Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
(Sumarah. 2009: 1)
 Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
belangsung dalam waktu 18 – 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sumarah. 2009: 2)
 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yaitu janin dan uri yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir, atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan, atau kekuatan sendiri.
(Lailiyana. 2011: 1)
 Persalinan merupakan proses normal, berupa kontraksi uterus involuter yang efektif dan
terkoordinasi, yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks secara progresif serta
penurunan dan pelahiran bayi dan plasenta.
(Benson, Ralph C. 2008. 149)
2.1.2 Etiologi
Hormon-hormon yang dominant pada saat kehamilan yaitu :
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
2. Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitifitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar
seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot rahim
dan otot polos relaksasi.
Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan
1. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas
waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus
membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot tertentu. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi.
2. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami
perubahan-perubahan dan produksi progresteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progresteron tertentu.
3. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progresteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progresteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin
dapat meningkatkan aktifitas, sehingga persalinan dimulai.
4. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh
desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga terjadi persalinan.
5. Teori Hipotalamus – Pituatari dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan
persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
6. Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hipokrates untuk pertama kalinya. Bila
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
7. Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dan pleksus frankinhauser yang terletak di belakang serviks.
Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
(Sumarah. 2009: 2)
2.1.3 Fisiologis
a) Faktor yang mempengaruhi persalinan:
1. Passage : jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya) dan
bagian lunak (otot-otot, jaringan, dan ligamen). Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang
pangkal paha (ossa coxae), 1 tulang kelangkang (ossa sacrum, dan 1 tulang tungging (ossa
coccygis).
2. Power: his dan tenaga meneran adalah kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan
ibu yang sangat penting dalam proses persalinan. Tiap his dimulai sebagai gelombang dari
salah satu sudut (tuba) masuk ke dalam dinding uterus. Di tempat tersebut ada suatu
pacemaker tempat gelombang his berasal. Gelombang bergerak ke dalam dan ke bawah
dengan kecepatan 2 cm/detik untuk mengikutsertakan uterus.
Sifat his yang sempurna dan efektif:
(1) Adanya koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi simetris.
(2) Kontraksi paling kuat atau adanya di fundus uteri.
(3) Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari sebelumnya,
sehingga serviks tertarik dan membuka karena serviks kurang mengandung otot.
(4) Adanya relaksasi.
Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya dihitung dalam waktu 10
menit. Misalnya, pada akhir kala I frekuensi his menjadi 2-4 kali kontraksi dalam 10 menit.
Aplitudo/ intensitas his adalah kekuatan his:
(1) Pada saat relaksasi: 6-12 mmHg
(2) Pada akhir kala I: 60 mmHg
(3) Pada akhir kala II: 60-80 mmHg
Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung (detik). Lamanya his terus meningkat,
mulai dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala I atau
permulaan kala II. Interval adalah waktu relaksasi/ jangka waktu antara 2 kontraksi.
3. Passanger: kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras daripada bagian-
bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin dapat mempegaruhi jalannya persalinan dengan
besarnya dan posisi kepala. Pengetahuan tentang ukuran-ukuran janin (kepala, bahu, bokong)
