Anda di halaman 1dari 41

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Model Pembelajaran

1. Deskripsi Model pembelajaran

Secara kaffah model menurut Trianto (2009:23) dimaknai sebagai

suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan

sesatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk

yang lebih komprehensif. Model diartikan sebagai bentuk representasi

akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model tersebut

(Suprijino, 2011:45).
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan kombinnasi yang tersusun meliputi unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi guna tercapainya tujuan pembelajaran (Hamalik,

2005:57). Definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para Ahli,

salah satunya yaitu Dimyati dan Mudjiono (2009:7) yang

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu persiapan yang

dipersiapkan oleh guru guna menarik dan memberi informasi kepada

peserta didik, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru

dapat membantu peserta didik dalam menghadapi tujuan.


Model pembelajaran menurut Roestiyah (2008:72) adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar. Rusman (2016:144) menegaskan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Model Pembelajaran menurut Rusman (2016:136) memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari

para ahli tertentu


b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan

belajar mengajar dikelas


d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1)

Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); 2) adanya

prinsip-prinsip reaksi; 3) Sistem sosial; dan 4) Sistem

pendukung
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model

pembelajaran
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional)

dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih.


3. Fungsi Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki fungsi sebagai pedoman

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran sehingga dalam pemilihan

model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan

diajarkan, tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam

pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik (Rusman,

2013:133).

B. Model Pembelajaran Quantum Tipe VAK

1. Deskripsi Model Pembelajaran Quantum Tipe VAK

Model Pembelajaran Quantum merupakan interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya. Analogi tersebut dapat dijelaskan

bahwa di dalam tubuh anak didik terdapat energi. Energi yang

dimaksud adalah energi otak, energi emosi, energi fisik, dan energi

rohani. Pengubahan yang dimaksud yakni energi di dalam dan di sekitar

momen belajar dengan menyingkirkan alamiah dengan secara sengaja

hambatan yang menghalangi proses belajar musik, mewarnai

lingkungan sekeliling, menyusun bahan menggunakan pengajaran yang

sesuai, cara efektif pembelajaran dan keterlibatan efektif antara peserta

didik dan guru (DePorter, 2005:5).


Model pembelajaran Quantum adalah pengubahan bermacam-

macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang

mempengaruhi kesuksesan peserta didik. DePorter (2005:6)


mengungkapkan dalam pembelajaran Quantum memiliki asas “Bawalah

Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia kita ke Dunia

Mereka” yang artinya dengan pembelajaran Quantum, guru diharapkan

dapat masuk ke dalam dunia peserta didik untuk dapat hak mengajar

pada diri peserta didik secara keseluruhan. Pembelajaran yang

menggunakan quantum disebut quantum learning sedangkan pengajaran

yang menggunakan quantum disebut quantum teaching. Quantum

teaching merupakan teknik untuk mempraktikkan quantum learning di

ruang kelas.
Gaya belajar visual, auditorial dan Kinesthetik merupakan gaya

belajar multi-sensorik yang melibatkan ketiga unsur gaya belajar, yaitu

pengelihatan, pendengaran dan gerakan (Huda, 2013:289).

a. Visual

Modalitas visual mengakses citra visual yang diciptakan

maupun diingat, seperti warna, hubungan ruang, potret mental,

dan gambar. Seorang peserta didik yang visual sangat mungkin

memiliki ciri-ciri berikut ini: 1) teratur, memperhatikan segala

sesuatu dan menjaga penampilan; 2) mengingat dengan gambar,

lebih suka membaca daripada dibacakan; dan 3) membutuhkan

gambaran dan tujuan yang menyeluruh untuk bisa menangkap

detail atau mengingat apa yang dilihat.

b. Auditoris

Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang

diciptakan maupun diingat. Seperti musik, nada, irama, dialog


internal, dan suara. Seorang peserta didik yang sangat auditoris

dapat dicirikan sebagai berikut: 1) perhatiannya mudah rendah; 2)

berbicara dengan pola berirama; 3) belajar dengan cara

mendengarkan; 4) berdialog secara internel dan eksternal.

c.Kinestethic

Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang

diciptakan maupun diingat. Seperti koordinasi, irama, tanggapan,

emosional, dan kenyamanan fisik. Seorang peserta didik yang

cenderung kinestetik dapat dicirikan sebagai berikut: 1)

menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak gerak; 2) belajar

sambil bekerja, menunjukan tulisan saat membaca, menanggapi

secara fisik; 3) mengingat sambil berjalan dan melihat (Huda,

2013:287-288)

