Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Pembimbing:
dr. S. Abidin, Sp.A

Disusun Oleh :
Eva Liyanti
030.14.057

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSAL DR. MINTOHARDJO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 29 April – 13 Juli 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “Kejang
Demam Kompleks”. Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSAL Dr. Mintohardjo
Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian presentasi kasus
ini, terutama kepada dr.S.Abidin, Sp.A selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga presentasi kasus ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan presentasi kasus ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan berbagai saran
dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga
presentasi kasus ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam bidang
kedokteran, khususnya untuk bidang ilmu kesehatan anak.

Jakarta, 23 juni 2019

Eva Liyanti
030.14.057

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Judul:
KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Penyusun:
Eva Liyanti
030.14.057

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing :


dr. S. Abidin, Sp.A

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepanitraan klinik
Dapartemen Ilmu Kesehatan Anak di RS TNI AL Dr. Mintohardjo
Periode 29 APRIL – 13 JULI 2019

Jakarta, 23 Juni 2019

Pembimbing :
dr. S.Abidin, Sp.A

2
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR...................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................2
DAFTAR ISI ……….....................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan …................................................................................4
BAB II Laporan Kasus .............................................................................5
2.1 Anamnesis …………...................................................................6
2.2 Pemeriksaan fisik ...................................................................12
2.3 Pemeriksaan Penunjang............................................................15
2.4 Ringkasan …………..................................................................16
2.5 Diagnosis Kerja …….................................................................17
2.6 Diagnosis Banding …................................................................17
2.7 Pemeriksaan Anjuran ..............................................................17
2.8 Penatalaksanaan……................................................................17
2.9 Prognosis …………................................................................17
2.10 Lembar Follow up ..................................................................18
2.11 Analisa Kasus …………..........................................................21
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................23
3.1 Definisi ………….......................................................................23
3.2 Epidemiologi ..........................................................................23
3.3 Etiologi .............................................................................24
3.4 Patofisiologi …………...........................................................24
3.5 Klasifikasi ……...................................................................25
3.6 Manifestasi Klinis …..............................................................27
3.7 Diagnosis ……………..............................................................28
3.8 Diagnosis Banding…….............................................................30
3.9 Penatalaksanaan ……............................................................31
3.10 Komplikasi ……...................................................................37
3.11 Pencegahan .…….............................................................38
3.12 Prognosis …..............................................................38

DAFTAR ISI …………………………………………………..………….39

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kejang demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh ( suhu rectal diatas 38o C ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun.
Menurut Consensus statement on febrile seizures (1980), kejang demam adalah
kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah
kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang
ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti
meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai
prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
mengenai sistem susunan saraf pusat.3 Dahulu Livingston membagi kejang demam
menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever).
Hampir 3% anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya.
Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan
bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.
Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi
serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai peranan.
Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang
demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak
sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita
mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.

4
BAB II
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO

STATUS PASIEN
Pembimbing : dr. S. Abidin, Sp.A Tanda tangan :
Nama Mahasiswa : Eva Liyanti
NIM : 030.14.057
IDENTITAS
PASIEN
Nama : An. M Suku Bangsa : Jawa
Umur : 6 tahun Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan :-
Alamat : Jl. Perjompongan Rt 005/006 Kel Benhil Tahan Abang
ORANG TUA/ WALI
AYAH
Nama : Tn. A Agama : Islam
Umur : 34 tahun Pendidikan : D3
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Perjompongan Rt 005/006 Kel Benhil Tahan Abang
Gaji : Rp. 4.000.000

IBU
Nama : Ny. D Agama : Islam
Umur : 31 tahun Pendidikan : D3
Suku bangsa : Jawa Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Perjompongan Rt 005/006 Kel Benhil Tahan Abang
Hubungan dengan orang tua : anak kandung/angkat/tiri/asuh

5
2.1 ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 15 Juni
2019, pukul 17.00 WIB di Bangsal Pulau Laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

KELUHAN UTAMA
Kejang selama 25 menit, 2 jam SMRS

KELUHAN TAMBAHAN
Demam (+) muntah (+)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien dibawa ibunya ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan Kejang selama
25 menit, 2 jam SMRS. Sebelum Kejang didahului oleh demam dengan suhu 38,2.
Kejang 2 kali dengan jarak 5 menit. Kejang pertama terjadi selama 5 menit yang
kemudian kejang tersebut berhenti sendiri, 5 menit berikutnya pasien kembali
kejang selama 25 menit. Selama kejang pasien diberi diazepam rectal dan berhenti
setelah 5 menit setelah pemberian diazepam rectal . Pasien pun segera dibawa ke
RSAL dr. Mintohardjo untuk ditindaklanjuti.
Sebelum kejang, pasien sempat muntah 1x. Saat kejang, mulut pasien mencong ke
kiri, gigi pasien terkunci, tangan sebelah kiri kaku, dan mata pasien mendelik ke
atas, disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat. Setelah kejang, pasien langsung
lemas kemudian menangis meronta-ronta. Nafsu makan pasien baik. BAB normal
2-3x perhari. BAK normal 4-5x/hari berwarna kuning.

