Skenario II
Tutor: dr. Andre Budi, M.Biomed
Ketua: Andreas N. Siagian
Anggota Kelompok
01 02 03 04 05
Laurensius Yohania Safrianto Janstine Nurhayati
06 07 08 09 10
Sarah Gabriella G. Andreas Tamar Michille
11 12 13 14
Tangge Dicky Hermon Nindiya
Skenario
Pemicu
dr. Wahyu, seorang kepala puskesmas yang baru saja ditugaskan di daerah Y,
mendapatkan data bahwa banyak masyarakat di daerah kerjanya mengalami diare.
Mayoritas warga di daerah Y bekerja sebagai nelayan dan pekerja pabrik dengan
status ekonomi menengah ke bawah, dan bertempat tinggal di sekitar area pabrik. dr.
Wahyu melakuakn survey lapangan dan mendapatkan fakta bahwa banyak
masyarakat di daerah kerjanya memiliki tempat tingggal yang kurang layak huni.
Masih banyak ditemukan jamban jenis pit privy dengan jarak lebih kurang 2 meter
dari sumber air bersih. Sumber air bersih warga hanya air sumur gali.
More Info I
dr. Wahyu ingin melakuakn penyuluhan terhadap warga dengan harapan bisa
melakukan upaya promotif dan preventif agar warga dapat teredukasi tentang
masalah Kesehatan yang berhubungan dengan Kesehatan lingkungan.
Klarifikasi Istilah
Keracunan
Virus Kesehatan makanan
Lingkungan
Kesimpulan Sementara: dr. Wahyu akan melakukan tindakan promotif, preventif, dan kuratif pada daerah Y.
Learning Objectives
1. Syarat Air Bersih
2. Masalah Jamban (Direkomendasikan Kemenkes)
a. Definisi Jamban Sehat
b. Jenis
c. Syarat Jamban Sehat
d. Metode Pembuangan Tinja Manusia
3. Jenis-Jenis Vektor dan Rodensia serta Pengaruh bagi Kesehatan
4. Pengendalian Vektor Sesuai Permenkes No. 374 Th 2010
5. Jenis-Jenis Limbah Padat dan Limbah Cair, dan Pengelolaan Limbah
6. Jenis-Jenis Sampah dan Metode Pengelolaan Sampah
7. Syarat Rumah Sehat (UU RI no. 1 2011), Parameter dan Indikator
Penilaian Rumah Sehat
8. Dampak bagi Kesehatan yang Ditimbulkan dari Pemukiman Kumuh
9. Visi Indonesia Sehat 2020-2025
01
Syarat Air Bersih
Andreas Natanael Siagian
Pendahuluan
Supardi, S. S. (2016). ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PKM. Jakarta: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Syarat Air Minum Bersih & Sehat
Tidak berasa
Tidak berbau
Tidak berwarna
Supardi, S. S. (2016). ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PKM. Jakarta: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Syarat Air Bersih dan Sehat
Syarat Fisik Syarat Bakteriologis dan Mikrobiologi
Air bersih harus jernih, tidak Air bersih tidak boleh mengandung kuman
berbau, dan tidak berasa, suhu pathogen dan parasitic yang mengganggu
air bersih sebaiknya sama dengan kesehatan
suhu udara atau kurang lebih 25°C
Supardi, S. S. (2016). ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PKM. Jakarta: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Sumber Air Bersih dan Sehat
Air hujan
Air permukaan
Mata air
Air sumur
Supardi, S. S. (2016). ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PKM. Jakarta: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
02
Masalah jamban (Direkomendasikan Kemenkes)
Definisi Jamban Sehat, Jenis, Syarat Jamban Sehat,
Metode Pembuangan Tinja Manusia
Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat” Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2007
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2008. Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat. Jakarta
Jamban Cemplung (Pit Latrine)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat
lubang ke dalam tanah dengan diameter
80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban
cemplung tidak boleh terlalu dalam,
karena akan mengotori air tanah
dibawahnya. Jarak dari sumber minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
Jamban Empang (Overhung Latrine)
Dimana jamban ini dibangun di atas empang, sungai, maupun
rawa. Sistem jamban empang memungkinkan terjadi daur ulang
(recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan
Jamban Leher Angsa (Angsa Latrine)
Adalah jamban dengan leher lubang kloset yang
berbentuk lengkung. Bila dipakai, tinjanya
tertampung sebentar dan bila disiram air, baru
masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke
tempat penampungannya.
Jamban Pupuk (The Compost Privy)
Secara prinsip jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih
dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang
kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.
Jamban Kimia (Chemical Toilet)
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda
sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya
dipergunakan dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat
udara, dapat pula digunakan dalam rumah.