2. Prinsip- Prinsip Model Pembelajaran Quantum Tipe

VAK

Pembelajaran Quantum Tipe VAK memiliki prinsip-prinsip yang

perlu diterapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut DePorter

(2005:7) prinsip-prinsip tersebut sebagai struktur dasar dari belajar,

antara lain sebagai berikut:

a. Segalanya Berbicara

Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang

belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya

mengirimi pesan tentang belajar.


b. Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai

tujuan.
c. Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks

yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses

belajar paling baik terjadi ketika peserta didik telah mengalami

informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka

pelajari.

d. Akui setiap usaha

Pada saat peserta didik mengambil langkah mereka patut

mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri

mereka.

e. Jika layak dipelajari layak pula dirayakan

Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan

meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.

3. Kerangka Rancangan Model pembelajaran Quantum

tipe VAK

Model pembelajaran Quantum tipe VAK memiliki kerangka

rancangan belajar yang dikenal sebagai TANDUR. kata tersebut

merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi dan Rayakan (DePorter, 2005: 88).

a. Tumbuhkan
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari

prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha

menyertakan peserta didik dalam pikiran dan emosinya, sehingga

tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling

memahami.
Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri

mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan yang berasaskan

AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu?), buatlah peserta didik

tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari

hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan)

pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif

dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial

(komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan

memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa

ingin tahu.

b. Alami

Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan

pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep “alami”

mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus

memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang

dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak

untuk menjelajah.

Pada konsep alami guru memberikan cara terbaik agar

peserta didik memahami informasi, memberikan permainan atau


kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka

miliki, sehingga dapat memfasilitasi peserta didik untuk

memperoleh pengetahuan yang melekat.

c.Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang “namai”

mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami

otak (membuat peserta didik penasaran, penuh pertanyaan

mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan

dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan

konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar.

Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep

“namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat dalam belajar, apa yang

harus guru tambahkan pada pengertian peserta didik, strategi kiat

jitu, alat berpikir yang digunakan untuk peserta didik ketahui atau

peserta didik gunakan.


d. Demonstrasikan

Tahap ini masih pada kegiatan inti, pada tahap ini adalah

memberi kesempatan peserta didik untuk menunjukkan bahwa

peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan peserta

didik untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang

dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan,

melakukan percobaan, menyusun laporan, menganalisis data,

melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara

harmonis, dan lain-lain.


e.Ulangi

Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan

pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk

memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu

bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas

dan multi kecerdasan. Guru memberikan tes tentang apa yang

sudah dipelajari, strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa

dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini

merupakan kesempatan peserta didik untuk mengajarkan

pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat

melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.

f. Rayakan

Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan

maksud memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha,

ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa

kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir peserta didik

yang senang maka akan menimbulkan kegairahan peserta didik

dalam belajar lebih lanjut. Strategi yang dapat digunakan adalah

dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward

berupa tepukan (De Porter, 2005:10).


4. Langkah- Langkah Model Pembelajaran Quantum Tipe

VAK

Langkah-langkah model pembelajaran Quantum Tipe VAK

menurut Shoimin (2014: 227-228) adalah sebagai berikut:

a.Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat peserta didik dalam belajar, memberikan

perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang

kepada peserta didik, dan menempatkan mereka dalam situasi

optimal untuk menjadikan peserta didik lebih siap dalam menerima

pelajaran.

b. Tahap penyampaian (kegiatan eksplorasi)

Guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan mater

pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,

melibatkan panca indera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK.

Tahap ini biasa disebut eksplorasi.

c.Tahap pelatihan (kegiatan elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu peserta didik untuk

mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta ketrampilan baru

dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.


d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada

konfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru

membantu peserta didik dalam menerapkan dan memperluas

pengetahuan maupun ketrampilan baru yang mereka dapatkan,

pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami

peningkatan.

C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Tipe

VAK

1. Kelebihan

a. Pembelajaran akan lebih efektif karena

mengkombinasikan ketiga gaya belajar.

b. Mampu melatih dan mengembangkan potensi

peserta didik yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.


c. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta

didik Mampu melibatkan peserta didik secara maksimal dalam

menemukan dan memahami suatu konsep melalui dalam

menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik

seperti demonstrasi, percobaan, observasi dan diskusi aktif


d. Mampu menjangkau setiap gaya belajar peserta

didik
e. Peserta didik yang memiliki kemampuan bagus

tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar
karena model ini mampu melayani kebutuhan peserta didik yang

memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2. Kelemahan

Kelemahan dari model VAK yaitu tidak banyak orang mampu

mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang

hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu

menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan

kepada salah satu gaya belajar yang didominasi (Shoimin, 2014:288).

D. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Tipe VAK

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

Nomer 22 Tahun 2016 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah, bahwa standar proses berisi kriteria minimal proses

pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan

hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran Model Quantum Tipe VAK

Perencanaan berasal dari kata rencana yang artinya pengambilan

keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

(Sanjaya, 2008:23). Maka dari itu, perencanaan harus dimulai dari


penetapan tujuan yang akan dicapai, kemudian menetapkan langkah-

langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.


Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan

sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media

pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran serta

penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).


Guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran perlu

mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan. Pelaksanaan

pembelajaran didahului dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru baik secara individual

maupun kelompok yang mengacu pada buku pegangan guru, buku

peserta didik atau silabus yang telah ditetapkan (Kurniasih, 2014: 113).

Perencanaan proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat Identitas mata

pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator

pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi

waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil

belajar, dan sumber belajar (Rusman, 2016:4). Hal ini sebagimana

terdapat dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 bahwa

perencanaan proses pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar

isi.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok

mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,


kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi

waktu dan sumber belajar (Majid, 2014:108). Sebagai acuan

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus

memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar

(KD), materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Rusman, 2016:4-5).


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah

dijabarkan dalam silabus (Majid, 2014:125). Lingkup RPP paling luas

mencakup satu kompetensi dasar (KD) yang terdiri atas beberapa indikator

untuk satu pertemuan atau lebih.


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran

peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Rusman, 2016:5).


2. Pelaksanaan Pembelajaran Model Quantum Tipe VAK

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap (Usman,

2002:70). Pelaksanaan pembelajaran menurut Rusman (2016:10)

merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.


Permendikbud Nomer 22 tahun 2016 mengemukakan bahwa

pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi

kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

a.Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan pendahuluan

sebelum memasuki inti pelajaran. Tujuan dari kegiatan awal dalam

Majid (2014: 129) ada tiga yaitu untuk menarik perhatian peserta

didik, menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan

memberikan acuan tentang pembelajaran yang akan dilakukan.

Dalam kegiatan pendahuluan menurut Rusman (2016:10), guru

harus memperhatikan hal-hal berikut:

1) Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis

untuk mengikuti proses pembelajaran.


2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang

akan dipelajari
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi

dasar yang akan dicapai.


4) Menyampaikan cakupan materi dari penjelasan

uraian kegiatan sesuai silabus

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik secara

aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan

bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

(Fadillah, 2014:183). Kegiatan inti dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan Scientifiec atau tematik integratif.


Langkah-langkah pendekatan Scientifiec menurut Hosnan,

2014: 37-76) yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah data,

dan mengomunikasikan. Berikut adalah penjelasannya:

1) Mengamati (Observing)
Mengamati adalah proses pembelajaran dalam

pendekatan saintifik yang mengedepankan pengamatan

langsung pada objek penelitian secara sistematik. Tujuan

pengamatan ini adalah untuk mendapatkan fakta berbentuk

data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat

perkembangan peserta didik. Selain itu, dengan kegiatan

mengamati diharapkan proses pembelajaran dapat menjadi

lebih bermakna bagi peserta didik. Kegiatan mengamati


diharapkan dapat melatih kompetensi kesungguhan,

ketelitian, dan mencari informasi.


2) Menanya (Questioning)

Menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan


tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang sedang

diamati atau untuk menambah informasi tentang objek

pengamatan (dari pertanyaan faktual hingga hipotetik).

KegiatanMenanya diharapkan dapat mengembangkan

kompetensi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis

untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan

menanya merupakan kegiatan untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.

Pertanyaan yang muncul menjadi dasar untuk mencari

informasi lebih lanjut.

3) Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan

dari menanya. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai

sumber, pengamatan, atau melakukan percobaan. Kompetensi

yang diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini

yaitu sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang

lain,kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan

informasi melalui berbagai cara, mengembangkan kebiasaan

belajar, dan belajar sepanjang hayat.


4) Mengasosiasi/Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan mengasosiasi merupakan kegiatan

mengumpulkan informasi, fakta maupun ide-ide yang telah


diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, maupun

mencoba untuk selanjutnya diolah. Pengolahan informasi

merupakan kegiatan untuk memperluas dan memperdalam

informasi yang diperoleh sampai mencari solusi dari berbagai

sumber. Sedangkan dalam kegiatan menalar, peserta didik

menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang

ada dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi yang dapat

dikembangkan melalui kegiatan ini yaitu sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan

prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif

dalam menyimpulkan.