6
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah mengalami kejang selama 30 menit pada saat umur 5 tahun, yang
didahului oleh demam. Pada saat itu pasien tidak dilarikan ke rumah sakit dan
dibiarkan saja sampai kejang tersebut berhenti dengan sendirinya. Setelah kejang
berlangsung, pasien hanya diberikan paracetamol untuk menurunkan demamnya.

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam - Kejang + Darah -


berdarah
Demam - Kecelakaan - Radang paru -
tifoid
Otitis - Morbili - Tuberculosis -

Parotitis - Operasi Lainnya -

Riwayat penyakit keluarga:


Ibu pasien mempunyai riwayat kejang demam pada masa kanak-kanaknya. Kejang
terjadi pada waktu ibu pasien berumur 2 tahun, terjadi sebanyak 1 kali

7
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KEHAMILAN
Perawatan Antenatal Rutin setiap bulan ke dokter kandungan
Penyakit Kehamilan Tidak ada penyakit kehamilan

KELAHIRAN

Tempat Kelahiran Rumah Sakit


Penolong Persalinan Dokter
Cara Persalinan Normal
Masa Gestasi 39 minggu
Riwayat kelahiran Berat Badan: 3200 gram
Panjang Badan Lahir: ibu pasien tidak ingat
Lingkar kepala: ibu pasien tidak ingat
Langsung menangis
APGAR score: ibu pasien tidak
tahu
Kelainan bawaan: tidak ada

8
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : 6 tahun
Baca dan tulis : belum bisa
Perkembangan pubertas : belum ada tanda-tanda pubertas
Gangguan Perkembangan : ada
Kesan : Terdapat gangguan perkembangan ,
perkembangan tidak sesuai usia

RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG 1 bulan
DPT/DT - 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
Campak 9 bulan - - -
Hepatitis B Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
Tifoid - - - - - - -
MMR 15 bulan - - -
Kesan : imunisasi dasar lengkap

RIWAYAT MAKANAN

9
Umur
ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
4–6 ASI - - -
6–8 ASI - √ √
8 – 10 ASI √ √ √
10-12 ASI √ - √
Kesan : ASI eksklusif selama 6 bulan, selanjutnya diberikan ASI dan makanan
pendamping. Pemberian makanan secara kuantitas baik

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah


Nasi / Pengganti 3x/hari
Sayur 6x/minggu
Daging 5x/minggu
Telur 2x/minggu
Ikan 1x/minggu
Tahu 3x/minggu
Tempe 3x/minggu
Susu (merk / takaran) -
Kesan : Makanan cukup bervariasi

10
RIWAYAT KELUARGA
Corak Produksi
Tanggal
Jenis Lahir Mati Ket.
No lahir Hidup Abortus
kelamin mati (sebab) kesehatan
(umur)
1. 6 tahun Laki-laki Ya - - - Pasien

DATA KELUARGA
Ayah Ibu
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 28 tahun 25 tahun
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Keadaan kesehatan Sehat Sehat

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat kejang (+) Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit
neurologis (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), penyakit kelainan darah
dalam keluarga disangkal.

Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga lain/ orang serumah


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit ataupun keluhan serupa
dengan pasien

DATA PERUMAHAN

11
Kepemilikan rumah: Rumah pribadi
Keadaan rumah :
Pasien tinggal bersama dengan ayah, ibu. Rumah satu lantai, beratap asbes,
berlantai ubin, dan berdinding tembok. Kamar tidur berjumlah 3, kamar mandi
berjumlah 2, terdapat dapur, ruang makan, ruang tamu, serta teras yang berjumlah
1 di depan rumah. Ventilasi dan pencahayaan baik. Sumber air bersih dari air PAM.
Peralatan makan dicuci menggunakan air PAM, tidak selalu direndam di air
mendidih. Sumber air minum dari air minum isi ulang merk Vit. Sampah dibuang
ke tempat sampah dan setiap hari dikumpulkan di tempat sampah depan rumah.

