01 GDL Hesticatur 190 1 Hestica 1
01 GDL Hesticatur 190 1 Hestica 1
DI SUSUN OLEH:
HESTI CATUR HANDAYANI
NIM. P.09081
DI SUSUN OLEH:
HESTI CATUR HANDAYANI
NIM. P.09081
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P.09081
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan hasil karya atau pikiran
orang orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuia
HESTI CATUR
NIM.P.09081
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P09081
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan di : Surakarta
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Jum’at / 11 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena
DAERAH SURAKARTA”.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
Husada Surakarta
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
v
4. Nurul Devi Ardian, S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
C. Manfaat Penulisan................................................................ 4
A. Pengkajian ........................................................................... 6
E. Evaluasi Keperawatan.......................................................... 15
A. Pembahasan ......................................................................... 17
vii
B. Kesimpulan.......................................................................... 26
C. Saran ................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesetabilan emosional
(Videbeck, 2002).
Hal ini dibedakan dari ditori atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari
yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Stuart & Sudden,
2009).
traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut
Data yang diperoleh dari RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta di ruang
Said dari bulan Januari - Juni 2009 trdapat 850 orang, diantaranya perubahan
persepsi halusinasi berjumlah 300 jiwa (35,29%), isolasi sosial berjumlah 316
1
2
jiwa (37,17%), klien dengan harga diri rendah berjumlah 216 jiwa (25,41%),
kalanya satu kebutuhan lebih penting bagi seseorang dari pada kebutuhan
kebutuhan manusia itu tersusun dalam suatu hierarki, yaitu Kebutuhan dasar
cinta, Kebutuhan akan harga diri, Kebutuhan akan aktualisasi diri (Issaacs,
2005).
berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat asing
tersebut, penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Imiah dengan judul “
DAERAH SURAKARTA”.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pendengaran.
pendengaran.
4
pendengaran.
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Pendengaran.
2. Profesi Keperawatan
optimal.
3. Instalasi
a. Rumah Sakit
b. Pendidikan
LAPORAN KASUS
Sakit Daerah Surakarta pada tanggal 05 – 07 April 2012. Asuhan Keperawatan Ini
A. Pengkajian
diperoleh gambaran tentang klien sebagai berikut. Nama klien Tn.A, jenis
kelamin laki – laki, umur 38 tahun, beragama Islam, status cerai. Klien
Februari 2012 klien dibawa ke RSJD Surakarta oleh ayah dan adiknya yang
nomor dua yaitu Tn.K. Adiknya tersebut sekaligus menjadi penanggung jawab
klien dan tinggal satu rumah dengan klien dan ayahnya. Klien dibawa ke
RSJD Surakarta karena kurang lebih 2 bulan yang lalu klien bingung, tidak
juga mendengar suara yang menyuruhnya untuk berhati - hati, suara itu
muncul 1x saat malam hari, saat klien sendiri, saat suara itu muncul klien
hanya diam saja, klien juga tidak takut jika suara itu muncul. Saat ini klien
6
7
untuk kedua kalinya dirawat di RSJD Surakarta, gangguan jiwa yang dialami
klien terjadi sejak tahun 2011. Riwayat pengobatan sebelumnya, tidak berhasil
klien. Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 76 x/menit, suhu 36,7o C, respirasi
22 x/menit, untuk ukuran didapatkan data yaitu tinggi badan 168 cm, berat
badan 60 kg, keluhan fisiknya yaitu klien tidak mempunyai riwayat penyakit
Keterangan:
: Laki-laki : Klien
: Meninggal
merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Klien tinggal bersama ayah dan
adik kandung klien yang nomor dua. Tidak ada anggota keluarga klien yang
klien mengatakan bahwa tubuhnya sehat, klien juga menyukai semua anggota
tubuhnya, dan tidak ada anggota tubuhnya yang tidak klien sukai. Identitas diri
klien, klien mengatakan sudah menikah tetapi sudah bercerai dan mempunyai
anak satu. Klien juga mengatakan peran sebagai anak berbakti pada orang
tuanya. Ideal diri klien, klien mengatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat
pulang dan bertemu dengan ayah serta adiknya. Harga diri, klien mengatakan
ayahnya orang tua yang dimiliki. Peran serta dalam masyarakat, klien tidak
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain, klien mengatakan malu dengan
keadaan dirinya dan klien takut dijauhi saat berinteraksi dengan orang lain.
Nilai dan keyakinan, klien mengatakan beragama Islam, klien juga selalu
dengan baik. Aktifitas motorik klien sehari - hari banyak berdiam diri di
tempat tidur dan hanya mengikuti kegiatan yang diadakan pihak rumah sakit,
yaitu pendalaman agama. Alam perasaan klien, klien kelihatan sedih karena
klien ingin cepat pulang dan bertemu dengan keluarganya. Afek klien datar
yaitu emosi yang berubah - ubah, dalam berinteraksi klien sangat kooperatif,
9
klien mau menceritakan masalahnya, kontak mata tahan lama. Persepsi klien,
suara itu muncul 1x saat malam hari saat klien sendiri, jika suara itu datang
klien hanya diam saja, klien juga tidak merasa takut jika suara itu muncul.
Proses pikir, pembicaraan klien cepat dan berbelit – belit sehingga harus
ditanya ulang, tetapi klien bisa menjawab pertanyaan dengan tepat. Klien tidak
memilki gangguan isi pikir seperti obsesi, fobia, dan waham. Tingkat
kesadaran, klien terlihat binggung, namun klien dapat mengenal tempat, waktu
dan orang lain. Memori klien, klien masih dapat mengingat dengan baik cara
bantuan orang lain, jika disuruh tidur atau lihat televisi. Daya tilik klien, klien
sebagai berikut: klien sehari makan 3 kali habis 1 porsi dengan menu nasi,
sayur, lauk tempe, ikan. Minum air teh 7 gelas per hari. BAB sehari 1 kali,
BAK sehari 3 – 4 kali. Mandi sehari 2 kali yaitu pagi dan sore, klien selalu
gosok gigi, klien memakai sabun dan keramas 2 kali dalam 1 minggu. Cara
klien berpakaian rapi, klien ganti baju 2 hari sekali. Istirahat dan tidur klien,
klien mengatakan tidur siang pukul 13.00 – 14.00 WIB, tidur malam pukul
20.00 – 04.30 WIB. Penggunaan obat, klien mengatakan minum obat setelah
klien mengatakan jika halusinasi itu datang, klien dibantu keluarga untuk
penyakitnya.
penenang. Data laboratorium terdapat sebagai berikut, Gula darah sewaktu 10³
mg / dl denga nilai normal < 130 mg / dl, SGOT 21 dengan nilai normal < 37
B. Perumusan Masalah
hati, suara itu muncul pada malam hari saat klien sedang duduk sendiri, jika
suara itu muncul klien hanya diam saja, dan klien juga tidak merasa takut jika
suara itu muncul. Data obyektif, klien nampak bingung, nampak melamun,
kontak mata tahan lama, verbal terarah. Berdasarkan data subyektif dan
11
halusinasi.
C. Perencanaan
dihadapi klien yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
klien percaya dengan perawat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan,
dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi, tunjukkan sikap empati dan menerima apa
klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan
dilakukan 2x interaksi klien dapat mengenal tentang isi halusinasi, kondisi dan
waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi dan situasi serta kondisi yang
Intervensi yang dilakukan, adakan kontak sering dan singkat secara bertahap,
penghidu / peraba / pengecap ), jika klien menjawab “ya”, tanyakan apa yang
tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada perawat lain yang
mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat lain akan membantu klien,
halusinasi, diskusikan dengan klien tentang isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusimasi (pagi, siang, sore, malam, atau sering dan kadang – kadang), situasi
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
lihat, penghidu, raba, pengecap), klien dapat melaksanakan cara yang telah
diri dan lain – lain), diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang
digunakan adaptif beri pujian, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan
mengontrol timbulnya halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
nyata (“saya tidak mau dengar / lihat / penghidu / raba / pengecap”) pada saat
menyapa klien jika sedang berhalusinasi. Bantu klien memilih cara yang sudah
cara yang sudah dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
14
dilatih, jika berhasil beri pujian, anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
halusinasi. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
bagaimana cara memberi bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
TUK 5: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria Evaluasi, klien
dosis, efek terapi dan efek samping minum obat, klien mendemonstrasikan
dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,
dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, pantau klien saat
penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar,
anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter / perawat jika terjadi hal – hal
D. Implementasi
E. Evaluasi
mengetahui ada perkembangan pada klien serta apakah masalah sudah teratasi
mendengar suara yang menyuruhnya berhati – hati, suara itu muncul 1x saat
malam hari ketika klien sedang sendiri, jika suara itu muncul klien hanya diam
saja, dan klien tidak merasa takut jika suara itu muncul. Data obyektif klien
perawat adalah evaluasi SP1 yaitu menghardik dan lanjutkan SP2 yaitu
dan bercakap – cakap dengan orang lain yaitu, mengevaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang pertama yaitu menghardik, melatih klien cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang ke dua yaitu bercakap – cakap dengan
klien, validasi SP1 (menghardik), lanjut SP2 (bercakap – cakap dengan orang
A. Pembahasan
Surakarta pada tanggal 05 April 2012 dari tahap pengkajian sampai tahap
evaluasi.
persepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara yang bising atau
mendengung, tetapi yang paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam
halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya, halusinasi ini kadang
terjadi. Sesuatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa
17
18
pasien.
diri sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak dapat membedakan hal yang
nyata dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi,
menyalahkan diri sendiri dan orang lain, ekspresi wajah tegang, mudah
tersinggung.
perilaku klien. Keluarga juga juga berperan sebagai sumber data yang
obyektif sesuai dengan diagnosa aktual yang diangkat oleh penulis yaitu data
berhati - hati, suara itu muncul 1x saat malam hari pada saat klien sendiri, jika
suara itu muncul klien hanya diam saja, klien juga tidak takut jika suara itu
muncul. Data obyektif klien terlihat bingung, klien nampak melamun, kontak
mata klien tahan lama, verbal terarah. Berdasarkan hasil pengkajian diatas
dapat penulis simpulkan tidak ada kesenjangan manifestasi klinis secara teori
pada saat malam hari saat klien sedang sendirian, jika suara itu datang klien
hanya diam saja, klien juga tidak merasa takut jika suara itu datang. Data
20
obyektif klien nampak bingung, nampak melamun, kontak mata klien tahan
lama, verbal terarah. Sebagai penyebab didukung oleh data subyektif klien
yang dialami oleh Tn. A tidak ada kesenjangan yang berarti dengan pohon
masalah yang terdapat pada teori, hanya penulis belum bisa menemukan
teori yang sudah penulis jabarkan dalam BAB II, hal ini karena rencana
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai. Tujuan khusus
berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus
dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya
evaluasi, klien percaya pada perawat, menunjukkan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,
yang dihadapi. Intervensi yang dilakukan yaitu, bina hubungan saling percaya
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan,
dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi, tunjukkan sikap empati dan menerima apa
klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan
dilakukan 2x interaksi klien dapat mengenal tentang isi halusinasi, kondisi dan
waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi dan situasi serta kondisi yang
Intervensi yang dilakukan, adakan kontak sering dan singkat secara bertahap,
penghidu / peraba / pengecap ), jika klien menjawab “ya”, tanyakan apa yang
tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada perawat lain yang
mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat lain akan membantu klien,
halusinasi, diskusikan dengan klien tentang isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusimasi (pagi, siang, sore, malam, atau sering dan kadang – kadang), situasi
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi daan beri
lihat, penghidu, raba, pengecap), klien dapat melaksanakan cara yang telah
diri dan lain – lain), diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang
digunakan adaptif beri pujian, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan
mengontrol timbulnya halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
23
klien jika sedang berhalusinasi. Bantu klien memilih cara yang sudah
cara yang sudah dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil beri pujian, anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
halusinasi. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
bagaimana cara memberi bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping minum obat, klien
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, intervensi yang
dilakukan, diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat,
pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat
dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter, anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter / perawat jika terjadi hal
perawat dan klien kearah pemecahan masalah klien untuk mencapai tujuan
dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2005). Kasus ini penulis
klien pada tujuan khusus dan umum yang ditentukan serta menggunakan
halusinasi. Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi.
keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien
Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
dengan membandingkan antara respons klien dan tujuan khusus serta umum
hati, suara itu muncul 1x saat malam hari ketika klien sedang sendiri, jika
suara itu muncul klien hanya diam saja, dan klien tidak merasa takut jika suara
mata ada, verbal terarah. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa klien
26
secara mandiri. Planing perawat adalah evaluasi SP1 yaitu menghardik dan
halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap – cakap dengan orang lain
yaitu menghardik, melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara yang
lanjut SP2 (bercakap – cakap dengan orang lain), serta anjurkan klien
B. Simpulan
halusinasi yang telah penulis lakukan. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian data tentang identitas klien dan penanggung jawab, alasan
4. Evaluasi yang penulis lakukan sudah sesuai dengan keadaan klien. Penulis
baik karena klien dapat diajak kerjasama dan klien sangat kooperatif
C. Saran
1. Bagi institusi
2. Bagi perawat
sensori: halusinasi.
ditetapkan.
halusinasi.
kesembuhan klien.
Direja Ade Herman, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Muha Medika.
Hawari dkk, 2009. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Trans Info Medika.
Isaacs, Ann, 2005. Panduan Belajar Keperawatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarata:
EGC.
Kelliat, Budi Anna, 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Universitas Pembangunan Veteran, 2009. Hasil Survey Dari RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan: Jakarta.
SD Negeri Sapen II
Pramuka
LAMPIRAN