5) Mengomunikasikan

Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan yang


mana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari baik dengan

cara ditulis maupun diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka

guru dapat memberikam konfirmasi jika ada kesalahan

pemahaman peserta didik. Kompetensi yang diharapkan

dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap jujur, teliti,

toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan


pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar

c.Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir atau penutup adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengakhiri proses pembelajaran. Kegiatan

penutup diharapkan mampu untuk membrikan gambaran

menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik serta

keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui

tingkat keberhasilan peserta didik serta keberhasilan guru dalam

pelaksanaan proses pembelajaran (Majid, 2014:130). Dalam

kegiatan penutup menurut Rusman (2016:13), guru harus

meperhatikan hal-hal berikut:

1) Menarik kesimpulan terhadap seluruh rangkaian

aktivitas pembelajaran oleh guru maupun bersama-sama

dengan peserta didik.


2) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan.
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran.
4) Melakukan tindak lanjut dalam bentuk pemberian

tugas, baik tugas individu maupun kelompok.


5) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran

pada pertemuan berikutnya.

3. Penilaian Hasil Belajar dengan Menerapkan Model

Quantum Tipe VAK


a.Penilaian
Penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan

nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu

(Sudjana, 2010:3). Dalam proses pembelajaran, penilaian

memegang peranan yang penting salah satunya untuk mengetahui

tercapai tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-

hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu

(Purwanto, 2002:5-6). Oleh karena itu, penilaian hasil belajar

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1) Alat untuk mengetahui kemajuan dan

perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah

melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu

tertentu.
2) Alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan

program pembelajaran.
3) Alat untuk keperluan Bimbingan dan Konseling

(BK)
4) Alat untuk keperluan pengembangan dan perbaikan

b. Hasil belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan secara

etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah

sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha

untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia


untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau

kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya (Baharudin, 2007:13)


Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan ”belajar”. pengertian hasil

(product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya

suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input

secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang

didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw

materials) menjadi barang jadi (finished goods). Belajar dilakukan

untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu

yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang

menjadi hasil belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan

terkontrol yang disebut dengan kegiatan pembelajaran atau

kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan dahulu oleh

guru. Peserta didik yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan

instruksional (Mulyono, 2003: 37-38).


Hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik

akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Purwanto, 2010:34)

Menurut Bloom (1971) dalam Suharsimi (2006: 117) terdapat tiga

ranah yang berhubungan dengan pengembangan individu dalam

proses pembelajaran untuk mendapat perubahan dan

pengembangan potensi diri yang dimiliki sehingga diperoleh


karakteristik tingkah laku yang sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki. Ketiga ranah tersebut adalah kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap atau respon) dan psikomotor (ketrampilan).


Ranah kognitif digolongkan menjadi enam tingkatan, dari

pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta – fakta

sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian ( evaluasi ) yang

lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.

Ke enam tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) C1 (Pengetahuan/Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam

mengingat kembali materi yang telah dipelajari, seperti

pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi,

kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria

serta metodologi. Tingkatan atau jenjang ini merupakan

tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan

selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab

pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.


2) C2 (Pemahaman/Comprehension)
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai

kemampuan dalam memahami materi tertentu yang

dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu : a).

Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke

bentuk lain) b). Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi)

c). Ekstrapolasi (kemampuan memperluas arti). Di jenjang

ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya


sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun

konsep.
3) C3 (Penerapan/Application)
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai

kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata,

dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya

dengan cara menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini,

peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan

prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum pernah

diberikan sebelumnya.
4) C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis

adalah kemampuan menguraikan suatu materi menjadi

komponen-komponen yang lebih jelas. Di jenjang ini, peserta

didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam

beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan

pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat.


5) C5 (Sintesis/Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai

kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan elemen-

elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.

Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang

unik, rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat

hubungan abstrak. Di jenjang ini, peserta didik dituntut

menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan

memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.


6) C6 (Evaluasi/Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai

kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu

berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan

dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang

ini seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru,

pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara baru

yang unik dalam analisis dan sintesis.

E. Pembelajaran Ekosistem dengan Menerapkan Model Quantum

Tipe VAK
1. Materi Ekosistem

Ekosistem pada hakikatnya identik dengan lingkungan hidup

alami, di dalamnya terdapat suatu tatanan yang sifatnya utuh yang

dibentuk oleh hubungan atau interaksi (Arjana, 2013:25). Arjana, I

Gusti B. 2013. Geografi Lingkungan Sebuah Introduksi. Jakarta: PT

Graffindo Persada Ekosistem menurut Undang-undang Lngkungan

Hidup (UULH, 1982) adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh

antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempenngaruhi.

Makhluk hidup terdiri dari tumbuh-tubuhan, hewan dan manusia,

sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar

individu.
Ekosistem didefinisikan sebagai suatu pemenuhan diri sendiri

(Self-contained) secara bagian atau secara lengkap dari masa

organisme, sebagai bentuk keberadaan organism dalam suatu area

dengan lingkungan fisiknya, dan semua interaksi energetik serta siklus


materi yang mengaitkan organism-organisme satu dengan yang lainnya

dan dengan lingkungannya. Eco- menunjukan lingkungan dan –system

mengacu pada suatu koordinasi unit-unit yang kompleks. Pada

hakikatnya ekosistem adalah suatu pemrosesan energi yang mana

komponen-komponennya telah muncul bersama-sama sejak bertahun-

tahun lalu (Putrawan, 2014:13). Putrawan, I Made. Konsep-Konsep

Dasar Ekologi Dalam Berbagai Aktivitas Lingkungan. Bandung:

ALFABETA
Menurut Soemarwoto (2004:23) ekosistem adalah suatu sentral

dalam ekologi, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh

hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya.

Fried dan Hademenos (2006, 297) menyebutkan bahwa ekosistem

adalah unit ekologi, yang merupakan sebuah kelomapok yang terdiri

atasa beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu.

Berbagai populasi yang berinteraksi dalam suatu ekosistem disebut

komunitas, yakni komponen-komponen hidup dari suatu ekosistem.

Gambar 2.1 Ekosistem


(Sumber:http://ilmulingkungan.com/wp-content/uploads/2014/12/ekosistem.png)

Ekosistem menurut Irwan (2007:28) merupakan tingkat organisasi

yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan suatu kesatuan dari
komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubungan antar

keduanya. Di sini tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan

dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang

melakukan siklus dalam sistem itu serta energi yang menjadi sumber

kekuatan. Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk

hidupnya semua komunitas bergantung kepada lingkungan abiotik.

Campbell (2004:388) menegaskan bahwa suatu ekosistem terdiri dari

semua organisme yang hidup dalam suatu komunitas dan juga semua

faktor-faktor abiotik yang berinteraksi dengan organisme tersebut.

Kurniawan (2008:214) menambahkan bahwa ekosistem merupakan

sistem ekologi atau ada pula yang menyebutnya sistem lingkungan.

Pengertian dasar ekosistem adalah gabungan dari komunitas dan

lingkungan abiotik di mana komunitas tersebut berdiamdiri. Antara

komunitas dan lingkungan saling berinteraksi).


Ekosistem dapat dikelompokan menjadi dua yaitu ekosistem

alami dan ekosistem buatan. Perbedaan antara keduanya menurut Irwan

(2007: 66) dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum pernah ada

campur tangan manusia. Komponen ekosistem lebih lengkap,

tidak memerlukan pemeliharaan atau subsidi energi karena dapat

memelihara dan memenuhi sendiri, dan selalu dalam

keseimbangan. Ekosistem ini tidak mudah diganggu dan tidak

mudah tercemar kecuali terjadi bencana alam. Contoh dari


ekosistem alami yakni hutan belantara di Sumatera, Kalimantan,

Irian dan Sulawesi.


b. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah dipengaruhi

manusia misalnya kota Jakarta. Komponen ekosistem kurang

lengkap, memerlukan subsidi energi dan memerlukan

pemeliharaan atau perawatan, mudah terganggu dan tercemar.

Ekosistem buatan lebih rentan terhadap perubahan.


2. Komponen Penyusun Ekosistem
a. Berdasarkan sifatnya
Ditinjau berdasarkan sifatnya, menurut Siahaan (2004:12),

ekosistem terdiri dari 2 (dua) jenis komponen, yaitu komponen

biotik dan abiotik. Komponen yang disebut pertama, adalah

komponen yang bersifat hidup atau hayati, seperti manusia, hewan,

makhluk-makhluk organis dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan

komponen yang disebut terakhir, adalah semua komponen yang

bersifat non hayati, seperti udara, tanah, gunung, gaya tarik bumi,

cuaca, cahaya, arus laut dan sebagainya.


