tubuh. Hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung,
dan pembuluh-pembuluh darah di jantung, yang akhirnya mengarah ke
suatu serangan jantung.
3. Paru-Paru. Dengan yang cara yang sama, terjadi tumpukan cairan pada
sekitar paru-paru (efusi pleura) dan terbentuk pleuritis juga dapat terjadi
pulmonary fibrosis.
4. Darah. Dapat terjadi anemia akibat adanya peradangan kronis di dalam
tubuh.
5. Kulit. Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi yang
disebut rheumatoid nodules. Warnanya gelap yang terbentuk akibat
perdarahan di bawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat penyakit
ini
6. Ginjal dan saluran pencernaan dapat juga menjadi korban akibat obat-
obatan antiinflamasi yang diberikan kepada penderita.
9
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya
Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan
tidak adanya serangan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Aletaha D, Neogi T, Silman AJ, Funovits, Felson T, Bingham III CO et al. (2010).
RematoidArthritis Classification Criteria An American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism Collaborative Initiative.
Arthritis Rheum, vol.62, pp.2569 – 81
Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: Mitra Cendikia Anggota IKAPI
Suarjana, I.N. (2009). Artritis Reumatoid. dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, FKUI,
Jakarta, pp.2495-508
World Health Organization. 2012. Promoting Rational Use of Medicines: Core Components.
WHO. Geneva.
12