BAB IV
ANALISA KASUS
49
50
LAPORAN ICU
Hari Ke 0 Tanggal 27-2-2008 Pukul 21.00
Pemeriksaan Fisik:
KU: lemah, penurunan kesadaran
B1: Terpasang NRM O2 10 l/mnt, Rh +/+, Wh -/-, RR:
B2: T: 150/66 (85) N: 148 x/m, Sat: 60%
B3: GCS E4V4M6, pupil isokor 3mm/3mm, RC+/+
B4: urine output ± 500 cc, kurang jernih
B5: Abdomen datar, lembut
B6: Udem (-)
Hal ini sesuai dengan teori bahwa penanganan klinis mempunyai
tahap yang menggunakan prosedur 6B, yaitu : a) Breathing Perhatikan
adanya frekuensi dan jenis pernafasan, pembebasan obstruksi jalan nafas,
oksigenasi yang cukup, atau adanya hiperventilasi jika diperlukan. b) Blood
Pada pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium seperti Hb
dan leukosit. c) Brain Langkah awal penilaian ditentukan pada respon mata,
motorik, dan verbal (GCS). Ketika memburuk perlu pemeriksaan keadaan
pupil serta gerakan bola mata. d) Bladder Kandung kemih segera
dikosongkan dengan pemasangan kateter. e) Bowel Usus yang penuh
cenderung akan meningkatkan tekanan intrakranial dan pemeriksaan f)
Bone (tulang kerangka) dilihat fungsi motorik, fungsi persendian, fraktur,
malformasi reflex. Pada pasien TD: 150/66 mmHg, terjadi peningkatan
tekanan darah, hal tersebut sesuai dengan teori dimana tekanan darah
normal menurut JNC VII <120/80 mmHg. Seseorang dikatakan hipertensi
apabila dilakukan pemeriksaan lebih dari 2 kali terjadi peningkatan tekanan
darah. Pada pasien terdapat ronkhi pada auskultasi yang merupakan salah
satu manifestasi klinis dari FES. Menurut teori, auskultasi pada lapangan
paru menunjukkan rales, ronkhi dan wheezing yang difus dan terkadang
pleural friction rub juga terdengar. FES banyak terjadi pada fraktur tulang
panjang.
51
Pada pasien terpasang ET No. 7,5. Hal tersebut sesuai dengan teori,
pipa pada orang dewasa biasa digunakan dengan diameter internal untuk
laki-laki berkisar 7,5 – 8,5 mm dan perempuan 7,0 – 7,5 mm. Untuk
intubasi oral panjang pipa yang masuk 20 – 23 cm.8
Pada pasien terpasang ETT dengan ventilator. Hal tersebut sesuai
dengan teori dimana pada fase asidosis respiratorik yang akut intubasi
endotrakeal dan bantuan ventilator dapat dilakukan.
D: GCS E4VTM6
Pemeriksaan laboratorium: AL: 10,8, Hb: 7,1, HT: 22,9, AT: 222, Glu: 103,
Na: 138, K: 3,45, CL: 108, CA: 1,86, AGD: (10:00) FiO2: 60%, S: 37,4,
pH: 7,391, pCO2: 38,3, pO2: 63,9, HCO3: 22,9 , BE: -2, AaDO2: 239,3, Sat:
92,8%.
Adapun terapi tambahan yang diberikan yaitu: Transfusi PRC 2 kantong.
Pada pasien terjadi penurunan hemoglobin yang termasuk dalam anemia
sedang dan harus mendapatkan transfusi darah. Pada pasien diberikan
transfusi darah berupa PRC. Adapun indikasi dari pemberian PRC yaitu
penggantian sel darah merah pada anemia dan anemia karena perdarahan
akut. Satu unit PRC berisi 240-340 ml dengan Ht 75-80% dan Hb 24 gr/dl.
Untuk kenaikan Hb 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kg atau 1 unit dapat
menaikkan kadar Ht 3-5%. PRC digunakan untuk perdarahan lambat,
anemia atau kelainan jantung.
diperlukan PRC 4 ml/kg atau 1 unit dapat menaikkan kadar Ht 3-5%. PRC
digunakan untuk perdarahan lambat, anemia atau kelainan jantung.
Pada pasien juga terjadi peningkatan leukosit.
paracetamol. Hal tersebut sesuai dengan teori, paracetamol adalah obat yang
mempunyai efek samping mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan
demam (antipiretik). Paracetamol menurunkan demam dengan cara
menghambat pusat pengatur panas ltubuh di hipothalamus.