sangat penting dalam meramalkan jalannya persalinan dengan adanya kelainan presentasi
kepala.
4. Psikologis ibu: keadaan psikologis adalah keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat,
dan dukungan dari orang-orang tertentu yang dapat mempengaruhi proses persalinan. Kondisi
psikologis ibu melibatkan emosi dan persiapan intelektual, pengalaman tentang bayi
sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
Psikologis ibu dapat mempengaruhi persalinan apabila ibu mengalami kecemasan, stres,
bahkan depresi. Hal ini mempengaruhi kontraksi yang dapat memperlambat proses
persalinan. Disamping itu, ibu yang tidak siap mental juga akan sulit diajak kerja sama dalam
proses persalinannya. Untuk itu sangat penting bagi bidan dalam mempersiapkan mental ibu
menghadapi proses persalinan.
5. Penolong: peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses persalina tergantung dari
kemampuan atau ketrampilan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
(Lailiyana. 2011: 11)
b) Tanda dan gejala persalinan yang akan terjadi (tanda peringatan awal)
1. Lightening adalah penurunan janin dan uterus masuk ke dalam rongga pelvik, 2 sampai 3
minggu sebelum awitan persalinan.
2. Kontraksi Braxton Hicks adalah kontraksi yang tidak teratur dan intermiten yang telah terjadi
sepanjang kehamilan, menyebabkan ketidaknyamanan, dan menghasilkan nyeri tarik pada
abdomen dan lipatan paha.
3. Perubahan serviks meliputi pelunakan, “pematangan”, dan pendataran serviks yang akan
menyebabkan keluarnya lendir yang bercampur darah.
4. Ruptur membran amnion bisa terjadi sebelum awitan persalinan. Jika wanita tersebut
memcurigai bahwa membran tersebut telah pecah, ia harus menghubungi petugas kesehatan,
dan segera diperiksa karena dikhawatirkan adanya kemungkinan adanya prolaps tali pusat.
5. Peningkatan energi atau meningkatkan ketegangan dan keletihan bisa terjadi segera sebelum
persalinan.
6. Penurunan berat badan sekitar 0,45-1,35 Kg bisa terjadi dalam 2 sampai 3 hari sebelum
awitan persalinan.
(Straight, Barbara R. 2005: 164)
c) Karakteristik persalinan yang sebenarnya (true labor)
1. Kontraksi terjadi dengan interval yang teratur.
2. Kontraksi dimulai dari punggung dan menjalar ke sekitar abdomen, meningkat intensitas dan
durasinya, dan secara bertahap memiliki interval yang pendek.
3. Berjalan akan meingkatkan intensitas kontraksi.
4. Biasanya terdapat “lendir bercampur darah” (lendir berwarna kemerahan dikeluarkan dari
saluran serviks waktu persalinan mulai).
5. Serviks menjadi menipis dan berdilatasi.
6. Sedasi tidak menghentikan kontraksi.
(Straight, Barbara R. 2005: 166)
d) Karakteristik persalinan palsu (false labor).
1. Kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur.
2. Kontraksi terlokalisasi terutama di abdomen, intensitas tetap sama atau bervariasi, dan
itervalnya tetap panjang.
3. Berjalan tidak menambah intensitas kontraksi dan sering kali mengurangi nyeri.
4. Lendir bercampur darah biasanya tidak ada. Jika ada biasanya kecoklatan dan bukannya
merah terang dan bisa disebabkan baru saja dilakukan pemeriksaan pelvik atau sanggama.
5. Tidak terdapat perubahan serviks
6. Sedasi cenderung menurunkan jumlah kontraksi.
(Straight, Barbara R. 2005: 166)
e) Kala persalinan
1. Kala satu persalinan. Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). Kala persalinan terdiri
atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten:
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
 Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik.
b. Fase aktif:
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(JNPK-KR. 2007: 37)
2. Kala dua persalinan.
a. Kala dua dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan berakhir dengan kelahiran bayi.
Durasi dapat berbeda antara primipara (lebih lama) dan multipara (lebih pendek), tetapi
kala ini seharusnya selesai 1 jam setelah dilatasi lengkap.
b. Kontraksi kuat dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 90 detik.
c. Bayi baru lahir keluar dari jalan lahir dengan bantuan gerakan-gerakan atau mekanisme
utama persalinan berikut ini:
(1) Turun
(2) Fleksi
(3) Rotasi internal
(4) Ekstensi
(5) Rotasi eksternal (restitusi)
(6) Pengeluaran
d. “Crowning” terjadi saat kepala bayi atau bagian terendah bayi tampak pada lubang
vagina.
e. Episiotomi (insisi bedah pada perineum) bisa dilakukan untuk mempermudah kelahiran
