PENDAHULUAN
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air
di bumi, baik di atas, pada maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannnya dengan kehidupan. Atau secara umum dapat
dikatakan bahwa Hidrologi adalah ilmu yang menyangkut masalah kuantitas dan kualitas air di
bumi, dan dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Hidrologi Pemeliharaan/Operational Hydrologie
Menyangkut pemasangan alat – alat ukur berikut penentuan jaringan stasiun pengamatannya,
pengumpulan data hidrologi, pengolahan data mentah dan publikasi.
2. Hidrologi Terapan/Applied Hydrologie
Ilmu yang langsung berhubungan dengan penggunaan hukum – hukun yang berlaku menurut
ilmu – ilmu murni pada kejadian praktis dalam kehidupan. Dan menyangkut analisis
hidrologi. ( Joyce Martha dan Wanny, 1991 : 1 – 2 )
Indonesia banyak tempat yang sering yang terjadi kekurangan air pada musim kemarau,
sedangkan kelebihan air sering terjadi pada musim penghujan. Hal ini juga yang terjadi di daerah
aliran sungai (DAS). Daerah aliran sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-
unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam tanah, air dan vegetasi serta sumber daya manusia
sebagai pelaku pemanfaatansumber daya alam tersebut. Dalam kaitannya dengan ini hidrologi
muncul sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang terjadinya air, pergerakan air, dan distribusi
air di bumi, baik di atas, maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan, serta kajian siklus hidrologi
juga sangat bermanfaat dalam memahami konsep keseimbangan air dalam skala global hingga
daerah aliran sungai (DAS).
Dengan semakin banyaknya pemasalahan yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan
kajian dan analisis-analisis banjir rancangan dan debit andalan dari komponen-komponen yang
berkaitan, sehingga menjadi sumber yang nantinya akan menjawab masalah-masalah tersebut,
maka pemahaman dalam menggunakan kajian hidrologi adalah suatu hal yang penting.
Pemahaman tersebut perlu untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam menggunakan
interpretasi hasil analisis yang didapatkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana menghitung debit banjir
rancangan.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai banjir
rencana pada suatu daerah aliran sungai, selain itu diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi dalam perencanaan atau evaluasi suatu bangunan.
2.1 Hidrologi
Hidrologi pada dasarnya adalah suatu ilmu yang bersifat menafsirkan. Melakukan
percobaan dibatasi oleh ukuran kejadian di alam, yang diteliti secara sederhana dengan akibat yang
bersifat khusus. Persyaratan mendasarnya berupa data yang diamati dan diukur mengenai semua
segi pencurahan, pelimpasan, penelusuran, pengaliran sungai, penguapan, dan seterusnya.
(EM.Wilson, 1969).
Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi.
Fenomena hidrologi seperti besarnya curah hujan, temperatur, penguapan, lamanya penyinaran
matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air, selalu berubah menurut waktu. Untuk
suatu tujuan tertentu data-data hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung, disajikan, dan ditafsirkan
dengan menggunakan prosedur tertentu (Yuliana, 2008).
Analisa hidrologi sangat penting untuk memperkirakan debit banjir rencana. Debit banjir
ini diperlukan untuk merencanakan tipe, bentuk, dan ukuran hidrolis bangunan pengendali
sedimen ( sabo dam ) dan bendung. Data – data yang diperlukan adalah data-data mengenai curah
hujan yang terjadi serta luas daerah aliran sungai. Rangkaian data yang diperlukan tersebut harus
periodik dan kontinyu.
Data curah hujan didapat dari stasiun-stasiun yang berada di sekitar Dendung Jaling.
Daerah aliran sungai ditentukan berdasarkan topografi daerah tersebut, dimana daerah
aliran sungai tersebut dibatasi oleh punggung-punggung bukit diantara dua buah sungai sampai ke
sungai yang ditinjau. Kita dapat menentukan daerah aliran sungai pada peta topografi dengan cara
membuat garis imajiner yang menghubungkan titik-titik yang memiliki elevasi kontur tertinggi
di sebelah kiri dan kanan sungai yang ditinjau.
Curah hujan rerata dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode antara lain :
R = curah hujan ( mm )
b. Metode Thiessen
Metode ini digunakan dengan ketentuan :
Daerah dibagi menjadi poligon, dimana stasiun pengamatannya sebagai pusat.
Penambahan stasiun pengamatan akan mengubah seluruh jaringan.
Tidak memperhitungkan topografi.
Lebih baik dari rata-rata aljabar jika curah hujan di tiap-tiap stasiun tidak merata.
Rumus yang digunakan ( dalam Wahyuni, 2002 ) adalah sebagai berikut :
c. Cara Isohiet
R=
Ai.Ri
Ai
dimana :
Pada penyusunan tugas akhir ini untuk keperluan perencanaan, data hujan yang
digunakan adalah hasil perhitungan dengan metode rata-rata aljabar, karena cara ini akan
memberikan koreksi terhadap besarnya hujan sebagai fungsi rata- rata tinggi hujan selama
jangka waktu tertentu. Dengan cara ini akan akurat jika stasiun hujan tersebar merata dan
variasi hujan tahunan yang tidak terlalu tinggi.
