Anda di halaman 1dari 16

Manajemen penyakit berbasis wilayah

Studi kasus:Kabupaten Tanggerang, provinsi banten

DISUSUN OLEH :

NAMA:MUHAMAD ARIFIN.A

NIM: 201313201009

PROGRAM: KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN: KESEHATAN LINGKUNGAN

S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES PRIMA JAMBI


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin dan ridha-Nya Penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul PENYAKIT BERBASIS WILAYAH dapat terselesaikan tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan Penulis sampaikan kepada dosen
pengasuh mata kuliah MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN, dan
kepada seluruh teman - teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari berbagai kelemahan, kekurangan
dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan
kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini.
Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka, seraya kasih, Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya, kepada Allah jualah Penulis menyerahkan diri dan memohon taufik
hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Jambi, Februari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi geografis.....................................................................................................
B. Karakteristik Demografi..........................................................................................
C. Risiko dan Kesehatan..............................................................................................
D. Tahapan Studi Kasus...............................................................................................
E. Modeling Diseases...................................................................................................
F. Penyakit, Agen, Media Tranmisi dan Populasi Beresiko.........................................
G. Fokus Program.........................................................................................................
H. Pohon Masalah........................................................................................................
I. Modeling Diare........................................................................................................
J. Manajemen Penyakit Diare....................................................................................
K. Program dan Stakeholder.........................................................................................
L. Prioritas Program.....................................................................................................
M. Pengelompokan Faktor Risiko.................................................................................
N. Kriteria Skoring.......................................................................................................
O. Hasil Skoring Metode CARL..................................................................................
P. Program Prioritas.....................................................................................................

Daftar pustaka......................................................................................................................

1. Kondisi Geografi
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 10620-
10643 Bujur Timur dan 600-620 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang
959,6 km2 atau 9,93 % dari seluruh luas wila-yah Propinsi Banten dengan batas wilayah
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Tangerang merupakan
dataran rendah. Sungai Cisadane merupakan sungai terpanjang di Tangerang yang mengalir
dari selatan dan bermuara di Laut Jawa. Tangerang merupakan wilayah perkembangan
Jakarta. Secara umum, Kabupaten Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 3 wilayah
pertumbuhan, yakni:

Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa, berada di bagian barat, difokuskan sebagai
daerah sentra industri, permukiman, dan pusat pemerintahan.

Pusat Pertumbuhan Teluknaga, berada di wilayah pesisir, mengedepankan industri


pariwisata alam dan bahari, industri maritim, perikanan, pertambakan, dan pelabuhan.

Pusat Pertumbuhan Curug, Kelapa Dua, Legok dan Pagedangan, berada di bagian timur
dekat perbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, difokuskan sebagai pusat pemukiman,
dan kawasan bisnis.

2. Karakteristik Demografi
Jumlah Penduduk berjumlah 2,83 juta jiwa.
Didominasi kelompok umur 0-14 tahun (28,74%)
66 Kelahiran per 1000 penduduk
Usia 10 tahun ke atas tidak memeiliki ijazah SD 28% dan memiliki ijazah perguruan
tinggi (Diploma/universitas) sebesar 24 %
Jumlah penduduk miskin sebanyak 795.252 jiwa
Perekonomian oleh sektor pertanian, perdagangan,perternakan.

3. Risiko dan Kesehatan

Aspek Kondisi
Ekonomi Pertanian,perdagangan,perternakan.
Rumah Lantai tanah sebagian dari penduduk, dinding
papan.
Sumber Air Dari 228,193 kk yang diperiksa
menggunakan air bersih telah mencapai
85,79% dengan rincian : sumur gali 36,08%,
sumur pompa tangan 27,02%, ledeng 29,9%
kemasan 3,51% dan sumur yang belum
layak 9,62%.
Sanitasi Penduduk menggunakan jamban sehat 68,1
%, tempat sampah sehat 60%, dan SPAL
sehat 60 %.
DBD 760 penderita demam berdarah ( 2016)
Diare 51.337 penderita diare ( 2016)
Pneumonia 7,694 penderita pneumonia (2016)
Kematian ibu 47 per 100.000 kelahiran hidup
Status gizi balita 89,84% 2014
Akses Yankes Pelayanan kesehatan di seluruh tingkat
pelayanan kesehatan baik di desa,puskesmas,
dan rumah sakit. Untuk meningkatkan
kualitas SDM kesehatan
Tenaga medis Dokter umum 1128, dokter gigi 340, dokter
spesialis 512, bidan 973, perawat 1231,
apoteker 288, nutrisionis 33, sanitarian 37,
kesehatan masyarakat 36,, fisioterapis 30,
pranata lab 52, radiografer 73, rekam medis
2.