dan menghindar laserasi pada perineum.
(Straight, Barbara R. 2005: 167)
3. Kala tiga (kala plasenta)
a. Kala ini dimulai dengan kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta. Kala tiga
terjadi dalam dua fase pelepasan plasenta.
b. Tanda-tanda lepasnya plasenta meliputi uterus menjadi globular, fundus naik ke abdomen,
tali pusat memanjang, dan peningkatan perdarahan (mengalir pelan atau mengalir deras).
c. Kontraksi uterus mengontrol perdarahan uterus dan membantu pelepasan dan pengeluaran
plasenta.
d. Pada umumnya, obat-obatan oksitosik diberikan untuk membantu kontraksi uterus.
(Straight, Barbara R. 2005: 168)
4. Kala empat (pemulihan dan hubungan interaksi)
a. Kala ini berlangsung dari 1 sampai 4 jam setelah kelahiran.
b. Ibu dan bayi pulih dari proses fisik kelahiran.
c. Organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal kembali ke keadaan sebelum hamil.
d. Sistem tubuh bayi baru lahir mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstrauterin dan
menjadi stabil.
e. Uterus berkontraksi di garis tengah abdomen dengan pertengahan fundus di antara
umbilikus dan simfisis pubis.
(Straight, Barbara R. 2005: 168)
Konsep Dasar IUFD
2.2.1 Pengertian
- Intrauterine fetal demise atau death (IUFD) didefinisikan sebagai kematian dalam rahim atau
berkurangnya aktivitas jantung saat lahir setelah usia kehamilan 20 minggu
(Spong ,2011 :143)
- IUFD atau kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan
 Sebelum 20 minggu : kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus.
Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut
missed abortion.
 Sesudah 20 minggu : biasanya ibu telah merasakan gerak janin sejak kehamilan 20 minggu
dst, bila ibu tidak kunjung merasakan gerak janin dapat disangka terjadi kematian dalam
rahim
(Rostanty, 2009)
2.2.2 Etiologi
Penyebab dari kematian janin intrauterine yang tidak dapat diketahui sekitar 25-60 %, insiden
meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan. Pada beberapa kasus yang penyebabnya
teridentifikasi dengan jelas dapat dibedakan menjadi faktor ibu dan janin.
a. Faktor ibu
 Ketidak cocokan Rh ibu dengan janin
 Ketidakcocokan golongan darah ibu dengan janin
 Berbagai penyakit yang diderita ibu hamil
 Trauma saat hamil (solutio plasenta , benturan keras pada perut dll)
 Infeksi pada ibu hamil
 Kehamilan diatas 42 minggu
 Hamil usia lanjut >35 tahun
 Ruptur uteri
 Kematian ibu
b. Faktor janin
 Anomali stuktural
 Cacat neural tube
 Kelainan bawaan janin
 Malformasi janin
 Korioamnionitis
 Sepsis janin intrauterus Transfusi kembar ke kembar pada kehamilan multijanin monokorion
(Cunningham, 2005: 332)
c. Faktor plasenta
15-25 % kematian janin disebabkan oleh masalah di plasenta, membran atau tali pusat. Infark
plasenta memperlihatkan degenerasi trofoblastik fibrinoid, kalsifikasi dan infark iskemik akibat
oklusi arteri spiralis
(Cunningham, 2005: 334)
2.2.3 Kriteria Diagnosis
a. Rahim yang hamil tidak bertambah besar lagi bahkan semakin mengecil
b. Tidak dirasakan gerakan janin lagi
c. Tidak ditemukan bunyi jantung janin, pada pemeriksaan
d. Bentuk uterus menjadi tidak tegas seprti kehamilan normal
e. Bila kematian itu telah berlangsung lama dapat diraskan krepitasi yakni penimbunan gas dalam
tubuh
(Achadiat, 2004:22)
Menurut Rostanty (2009) diagnosis IUFD didasarkan pada :
1) Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang,
belakangan merasakan perutnya sering menjadi keras dan sakit seperti mau melahirkan.
2) Inspeksi
Tidak terlihat lagi gerakan-gerakan janin yang biasanya terlihat
3) Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya, tidak teraba gerakan janin.
4) Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun deptone
5) Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggi janin mati dalam kandungan
6) Rontgen foto abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang kepala belakang janin.
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang
 Ultrasonografi : tidak ditemukan denyut jantung janin, maupun gerakan janin, seringkali tylang
tidak beraturan dan tidak tegas, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping
(Spalding sign)
 Foto Rontgen abdomen polos : ditemukan tanda spalding dan tulang punggung lebih
melengkung, posisi janin abnormal, penimbunan gas dalam tubuh.
 Pemerikaan lengkap jika dimungkinkan kadar fibrinogen