1) Komponen Biotik

Komponen biotik adalah seluruh organisme hidup yang

dapat saling berinteraksi (hubungan) dengan sesamanya dan

lingkungannya. Menurut perannya, komponen biotik

dibedakan menjadi tiga golongan yaitu produsen, konsumen

dan pengurai/ dekomposer (Kurniawan, 2008:215).

Komponen biotik juga meliputi tingkatan organisasi dalam


ekologi yang meliputi individu, populasi, komunitas,

ekosistem, dan biosfer.

a) Individu, menurut Campbell (2004:272)

merupakan organisme tunggal, seperti seekor tikus,

seekor kucing, sebatang pohon mangga, dan lain-lain.


b) Campbell (2004:272) mendefinisikan bahwa

populasi adalah suatu kelompok individu dari spesies

yang sama yang hidup dalam daerah geografis tertentu.


c) Komunitas, menurut Campbell (2004:272)

adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.

Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang

menempati suatu daerah tertentu.


d) Ekosistem, menurut Irwan (2003:28)

merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari

komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu

komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar

hubungan.
e) Biosfer, merupakan tingkatan yang paling

kompleks dalam ekologi. Biosfer menurut Campbell

(2004:272) meliputi atmosfer hingga ketinggian

beberapa kilometer, daratan yang termasuk bebatuan

yang mengandung air yang berada paling tidak 1500

meter dibawah tanah, danau, dan aliran sungai, gua, dan

lautan hingga kedalaman beberapa kilometer.


2) Komponen Abiotik
Segala materi tidak hidup yang ada di lingkungan yang

berpengaruh terhadap organisme hidup disebut komponen

abiotik. Menurut Kurniawan (2008:216), komponen abiotik

utama antara lain:


a) Suhu

Suhu lingkungan merupakan faktor penting

dalam persebaran organisme karena pengaruhnya pada

proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar

organisme untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat.

Campbell (2004:273) menjelaskan bahwa sel bisa

pecah jika air yang terdapat di dalamnya membeku

pada suhu di bawah 0°C, dan protein pada sebagaian

besar organisme akan mengalami denaturasi pada suhu

di atas 45°C. Selain itu, sejumlah organisme dapat

mempertahankan suatu metabolisme yang cukup aktif

pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang

sangat tinggi.

b) Air
Menurut Campbell (2004:273), air sangat penting

bagi kehidupan, tetapi ketersediaannya bervariasi

secara dramatis di berbagai habitat.


c) Cahaya Matahari
Campbell (2004:273-274) mengemukakan bahwa

matahari memberikan energi yang menggerakkan

hampir seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan


dan organisme fotosintetik lain yang menggunakan

sumber energi ini secara langsung.


d) Angin
Campbell (2004:274) menjelaskan bahwa angin

memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme

dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui

penguapan (evaporasi) dan konveksi (faktor wind-chill

atau pendinginan oleh angin).


e) Batu dan Tanah
Menurut Campbell (2004:274), struktur fisik, pH,

dan komposisi mineral batuan serta tanah akan

membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang

memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab

timbulnya pola mengelompok pada area tertentu yang

acak (patchiness) pada ekosistem terestrial yang sering

kita lihat.
b. Berdasarkan Fungsinya

Ditinjau dari jabatan fungsional organisme dalam habitatnya,

menurut Aziz (2008:248) ekosistem tersusun atas komponen-

komponen:

1) Produsen, semua organisme yang mampu membuat

ataunmensisntesis makanan sendiri (bersifat autotrof) dari

bahan anorganik dengan bantuan energi cahaya matahari atau

energy kimia. Produsen meliputi tumbuhan dan ganggang.


2) Konsumen, semua organisme yang memanfaatkan

bahan-bahan organik sebagai makanannya yang diperoleh

dari organisme lain, sehingga mereka bersifat heterotrof.


3) Dekomposer atau saprofit atau pengurai adalah

organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang

berasal dari berbagai organisme yang sudah mati. Organisme

pengurai menyerap hasil penguraian tersebut dan melepaskan

bahan-bahan sederhana yang dapat digunakan kembali oleh

produsen. Organisme yang termasuk pengurai adalah bakteri

dan jamur.
4) Detritivor adalah organisme yang memakan

partikel-partikel organik atau detritus. Detritus merupakan

hancuran jaringan-jaringan hewan atau tumbuhan. Organisme

detritivor antara lain cacing tanah, siput, keluwing, bintang

laut, dan kutu kayu.

4. Interaksi Antar Komponen Ekosistem

a.Interaksi Antarorganisme

Interaksi antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat

erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat

dikategorikan sebagai berikut:

1) Netral
Aziz (2008:249) menyebutkan bahwa netral merupakan

hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam


habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan

tidak merugikan kedua belah pihak.


2) Predasi
Menurut Campbell (2004:365) predasi merupakan

hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Sebagian

pemangsa memiliki indera yang sangat tajam yang membuat

mereka dapat menemukan dan mengidentifikasi mangsa yang

potensial. Melalui pertemuan yang berulang-ulang dengan

pemangsa selama waktuevolusioner, berbagai adaptasi

pertahanan telah berkembang pada spesies mangsa.

Gambar 2.2 Predasi


(Sumber:https://geographyeducation.files.wordpress.com/2011/11/

lion_zebra_hunt.jpg)

3) Simbiosis
a) Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme menurut Campbell

(2004:368) adalah hubungan antarorganisme yang

berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan

dan spesies yang lain dirugikan. Dalam parasitisme,

suatu organisme parasit mendapatkan makanannya dari

organisme lain yaitu inangnya.


Gambar 2.3 Simbiosis Parasitisme
(Sumber:https://sijai.com/wpcontent/uploads/2017/05/simbios

is-parasitisme-pixabay.com_.jpg)

b) Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme menurut Campbell

(2004:372) Hubungan antarorganisme yang berbeda

spesies dimana salah satu spesies diuntungkan, dan

spesies lainnya tidak dirugikan ataupun diuntungkan.

Komensalisme sesungguhnya hanya menguntungkan

salah satu spesies yang terlibat. Dengan demikian setiap

perubahan evolusioner dalam hubungan tersebut hanya

terjadi pada yang memperoleh keuntungan.

Gambar 2.4 Simbiosis Parasitisme


(Sumber:http://2.bp.blogspot.com/-gKicAl-AIDU/UTb3EoAN-

SI/AAAAAAAAAgE/LBSARax7YRg/s1600/anggrek-bulan.jpg)

c) Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme menurut Campbell

(2004:372-373) adalah hubungan antarorganisme yang


berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua

belah pihak. Hubungan mutualistik mensyaratkan

evolusi adaptasi pada kedua spesies yang terlibat,

karena perubahan dalam salah satu spesies

kemungkinan besar mempengaruhi daya tahan hidup

dan reproduksi spesies yang lain.

Gambar 2.5 Simbiosis Parasitisme


(Sumber:https://informazone.com/wp-

content/uploads/2017/07/pinterest.com_.jpg)

b. Interaksi Antarpopulasi

Aziz (2008:250) menyebutkan bahwa dalam suatu komunitas,

antara populasi satu dengan populasi lain selalu berinteraksi, baik

secara langsung maupun tidak langsung misalnya alelopati.

Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, jika populasi yang

satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya

populasi lain. Selain itu, terdapat pula kompetisi interspesifik, yang

terjadi jika antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga

terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.

c.Interaksi Antarkomunitas
Menurut Aziz (2008 : 250), interaksi antarkomunitas cukup

kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga

aliran energi dan makanan. Contoh komunitas adalah danau dan

sawah. Antara komunitas danau dan sawah terjadi interaksi dalam

peredaran nutrien dari air danau (irigasi) ke sawah dan peredaran

organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.

d. Interaksi antara Komponen Biotik dengan Abiotik


Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik menurut

Aziz (2008:250) menyebabkan terjadinya aliran energi dalam suatu

sistem. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga

struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik serta siklus

materi.

5. Aliran Energi

Aliran energi menurut Aziz (2008:252) merupakan perpindahan

energi dari organisme yang satu ke organisme yang lainnya. Energi yang

berasal dari matahari masuk ke lingkungan biotik melalui proses

fotosintesis. Perubahan bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang

lain disebut transformasi energi. Setiap perubahan energi selalu terjadi

kehilangan energi yang masuk ke dalam ekosistem karena digunakan

untuk melakukan kerja atau akan keluar lagi ke lingkungan abiotik

sebagai panas.

a. Rantai Makanan
Rantai makanan menurut Aziz (2008:254) adalah

perpindahan materi dan energi dari organisme satu ke organime

lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu.

Gambar 2.6 Rantai Makanan

(Sumber:http://www.eschooltoday.com/soils/images/soil-food-web.png)

b. Jaring-jaring Makanan

Hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem menurut

Campbell (2004:389) umumnya saling jalin-menjalin menjadi suatu

jaring-jaring makanan yang rumit.