4. Tahapan Studi Kasus


1. Gambarkan modeling diseases di Kabupaten Tanggerang?
2. Penyakit apa yang banyak diderita oleh penduduk Kabupaten Tanggerang? Sebutkan
agent, media transmisi dan populasi at risk?
3. Dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di Kabupaten Tanggerang,
sektor mana saja yang terkait untuk mengatasi masalah tersebut dan program apa yang
harus dilakukan?
4. Dari permasalahan yang diuraikan tersebut, adakah yang menjadi prioritas pertama
untuk dilakukan intervensi demi terwujudnya visi pembangunan Kabupaten
Tanggerang?

5. Modeling Diseases

Masih ada Yang


Memasa
Bakteriologis: Kondisi rumahBelum
E.coli, masih tidak sehat:
Hutan sarana
Mempunyai
Aedes menggunakan
salmonela,
Aegypti
Kualitas Sanitasi air, Sarana air bersih Pendidika Yankes
Infeksi yang Kematian
bakau Persalinan Persalinan
shigella
dan
udara arang
virus kayu
yang kurang kelembaban,cahay Kemiskinan
Yang Layak Akses Air n Rendah belum
pesisir
banyak
Briting
Pneumonia
DiareRate Penebangan
Adat
non medis
Kematian Ibu pendaraha
DBD tidak Balita
denguedanbaik
batok a, jamban
n efektif
6. Penyakit, Agen, Media Tranmisi dan Populasi Beresiko
Penyakit Agen Penyakit Media Transmisi Populasi Beresiko
DBD virus dengue Vektor ( Nyamuk Aedes Masyarakat di kabupaten
Aegypti ) tanggerang pada umumnya
terdiri dari peternak, dan
pedagang di mana pada pagi
hari hingga siang hari untuk
berdagang, dan dan mayoritas
di sore hari mencari rumput
untuk peternakanya dan
kebiasaan yang seperti ini
yang memungkinkan
masyarakat di kabupaten
tanggerang di gigit oleh
nyamuk Aedes Aegypti.
Diare E.coli dan Bakteri Air, Makanan, tanah, Masyarakat di kabupaten
lainya ( Shigella, dan lalat. tanggerang dalam penyediaan
salmonela ) air bersih masih 9,62% yang
masih menggunakan sumur
gali yang belum layak, untuk
memasak, minum dll. Dan
penggunaan jamban sehat
68,1% tempat sampah sehat
60% dan spal 60%.
Pneumonia Asap memasak, Udara Anak-Anak/balita
partikulat dll

7. Prevalensi Penyakit

No Masalah Prevalensi
1 DBD 760
2 Diare 47,83
3 Pneumonia 70,25
4 Angka Kematian ibu 47
5 Angka Kematian anak 268
8. Fokus Program
Penyakit diare merupakan salah satu kasus dengan insiden terbesar dan diare merupakan
penyakit berbasis lingkungan. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan
terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok
usia baik laki laki maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara
berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan
hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian.
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup
masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat
fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air,
sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak
kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ketahun
cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan
jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare
pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan
400.000 balita.
Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Banten pada tahun 2009, jumlah korban
diare tercatat sebanyak 222.965 orang. Jumlah itu meliputi, di Kabupaten Tangerang
sebanyak 51,337 orang dengan korban meninggal 7 orang, Kota Tangerang sebanyak
44.792 orang, Kabupaten Pandeglang 39.864 orang dengan korban meninggal 39 orang,
Kabupaten Serang sebanyak 37.904 orang dengan korban meninggal 2 orang, Kota Serang
10.340 orang, Kabupaten Lebak 8.047 orang dengan korban meninggal 26 orang, Kota
Cilegon sebanyak 6.758 orang dengan korban meninggal satu orang. Sebelumnya, memasuki
tahun 2009 penderita diare di Serang mencapai 128 kasus. Bahkan akibat penyakit itu, satu
orang balita meninggal dunia.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan
tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang kurang baik, serta
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Banyak faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya
diare, terdiri dari faktor agent penjamu, lingkungan dan perilaku.
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri penyebab diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat
terjadi
9. Pohon Masalah

Diare

Kontaminasi
makanan dan
minuman

Sarana Prilaku PHBS yang masih Kondisi fisik


kebersihan yang kurang rumah yang
kurang buruk

Minimnya
Minimnya Minimnya
penyediaan Karakteristik
pendidikan jamban sehat,
sarana air bersih rumah yang
pembuangan
dan kekurangan tidak sehat
sampah,SPAL
sarana kebersihan