Keadaan lingkungan :
Rumah berada di lingkungan yang tidak terlalu padat penduduk, jarak antar rumah
± 1 meter. Kondisi lingkungan baik, aliran got terbuka, lancar tidak tersumbat
walaupun hujan lebat. Tidak pernah banjir dan tempat pembuangan sampah jauh
dari rumah dan diangkut oleh petugas setiap hari.
Kesan : Kondisi rumah baik, layak dihuni. Kondisi lingkungan baik

2.2 PEMERIKSAAN FISIK

12
Tanggal : 15 Juni 2019
Pukul : 18.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
TD : 110/70
Nadi : 120x/menit kuat, isi cukup, equal kanan dan kiri, regular
Suhu : 38,2℃
Respirasi : 24x/menit
Data antropometri : BB : 26 kg TB: 120cm
Status gizi : BB/U : 108% = normal
PB/U : 104%= normal
PB/TB : 108%= normal
Kesan : Gizi baik

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA

13
Bentuk dan ukuran : normocephali, wajah simetris
Rambut dan kulit kepala : rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,
Mata : konjungtiva kemerahan, sklera putih, kornea jenih,
lensa jernih, pupil bulat isokor, terdapat cahaya
langsung dan cahaya tidak langsung.
Telinga : normotia, liang telinga lapang, membrane timpani
intak.
Hidung : normosepti, nares anterior bersih, bulu hidung banyak

Mulut
- Bibir : warna kemerahan bibir, mukosa basah
- Gigi- geligi : gigi tumbuh dengan baik, tidak ada caries
- Lidah : normoglotia
- Tonsil : T2-T2 Hiperemis
- Faring : hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengan

LEHER :
Tidak ada pembesaran KGB

THORAKS
Dinding thoraks

14
I : bentuk datar, gerak dinding dada simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis
dan dinamis
PARU
I : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi
P : gerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, vocal fremitus
sama kuat di kedua lapang paru
P : sonor di kedua lapang paru
Batas paru kanan – hepar : linea midclavicularis dextra ICS VI
Batas paru kiri – gaster : linea axillaris anterior sinistra ICS VIII
A : Suara napas vesikular

JANTUNG
I : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
P : redup
Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra setinggi ICS III, IV, V
Batas kiri jantung : linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung : linea parasternalis sinistra setinggi ICS II
A : bunyi jantung I & II reguler

ABDOMEN
I : bentuk datar, simetris

15
A : bising usus normal
P : lemas, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
P : timpani seluruh regio abdomen

ANUS
Tidak ada kelainan
GENITAL
Genitalia laki-laki, tidak ada kelainan

ANGGOTA GERAK
Simetris, tidak ada deformitas, akral hangat, capillary refill time < 2 detik,

KULIT
Warna kulit sawo matang, tidak ada efloresensi yang bermakna

KELENJAR GETAH BENING


Tidak teraba pembesaran Kelenjar Getah Bening

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks fisiologis : Biceps +/+ , Triceps +/+, Patella +/+, Achilles +/+
Refleks patologis : Babinsky -/- , Chaddok -/- , Tanda rangsang meningeal (-)

2.3 pemeriksaan penunjang

16
15 juni 2019 / 14.50/ RSAl dr. Mintohardjo
Hematologi
Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 11300 /ul 5.000-10.000
Eritrosit 4.21 Juta/ul 4,2-5,4
Hemoglobin 11.8 G/dl 10,8-15,6
Hematokrit 36 % 33-45
Trombosit (plt) 337.000 Ribu/ul 150000-450000
Kimia Klinik
Hasil Satuan Nilai normal
Glukotes sewaktu 143 Mg/dl <200

17
2.4 RINGKASAN
Pasien dengan keluhan Kejang selama 25 menit, 2 jam SMRS. Sebelum Kejang
didahului oleh demam dengan suhu 38,2. Kejang 2 kali dengan jarak 5 menit.
Kejang pertama terjadi selama 5 menit yang kemudian kejang tersebut berhenti
sendiri, 5 menit berikutnya pasien kembali kejang selama 25 menit. Sebelum
kejang, pasien sempat muntah 1x. Saat kejang, mulut pasien mencong ke kiri, gigi
pasien terkunci, tangan sebelah kiri kaku, dan mata pasien mendelik ke atas,
disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat. Setelah kejang, pasien langsung lemas
kemudian menangis meronta-ronta. Nafsu makan pasien baik. BAB normal 2-3x
perhari. BAK normal 4-5x/hari berwarna kuning
Pasien pernah mengalami kejang selama 30 menit pada saat umur 5 tahun, yang
didahului oleh demam. Ibu pasien mempunyai riwayat kejang demam pada masa
kanak-kanaknya. Kejang terjadi pada waktu ibu pasien berumur 2 tahun, terjadi
sebanyak 1 kali

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran
compos mentis dan status gizi baik. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan
Tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu 38,2 C, Pernapasan 24 kali permenit, dan Nadi
120 kali per menit. Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan
leukosit (11300) Hb (11,8) hematokrit (36) trombosit (337.000), eritrosit (4.21)