Referensi
1. Rohmah, Nikmatur, and Fariani Syahrul. "Hubungan kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat
dengan Kejadian diare balita." Jurnal Berkala Epidemiologi 5.1 (2017): 95-106.
2. Juklak Program Sanitasi Total & Pemasaran Sanitasi (SToPS), WSP. 2008
4. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM & PL. 2003
Departemen Kesehatan RI (2008) Kepmenkes RI Nomor852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
Jakarta
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Tidak BAB di sembarang tempat, seperti kebun, perkarangan, dekat sungai, dekat mata
air, atau pinggir jalan
Departemen Kesehatan RI (2008) Kepmenkes RI Nomor852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
Jakarta
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh
air
b. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran
c. Lantai jamban harus kedap air, pembersihan harus dilakukan secara periodik
Departemen Kesehatan RI (2008) Kepmenkes RI Nomor852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
Jakarta
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a. Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran
b. Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh
d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100
Departemen Kesehatan RI (2008) Kepmenkes RI Nomor852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
Jakarta
Metode Pembuangan Tinja Manusia
Udin Jabu, dkk. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Pusdiknakes:
Jakarta.
01 Teknik Menggunakan Sistem Jamban (Privy Method)
Terdapat tiga kelompok teknik pembuangan tinja dengan system jamban yaitu :
1. Teknik menggunakan jamban tipe utama
Jamban cubluk
Jamban air
Jamban leher angsa
2. Teknik menggunakan jamban tipe yang kurang dianjurkan
Jamban bor
Jamban parit
Jamban gantung
3. Teknik menggunakan jamban untuk situasi khusus
Jamban kakus kompos
Jamban Kimia
Jamban Kolam
Jamban gasbio
Udin Jabu, dkk. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Pusdiknakes:
Jakarta.
02 Teknik Menggunakan Sistem Aliran Air (Water Carried Method)
Udin Jabu, dkk. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Pusdiknakes:
Jakarta.
03
Jenis-Jenis Vector dan Rodensia
serta Pengaruh bagi Kesehatan
Yohania, Michille
Definisi Vektor
3. Propagative Transmission
ü Agen mengalami perubahan jumlah (berkembangbiak)
ü Cth: Yersinia pestis (agen pes) dalam tubuh kutu
Memiliki ciri moncong runcing, telinga bulat kecil, ekor panjang, hampir
tidak berbulu.
Nurisa I, Ristiyanto Ristiyanto. 2012. “Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus Dan Mencit) Di Indonesia.Pdf.” Jurnal Ekologi Kesehatan 4(3): 308–19.
https://media.neliti.com/media/publications/78205-ID-penyakit-bersumber-rodensia-tikus-dan-me.pdf.
Tanda-Tanda Binatang Pengerat Dewasa Komensal
Nurisa I, Ristiyanto Ristiyanto. 2012. “Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus Dan Mencit) Di Indonesia.Pdf.” Jurnal Ekologi Kesehatan 4(3): 308–19.
https://media.neliti.com/media/publications/78205-ID-penyakit-bersumber-rodensia-tikus-dan-me.pdf.
2. Hewan Pengerat Liar
Berikut beberapa spesies dari golongan rodent liar yang paling banyak
ditemukan.
d. Millardia meltada
e. Millardia gleadowi
d. Mus booduga
Nurisa I, Ristiyanto Ristiyanto. 2012. “Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus Dan Mencit) Di Indonesia.Pdf.” Jurnal Ekologi Kesehatan 4(3): 308–19.
https://media.neliti.com/media/publications/78205-ID-penyakit-bersumber-rodensia-tikus-dan-me.pdf.
Pengaruh bagi Kesehatan
Sejumlah penyakit yang ditularkan melalui hewan pengerat, antara lain:
Nurisa I, Ristiyanto Ristiyanto. 2012. “Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus Dan Mencit) Di Indonesia.Pdf.” Jurnal Ekologi Kesehatan 4(3): 308–19.
https://media.neliti.com/media/publications/78205-ID-penyakit-bersumber-rodensia-tikus-dan-me.pdf.
Berikut beberapa tipe kontak dengan tikus dan contoh penyakit yang
ditularkan akibat kontak tersebut.
Nurisa I, Ristiyanto Ristiyanto. 2012. “Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus Dan Mencit) Di Indonesia.Pdf.” Jurnal Ekologi Kesehatan 4(3): 308–19.
https://media.neliti.com/media/publications/78205-ID-penyakit-bersumber-rodensia-tikus-dan-me.pdf.
04
Pengendalian Vector Sesuai
Permenkes No. 374 Th 2010
Safrianto
Vektor
- Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang menular melalui hewan perantara
(vektor)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/Per/III/2010 Tentang Pengendalian Vektor
Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
Prinsip-prinsip PVT
b. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor dan program
terkait, LSM, organisasi profesi, dunia usaha/swasta serta masyarakat.
c. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metode non kimia dan
menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana.
d. Pengendalian vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/Per/III/2010 Tentang Pengendalian Vektor
Tujuan PVT
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/Per/III/2010 Tentang Pengendalian Vektor
Langkah-Langkah PVT
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/Per/III/2010 Tentang Pengendalian Vektor
05
Jenis-Jenis Limbah Padat dan Limbah
Cair, dan Pengelolaan Limbah
Janstine
Limbah Organik & Anorganik
Limbah Organik Limbah Anorganik
Meliputi limbah yang tidak
Merupakan segala limbah yang
mengandung unsur karbon, seperti
mengandung unsur karbon (C),
logam (misalnya besi dari mobil
sehingga meliputi limbah dari
bekas atau perkakas, dan aluminium
mahluk hidup (misalnya kotoran
dari kaleng bekas atau peralatan
hewan dan manusia, sisa makanan,
rumah tangga), kaca, dan pupuk
dan sisa- sisa tumbuhan mati),
anorganik (misalnya yang
kertas, plastik, dan karet. Limbah
mengandung unsur nitrogen dan
organik sebagai limbah yang hanya
fosfor). Limbah-limbah ini tidak
berasal dari makhluk hidup (alami)
memiliki unsur karbon sehingga
dan sifatnya mudah busuk.
tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme.
Isnaini, H. H. (2020). POTENSI PENCEMARAN LIMBAH CAIR RUMAH PEMOTONGAN AYAM X DI DUSUN BETAKAN, SUMBERRAHAYU,
MOYUDAN, SLEMAN’. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Limbah Padat
a. Sampah organik mudah busuk (garbage) yaitu limbah padat semi
basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai
mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah
sayuran, kulit buah- buahan.
b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish) yaitu limbah
padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh
mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa,
kertas, plastik, kaca, logam.
c. Sampah abu (ashes) yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya
hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan
tidak mudah membusuk.
Isnaini, H. H. (2020). POTENSI PENCEMARAN LIMBAH CAIR RUMAH PEMOTONGAN AYAM X DI DUSUN BETAKAN, SUMBERRAHAYU,
MOYUDAN, SLEMAN’. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
d. Sampah bangkai binatang (dead animal) yaitu semua limbah yang
berupa bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang
mati.
e. Sampah sapuan (street sweeping) yaitu limbah padat hasil sapuan
jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti
dedaunan, kertas dan plastik.
f. Sampah industri (industrial waste) yaitu semua limbah padat yang
bersal dari buangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis
industrinya.
Isnaini, H. H. (2020). POTENSI PENCEMARAN LIMBAH CAIR RUMAH PEMOTONGAN AYAM X DI DUSUN BETAKAN, SUMBERRAHAYU,
MOYUDAN, SLEMAN’. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Limbah Cair
a. Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil
buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan
perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan
air tinja.
b. Limbah cair industri (industrial wastewater) yaitu limbah cair hasil
buangan industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari
industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian
daging, buah, atau sayur.
Isnaini, H. H. (2020). POTENSI PENCEMARAN LIMBAH CAIR RUMAH PEMOTONGAN AYAM X DI DUSUN BETAKAN, SUMBERRAHAYU,
MOYUDAN, SLEMAN’. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow) yaitu limbah cair yang
berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan
limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari
permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan
melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat
melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung ke
permukaan. Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin
ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
d. Air hujan (storm water) yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air
hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah
dapat melewati dan membawa partikel- partikel buangan padat atau cair
sehingga dapat disebut limbah cair.
Isnaini, H. H. (2020). POTENSI PENCEMARAN LIMBAH CAIR RUMAH PEMOTONGAN AYAM X DI DUSUN BETAKAN, SUMBERRAHAYU,
MOYUDAN, SLEMAN’. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Pengelolaan Limbah Padat
1. Digunakan sebagai tanah pengisi/penimbun ("urug")
Cara ini telah lama digunakan dan relatif murah, misalnya untuk meninggikan daerah
lembah atau jurang di tepi sungai atau pantai, atau menimbun daerah rawa, dan
sebagainya.