Sumber mata Minimnya Masyarakat tidak Budaya


air tidak pengetahuan, mampu masyaraka
terlindungi prilaku dan menyediakan t
sikap PHBS sanitasi dasar
karena masalah
Masih rendahnya ekonomi dan
pengetahuan tentang kemiskinan
pengelolahan air
bersih
10. Modeling Diare

Personal Kontaminasi Yankes yang


hygiene makanan dan belum
yang buruk minuman. Bakteri optimal
E.coli

Promkes
rendah

Akses air Sosial DIAR Infeksi Prilaku Prilaku


bersih budaya E E.coli PHBS tidak sehat
masih
kurang

Topografi Kondisi Ternak berdekatan


wilayah fisik rumah dengan rumah

Sanitasi kemiskina Pendidikan


buruk n rendah
11. Manajemen Penyakit Diare

Manajemen Simpul 1

Kejadian penyakit diare disebabkan oleh agen penyakit utamanya adalah kontaminasi bakteri
dan virus. E.coli merupakan bakteri yang di tularkan secara Fesal-oral atau penularan dari
kontaminasi feses ke saluran pencernaan melalui mulut.

Program

Program yang di butuhkan untuk mengatasi penyakit diare yaitu sudah tersedianya air bersih
yang memadai, sarana dan prasarana seperti jamban, tempat sampah, SPAL, sarana MCK.
Dan adanya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.

Manajemen Simpul 2

Pengendalian pada simpul dua Pengendalian pada Media Penularan (Wahana Transmisi)
Apabila kita gagal melakukan manajemen pada sumber tersebut, ada beberapa peluang untuk
mengendalikan agents penyakit melalui medianya seperi terkontaminasi dari makanan dan
minuman dari tangan yang tidak bersih, dari air yang tidak dimasak dengan sempurna, atau
dari serangga (lalat) yeng terbang dari feses menghinggap ke makanan.

Program

Harus adanya penyuluhan tentang PHBS di dalamnya mencakup mengajarkan bagaimana


mencuci tangan pakai sabun sesudah atau sebelum menyentuh makanan. Dan adnya
penyuluhan tentang pengelolaan makanan dan minuman yang sehat.

Manajemen Simpul 3

Pada simpul tiga ini Pengendalian Proses Pajanan (Kontak) pada Komunitas
sumber agents penyakit yang telah berada pada media transmisi (lingkungan) kemudian
berinteraksi dengan penduduk atau masyarakat setempat. Intensitas hubungan interaktif
antara media transmisi (lingkungan) dengan masyarakat tergantung pola perilaku individu
atau kelompoknya, misalnya perilaku menghindar, perilaku selalu mengonsumsi air yang
telah dimasak, hobi, pekerjaan, dan sebagainya. Kejadian penyakit diare di kabupaten
tanggerang di sebabkan karena masih danya jamban yang tidak layak dan penyedian air
bersih belum setabil masih kurangnya pengetahuan tentang PHBS.
Program
Harus adanya pembentukan kader tentang promkes yang sudah di latih oleh tenaga
puskesmas. Dan selalu melakukam promkes secara rutin. Dan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat.
Manajemen Simpul 4
Pengobatan Penderita Sakit (Manajemen Kasus)
Pengobatan terhadap penderita sakit tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau
penderita penyakit. Agents penyakit yang masuk ke tubuh seseorang akan mengalami proses
yang amat kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia dengan
sistem pertahanannya tidak serta merta menyerah begitu saja. Hal ini dikenal sebagai sistem
pertahanan seluler maupun humoral. Manajemen dalam penanggulangan penyakit diare
adalah sperti penaganan kasus yang cepat dan tepat seperti pengobatan,observasi dan
pemberian zinc.
Program
Penemuan dan tatalaksana penderita penanganan kasus diare:
5. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi (oralit)
6. Memberi suplemen zinc (10-20mg) untu kanak anak setiap hari selama 10-14 hari
yang terbukti mampu mencegah keparahan dan durasi diare.
7. Memberi makanan untuk mencegah malnutrisi dan persisten
8. Memberi antibiotik selektif jika ada indikasi
9. Bawa anak ke dokter terdekat jika ada tanda tanda dehidrasi dan untuk mendapatkan
nasihat untuk penanganan diare.
10. Melaukukan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah.

12.Program dan Stakeholder


No Instansi Program Kegiatan
1 Dinas Kesehatan Penemuan dan Tatalaksana penderita
termasuk Kemenkes RI, Menemukan semua penderita
Ditjen PP-PL Mengobati semua penderita dengan tatalaksana
diare (pemberian oralit, pemberian zing 10 hari,
teruskan ASI/MPASI/Makanan, pemberian KIE
dan pemberian antibiotik selektif)
Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
Penyuluhan KIE
Melakukan kerjasama lintas sektoral terkait
penyediaan air bersih
Surveilans epidemiologi dan penanggulangan
wabah
Meningkatkan kemampuan UPK (unit pelayanan
kesehatan) pemerintah maupun swasta dalam
pelaksanaan SKD (ystem kewaspadaan dini)
KLB
Menanggulangi KLB
Surveilans rutin terpadu
Surveilans epidemiologi khusus
Surveilans sentinel
Studi epidemiologi
Memperkuat Sistim Informasi Kesehatan
Melakukan penemuan kasus dengan segera
Menginventarisasi dan memetakan focus diare
Membuat Tim Monitoring diare
Peningkatan KIE
Meningkatkan Promkes
Menggalang Kemitraan
Pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar

2 Dinas Cipta Karya Melakukan Penggalang kemitraan multi pihak


untuk penyediaan air bersih (melalui program
Corporate Social Responsibility /CSR)
Membangun prasarana air minum dan sanitasi
Melakukan pengembangan kawasan yang lebih
baik dan ramah lingkungan
Melakukan inovasi dalam pengolahan dan
pengelolaan air bersih

3 PDAM dan PU Penyediaan air bersih


Pembangunan sarana sanitasi

4 Lembaga Swadaya Memberikan kontribusi dalam pembangunan air


Masyarakat minum
Ikut menyukseskan program-program yang ada
di pemerintah dengan menghimbau, mengajak
dan bersama-sama komunitas melakukan gaya
hidup sehat PHBS
Memfasilitasi pemerintah daerah dalam
mengembangkan sistem pemantauan dan
evaluasi
Mengembangkan berbagai alat bantu
pemantauan dan evaluasi bersama pemerintah
daerah

5 DPRD Penentuan prioritas anggaran/budgeting dalam


program penanggungan diare di kabupaten
tanggerang
6 Peran tokoh Masyarakat Memfasilitasi pertemuan dan koordinasi warga
Sebagai penggerak masyarakat/motivator untuk
Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan.

7 Dinas sosial Membantu dalam pemberdayaan masyarakat untuk


mengurangi masalah kemiskinan
Membantu mengurangi masalah pengangguran

8 Perguruan tinggi Memfasilitasi mekanisme pengelolaan data


Memfasilitasi mekanisme knowledge sharing
Mengembangkan pusat informasi dan
pembelajaran STBM di daerah

13.Prioritas Program

Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut
mempunyai arti:

C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)

A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan


sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.

L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas. Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah di
identifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan di isi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian:
C x A x R x L.

14.Pengelompokan Faktor Risiko

No Faktor Risiko Program


1 Sanitasi dan penularan Penyediaan air bersih
penyakit Pembangunan sarana sanitasi
Pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar
Melakukan inovasi dalam pengolahan dan
pengelolaan air bersih
Penemuan dan Tatalaksana penderita
Surveilans epidemiologi dan penanggulangan
wabah
Pengelolaan air layak minum

2 Perilaku Promosi dan penyuluhan kesehatan secara rutin


Pembentukan kader dan tim pembina promosi
kesehatan
Penyuluhan pola hidup bersih
Penyuluhan pengelolaan makanan dan minuman
yang sehat

3 Sosial Budaya Melakukan pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk


mengurangi kemiskinan
Pendanaan program yang terencana

4 Ekonomi Pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk


mengurangi kemiskinan
Pendanaan program yang terencana

15.Kriteria Skoring

1. C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya dan (dana, sarana, dan peralatan)

2. A = Accessibility yaitu tingkat kemudahan dalam upaya penanggulangannya

3. R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi

4. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lainya
dalam pemecahan masalah.

16.Hasil Skoring Metode CARL

No Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan


1 Sanitasi dan penularan 9 7 8 10 5,040 I
2 Prilaku 8 6 9 9 3,888 II
3 Sosial budaya 6 7 7 8 2,352 IV
4 Ekonomi 9 7 8 6 3,024 III

17.Program Prioritas
Dalam menanggulangi penyakit diare ini perlu di adakanya untuk peningkatan sarana dan
prasarana sanitasi dan pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar untuk PHBS. Dan
adanya pembentukan tim untuk pembina promkes agar program yang di jalankan dapat
berjalan dengan baik dibutuhkan anggaran yang mendukung baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 2008.

Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.


Chriswardani S. Metode Penentuan Prioritas Masalah. Bahan Kuliah Perencanaan dan
Evaluasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai