Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDHULUAN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUBERKULOSIS PARU DIRUANGAN C3 RSUP Prof Dr R.D


KANDOU MANADO

A. Penyakit Tuberkulosis Paru


1. Pengertian

Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling

sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk

meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2013). Selain itu TB

paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni

kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh

lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab,

2013).

2. Etiologi

TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat

ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan

organisme. Faktor penyebab tuberkulosis yaitu kesehatan lingkungan rumah

(pencahayaan, fentilasi, dan kelembaban), tinggal berdesakan-desakan, kurang

cahaya matahari, status gizi, imunisasi,hiv, diabetes melitus, sosial ekonomi,

gaya hidup, kebiasaan merokok, jenis kelamin. ( Fatimah, 2008)

3. Resiko Penularan

Menurut Smeltzer&Bare (2013), Individu yang beresiko tinggi untuk

tertular virus tuberculosis adalah:


a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

b. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.

c. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.

d. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas

yang beresiko tinggi.

4. Klasifikasi Tuberkulosis

a. TB paru diklasifikasikan menurut WHO membagi tuberkulosis menjadi

empat kategori :

1) Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan

kasus baru dengan batuk tuberkulosis berat.

2) Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal

dengan sputum BTA positif.

3) Kategori III, ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan

paru yang tidak luas dan kasus tuberkulosis ekstra paru selain dari

yang disebut dalam kategori I.

4) Kategori IV, ditujukan terhadap tuberkulosis kronik.

5. Manifestasi Klinis

Gejalah tuberkulosis dapat dibagi 2 yaitu gejalah respiratorik dan sistemik.

(Muttaqin,2008)

a. Keluhan respiratorik

1) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk

bersifat produktif/nonproduktif atau spitum bercampur darah.

2) Batuk Darah

Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan

utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan

rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan nafas. Perawat harus

menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa garis

atau bercak-bercak.

3) Sesak Napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,

anemia.

4) Nyeri Dada

Nyeri dada pada pasien TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejalah

ini timbul apabila sistem pernapasan di pleura terkena TB.

6. Patofisiologi

Menurut (Menurut Sudoyo (2007) infeksi diawali karena seseorang

menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan

napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.

Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke

area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan

aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area
lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan

respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag

melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-

tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi

awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar

bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan

tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang

disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang

dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah

bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut

disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang

menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti

keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya

membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.

Menurut (Widagdo, 2011), setelah infeksi awal jika respons sistem

imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang

kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya

tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami

ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel

yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-

paru yang terinfeksi kemudian meradang,mengakibatkan timbulnya

bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini

dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan

infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel

epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah

yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid

dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya

membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan yaitu :

a. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari

kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi sewaktu (SPS).

1) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah

pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua

2) P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas.

3) S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan

dahak pagi hari.

b. Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode

radiometrik. Mycobacterium tuberculosis metabolisme asam lemak yang

kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh

mesin ini. Bentuk lain teknik ini adalah dengan memakai Mycobacteria

Growth Indicator Tube (MGIT)

b. Pemeriksaan Darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang

spesifik untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam

kedua dibutuhkan. Data ini dapat dipakai sebagai indikator tingkat

kestabilan keadaan nilai keseimbang an penderita, sehingga dapat

digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta

kemungkinan sebagai pendeteksi tingkat penyembuhan penderita.

Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh

penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang

normal juga tidak menyingkirkan diagnosa TB.

c. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi

ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada

pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi.

Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif :


1) Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas

dan segmen superior lobus bawah paru.

2) Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan

atau nodular.

3) Bayangan bercak milier

4) Efusi Pleura, Gambaran radiologi yang dicurigai Tb paru inaktif

5) Fibrotik, terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas

dan atau segmen superior lobus bawah

6) Kalsifikasi

7) Penebalan pleura

8. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul

erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif

2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok –

kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa –

siswi pesantren

3) Vaksinasi BCG

4) Kemofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12

bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi

bakteri yang masih sedikit

5) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis

kepada masyarakat
b. Pengobatan

Tuberkulosis paru dapat diobati terutama dengan agen kemoterapi (

agen anti tuberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi

garis depan yang digunakan adalah Isoniazid ( INH ), Rifampisin ( RIF ),

Streptomisin ( SM ), Ethambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ).

Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natrium para-amino silat, amikasin,

dan siklis merupakan obat – obat baris kedua (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

Dosis

Harian 3x/ minggu

OAT Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum/

(mg/kg BB) (mg) (mg/kg BB) hari (mg)

Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900

Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-18) 1000


ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas Klien

Nama :
Umur :
Agama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Diagnosa Medis :
No. Med. Reg. :
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Hub. Dengan klien :
b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama

- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya

berupa bloodstreak, berupa garis, atau bercak-bercak darah.

Sesak nafas. Nyeri dada


- Keringat pada malam hari, anoreksia, penurunan berat badan,

dan malaise.

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Mereka yang kontak dengan seseorang yang menderita TB aktif,

pengguna obat-obat IV dan alkholik dan Individu yang tinggal didaerah

yang perumahan sub standar kumuh

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Secara patologi TB Paru bukan penyakit turunan, tetapi ketika

mereka kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif

e. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Pola Gordon.

1) Pola pemeliharaan kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.

Persepsi terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan kesehatan,

kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek.

kesehatan

2) Pola nutrisi metabolic

Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit

Nafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,

3) Pola eliminasi

Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit

Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi

(oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,


Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran

kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih.

4) Pola Aktivitas dan latihan

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan

sirkulasi.

5) Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.

Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur,

insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.

6) Pola persepsi dan kognitif

Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori

meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,

pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap

kemampuan.Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri,

harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.

8) Pola peran dan hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.

9) Pola reproduksi seksualitas

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan

dengan seksualitas.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi stress

Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan

penggunaan system pendukung

11) Pola sistem kepercayaan

Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk

spiritual.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaaan umum

Tingkat kesadaran pada pasien Tuberkulosis paru biasanya compos

mentis ( Maansjoer, 2010)

2) Pemeriksaan Head To Toe

a) B1 (Breathing) :

(1) Inspeksi.

Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien

dengan TB Paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat

adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada anterior-

posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.

(2) Palpasi

Palpasi trakea. Adanya pergeseran trakea menunjukan-

meskipun tetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atau paru.

Gerakan dinding toraks anterior/ekskursi pernapasan. TB

Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan


dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara

kiri dan kanan.

(3) Perkusi

Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi,

biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada

seluruh lapang paru.

(4) Auskultasi

Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas

tambahan (ronchi) pada sisi yang sakit. Bunyi yang

terdengar melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut

sebagai resonan vokal.

b) B2 (Blood)

(1) Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan

kelemahan fisik

(2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah

(3) Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB

Paru dengan efusi pleura masif mendorong ke

sisi sehat.

(4) Auskultasi: tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan.

c) B3 (Brain) : kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan

adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.


d) B4 (Bladder): pengukuran volume output urine berhubungan

dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor

adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari

syok.

e) B5 (Bowel) : klien biasanya mengalami mual,muntah,

penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

f) B6 (Bone) : aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien

dengan TB Paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan,

kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga

menjadi tak teratur.

g. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Rontgen Thoraks

2) Pemeriksaan CT Scan

3) Radiologi TB paru militer

(a) TB paru militer akut

(b) TB paru militer subakut (kronis)

4) Pemeriksaan Laboratorium
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. O.D DENGAN DIANGNOSA
TUBERKULOSIS PARU DI RUANGAN C3
RSUP. Prof. Dr. R. D. KANDOU
1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama : Ny. O.D

Umur : 63 Thn

Tanggal lahir : 28 Oktober 1955

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku/Bangsa : Minahasa/ Indonesia

Alamat : Sindulang I, Lingkungan II

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Masuk RS : 20-03-2019

Tanggal Pengkajian :

Diagnosa Medis : TB Paru

No. Med Reg : 00.56.55.29

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. J.P

Umur : 66 Tahun

Alamat : Sindulang I, Lingkungan II

Hubungan dengan pasien : Suami


c. Keluhan Utama

Mual muntah

d. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan sekarang

Pasien mengatakan mual muntah ± 5 hari, muntah makanan kadang

campur darah. Batuk kadang-kadang, BB turun dan nafsu makan

menurun.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan terakhir masuk RS 4 bulan yang lalu karena pasien

mengalami batuk yang terus menerus dengan diagnosa tuberculosis.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan dikeluarga tidak ada yang pernah mengalami

penyakit seperti yang diderita pasien saat ini.

4) Genogram
Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

e. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ( 11 Pola Gordon)

1) Pola Pemeliharan/ Manajemen Kesehatan

Pasien menganggap kesehatan merupakan hal yang penting dan tidak

menganggap sepele mengenai penyakit yang dideritanya.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

a) Keadaan sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit pola makan 3 kali sehari dengan

menu nasi ikan sayur, dan minum 5-6 gelas per hari.

b) Saat dikaji

Sejak dirawat pasien mengatakan sering merasa mual dan muntah 1

kali dengan konsistensi makanan disertai darah, juga mengalami

penurunan nafsu makan, dimana pasien hanya memakan ½ dari

porsi makanan yang diberikan RS, dan minum sebanyak 5-6 gelas

per hari.

3) Pola eliminasi

a) Keadaan sebelum sakit


Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien BAB 2 kali sehari,

dengan konsistensi feses lembek, kecoklatan dan bau khas.

Sedangkan BAK kira-kira 4-5 kali sehari.

b) Saat dikaji

Pasien mengatakan sejak MRS tidak ada keluhan dalam BAB dan

BAK, tetap normal.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Keadaan sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien melakukan segala sesuatu

dengan mandiri..

b) Saat dikaji

Pasien mengatakan memerlukan bantuan dalam melakukan

aktifitas, seperti berganti pakaian ataupun menuju ke toilet.

5) Pola tidur dan istirahat

a) Keadaan sebelum sakit

Pasien mengatakan tidur pada pukul 22.00 dan bangun pada pukul

05.00 pagi, pasien tidur dengan nyenyak.

b) Saat dikaji

Pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola tidur pasien,

dan tidak ada gangguan saat tidur.