Tidak semua variat dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-
ratanya, akan tetapi kemungkinan ada nilai variat yang lebih besar atau lebih kecil dari rata-
ratanya. Besarnya derajat dari sebaran variat di sekitar nilai rata-ratanya disebut dengan
variasi atau dispersi. Cara mengukur besarnya dispersi disebut dengan pengukuran dispersi.
dimana :
b. Koefisien Skewness (C s)
Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan
derajat ketidaksimetrisan dari suatu bentuk distribusi.
dimana :
Cs = koefisien skewness
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standard
c. Pengukuran Kurtosis (C k)
Koefisien kurtosis digunakan untuk menentukan keruncingan kurva dari bentuk kurva
distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal.
Rumus yang digunakan ( dalam Soewarno, 1995 ) adalah sebagai berikut :
dimana :
Ck = koefisien kurtosis
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standard
d. Koefisien Variasi
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan nilai rata-rata
hitung suatu distribusi.
Rumus yang digunakan (dalam Soewarno, 1995) adalah sebagai berikut:
dimana :
Cv = koefisien variasi
X = nilai rata-rata variat
Distribusi Normal
dimana Cs ~ 0
dimana Cs ~ 3 Cv + Cv3
Cs = 0,81
dimana CS ~ 1,139
Ck ~ 5,4002
dimana Cs ≠ 0
Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi, di antaranya yang banyak digunakan
dalam bidang hidrologi adalah distribusi normal, distribusi Gumbel tipe I, dan distribusi
Pearson tipe III. Pemilihan jenis sebaran dilakukan berdasarkan syarat-syarat dan hasil
perhitungan, kemudian dilakukan prosedur selanjutnya yaitu :
Digunakan distribusi Gumbel tipe I karena hasil perhitungan sebaran mendekati syarat
distribusi jenis ini yaitu untuk CS ~ 1,139 dan Ck ~ 5,4002 (dalam Soewarno, 1995).
dimana :
P (X≤ x) = fungsi densitas peluang Gumbel tipe I
e = 2,71828
Y = faktor reduksi Gumbel
X = besar curah hujan pada periode tertentu
x = nilai curah hujan rata-rata
S = deviasi standard
dimana :
Xh2 = parameter Chi-kuadrat
G = jumlah sub-kelompok
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub-kelompok ke I
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub-kelompok ke
Prosedur uji Chi-kuadrat adalah sebagai berikut :
1. Urutkan data pengamatan dari yang terbesar ke terkecil atau sebaliknya.
2. Kelompokkan data menjadi G sub-group, tiap-tiap sub-group minimal empat data
pengamatan.
3. Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi, tiap-tiap sub-group.
4. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebasar Ei
5. Tiap-tiap group hitung nilai :
1. Apabila peluang lebih dari 5 % maka persamaan distribusi teoritis yang digunakan
dapat diterima
2. Apabila peluang lebih kecil 1 % maka persamaan distribusi teoritis yang digunakan
Dimana:
Q = debit banjir rencana (m3/det)
f = koefisien pengaliran
r = intensitas hujan selama t jam (mm/jam)
r =
W =
w =
w = waktu kecepatan perambatan (m/det atau km/jam)
A = luas DAS (km2)
H = beda tinggi ujung hulu dengan tinggi titik yang ditinjau (m)
Koefisien pengaliran (f) tergantung dari beberapa factor antara lain jenis tanah,
kemiringan, vegetasi, luas dan bentuk pengaliran sungai. Sedangkan besar nilai koefisien
pengaliran dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
b. Metode Weduwen
Rumus debit banjir rencana Metode Weduwen yang digunakan (dalam Wahyuni, 2002)
adalah sebagai berikut:
dimana :
dimana :
Qt = debit banjir rencana (m3/det)
Rn = curah hujan maksimum (mm/hari)
α = koefsien limpasan
β = koefisien pengurangan darah untuk curah hujan DAS
qn = debit per satuan luas(m3/det km2)
A = luas daerah pengaliran (km2) sampai 100 km2
t = lamanya curah hujan (jam)
L = panjang sungai (km)
dimana :
Q = debit banjir periode ulang tertentu
k = koefisien run off
β = koefisien reduksi
q = intensitas hujan yang diperhitungkan (m3/det/km2)
A = luas DAS (km2)
L = panjang sungai
I = kemiringan sungai
r = distribusi hujan
q = intensitas hujan
Data sekunder curah hujan stasiun yang berpengaruh pada DAS Bendung Jaling
pada 15 tahun terakhir (2003-2017) yang diperoleh dari Dinas Sumber Daya Air,
Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan curah hujan maksimum harian setiap
tahun. Kemudian analisis curah hujan maksimum harian rata-rata daerah dengan menggunakan
metode Thiessen, setelah itu ditinjau distribusi perhitungan curah hujan rencana yang sesuai
dengan analisis frekuensi dengan meninjau beberapa parameter statistik (standar deviasi, koefisien
skewness, koefisien kurtosis dan koefisien variasi), cara grafis yaitu plotting data di kertas
probabilitas dan dilakukan uji keselarasan Chi Kuadrat dan Smirnov – Kolmogorov.