(Achadiat, 2004: 23)
2.2.5 Diagnosis Banding
a. Mioma uteri
b. Mola hidatidosa (Achadiat,2004:2)
c. Missed abortion, kehamilan ekstrauterine
Komplikasi potensial : koagulasi intravaskular diseminata, sepsis, perdarahan post partum,
emboli air ketuban
(Lestiyani,2011)
2.2.6 Komplikasi
a. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup
bulan.
b. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
c. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.
2.2.7 Klasifikasi Dan Patologi
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali
2. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernoh tapi kemudian menjadi merah.
Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati
3. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat stadium berlangsung 48
jam setelah mati.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas , hubungan antara
tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedema di bawah kulit
(Sari, 2010)
2.2.8 Pengaruh Terhadap Ibu
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu , biasnya tidak membahayakan ibu. Setelah itu
kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrigenimia) akan lebih besar. Karena itu
pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan tiap mingggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila
terjadi hipofbriginemia bahayanya adalah perdarahan postpartum
(Rostanty, 2009)
2.2.9 Terapi
Pada prinsipnya setiap kematian janin dalam rahim harus diupayakan untuk diakhiri / dilahirkan
secepatnya, setelah dilakukan pemeriksaan seperlunya untuk mengantisipasi komplikasi, pilihan
utama adalah secara pervaginam.
a. Penanganan pasif
- Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu
- Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu
b. Penanganan aktif
- Untuk rahim ukurannya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi dan kuretase.
- Untuk rahim yang ukurannya lebih besar dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan
dengan menggunakan cytotex atau infus oksitosin pekat. Untuk oksitosin diperlukan
pembukaan serviks dengan memasang batang laminaria atau pemasangan kateter foley
intrauterus selama 24 jam.
 Insikasi tindakan aktif adalah : permintaan penderita, janin diktehui meninggal 4 minggu
atau lebih , kadar fibrinogen rendang < 150 mg/dl, telah memasuki persalinan.
 Penyulit : terjadi gangguan pembekuan darah akibat penurunan kadar fibrinogen
 Perforasi akibat tindakan misalnya saat embriotomi
(Achadiat,2004:3)
2.3 Konsep Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala I
I. Pengkajian
A. Data Subjektif
 Kontraksi semakin lama semakin kuat dan intensitasnya progresif.
 Kontraksi dimulai dari punggung dan menjalar ke sekitar abdomen, meningkat intensitas
dan durasinya dan secara bertahap memiliki interval yang pendek.
 Berjalan meningkatkan intensitas kontraksi
 Keluarnya lendir bercampur darah
 Servik menipis dan membuka
(Straight, Barbara R. 2005: 167)
B. Data Objektif
1. Inspeksi
a. Pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show) dari vagina
b. Waspada adanya garis atau batas menonjol diatas simpisis (retraksi ring) → rupture
uterus.
(Sumarah. 2009: 62)
2. Palpasi
a. Meraba pada abdomen untuk mengetahui adanya kontraksi uterus
b. Teraba keras menunjukkan adanya kontraksi yang baik
(Straight, Barbara R. 2005: 292)
3. Auskultasi
a. Observasi DJJ
b. DJJ normal = 120 – 160 x / menit
c. Didengar setelah fase terkuat his lewat
(Lailiyana. 2011: 42)
4. Pemeriksaan Lain
a. Pemeriksaan Dalam
1) Pematangan servik / perlunakan servik
2) Perndataran servik
3) Pembukaan servik
b. Pemeriksaan kantong ketuban
(Sumarah. 2009: 61)
II. Analisis Data
G...P..., Usia kehamilan, inpartu kala, anak hidup/mati, tunggal/ganda, intrauterin/ ekstrauterin,
presentasi kepala, keadaan jalan lahir, keadaan umum ibu dan janin dengan IUFD
III. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
2. Melakukan observasi TTV, DJJ, kontraksi uterus
3. Memberikan pemenuhan nutrisi pada ibu
4. Memberitahu ibu untuk mengosongkan kandung kemih
2.4 Konsep Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala II
I. Pengkajian
A. Data subyektif
 Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi
(JPNK-KR. 2007:75)
 Ibu merasa adanya peningkatkan tekanan pada rekum / vagina
(JPNK-KR. 2007:77)
 Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke punggung bawah