6) Pola kognitif/perseptual.
Saat dikaji indera penglihatan pasien baik, pendengaran baik,

pengecapan baik, perabaan baik, dan penciuman baik. Pasien

mengatakan tidak saat batuk tidak merasa nyeri.

7) Pola persepsi dan konsep diri

a) Gambar diri : pasien mengatakan merupakan anak pertama dari 2

bersaudara, pasien mensyukuri keadaan dirinya baik saat sehat

maupun saat sakit.

b) Harga diri : pasien mengatakan selalu diberi perhatian oleh

suami dan anak-anaknya yang bergantian menjaganya di RS.

c) Peran : pasien mengatakan peran sebagai isteri dan ibu

dalam keluarga terganggu karena saat ini pasien sedang dirawat.

d) Identitas diri : pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 63

tahun, memiliki 2 orang anak yang sudah menikah.

e) Ideal diri : pasien mengatakan ingin segera sembuh dari

penyakit yang dialami.

8) Pola peran dan hubungan

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, bahkan saat di RS

pasien dapat menjalin hubungan yang baik dengan pasien lainnya yang

dirawat dalam ruangan yang sama dengannya.

9) Pola seksual reproduksi

Pasien tidak memiliki gangguan reproduksi, pasien sudah menopause.

10) Pola mekanisme koping dan toleransi stress


Pasien mengatakan jika memiliki masalah pasien akan

menceritakannya pada suaminya dan akan mencari solusi bersama,

terlebih mengenai penyakit yang dideritanya

11) Pola nilai kepercayaan

Pasien mengatakan selalu berdoa setiap saat dan percaya bahwa ia

akan segera sembuh.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Sedang

2) Kesadaran : Compos Mentis

3) TTV :

a) TD : 110/70 MmHg

b) ND : 84 x/m

c) RR : 20 x/m

d) SB : 36 ºC

4) Head to toe

a) Kepala dan rambut

Tidak teraba benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan, warna rambut

hitam beruban.

b) Mata

Kedua mata simetris kiri dan kanan, kunjungtiva anemis, sklera

tidak icterus, refleks cahaya normal ditandai saat dilakukan refleks

cahaya mata pasien langsung berkedip

c) Hidung
Fungsi penciuman pasien baik. Tidak ada sekret.

d) Telinga

Fungsi pendengaran pasien baik, tidak menggunakan alat bantu,

dan tidak terdapat serumen.

e) Mulut

Fungsi pengecapan pasien baik, mukosa bibir kering, tidak terdapat

tonsillitis.

f) Leher

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan

atau lesi, tidak ada nyeri saat menelan.

g) Thoraks

(1) Inspeksi : Kembang kempis dada simetris

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

(3) Perkusi : Ada bunyi sonor pada seluruh lapang paru.

(4) Auskultasi : Bunyi napas cepat, ada bunyi napas

tambahan : ronchi.

h) Abdomen

(1) Inspeksi : Bentuk perut datar

(2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

(3) Perkusi : Bunyi timpani, Perut kembung

(4) Auskultasi : peristaltik usus 16x/m, perut kembung

i) Genitalia
Tidak ada perdarahan, tidak ada hemoroid pada anus dan tidak

terpasang kateter.

j) Ekstermitas Atas dan Bawah

(1) Ekstermitas Atas

Tidak ada edema, tidak ada lesi, terpasang infus NaCL 0,9% 20

tpm pada lengan kanan.

(2) Ekstermitas Bawah

Tidak ada edema.

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium (Tanggal 21-05-2019)

Tabel : 2.1 Hasil hematologi


Parameter Result Ref range

Leukosit 7.2 4.0 - 10.0


Eritrosit 4.04 4.70 - 6.10
Hemoglobin 11.3 12.0 - 16.0
Hematokrit 32.1 37.0 - 47.0
Trombosit 216 150 - 450
MCH 27.9 27.0 - 35.0
MCHC 35.1 30.0 - 40.0
LED 10 10
MCV 79.3 fL 80.0 - 100.0

h. Terapy

1) NaCl 0,9% 20 tpm

2) Domperidone 10 g per 8 jam

3) Sucralfat 10 cc per 8 jam

4) Vitamin B complex 1 tab. Per 8 jam

5) Ambroxol 3x1
i. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subjektif Mual Ketidakseimbangan
a. Pasien mengatakan merasa nutrisi kurang dari
mual dan muntah kebutuhan tubuh
b. Pasien mengatakan Anoreksia
mengalami penurunan
nafsu makan
Data Objektif Penurunan nafsu
a. Pasien tampak lemah makan
b. Pasien tampak kurus
c. BB turun
Energi dan protein
d. TTV :
berkurang
TD: 110/70 MmHg
ND : 84x/m
RR : 20 x/m Intake nutrisi tidak
adekuat

j. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data maka diagnosa keperawatan yang ada pada Ny. O.D

adalah sebagai berikut

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi

tidak adekuat

Anda mungkin juga menyukai