Anda di halaman 1dari 7

Draft Buku Ajar : Membangun Daya Saing Industri Kecil Jamu Tradisional

1. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Jamu Tradisional


1.1 Pengertian UMKM
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang atau perseorangan dan atau
badan usaha perorangan yang mempunyai kriteria : memiliki kekayaan paling banyak
Rp. 50.000.000 dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (UU No 20 tahun 2008
tentang UMKM Pasal 1 angka 1)
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang beridiri sendiri yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau bandan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria sebagai berikut: memlikiki kekayaan bersih lebih dari
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Atau memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 ( tiga ratus juta
rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus
juta rupiah).
Menegah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dan kriteria usaha
menengah adalah sebagai berikut: memiliki kekeyaan bersih lebih dari
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp.50.000.000.000.,00 (lima puluh milyar rupiah).
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha
Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan,
dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha
Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:


a. kekeluargaan;
b. demokrasi ekonomi;
c. kebersamaan;
d. efisiensi berkeadilan;
e. berkelanjutan;
f. berwawasan lingkungan;
g. kemandirian;
h. keseimbangan kemajuan; dan
i. kesatuan ekonomi nasional.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan


mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:


a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;
c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan
e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:


a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan
berkeadilan;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

1.2 Ciri-ciri UMKM

# usaha mikro
a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;
b. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
c. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank;
d. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP

Contoh usaha mikro


a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;
b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,
industri pandai besi pembuat alat-alat;
c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll;
b. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
c. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).

# Usaha Kecil
a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
b. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,
keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah
membuat neraca usaha;
c. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
d. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
e. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
f. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning

Contoh Usaha Kecil


a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
b. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,
industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e. Koperasi berskala kecil.

# usaha menengah
a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain,
bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,
izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
b. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik

Contoh usaha menengah


Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh
sektor mungkin hampir secara merata, yaitu
a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi
taxi dan bus antar proponsi;
d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan

1.3 Industri dan Usaha Obat Tradisional

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang
Baik

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Industri Obat Tradisional, yang selanjutnya disebut IOT, adalah industri yang membuat
semua bentuk sediaan obat tradisional.

Industri Ekstrak Bahan Alam, yang selanjutnya disebut IEBA, adalah industri yang
khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.

Usaha Kecil Obat Tradisional, yang selanjutnya disebut UKOT, adalah usaha yang
membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan
efervesen.

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOTB,
adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Bentuk Sediaan adalah identifikasi obat tradisional dari bentuk fisiknya yang terkait
kepada penampilan fisik maupun cara pemberian obat tradisional.

Audit pemenuhan persyaratan teknis CPOTB, yang selanjutnya disebut Inspeksi,


adalah pemeriksaan secara langsung terhadap industri dan usaha obat tradisional
untuk mengetahui pemenuhan terhadap Persyaratan Teknis CPOTB.

Sertifikat CPOTB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa Industri dan
Usaha Obat Tradisional telah memenuhi Persyaratan Teknis CPOTB dalam membuat
satu jenis bentuk sediaan obat tradisional.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN


2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL

Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang dapat
membuat semua bentuk sediaan obat tradisional.
Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha yang
dapat membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet
dan efervesen.

Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang
hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel,pilis, cairan obat
luar dan rajangan.

Usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya
yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau
sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

Usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan
menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan
tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 600°C.

Sediaan galenik adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung.

Obat tradisional produksi dalam negeri adalah obat tradisional yang dibuat dan/atau
dikemas di dalam negeri.

Obat tradisional kontrak adalah obat tradisional yang seluruh atau sebagian tahapan
pembuatan dilimpahkan kepada industri obat tradisional atau usaha kecil obat
tradisional berdasarkan kontrak.
Obat tradisional lisensi adalah obat tradisional yang seluruh tahapan pembuatan
dilakukan oleh industri obat tradisional atau usaha kecil obat tradisional di dalam negeri
atas dasar lisensi.

Obat tradisional yang dapat diberikan izin edar harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu;
b. dibuat dengan menerapkan CPOTB;
c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain yang
diakui;
d. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau secara ilmiah;
dan
e. penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan
tidak menyesatkan.

Obat tradisional dilarang mengandung:


a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran;
b. bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik
berkhasiat obat;
c. narkotika atau psikotropika; dan/atau
d. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan
penelitian membahayakan kesehatan.

Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam bentuk sediaan:


a. intravaginal;
b. tetes mata;
c. parenteral; dan
b. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.

1.4 Profil Industri Jamu Madura


2. Kelembagaan Pelaku Usaha Jamu Tradisional
2.1 Gabungan Pengusaha Jamu
2.2 Gabungan pengusaha jamu Madura di Pamekasan
3. Kewirausahaan dan Kompetensi Kewirausahaan
3.1 Pengertian/definisi Kewirausahaan
3.2 Ciri-ciri perilaku kewirausahaan
3.3 Pengertian Kompetensi Kewirausahaan
3.4 Ciri-ciri kompetensi kewirausahaan
3.5 Profil Kewirausahaan Pelaku Usaha jamu tradisional Madura
3.6 Profil Kompetensi Kewirausahaan Pelaku Jamu Tradisional Madura
4. Daya saing Industri Jamu
4.1 Konsep Daya Saing
4.2 Daya Saing Industri Jamu tradisional Madura
5. Strategi Pengembangan Industri jamu Tradisional Madura
6. Strategi Inovasi Pengembangan Industri Jamu Tradisional Madura

Anda mungkin juga menyukai