(Walsh, Linda V. 2008: 317)
 Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air besar
(Prawirohardjo, Sarwono. 2005. 184 )
B. Data obyektif
 Vulva – vagina dan sfingter ani membuka
 Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
 Pembuka serviks telah lengkap
 Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
(JNPK-KR 2007: 77)
 Penonjolan prenium
(Sumarah. 2008: 83)
 Kontraksi secara sering, kuat dan sedikit lebih lama sekitar setiap 2 menit berlangsung
selama 60 sampai 90 detik intensitas kuat
 Penonjolan rektum, penonjolan perineum dan kemajuan kepala janin yang dapat terlihat
pada introitus vagina
(Varney, Helen. 2008: 753)
II. Interpretasi data
 Diagnosa: G...P...UK Inpartu kala...
 Masalah: ketidaknyamanan akan rasa nyeri
(Sumarah. 2009: 83 )
 Kebutuhan
 Pendamping persalinan secara terus menerus bersifat sederhana, efektif, tidk beresiko /
resikonya rendah, bersifat sayang ibu
 Mengatur posisi, relaksasi, latihan nafas, sitirahat, menjaga privasi memberitahu
kemajuan persalinan dan prosedur pertolongan persalinan
 Mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya dengan memberikan rangsangan
alternative yang kuat serta mengurangi reaksi mental negatif emosional
 Pemberian keleluasaan kepada ibu selama persalinan untuk mengeluarkan suara /
berteriak / menangis.
 Pemutaran musik
(Sumarah. 2008: 107)
 Pendekatan non farmakologis yang menggunakan stimulasi pada kuit dan otot
membantu dalam menurunkan presepsi nyeri ( teori gate control )
 Merubah posisi, masase, kompres, cairan oral
(Walsh, Linda V. 2008: 324)
III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
 Diagnosa potensial
 Persalinan yang diakhiri dengan tindakan vakum ekstrasi dan forceps
 Pembedahan cesar
 Skore zipgar < 7
 Waktu untuk persalinan panjang
(Sumarah. 2008: 101)
 Masalah potensial
 Semakin nyeri
Kriteria Hasil
 Ibu dapat melalui Kala II tanpa Komplikasi
 Ibu dapat membuat koping positif terhadap nyeri
No. Intervensi Rasional
1 Jalin kedekatan ibu dengan  Wanita merasa dilayani dengan baik
(Simkin, Penny. 2005: 40)
petugas maupun dengan
pendamping persalinan
2 Berikan dukungan terus menerus Kehadiran seseorang untuk:
 Mendampingi ibu agar ibu merasa nyaman
kepada ibu
 Menawarkan minum, mengipasi, dan
memijat ibu
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 112)
3 Berikan dukungan mental Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu dengan cara:
 Menjaga privasi ibu
 Menjelaskan proses dan kemajuan
persalinan
 Menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan, serta keterlibatan ibu
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 112)
4 Atur posisi ibu Berganti posisi dapat mengurangi rasa nyeri
gerakan dan posisi yang paling nyaman
tampaknya merupakan salah satu tindakan
yang dapat memacu kemajuan persalinan
(Simkin, Penny. 2005: 18)
5 Pastikan kandung kemih tetap Kandung kemih yag penuh dapat
kosong menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 112)
6 Tawarkan  Berendam dan masase membuat santai
berendam/shower/masase sementara dan untuk mengurangi rasa nyeri
(Simkin, Penny. 2005: 40)
7 Berikan cukup minum Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 112)
8 Minta ibu untuk bernapas selagi Hal ini menjaga agar perineum meregang
kontraksi ketika kepala akan lahir pela dan mengontrol lahirnya kepala serta
mencegah robekan
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 113)
9 Pemantauan denyut jantung janin Periksa DJJ setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami
dradikardi (<120). Selama mengedan yang
lama, akan terjadi pengurangan aliran darah
dan oksigen ke janin.
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 113)
10 Pimpin mengedan Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan
kepada ibu untuk megambil napas.
Mengedan tanpa diselingi bernapas,
kemungkinan dapat menurunkan pH pada
arteri umbilikus yang dapat menyebabkan
denyut jantung tidak normal dan nilai apgar
rendah.
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 112)
11 Tolong persalinan sesuai standar Standarisasi APN merupakan asuhan
Asuhan Persalinan Normal persalinan normal yang aman bagi klien,
efisien untuk dikerjakan dan mudah untuk
dikerjakan.
(Lailiyana. 2011: 56)
12 Keringkan bayi dan hangatkan Mengeringkan bayi sambil melakukan
seluruh tubuh bayi rangsangan taktil pada tubuh bayi.
(JNPK-KR. 2007: 89)

