Anda di halaman 1dari 10

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

(ISPA) DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KESEHATAN

Disusun Oleh :

No NPM Nama Mahasiswa


1. 01180000016 Bintang Alya Binurika M
2. 01180000001 Mochammad Robi H
3. 01180000006 Nathasya Echa Indriani
4. 01180000023 Putri Nur Annisa
5. 01180000004 Rika Nurul Azizah
6. 01180000035 Muhamad Riki Pratama
7. 01180000024 Nyimas Syifa Maulidia
8. 01180000018 Sri Dewi Gulo

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA 2021
Berdasarkan data-data yang tersedia, berikut adalah penyebab dan masalah terkait
ISPA yang terjadi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat :

No Masalah ISPA di
Cakupan (%) Acuan Sumber data
. Kabupaten Bogor
1 Pencemaran udara Tahun 2018 Sasaran Profil
dari pengelolaan sebesar 50,1% presentase Kesehatan Jawa
sampah yang buruk pengelolaan Barat Tahun
dengan cara dibakar sampah yang 2019 (Dinkes
benar pada tahun Jawa Barat,
2018 adalah 2019)
100%
2 Lingkungan yang Tahun 2016 Sasaran Profil
Memenuhi kirteria sebesar 87,1% presentase kriteria kesehatan Kab.
rumah sehat Tahun 2017 rumah sehat pada Bogor dan Jawa
sebesar tahun 2017 adalah Barat (Dinkes
90,24% 95% Kabupaten
Bogor, 2018)
3 Perilaku Hidup Tahun 2016 Sasaran Profil
Bersih dan Sehat sebesar 50,8% presentase kesehatan Kab.
Tahun 2018 perilaku hidup Bogor dan Jawa
sebesar 53,9% bersih dan sehat Barat (Dinkes
pada tahun 2018 Jawa Barat,
adalah 60,4% 2016)

Faktor yang paling berpengaruh pada penyakit ISPA di daerah Kabupaten


Bogor adalah faktor perilaku hidup bersih dan sehat juga lingkungan, khususnya
pengelolaan sampah yang belum benar. Hal ini disebabkan karena masyarakat di
Kabupaten Bogor memiliki halaman atau lahan yang luas sehingga sampah yang
dihasilkan dari rumah tangga ataupun pepohonan dikelola dengan cara dibakar.
Menurut masyarakat setempat, pembakaran sampah merupakan kegiatan mengelola
sampah yang paling mudah. Padahal asap yang dihasilkan dari pembakaran
mengandung banyak partikel berbahaya. Selain itu asap dari kendaraan juga
mengandung banyak partikel yang sama berbahayanya. Juga masyarakat setempat
masih tinggal dirumah yang kurang sehat sehingga meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ISPA. Sehingga berikut adalah beberapa masalah yang dapat menyebabkan
penyakit ISPA yang masuk kedalam 10 penyakit tertinggi di Kabupaten Bogor.

Kriteria atau standar yang digunakan untuk menetapkan masalah-masalah tersebut


adalah:

1. Klasifikasi Penilaian Tingkat Keparahan Penyakit ISPA

Indicator Gejala Dapat dikatakan


ISPA Ringan  Batuk (tanpa Bukan pneumonia
pernafasan cepat atau
<40x/menit)
 serak (pada waktu
bicara/menangis)
 hidung tersumbat atau
berair
 tenggorokan merah
dan telinga berair.
ISPA Sedang Batuk dan nafas cepat Pneumonia sedang
tanpa stridor atau Pneumonia
Gendang telinga merah
Telinga keluar cairan <2
minggu
Faringitis purulent dengan
pembesaran kelenjar limfa
yang nyeri tekan
ISPA Berat Batuk dengan nafas berat, Pneumonia berat
cepat dan stridor
Membara keabuan
ditaring
Kejang
Apnea
Dehidrasi berat atau tidur
terus
Sianosis
Adanya penarikan yang
kuat pada dinding dada
sebelah bawah kedalam

A. Prioritas Penyelesaian Masalah

a Besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang


terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait
(Magnitude).
b Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta
kecenderungan dari waktu ke waktu (Importancy).
c Sensitif atau tindaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil output yang
diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan
(Vulerability).
d Biaya (cost) biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.

Nilai-nilai tersebut akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:
P=MxIxV
C
Keterangan:
M = Magnitude (Besarnya masalah)
I = Importancy (Pentingnya masalah)
V = Vulerability (Sensitivitas)
C = Cost (Biaya)
P = Prioritas atau pemecahan masalah
No Daftar Masalah Kriteria dan Bobot Maksimum Jumlah
Magnitud Importancy Vulnerability Cost Skor

e
1. Pencemaran udara dari 4 5 5 5 20
pengelolaan sampah yang
buruk dengan cara
dibakar
2. Lingkungan yang tidak 3 3 3 4 7
memenuhi Kriteria
rumah sehat
3. Perilaku Hidup Bersih 3 4 4 3 16
dan Sehat

Dari analisis prioritas masalah di atas maka didapatkan bahwa jumlah skor
masalah tertinggi terdapat pada pencemaran udara dari pengelolaan sampah yang
buruk dengan cara dibakar.

