DISUSUN OLEH :
NAMA:MUHAMAD ARIFIN.A
NIM: 201313201009
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin dan ridha-Nya Penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul PENYAKIT BERBASIS WILAYAH dapat terselesaikan tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan Penulis sampaikan kepada dosen
pengasuh mata kuliah MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN, dan
kepada seluruh teman - teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari berbagai kelemahan, kekurangan
dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan
kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini.
Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka, seraya kasih, Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya, kepada Allah jualah Penulis menyerahkan diri dan memohon taufik
hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi geografis.....................................................................................................
B. Karakteristik Demografi..........................................................................................
C. Risiko dan Kesehatan..............................................................................................
D. Tahapan Studi Kasus...............................................................................................
E. Modeling Diseases...................................................................................................
F. Penyakit, Agen, Media Tranmisi dan Populasi Beresiko.........................................
G. Fokus Program.........................................................................................................
H. Pohon Masalah........................................................................................................
I. Modeling Diare........................................................................................................
J. Manajemen Penyakit Diare....................................................................................
K. Program dan Stakeholder.........................................................................................
L. Prioritas Program.....................................................................................................
M. Pengelompokan Faktor Risiko.................................................................................
N. Kriteria Skoring.......................................................................................................
O. Hasil Skoring Metode CARL..................................................................................
P. Program Prioritas.....................................................................................................
Daftar pustaka......................................................................................................................
1. Kondisi Geografi
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 10620-
10643 Bujur Timur dan 600-620 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang
959,6 km2 atau 9,93 % dari seluruh luas wila-yah Propinsi Banten dengan batas wilayah
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Tangerang merupakan
dataran rendah. Sungai Cisadane merupakan sungai terpanjang di Tangerang yang mengalir
dari selatan dan bermuara di Laut Jawa. Tangerang merupakan wilayah perkembangan
Jakarta. Secara umum, Kabupaten Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 3 wilayah
pertumbuhan, yakni:
Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa, berada di bagian barat, difokuskan sebagai
daerah sentra industri, permukiman, dan pusat pemerintahan.
Pusat Pertumbuhan Curug, Kelapa Dua, Legok dan Pagedangan, berada di bagian timur
dekat perbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, difokuskan sebagai pusat pemukiman,
dan kawasan bisnis.
2. Karakteristik Demografi
Jumlah Penduduk berjumlah 2,83 juta jiwa.
Didominasi kelompok umur 0-14 tahun (28,74%)
66 Kelahiran per 1000 penduduk
Usia 10 tahun ke atas tidak memeiliki ijazah SD 28% dan memiliki ijazah perguruan
tinggi (Diploma/universitas) sebesar 24 %
Jumlah penduduk miskin sebanyak 795.252 jiwa
Perekonomian oleh sektor pertanian, perdagangan,perternakan.
Aspek Kondisi
Ekonomi Pertanian,perdagangan,perternakan.
Rumah Lantai tanah sebagian dari penduduk, dinding
papan.
Sumber Air Dari 228,193 kk yang diperiksa
menggunakan air bersih telah mencapai
85,79% dengan rincian : sumur gali 36,08%,
sumur pompa tangan 27,02%, ledeng 29,9%
kemasan 3,51% dan sumur yang belum
layak 9,62%.
Sanitasi Penduduk menggunakan jamban sehat 68,1
%, tempat sampah sehat 60%, dan SPAL
sehat 60 %.
DBD 760 penderita demam berdarah ( 2016)
Diare 51.337 penderita diare ( 2016)
Pneumonia 7,694 penderita pneumonia (2016)
Kematian ibu 47 per 100.000 kelahiran hidup
Status gizi balita 89,84% 2014
Akses Yankes Pelayanan kesehatan di seluruh tingkat
pelayanan kesehatan baik di desa,puskesmas,
dan rumah sakit. Untuk meningkatkan
kualitas SDM kesehatan
Tenaga medis Dokter umum 1128, dokter gigi 340, dokter
spesialis 512, bidan 973, perawat 1231,
apoteker 288, nutrisionis 33, sanitarian 37,
kesehatan masyarakat 36,, fisioterapis 30,
pranata lab 52, radiografer 73, rekam medis
2.
5. Modeling Diseases
7. Prevalensi Penyakit
No Masalah Prevalensi
1 DBD 760
2 Diare 47,83
3 Pneumonia 70,25
4 Angka Kematian ibu 47
5 Angka Kematian anak 268
8. Fokus Program
Penyakit diare merupakan salah satu kasus dengan insiden terbesar dan diare merupakan
penyakit berbasis lingkungan. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan
terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok
usia baik laki laki maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara
berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan
hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian.
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup
masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat
fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air,
sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak
kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ketahun
cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan
jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare
pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan
400.000 balita.
Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Banten pada tahun 2009, jumlah korban
diare tercatat sebanyak 222.965 orang. Jumlah itu meliputi, di Kabupaten Tangerang
sebanyak 51,337 orang dengan korban meninggal 7 orang, Kota Tangerang sebanyak
44.792 orang, Kabupaten Pandeglang 39.864 orang dengan korban meninggal 39 orang,
Kabupaten Serang sebanyak 37.904 orang dengan korban meninggal 2 orang, Kota Serang
10.340 orang, Kabupaten Lebak 8.047 orang dengan korban meninggal 26 orang, Kota
Cilegon sebanyak 6.758 orang dengan korban meninggal satu orang. Sebelumnya, memasuki
tahun 2009 penderita diare di Serang mencapai 128 kasus. Bahkan akibat penyakit itu, satu
orang balita meninggal dunia.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan
tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang kurang baik, serta
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Banyak faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya
diare, terdiri dari faktor agent penjamu, lingkungan dan perilaku.
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri penyebab diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat
terjadi
9. Pohon Masalah
Diare
Kontaminasi
makanan dan
minuman
Minimnya
Minimnya Minimnya
penyediaan Karakteristik
pendidikan jamban sehat,
sarana air bersih rumah yang
pembuangan
dan kekurangan tidak sehat
sampah,SPAL
sarana kebersihan
Promkes
rendah
Manajemen Simpul 1
Kejadian penyakit diare disebabkan oleh agen penyakit utamanya adalah kontaminasi bakteri
dan virus. E.coli merupakan bakteri yang di tularkan secara Fesal-oral atau penularan dari
kontaminasi feses ke saluran pencernaan melalui mulut.
Program
Program yang di butuhkan untuk mengatasi penyakit diare yaitu sudah tersedianya air bersih
yang memadai, sarana dan prasarana seperti jamban, tempat sampah, SPAL, sarana MCK.
Dan adanya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.
Manajemen Simpul 2
Pengendalian pada simpul dua Pengendalian pada Media Penularan (Wahana Transmisi)
Apabila kita gagal melakukan manajemen pada sumber tersebut, ada beberapa peluang untuk
mengendalikan agents penyakit melalui medianya seperi terkontaminasi dari makanan dan
minuman dari tangan yang tidak bersih, dari air yang tidak dimasak dengan sempurna, atau
dari serangga (lalat) yeng terbang dari feses menghinggap ke makanan.
Program
Manajemen Simpul 3
Pada simpul tiga ini Pengendalian Proses Pajanan (Kontak) pada Komunitas
sumber agents penyakit yang telah berada pada media transmisi (lingkungan) kemudian
berinteraksi dengan penduduk atau masyarakat setempat. Intensitas hubungan interaktif
antara media transmisi (lingkungan) dengan masyarakat tergantung pola perilaku individu
atau kelompoknya, misalnya perilaku menghindar, perilaku selalu mengonsumsi air yang
telah dimasak, hobi, pekerjaan, dan sebagainya. Kejadian penyakit diare di kabupaten
tanggerang di sebabkan karena masih danya jamban yang tidak layak dan penyedian air
bersih belum setabil masih kurangnya pengetahuan tentang PHBS.
Program
Harus adanya pembentukan kader tentang promkes yang sudah di latih oleh tenaga
puskesmas. Dan selalu melakukam promkes secara rutin. Dan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat.
Manajemen Simpul 4
Pengobatan Penderita Sakit (Manajemen Kasus)
Pengobatan terhadap penderita sakit tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau
penderita penyakit. Agents penyakit yang masuk ke tubuh seseorang akan mengalami proses
yang amat kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia dengan
sistem pertahanannya tidak serta merta menyerah begitu saja. Hal ini dikenal sebagai sistem
pertahanan seluler maupun humoral. Manajemen dalam penanggulangan penyakit diare
adalah sperti penaganan kasus yang cepat dan tepat seperti pengobatan,observasi dan
pemberian zinc.
Program
Penemuan dan tatalaksana penderita penanganan kasus diare:
5. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi (oralit)
6. Memberi suplemen zinc (10-20mg) untu kanak anak setiap hari selama 10-14 hari
yang terbukti mampu mencegah keparahan dan durasi diare.
7. Memberi makanan untuk mencegah malnutrisi dan persisten
8. Memberi antibiotik selektif jika ada indikasi
9. Bawa anak ke dokter terdekat jika ada tanda tanda dehidrasi dan untuk mendapatkan
nasihat untuk penanganan diare.
10. Melaukukan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah.
13.Prioritas Program
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut
mempunyai arti:
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas. Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah di
identifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan di isi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian:
C x A x R x L.
15.Kriteria Skoring
1. C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya dan (dana, sarana, dan peralatan)
3. R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi
4. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lainya
dalam pemecahan masalah.
17.Program Prioritas
Dalam menanggulangi penyakit diare ini perlu di adakanya untuk peningkatan sarana dan
prasarana sanitasi dan pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar untuk PHBS. Dan
adanya pembentukan tim untuk pembina promkes agar program yang di jalankan dapat
berjalan dengan baik dibutuhkan anggaran yang mendukung baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 2008.