2.5 DIAGNOSIS KERJA


Kejang demam kompleks

2.6 DIAGNOSA BANDING


Epilepsi yang diprovokasi demam

2.7 PEMERIKSAAN ANJURAN


Elektroensefalogram (EEG)

18
2.8 PENATALAKSANAAN
Rawat inap dan tirah baring dengan medikamentosa

IVFD kaen 1B 24tpm

Ceftriaxone 1x2gr IV
Paracetamol 3x 300mg
Diazepam 2,5mg
Depaken 2x2,5mg

2.9 PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

19
2.10 LEMBAR FOLLOW-UP

Tanggal S O A P
15/06/19 Demam hari ke 3 KU : Tampak sakit sedang, CM Kejang demam
Sudah tidak kejang, mual muntah TD : 100/75 HR: 100x/m RR: 22x/m kompleks IVFD kaen 1B 24tpm
Hari ke-1 3x T 37,8 oC Saturasi : 99% Oral
Suara Nafas Vesikuler +/+ Rh -/- Wh -/- Ceftriaxone 1x2gr IV
BJ1&2 reg M(-) G(-) Paracetamol 3x 300mg
Abd supel (+) BU (+) normal, turgor Diazepam 2,5mg
normal, Nyeri tekan epigastrium (-) Depaken 2x2,5mg
Ekstremitas: akral hangat , CRT <2 detik

15 juni 2019 / 15 juni 2019 / 14.50/ -


14.50/ - Eritrosit 4,21 juta/uL
- hematokrit 36 %
- trombosit 543.000 ribu/uL
- leukosit 11300 /uL
- hemoglobin 11.8 g/dL

20
16/6/19 Demam (-) kejang (-) mual muntah KU : Tampak sakit ringan. CM Kejang demam IVFD kaen 1B 24tpm
Hari ke-2 (-) TD : 100/70 HR: 92x/m RR: 24x/m T: kompleks Oral
36,5oC Ceftriaxone 1x2gr IV
Saturasi: 99% Suara Nafas Vesikuler +/+ Paracetamol 3x 300mg
Rh -/- Wh -/- Diazepam 2,5mg
Abd supel BU normal, turgor normal, Depaken 2x2,5mg
tidak ada nyeri tekan epigastrium
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT <2
detik

21
2.11 ANALISA KASUS
Pada pasien anak perempuan berumur 6 tahun dengan berat badan 26 kg, dari anamnesa
didapatkan keluhan dengan keluhan kejang selama 25 menit, 2 jam SMRS. Sebelum Kejang
didahului oleh demam dengan suhu 38,2. Kejang 2 kali dengan jarak 5 menit. Kejang pada
pasien bersifat parsial/fokal, mata mendelik ke atas, gigi terkunci dan tidak mengeluarkan busa.
pasien dalam keadaan sadar pada saat sebelum dan setelah kejang. Kejang tidak didahului
dengan aura. Diagnosis kejang demam kompleks ditegakkan pada pasien ini atas dasar lama
kejang pada pasien yang berdurasi selama >15 menit. Kejang berulang atau> 1 kali dalam24
jam, jenis kejang fokal. Gejala tersebut masuk dalam kriteria kejang demam compleks.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran compos
mentis dan status gizi baik. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan Tekanan darah 110/70
mmHg, Suhu 38,2 C, Pernapasan 24 kali permenit, dan Nadi 120 kali per menit. Pada
pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan leukosit (11300) Hb (11,8) hematokrit
(36) trombosit (337.000), eritrosit (4.21). Pada pemeriksaan tonsil didapatkan T2-T2 dan
faring hiperemis. Maka bisa dikatakan pasien ini terdiagnosis tonsilofaringitis. Adanya
kemerahan dan pembengkakan pada tonsil merupakan fokus infeksi, sehingga fokus infeksi
tersebut bisa memicu adanya demam.

Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam kompleks adalah epilepsi yang
diprovokasi demam. Ada pun perbedaan antara kejang demam kompleks dengan epilepsy yang
diprovikasi demam.

 Epilepsi yang diprovokasi demam


Menurut kriteria Livingstone, gejala epilepsy yang diprovokasi demam adalah seperti
kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari 4
kali / tahun, dan EEG setelah tidak demam abnormal. Perbedaan kejang demam
kompleks dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai demam. Epilepsi bisa
disebabkan karena terjadinya gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang
mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi
adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan
tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan
epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau
adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.

22
Pada pasien ini, disarankan untuk melakukan pemeriksaan anjuran yaitu
elektroenselfalogram (EEG) untuk mendeteksi sekiranya terdapat gangguan pada otak
terutama pada penderita epilepsi. Gambaran abnormal yang bisa temukan berbentuk spike,
sharp wave, spike and wave dan paroxysmal slow activity.

23

Anda mungkin juga menyukai