IV. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
V. Evaluasi
Dibuat berdasarkan implementasi yang dilaksanakan dengan bentuk dokumentasi SOAP
2.5 Konsep Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III
Dx/ Maslh/ Intervensi Rasional
Keb
Dx : Tujuan : Kala III berjalan normal
P… Kala III tanpa penyulit/komplikasi
KH :
- Plasenta
lahir < 30 menit
- Perdaraha
n < 500 cc
- Tidak ada
sisa plasenta yang tetinggal di
dalam uterus
- UC baik 1. Ibu mengerti dan tenang saat me
Intervensi : lahirkan plasenta
2. Kehadiran seseorang untuk:
1. Berikan penjelasan tentang
 Mendampingi ibu agar ibu merasa
cara melahirkan plasenta
nyaman
2. Berikan dukungan terus
 Menawarkan minum, mengipasi, dan
menerus kepada ibu
memijat ibu
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 112)
3. Jika kandung kemih penuh, plasenta
mungkin terhambat untuk lahir.
3. Kosongkan kandung (Baston, Helen 2012: 146)
4. Kain akan mencegah kontaminasi
kemih
langsung dari tangan penolong
persalinan. Dan oksitosin menyebabkan
uterus berkontraksi yang akan
4. Letakkan kain bersih di atas menurunkan pasokan oksigen kepada
perut ibu dan periksa uterus bayi, jika ternyata masih ada bayi
untuk memastikantidak ada kedua.
(Lailiyana. 2011: 67)
bayi yang lain
5. Oksitosin merangsang fundus uteri
untuk berkontraksi dengan kuat dan
efektif sehingga dapat membantu
pelepasan plasenta dan mengurangi
kehilangan darah. Aspirasi sebelum
5. Beritahu ibu bahwa akan
penyuntikan akan mencegah
disuntik dan dalam waktu 1
penyuntikan oksitosin ke dalam
menit setelah kelahiran bayi,
pembuluh darah.
suntikkan oksitosin 10 IU (JNPK-KR. 2007: 125)
6. Memegang tali pusat lebih dekat ke
secara IM pada 1/3 paha atas
vulva akan mencegah avulsi.
bagian luar.
(Lailiyana. 2011: 68)
7. PTT menpercepat kelahiran plasenta
begitu sudah terlepas.
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 116)
8. Gerakan ini akan memelintir seluruh
6. Pindahkan klem pada tali pusat
bagian plasenta dan selaput ketuban
sekitar 5-10 cm dari vulva.
menjadi satu untaian.
(Baston, Helen 2012: 1
7. Lakukan penegangan tali pusat
terkendali.