2. Causal Model dari perilaku berisiko yang mempengaruhi ISPA


Untuk membuat causal model, maka sebelumnya kita harus
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan masalah
tersebut. Berdasarkan literature yang ditinjau, terdapat 16 faktor yang
berhubungan dengan masalah tersebut antara lain adalah:

Usia Pengelolaan sampah


Kualitas lingkungan Pneumonia
Aspek rumah sehat Asap pembakaran
Pencahayaan Perilaku merokok
Kelembapan udara Jenis kelamin
Ventilasi Pendidikan
Pencahayaan Pendapatan
Kepadatan Hunian Status Gizi
Gaya Hidup Imunitas

Kemudian dari penyebab-penyebab yang didapatkan dari literatur, di


simplifikasi menjadi 18 penyebab masalah utama yaitu Usia, Pengelolaan
sampah, Lingkungan, Pneumonia, Aspek rumah sehat, Asap pembakaran,
Pencahayaan, Perilaku merokok, Kelembapan udara, Jenis kelamin, Ventilasi,
Pendidikan, pencahayaan, Pendapatan, Kepadatan hunian, status gizi, gaya
hidup, dan imunitas. Selain itu, Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
membuat Pathways dari 18 penyebab masalah tersebut.
Pathways 1

ISPA

Kualitas
perilaku faktor individu
Lingkungan

Dalam rumah Luar Rumah merokok imunitas

pengelolaan
Kepadatan
Asap pembakaran sampah yang gizi
hunian
buruk

kelembapan
pendapatan
udara

pencahayaan pendidikan

ventilasi
Pathways 2

ISPA

Kualitas
perilaku faktor individu
Lingkungan

pencemaran
merokok imunitas
udara

pengelolaan
Asap sampah yang Gizi
pembakaran buruk

pendapatan

pendidikan

Berdasarkan bagan alur pathways diatas, diketahui penyebab ISPA disebabkan


oleh 3 faktor, yaitu kualitas lingkungan, perilaku, juga factor individu. Menurut
(WHO, 2017) kasus ISPA di seluruh dunia sebanyak 18,8 miliar dan kematian
sebanyak 4 juta orang per tahun. Berdasarkan data Riskesdas 2018 terlihat bahwa
prevalensi ISPA dari tahun 2013-2018 menurut provinsi. Terlihat terjadi penurunan
yang signifikan dari 25% sampai 9.3% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan buku profil
kesehatan Kab. Bogor, Menunjukan bahwa Penyakit Infeksi teratas pertama di RS
adalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut jumlah 15,98% (Dinkes Kabupaten
Bogor, 2018). Perilaku pengelolaan sampah yang buruk dapat menyebabkan
gangguan pernafasan seperti ISPA, misalnya pengelolaan sampah dengan cara
dibakar. Salah satu zat pencemar udara adalah partikulat yang dapat dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar fosil, kayu, dan segala sesuatu yang dibakar (Putra &
Afriani, 2018). Namun pencemaran udara juga tidak hanya dari asap pembakaran
sampah, melainkan bisa terjadi karena asap rokok. Menurut penelitian (Aprilla et al.,
2019) perilaku merokok dapat menyebabkan pencemaran udara yang mana hal
tersebut asap rokoknya mempengaruhi kualitas udara. Dalam factor individu
pendidikan atau pengetahuan seseorang juga berpengaruh terhadap terjadinya ISPA,
karena jika pengetahuan seseorang minin ia tidak akan tahu bahwa apa saja faktor
yang dapat mempengaruhi penyakit tersebut. Lalu faktor ekonomi atau pendapatan
dan status gizi juga berkesinambungan, yang mana jika status gizi seseorang rendah
maka akan mempengaruhi imunitasnya. Lalu jika imunitasnya rendah, seseorang akan
lebih berisiko terserang penyakit salah satunya ISPA.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilla, N., Yahya, E., & Ririn. (2019). Hubungan Perilaku Merokok pada Orang tua
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja
Puskesmas Kuok Tahun 2019. Jurnal Ners, 3(1), 112–118.
Dinkes Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 (West
Java Province Health Profile). 326.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan
Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size - web.pdf
Dinkes Jawa Barat. (2019). Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2019. Profil
Kesehatan Indonesia Jawa Barat Tahun 2019, 53(9), 21–25.
http://www.elsevier.com/locate/scp
Dinkes Kabupaten Bogor. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Bogor. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Putra, B. H., & Afriani, R. (2018). Kajian Hubungan Masa Kerja, Pengetahuan,
Kebiasaan Merokok, Dan Penggunaan Masker Dengan Gejala Penyakit Ispa
Pada Pekerja Pabrik Batu Bata Manggis Gantiang Bukittinggi. Human Care
Journal, 2(2), 48–54. https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/view/70
Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
WHO. (2017). Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) yang cenderung epidemi dan
Pandemi Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Strategi Kunci. 5–6.

Anda mungkin juga menyukai