Ketut,Irianto. (2017). Sistem Teknologi Pengolahan Limbah. Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Warmadewa
A multi-criteria decision making model for the optimal planning of municipal solid waste under uncertainty - Scientific Figure on ResearchGate. Available from:
https://www.researchgate.net/figure/Diagrammatic-representation-of-proposed-solid-waste-management-model-see-online-version_fig1_340772403 [accessed 6 Sep, 2022]
Pengelolaan Air Limbah Alamiah
v Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan
kolam stabilisasi
Kencanawati, C. I. P. K. (2016). Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Sampah, Sistem Pengolahan Air LImbah, (7473), pp. 1–55. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5099c1d958ba3deb6270dea7d2bc8bf6.pdf.
Pengelolaan Air Limbah Buatan
Primary Treatment
q Primary treatment merupakan
pengolahan pertama yang
bertujuan untuk memisahkan zat
padat dan zat cair dengan
menggunakan filter (saringan) dan
bak sedimentasi
Kencanawati, C. I. P. K. (2016). Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Sampah, Sistem Pengolahan Air LImbah, (7473), pp. 1–55. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5099c1d958ba3deb6270dea7d2bc8bf6.pdf.
Secondary Treatment
q Secondary treatment merupakan pengolahan kedua,
bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan
koloid, dan menstabilisasikan zat organik dalam
limbah.
q Tujuan : untuk mengurangi kandungan bahan organik,
nutrisi nitrogen, dan fosfor.
q Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan
mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai
electon acceptor dalam air limbah.
q Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan
bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak
mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas
aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess
sludge. Secara anaerobik, penguraian bahan organik
dilakukan tanpa menggunakan oksigen. Hasil akhir
aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess
sludge.
Kencanawati, C. I. P. K. (2016). Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Sampah, Sistem Pengolahan Air LImbah, (7473), pp. 1–55. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5099c1d958ba3deb6270dea7d2bc8bf6.pdf.
Tertiary Treatment
q Tertiary treatment merupakan lanjutan
dari pengolahan kedua, yaitu
penghilangan nutrisi atau unsur hara,
khususnya nitrat dan posfat, serta
penambahan klor untuk memusnahkan
mikroorganisme patogen.
q Dalam pengolahan air limbah dapat
dilakukan secara alami atau secara
buatan, perlu dilakukan berbagai cara
pengendalian antara lain menggunakan
teknologi pengolahan limbah cair,
teknologi proses produksi, daur ulang,
resure, recovery dan juga penghematan
bahan baku dan energi.
Kencanawati, C. I. P. K. (2016). Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Sampah, Sistem Pengolahan Air LImbah, (7473), pp. 1–55. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5099c1d958ba3deb6270dea7d2bc8bf6.pdf.
06
Jenis-Jenis Sampah dan Metode
Pengelolaan Sampah
Gabriella G.
Pengawasan dan Pengelolaan Sampah
Jenis sampah, masalah pencemaran sampah, cara pegelolaan sampah. Beberapa
jenis sampah antara lain :
2) Sampah kering (rubbish), terdiri dari bahan mudah terbakar atau sulit
terbakar, diantaranya kertas, plastik, kain, karet, kulit, kayu, daun kering.
3) Abu dan residu (ash & residual terdiri dari bahan hasil pembakaran sankaca,
kaleng, paku, paper klips dan lain-lain, kayu, daun, arang, kertas, kain,
kulit,plastk dan benda lain yang dapat terbakar.
Budiman dan Suyono. 2019. Buku Ajar Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
5) Segala jenis bangkai hewan (dead material), dalam hal ini hewan mati dengan
sendirinya, bukan hasil proses manusia (disembelih, dipotong)
7) Segala jenis kotoran yang terbuang di jalanan umum, halaman rumah atau
gedung (street sweeping) : daun, ranting, batang kayu, kertas, logam, plastik
dan sampah hasil penyapuan halaman dan lain-lain.
8) Segala jenis kotoran hewan (stable manure) khususnya dari pet pemotongan
hewan dan lain-lain.
Budiman dan Suyono. 2019. Buku Ajar Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
Pengelolaan Sampah
Pengawasan sampah
- Rumah tangga
- Pemerintah
Budiman dan Suyono. 2019. Buku Ajar Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
07
Syarat Rumah Sehat (UU RI no. 1 2011),
Parameter dan Indikator Penilaian Rumah
Sehat
Nurhayati, Dicky
Syarat Rumah Sehat
Menurut Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman:
Hal ini telah tersirat dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 yang mengatakan rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai
tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU RI No. 1, 2011).
Syarat rumah sehat yang dimaksudkan untuk melindungi
keluarga dari dampak kualitas lingkungan meliputi:
Lokasi perumahan
Kualitas udara
Kualitas tanah
Penghijauan
Persyaratan Rumah Sehat
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
A. Bahan bangunan
• Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 µg/m2 ,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg
bahan.
• Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
B. Komponen dan penataan ruangan
• Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
• Dinding rumah memiliki ventilasi, kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan.
• Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
• Ruang-ruang diatur sesuai dengan fungsinya yang berhubungan erat diletakan
berdekatan agar pencapaiannya lebih mudah dan kegiatan dapat berjalan lancar
• Dapur berhubungan dengan api, maka harus mempunyai lubang bukaan/jendeka
yang cukup, dinding sekitar kompor/tungku dilapisi seng atau bahan tahan api,
terutama untuk dinding kayu atau bambu dan sediakan karung yang mudah
dibasahi dan ember berisi air didekat kompor/tungku sebagai salah satu upaya
penanggulangan pertama bila kompor/tungku terbakar.
C. Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
D. Kualitas udara
• Suhu udara nyaman antara 18–30oC.
• Kelembaban udara 40–70%.
• Gas SO2 kurang dari 24 jam.
• Pertukaran udara
E. Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
F. Vektor penyakit: tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
G. Penyediaan air
• Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari
• Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih atau air minum menurut
Permenkes no. 416 tahun 1990 dan Kepmenkes no. 907 tahun 2002.
H. Sarana penyimpanan makanan
Parameter Indikator Penilaian Rumah Sehat
Sarana Bangunan
a. Eksternal
Kebersihan halaman, area parkir, pertamanan, saluran atau parit buangan limbah, tempat
pembuangan sampah sementara (TPS), lokasi dan konstruksi septik tank, sumber air bersih dari
sumber yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Internal
Konstruksi bangunan yang sehat dan aman, terdiri dari bahan yang kokoh, terjamin pertukaran
udara segar dengan konstruksi, jumlah dan luas jendela atau lubang ventilasi yang memenuhi
syarat, terjamin penerangan yang cukup, Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah penghuni
ruangan, Sarana saniter yaitu kamar mandi dan WC memenuhi syarat sanitasi. Apabila bangunan
terdiri dari dua lantai atau lebih maka tangga naik harus memenuhi syarat untuk lebar anak tangga
minimal 25 cm dan tinggi anak tangga maksimal 18 cm, kemiringan tangga kurang dari 36*.
Parameter Indikator Penilaian Rumah Sehat
Aspek Perilaku Penghuni
2. Juniartini NLP. Tinjauan Penyaluran Dana BSPS di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten
Klungkung. J Bali Membangun Bali. 2019;2(3):161–72.
3. Umi Dyah Muji Nur Rahmah. 2015. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Rumah Sehat Di Desa
Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. Budiman dan suyono. 2019. Buku Ajar Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
08
Dampak bagi Kesehatan yang
Ditimbulkan dari Pemukiman Kumuh
Laurensius
Pemukiman Kumuh
https://th.boell.org/sites/default/files/styles/social_media/public/uploads/2017/November%2010 https://img.jakpost.net/c/2016/05/02/2016_05_02_4000_1462202307._large.jpg
%2C%202017/1._title_picture.jpg.jpeg?itok=PnK6Zjyc
Pemukiman yang memiliki kepadatan yang tinggi, tingkat kriminalitas tinggi, biasanya migran
dari desa ke kota, pekerja kasar, kotor, tidak sehat dan rumah yang tidak layak huni
Dampak Kesehatan dari Pemukiman Kumuh
https://cdn-asset.jawapos.com/wp-content/uploads/2019/01/tak-
hanya-paru-paru-5-organ-ini-juga-diserang-kuman-tb_m_198914-
640x420.jpeg
https://pekalongankota.go.id/upload/berita/berita_20200110012857. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b
jpg /bf/Symptoms-diarrhea-nonbloody.jpg
Dampak Kesehatan dari Pemukiman Kumuh
https://www.puskpnf.dinkes-kotakupang.web.id/media/k2/items/cache/474f4cdd4383ff91fd1d98bcb039d93b_L.jpg
https://sardjito.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2019/12/PMS.jpg
Referensi
1. Ssemugabo, C., Nalinya, S., Lubega, G. B., Ndejjo, R., & Musoke, D. (2021). Health risks in our environment:
Urban slum youth’ perspectives using photovoice in Kampala, Uganda. Sustainability (Switzerland), 13(1), 1–
16. https://doi.org/10.3390/su13010248
2. Malau, W. (2013). Dampak Urbanisasi Terhadap Pemukiman Kumuh (Slum Area) Di Daerah Perkotaan.
JUPIIS, 5 (3).
09
Visi Indonesia
Sehat 2020-2025
Sarah
• Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan
yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari
kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara
nilai-nilai budaya bangsa.