8. Lahirkan plasenta secara 9. Masase uterus agar menimbulkan


dorsokranial, dan jika kontraksi, dan dapat mengurangi
keseluruhan plasenta sudah pengeluaran darah, dan mencegah
terlihat lekukkan plasenta perdarahan postpartum.
(Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 117)
dengan kedua tangan dan
10. Untuk mengetahui kelengkapan
memutarnya perlahan searah
plasenta, memastikan bahwa tidak ada
jarum jam.
bagian plasenta yang tertinggal di
9. Lakukan massage uterus segera
dalam uterus.
setelah plasenta lahir lahir. (Baston, Helen 2012: 140)
11. Pengeluaran darah abnormal >500 cc.
(Saifuddin, Abdul Bari. 2007: 119)
12. Dapat segera diketahui jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik.
(Lailiyana. 2011: 68)
10. Periksa kelengkapan plasenta.
11. Pastikan perdarahan tidak lebih
dari 500 cc
12. Ajarkan ibu dan keluarga cara
melakukan masase uterus.

2.6 Konsep Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala IV


Dx/Mslh/Keb Intervensi Rasional
Dx : Tujuan :
Post partum Ibu dapat melampaui
(2 jam) kala IV dengan normal.
Kala IV Kriteria Hasil :
 KU ibu : baik
 TTV:
TD : 110/70 – 120/80
mmHg
S : 36,5 – 37,5 ◦C
N : 80-100 x/mnt
Rr : 16-24 x/mnt
 TFU : 2 jari dibawah
pusat
 Perdarahan :  500 cc
 Urine :± 50
cc/jam
Intervensi
1) Periksa fundus uteri 1) Dengan

setiap 15 menit pada memeriksa fundus uteri 15 menit

1 jam pertama dan 30 pada 1 jam pertama dan 30 menit

menit pada 2 jam pada 2 jam pertama serta melakukan

pertama. masase akan mengetahui kuat/


lemahnya kontraksi dan merangsang
kontraksi uterus.

2) Perkirakan (Saifuddin, Abdul Bari. 2007: 117)

pengeluaran darah 2) Dengan


memperkirakan pengeluaran darah,
dapat diketahui seberapa banyak
perdarahan yang terjadi dan jika
pengeluaran > 500 cc, maka harus

3) Observasi tanda-tanda segera mendapatkan tindakan


vital pada 15 menit (Saifuddin, Abdul Bari. 2007: 117)
sekali pada satu jam 3) Dengan
pertama, 30 menit observasi tanda-tanda vital dapat
sekali pada satu jam diketahui keadaan ibu dan bila
kedua. terjadi hal- hal yang abnormal
4) Jahit laserasi atau (Sumarah. 2009: 151)
robekan perineum dan
vagina.
5) Anjurkan ibu untuk 4) Untuk menghentikan perdarahan.
segera melakukan (Sumarah. 2009: 151)
ambulasi dini.
5) Dengan ambulasi
6) Anjurkan ibu untuk dini dapat memperlancar peredaran
sering mengosongkan darah dan mencegah terjadinya
kandung kemih trombosis dan tromboemboli
6) Kandung kemih
yang penuh menggantikan uterus
dari posisinya dan mencegah uterus
berkontraksi seperti seharusnya, dan
menyebabkan perdarahan yang lebih
banyak.
(Lailiyana. 2011: 68)
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, C.M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC
Baston, Helen, Jennifer Hall. 2012. Midwifery Essentials: Persalinan. Jakarta: EGC
Gde Manuaba, Ida Bagus. dkk. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
JNPK – KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Simkin, Penny. 2008. Kehamilan, Melahirkan & Bayi: Paduan Lengkap. Jakarta: Arcan
Spong, Chaterine Y.2011. Stillbirth :prediction, prevention, and management. Oxford:Blackwell
Publishing
Stright, Barbara R. 2005. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai