Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENELITIAN

“Hubungan Beberapa Faktor Dengan Kejadian ISPA Pada


Anak Balita Pada Desa Kebonagung, Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sidoarjo Agustus 2018”

Pembimbing:
Sugiharto,dr.,M.Kes(MARS)

Putri Kartika Ningrum, S.ked 16710168


Valinda Puspasari, S.ked 16710174
Imastiara Ramadhani A, S.ked 16710218
Brigita, S.ked 16710220
Fridolino Jimmy Desanto, S.ked 16710238
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

• ISPA menyebabkan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia di


bawah 5 tahun pada setiap tahunnya. (WHO, 2003)
• Angka kematian balita karena ISPA pada usia dibawah 1 tahun
maupun usia antara 1-4 tahun tertinggi di provinsi Jawa Timur
yaitu masing-masing sebesar 62 dan 80 bayi. (Depkes, 2016)
• Angka kejadian ISPA di Desa Kebonagung sebanyak 397 anak
balita dari total jumlah anak balita sebanyak 882 anak balita.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan beberapa faktor dengan kejadian ISPA pada
anak balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
• Menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
ISPA pada anak balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Sidoarjo
2. Tujuan Khusus
•Menganalisis hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada anak
balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo.
•Menganalisis hubungan riwayat pemberian ASI Eksklusif.
•Menganalisis hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga
dirumah.
•Menganalisis hubungan penggunaan obat anti nyamuk.
•Menganalisis hubungan macam obat anti nyamuk yang digunakan
dirumah
•Menganalisis hubungan adanya ventilasi dapur di rumah anak balita
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Puskesmas


Sebagai salah satu bahan masukan bagi puskesmas untuk ditindak
lanjuti.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai masukan bagi orang tua anak
3. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan tentang penanganan secara praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu


infeksi yang bersifat akut yang menyerang salah satu atau
lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah,
pleura) dengan atau tanpa demam kurang dari 14 hari.
B. Etiologi ISPA

Agen Infeksius:
Respirator syncytial virus (RSV),
Nonpolie enterovirus (Coxsackieviruses
Agen Non-Infeksius:
A dan B), Adenovirus, Parainfluenza, dan
Aspirasi makanan dan cairan lambung,
Human metapneumoviruses. Agen infeksi
dan inhalasi zat-zat asing seperti racun
selain virus juga dapat menimbulkan
atau bahan kimia, asap rokok, debu dan
ISPA, seperti β-hemolitic streptococci,
gas
Staphylococcus, Haemophilus influenza,
Chlamydia trechomatis, Mycoplasma, dan
Pneumococcus
C. Tanda dan Gejala ISPA

Infeksi saluran pernafasan bagian


bawah:
Infeksi saluran pernafasan bagian atas:

Pengeluaran cairan (discharge) nasal yang Didahului oleh gejala hidung buntu, pilek,
berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata dan sakit tenggorokan. Batuk yang
berair, konjungtivitis ringan, sakit bervariasi dari ringan sampai berat,
tengorokan yang ringan sampai berat, rasa biasanya dimulai dengan batuk yang tidak
kering pada bagian posterior palatum mole produktif. Setelah beberapa hari akan
dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk terdapat produksi sputum yang banyak;.
seringkali terjadi, dan terkadang timbul Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan
demam. ditemukan suara wheezing atau ronkhi
yang dapat terdengan jika produksi
sputum meningkat
D. Klasifikasi ISPA

Infeksi saluran pernafasan bagian


Infeksi saluran pernafasan bagian
atas: bawah:

Sinusitis, Faringitis, Otitis Media


Bronchiolitis, Bronchitis Akut, Pneumonia
Akut
E. Faktor Resiko ISPA

1. Faktor Individu
3. Faktor Sosial Ekonomi
• Status Gizi • Tingkat Pendidikan Ibu
• Riwayat Pemberian ASI Eksklusif • Status Sosial dan Ekonomi
• Status imunisasi • Pendapatan Keluarga
• BBLR
• Pemberian vitamin A

4. Faktor Perilaku
2. Faktor Lingkungan
• Kebiasaan merokok anggota keluarga
• Adanya ventilasi dapur
dalam rumah
• Kriteria rumah sehat
• Penggunaan obat anti nyamuk
• Luas ventilasi kamar
• Penggunaan obat anti nyamuk bakar
• Tipe lantai rumah
• Perilaku Membuka Jendela pada pagi
• Kepadatan Hunian
dan siang hari
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Faktor Individu
1.Status gizi
2.Riwayat pemberian ASI eksklusif
3. Status imunisasi
4. Riwayat BBLR
5. Pemberian vitamin A
Faktor Lingkungan
1.Adanya ventilasi dapur
2. Kriteria rumah sehat
3. Luas ventilasi kamar
4. Tipe lantai rumah
5. Kepadatan hunian

Faktor Sosial Ekonomi Kejadian ISPA Pada Balita


1.Tingkat pendidikan ibu
2. Status sosial ekonomi
3. Pendapatan orang tua

Faktor Perilaku
1.Kebiasaan merokok anggota keluarga
dalam rumah
2.Penggunaan obat anti nyamuk
3.Penggunaan obat anti nyamuk bakar
4. Kebiasaan membuka jendela
pagi dan siang hari
B. Hipotesis Penelitian
.
1. Ada Hubungan Status Gizi Balita dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo
2. Ada Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada Anak
Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo
3. Ada Hubungan Adanya Ventilasi Dapur di Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada
Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo
4. Ada Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo
5. Ada Hubungan Kebiasaan Keluarga Merokok di Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada
Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo
6. Ada Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk di Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA
pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo
7. Ada Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar yang Digunakan Di dalam Rumah
dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Sidoarjo
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

 
Jenis penelitian ini adalah observasional cross
sectional analitik
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu Keterangan
5 Agustus – 11 Agustus 2018 Persiapan Proposal
12 Agustus – 15 Agustus 2018 Persiapan kelengkapan penelitian
16 Agustus – 19 Agustus 2018 Penelitian
20 Agustus – 25 Agustus 2018 Pengololahan data
26 Agustus – 31 Agustus 2018 Pengumpulan dan presentasi penelitian
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki
balita yang menderita ispa yang bertempat tinggal di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo yaitu sebanyak
882 orang.
2. Sampel
a. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Besar sampel dihitung dengan rumus
Lemeshow

Dibulatkan menjadi 108

Keterangan:
n = Besar sampel
zɑ = 1,96 untuk ɑ = 0,05
P = Proporsi penyakit untuk keadaan yang akan dicari sebesar 45%
d = distance
Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan besar sampel yang akan
diambil sebanyak 108 orang
b. Teknik pengambilan sampel
Sampel ditentukan dengan cara probability sampling
dengan teknik systematic sampling. Pada systematic
sampling ditentukan bahwa dari seluruh subyek yang
dapat dipilih, setiap subyek nomor kesekian dipilih
sebagai sampel
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Kejadian Infeksi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan Wawancara Kuesioner 1= Ya Nominal
Saluran suatu infeksi yang bersifat akut yang menyerang 2 = Tidak
Pernapasan Akut salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari
hidung sampai alveolus termasuk adneksanya (sinus,
rongga telinga tengah, pleura) dengan atau tanpa
demam kurang dari 14 hari (Depkes, 2011; Komdat
Dinkes,2016).
2. Status gizi Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara Wawancara Kuesioner 1=gizi Ordinal
asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh buruk
untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, 2=gizi
aktivitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi kurang
mereka yang menderita sakit dan proses biologis 3=gizi baik
lainnya di dalam tubuh (Sofiatun, 2017). 4=gizi lebih
3. Riwayat ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan Wawancara Kuesioner 1 < 6 bulan Nominal
pemberian ASI tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, 2 ≥ 6 bulan
eksklusif jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali vitamin dan
mineral dan obat (Prasetyo, 2005).
4. Adanya ventilasi Ventilasi adalah suatu lubang udara di dalam rumah Wawancara Kuesioner 1= ada Nominal
dapur yang berfungsi untuk perputaran udara keluar masuk 2=tidak ada
ruangan, sehingga terjadi perputaran udara secara
bebas (KBBI, 2014).
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

5. Tingkat Tingkat pendidikan ibu berdasarkan Wawancara Kuesioner 1= Rendah Nominal


Pendidikan Ibu pendidikan formal. Pendidikan rendah yaitu (Tidak
pendidikan dasar yang ditempuh 9 tahun sekolah-SMP)
(SD,SMP atau sederajat). Sedangkan 2= Tinggi
pendidikan tinggi yaitu pendidikan yang (≥SMA)
ditempuh minimal sampai SMA, sederajat.
(Widyaningsih, 2013)

6. Kebiasaan Kebiasaan merokok di dalam rumah Wawancara Kuisioner 1 = ya Nominal


merokok anggota menyebabkan paparan asap rokok terhadap 2 =tidak
keluarga dalam anggota keluarga yang lain.
rumah (Rahmayatul, 2013)

7. Penggunaan obat Bahan yang digunakan untuk menghindari Wawancara Kuisioner 1 = ya Nominal
anti nyamuk gigitan nyamuk. Jenis obat anti nyamuk dibagi 2 =tidak
menjadi anti nyamuk bakar, anti nyamuk oles,
anti nyamuk semprot, dan anti nyamuk
elektrik. (Syahidi, 2016)

8. Penggunaan obat Obat nyamuk bakar merupakan salah satu Wawancara Kuesioner 1= bakar Ordinal
anti nyamuk formula yang berbentuk coil, yang 2= non bakar
bakar penggunaannya dengan dibakar agar 3= tidak
menghasilkan asap untuk membunuh nyamuk. menggunakan
(Rudianto, 2013) obat nyamuk
H. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas
• Status gizi balita
• Riwayat pemberian ASI eksklusif
• Adanya ventilasi dapur
• Kebiasaan merokok anggota keluarga dalam rumah
• Tingkat pendidikan ibu
• Penggunaan obat anti nyamuk
• Jenis obat anti nyamuk yang digunakan

2. Variabel terikat
Anak balita yang pernah menderita ispa di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo.
I. Pengelolaan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
computer yaitu program spss 16,0

1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi
atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti

2. Analisis Bivariat
Analsis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel (bebas) dengan variabel dependen (terikat) dengan
menghitung rasio prevalensi. analisis ini dilakukan dengan
menggunakan uji chi square. Dasar pengambilan keputusan
penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α =
0,05) sebesar 95% :
a. Ho ditolak jika nilai (p < 0,05), berarti ada hubungan yang
bermakna.
b. Ho diterima jika nilai (p > 0,05), berarti tidak ada hubungan yang
bermakna.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


B. Data Univariat
1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Anak Balita di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.

Status Gizi Balita Frekuensi Prosentase


1. Status gizi buruk 0 0%
2. Status gizi kurang 94 87%
3. Status gizi baik 14 13%
4. Status gizi lebih 0 0%
Total 108 100 %
2. Distribusi Frekuensi Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Pada Anak
Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo.

Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi Prosentase

1. Tidak 97 89,8 %
2. Ya 11 10,2 %

Total 108 100 %


3. Distribusi Frekuensi Ventilasi Dapur di Dalam Rumah Pada Anak Balita di
Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

Kepemilikan Ventilasi Dapur Frekuensi Prosentase

1. Ada 96 89 %
2. Tidak ada 12 11 %

Total 108 100 %


4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Kebonagung,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase

1. Rendah (Tidak Sekolah-SMP) 102 94,4 %


2. Tinggi (≥SMA) 6 5,6 %

Total 108 100 %


5. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di
Dalam Rumah Pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

Merokok Frekuensi Prosentase

1. Ada 61 56,5%
2. Tidak ada 47 43,5 %
Total 108 100 %
6. Distribusi Frekuensi Penggunaan Obat Anti Nyamuk yang
Digunakan di Dalam Rumah Pada Anak Balita di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

Merokok Frekuensi Prosentase

1. Ya 77 71 %
2. Tidak 31 29 %

Total 108 100 %


7. Distribusi Frekuensi Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar di
Dalam Rumah Pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

Obat anti nyamuk yang digunakan Frekuensi Prosentase


1. Obat anti nyamuk bakar 68 63%
2. Obat anti nyamuk non bakar 9 8%
3. Tidak menggunakan obat anti nyamuk 31 29%
 
Total 108 100 %
C. Analisis Data

1. Hubungan Status Gizi Balita dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita
tahun di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

 
ISPA    
Ya Tidak Total P

  Gizi Buruk N 0 0 0  
Status Gizi % 0% 0% 0%  
Balita Gizi Kurang N 92 2 94  
% 98% 2% 100%  
Gizi Baik N 12 2 14 0,025
% 86% 14% 100%
Gizi Lebih N 0 0 0
% 0% 0% 0%
Total N 104 4 108
% 96% 4% 100%
2. Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada Anak
Balita tahun di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

 
ISPA Total  
Ya Tidak P

  < 6 bulan N 95 2 97  
ASI % 98% 2% 100%  
Eksklusif >= 6 bulan N 9 2 11 0,007
% 82% 18% 100%
Total N 104 4 108
% 96% 4% 100%
3. Hubungan Adanya Ventilasi Dapur di Dalam Rumah dengan Kejadian
ISPA pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Sidoarjo

 
ISPA Total  
Ya Tidak P

  Ada N 92 4 96  
Ventilasi % 96% 4% 100%  
Dapur Tidak ada N 12 0 12 0,471
% 100% 0 100%
Total N 104 4 108
% 96% 4% 100%
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Anak
Balita tahun di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo.

 
ISPA Total  
Ya Tidak P

  Rendah N 102 0 102  


Tingkat % 98% 0% 94%  
pendidikan Tinggi N 2 4 6 0,000

% 2% 100% 6%

Total N 104 4 108


% 96% 4% 100%
.
5 Hubungan Kebiasaan Keluarga Merokok di Dalam Rumah dengan Kejadian
ISPA pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Sidoarjo

 
ISPA Total  
Ya Tidak P

  Ada N 61 0 61  
Keluarga % 100% 0% 100%  
Perokok Tidak ada N 43 4 47 0,020
% 92% 8% 100%
Total N 104 4 108
% 96% 4% 100%
6. Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk di Dalam Rumah dengan
Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

 
ISPA Total  
Ya Tidak P

  Ya N 76 1 77  
Penggunaan % 99% 1% 100%  
Obat Anti Tidak N 28 3 31 0,037
Nyamuk % 90% 10% 100%
Total N 104 4 108
% 96% 4% 100%
7. Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar yang Digunakan Di dalam
Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita tahun di Desa
Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

 
ISPA Total  
Ya Tidak P

  Bakar N 68 0 68  
Penggunaan % 65% 0% 63%  
Obat Anti Non Bakar N 8 1 9 0,029
Nyamuk Bakar
% 8% 25% 8%
Atau Non
Tidak menggunakan N 28 3 31
Bakar
obat nyamuk % 27% 75% 29%
Total N 104 4 108
% 100% 100% 100%
BAB VI
PEMBAHASAN

1. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di


Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

• Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pibriyanti (2017)


menyatakan bahwa dari 11 bayi yang mengalami ISPA sebanyak 7
(63,6%) memiliki status gizi kurang dan 4 bayi (36,4%) dengan
status gizi baik
• Pada penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya ditemukan
presentasi yang cukup tinggi sebanyak 88,5% anak balita dengan
status gizi kurang menderita ISPA.
2. Hubungan Riwayat Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian ISPA
pada Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Sidoarjo

• Dalam penelitian Softic dkk (2007) Pemberian ASI tidak


eksklusif lebih rentan untuk menderita ISPA
• Balita dengan pemberian ASI tidak eksklusif akan mudah
Pada penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya
didapatkan presentasi yang tinggi yaitu sebesar 91,3% balita
yang tidak mendapat ASI eksklusif menderita ISPA
3. Hubungan Adanya Ventilasi Dapur dengan Kejadian ISPA pada
Anak Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Sidoarjo

• Penelitian yang di lakukan Rahmayatul (2013) dan penelitian


Diana (2012) menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita
• Didapatkan tingkat kejadian ISPA pada anak balita yang
memiliki ventilasi dapur sebesar 88,5%, sehingga tidak ada
hubungan antara adanya ventilasi dapur dengan kejadian
ISPA.
4. Hubungan Tinggkat Pendidikan dengan Kejadian ISPA pada
Anak Balita Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo

• Dalam hasil penelitian Syahidi, (2016) menyatakan bahwa 84,8%


anak yang terkena ISPA dengan kelompok responden
berpendidikan Rendah
• Pada penelitian ini diperoleh persentase yang cukup tinggi
sebesar 98,1% antara ibu dengan tingkat pendidikan rendah dan
kejadian ISPA
5. Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dirumah
dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Kebonagung,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

• Penelitian yang di lakukan oleh hariani dkk (2014) menyebutkan


bahwa dari 30 balita yang menderita ISPA 16 balita (29,6%)
terpapar oleh asap rokok dan 14 balita (25,9%) tidak terpapar
asap rokok. Asriati ( 2014 ) dalam penelitiannya menambahkan
bahwa balita yang terpapar asap rokok memiliki resiko 7,8 kali
lebih besar untuk terkena ISPA di bandingkan dengan balita yang
tidak terkena paparan asap rokok.
• Pada penelitian ini diperoleh persentase yang cukup tinggi
sebanyak 58,7% antara kebiasaan merokok di dalam rumah dan
kejadian ISPA
6. Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk di Dalam Rumah
dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Kebonagung,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

• Pada penelitian Mairahu,ddk (2011) dalam Warjiman (2017),


menunjukan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan
obat nyamuk dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p
= 0,026 berarti (p< 0,05)
• Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu diperoleh persentase yang cukup tinggi
sebesar 73,2% antara penggunaan obat anti nyamuk di dalam
rumah dengan kejadian kejadian ISPA.
7. Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar yang
digunakan dalam rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak
Balita di Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sidoarjo

• Berdasarkan hasil penelitian Calvin Sdi wilayah puskesmas Curuk


Kabupaten Tangerang (2004) dalam Warjiman (2017), 95% balita
yang tinggal dalam rumah yang menggunakan obat nyamuk bakar
merupakan faktor resiko untuk terjadinya ISPA.
• Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu diperoleh persentase yang cukup tinggi sebesar
65,4% antara penggunaan obat anti nyamuk bakar di dalam rumah
dengan kejadian ISPA
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1.Status gizi balita

2. Riwayat pemberian ASI eksklusif

3. Adanya ventilasi dapur


Kejadian ISPA pada Anak
4. Tingkat Pendidikan Ibu Balita di Desa Kebonagung,
Kecamatan Sukodono,
5. Kebiasaan merokok anggota Kabupaten Sidoarjo
keluarga di dalam rumah

6. Penggunaan obat anti nyamuk Keterangan :


Ada hubungan
7. Penggunaan obat anti nyamuk Tidak ada hubungan
bakar
B. Saran

1. Bagi institusi Puskesmas


Tenaga kesehatan dari puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi
bagi masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Orang tua anak diharapakan dapat mengetahui bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh asap rokok, asap obat nyamuk bakar. Untuk Ibu dapat
memberikan ASI eksklusif minimal sampai usia 6 bulan, serta menjaga
pola makan balita nya agar gizinya mencukupi.
3. Bagi peneliti
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lagi faktor-faktor lain
yang dapat meningkatkan kejadian ISPA pada balita

Anda mungkin juga menyukai