Gambar 2.7 Jaring-Jaring Makanan

(Sumber:http://wildsci.co.uk/wp-content/uploads/2016/06/FOOD-CHAINS.png)

c. Tingkat Trofik
Campbell (2004:388-389) mengemukakan bahwa tingkat

trofik yang secara mendasar mendukung yang lainnya dalam suatu

ekosistem terdiri dari organisme autotrof, atau produsen primer

(primary producer) ekosistem tersebut. Organisme dalam tingkat

trofik diatas produsen primer adalah heterotrof yang secara

langsung atau tidak langsung bergantung pada hasil fotosintetik

produsen primer.

Gambar 2.8 Tingkat Trofik

(Sumber:http://campbellms.typepad.com/.a/6a00d83467970453ef01b7c7c77e53

970b-800wi)

6. Piramida Ekologi

Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk

piramida ekologi. Ada tiga jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah,

piramida biomassa, dan piramida energi.

a.Piramida Jumlah

Aziz (2008 : 256) Menggambarkan jumlah individu dalam


populasi yang menempati tingkat trofik tertentu. Penentuan tingkat
trofik pada piramida jumlah didasarkan pada perhitungan jumlah
individu tiap satuan luas (per m2).

b. Piramida Biomassa

Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan

massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan dinyatakan dengan

gram piramida biomassa lebih jelas menggambarkan hubungan

antartingkat trofik daripada piramida jumlah (Aziz, 2008 : 256).

c.Piramida Energi

Piramida energi menurut Aziz (2008:257) mampu

memberikan gambaran paling akurat tentang kecepatan aliran

energi dalam ekosistem atau produktivitas pada tingkat trofik

suksesif. Penentuan tingkat trofik pada piramida energi didasarkan

pada energi yang dapat dikeluarkan oleh individu yang dinyatakan

dalam kkal/m2/hari.

7. Implementasi Model Pembelajaran Quantum Tipe VAK

pada Materi Ekosistem

Dalam pembelajarannya setiap peserta didik diberi perlakuan yang

berbeda sesuai modalitas belajarnya. Peserta didik dengan gaya belajar

visual akan dibuat menarik dalam penayangan video, gambar dan lain

sebagainya. Peserta didik dengan gaya belajar auditori yang cenderung

mendengarkan dibuat cerita semenarik mungkin untuk didengarkan.

Peserta didik dengan gaya belajar kinesthetic yang cenderung lebih

banyak melakukan aktivitas gerakan maka akan diberikan kegiatan

seperti eksplorasi di lingkungan sekolah.


F. Model pembelajaran Quantum Tipe VAK diterapkan dalam

pembelajaran pembelajaran materi ekosistem. Misalnya, peserta didik dapat

memahami pengertian ekosistem dan komponen-komponen ekosistem

dengan menyaksikan presentasi guru , dan juga mereka dapat belajar jauh

lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu, seperti mengacungkan

tangan untuk bertanya, memberikan peragaan dan lain sebagainya ketika

presentasi sedang berlangsung, membicarakan hubungan antar komponen

biotik dan abiotik serta hubungan komponen biotik dan biotik setelah

mempelajari komponen ekosistem, dan memikirkan cara menerapkan

hubungan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Atau, mereka dapat

meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah kehidupan sehari-

hari mengenai rantai makanan dan jaring-jaring makanan dengan cara

secara simultan menggerakan tubuh untuk memperagakan dan menyusun

organisme yang terlibat dalam rantai makanan untuk menghasilkan bagan

atau struktur rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang bisa di

gambarkan.DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Aris Shoimin. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih Merasakan Kebesaran Allah melalui
Biologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
De Porter, Bobby. 2005. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
DePorter, Bobby. 2005. Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan). Bandung: Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Fadillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Fried, George H & Hademenos, George J. (2006). Teori dan Soal Biologi. Jakarta:
Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu

Metodis dan Paradigmatis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Irwan, Zoer’aini Djamrah. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi Organisasi Ekosistem


Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kurniasih, Imas dan Berlin S. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena
Kurniawan, Arif. Dkk. 2008. Biology Insight. Jawa Tengah: Hamidah Prima Media.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mulyono, Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,


Jakarta : Rineka Cipta
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Roestiyah . 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Press
Sanjaya, Wina .2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:
Erlangga.
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Imagraph.
Suprijino, Agus. 2011. Coopertive Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media Group
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara

G.

Anda mungkin juga menyukai