Anda di halaman 1dari 47

ASMA BRONKIALE EPISODIK SERING

DENGAN SERANGAN SEDANG

PEMBIMBING
dr. Rina Rahardiani, Sp.A
OLEH
Eva Liyanti(03014057)
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas sejak 6 jam
sebelum masuk rumah sakit

KELUHAN TAMBAHAN
Demam (+) Batuk (+) pilek (+)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

7 hari yang lalu 3 hari yang lalu 1 hari yang lalu

- Batuk terus - Pilek


menerus - 3 hari yang lalu demam - Ingus berwarna
- dahak tidak naik turun bening
berwarna - sudah diberikan - encer
- Dahak susah paracetamol namun
dikeluarkan demam tidak kembali ke
suhu normal
- Pasien tidak menggigil
Sejak 6 jam sebelum masuk
rumah sakit

- Sesak disertai dengan bunyi mengi


- Sesak tidak membaik dengan perubahan posisi dan hanya membaik dengan penggunaan
obat
- Sesak napas timbul bila pasien terpapar udara dingin
- Sesak terutama timbul pada malam dan pagi hari, sehingga mengganggu aktivitas dan tidur
- Sesak dirasakan lebih dari satu kali dalam seminggu dan kurang dari satu kali dalam sehari
- Sesak mengganggu aktifitas.
- Pasien dapat berbicara dalam penggalan kalimat.
- Nyeri dada disangkal.
- Sesak tidak disertai dengan bengkak pada wajah atau kelopak mata, atau bengkak pada
kedua tungkai
- Sesak juga tidak disertai dengan kebiruan pada telapak tangan, kaki atau biru pada mulut
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KEHAMILAN

Perawatan Antenatal Rutin setiap bulan ke dokter

Penyakit Kehamilan Tidak ada penyakit kehamilan.

KELAHIRAN
Tempat Kelahiran Rumah sakit.
Penolong Persalinan Dokter.
Cara Persalinan Pervaginam dengan induksi oksitosin.
Masa Gestasi 38 minggu.
Riwayat kelahiran Berat Badan: 3200 gram.
Panjang Badan Lahir: 45 cm.
Lingkar kepala: ibu pasien tidak ingat.
Langsung menangis.
APGAR score: ibu pasien tidak
tahu.
Kelainan bawaan: tidak ada.
Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik
• Riwayat Imunisasi

Vaksin DASAR (umur) ULANGAN (umur)

BCG 1 bulan - - - - -

DPT/ DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - - -

Campak 9 bulan - - - - -

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -

MMR - - - - - -

TIPA - - - - - -

Kesan : seluruh imunisasi dasar sudah diberikan. Imunisasi ulangan


tidak dilakukan karena orang tua pasien tidak tahu.
Pasien pertama kali mengalami asma didahului oleh rhinitis
alergi saat berusia 6 bulan dan mendapat nebulizer. Kemudian
dirawat kembali di RS saat berusia 1 tahun, dan saat ini adalah
ketiga kalinya pasien dirawat. Serangan asma dapat muncul
lebih dari 1 kali dalam sebulan saat udara dingin. Pasien tinggal
bersama seorang ayah yang merokok.
Data Perumahan
Kepemilikan rumah: Rumah sewa.
Keadaan rumah :
Luas rumah 70 m2. Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan
kakaknya. Rumah 1 lantai, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, dan
ruang tamu. Ventilasi dan pencahayaan cukup. Sumber air bersih dari
PAM. Sumber air minum dari air minum kemasan. Sampah dibuang di
depan rumah dan diangkut petugas tiap pagi.

Keadaan lingkungan :
Rumah berada di lingkungan yang tidak terlalu padat penduduk, jarak
antar rumah ± 1 meter. Kondisi lingkungan baik, aliran got terbuka,
lancar tidak tersumbat walaupun hujan lebat. Tidak pernah banjir dan
tempat pembuangan sampah jauh dari rumah dan diangkut oleh
petugas setiap hari.
Kesan : Kondisi rumah baik, layak dihuni. Kondisi lingkungan baik
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Nadi : 112 x/menit, kuat, isi
cukup, equal kiri-kanan, regular
Suhu : 38° C
Respirasi : 34 x/menit
Saturasi O2 : 99%
Data antropometri : BB: 13 kg
TB: 80 cm
Status gizi :
BB/U : persentil (-2 – 0)
TB/U : persentil (0—2)
Kesan : Gizi baik
LEHER :
Kelenjar getah bening dan tiroid dalam batas normal.

THORAKS
Dinding thoraks
I : bentuk datar, simetris kanan-kiri dalam keadaan statis maupun dinamis.
PARU
I : pergerakan dinding dada simetris kiri-kanan, terdapat retraksi substernal.
P : gerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, vocal fremitus
sama kuat di kedua lapang paru.
P : Sonor di kedua lapang paru.
Batas paru kanan – hepar : linea midklavikularis dekstra ICS V.
Batas paru kiri – gaster : linea axillaris anterior sinistra ICS VII.
A : Suara napas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (+/+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

Hemoglobin 13,5 g/dL 11,5-18 g/dL

Hematokrit 40% 35 – 55 %

Lekosit 14,1 rb /uL 4-10,4rb/ul

Trombosit 282 rb/uL 150rb-400rb /uL

Eritrosit 4,67 juta/uL 4-6,2 juta/uL

Basofil 0 0-1 %

Eusinofil 0% 0-3%

Batang 0 0-5%

Limposit 10 % 25-50 %

Monosit 5% 2-10%

Segmen 85 50-80%
RINGKASAN
OS dibawa ke IGD RS Budhi Asih dengan keluhan sesak nafas. sejak 6 jam
SMRS. Sesak disertai dengan bunyi mengi. Sesak tidak membaik dengan perubahan
posisi dan hanya membaik dengan penggunaan obat . Sesak napas timbul bila pasien
terpapar udara dingin. Sesak terutama timbul pada malam dan pagi hari, sehingga
mengganggu aktivitas dan tidur. Biasanya sering kambuh ketika sedang bermain. Sesak
dirasakan lebih dari satu kali dalam seminggu dan kurang dari satu kali dalam sehari.
Sesak tidak mengganggu aktifitas. Pasien dapat berbicara dalam penggalan kalimat.
OS juga dikatakan mengalami demam naik-turun sejak 3 hari SMRS. Pasien
telah diberikan paracetamol tetapi demam naik lagi. Pasien juga mengalami batuk sejak
seminggu SMRS. Batuk terus menerus dengan sedikit dahak tidak berwarna. Dahak
sukar dikeluarkan dan tidak berdarah. Os pilek sejak 1 hari lalu. Keluar hingusan
berwarna bening, encer dan tidak berdarah. Os juga bersin pada waktu pagi beberapa
kali
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis. Tanda vital Nadi :
112 x/menit, kuat, isi cukup, equal kiri-kanan, regular, Suhu : 38° C Respirasi : 34
x/menit. Saturasi O: 99%. Status gizi : Gizi baik.
Pemeriksaan sistematis: Hidung : Terdapat sekret jernih, bulu hidung sedikit, Terdapat
karies pada kedua insisivus bagian bawah, Tonsil: T3-T3, hiperemis, Faring: hiperemis,
Terdapat retraksi suprasternal, Wheezing (+/+).

Pemeriksaan laboratorium:

Hemoglobin 13,5 g/dL 11,5-18 g/dL


Hematokrit 40% 35 – 55 %
Lekosit 14,1 rb /uL 4-10,4rb/ul
Trombosit 282 rb/uL 150rb-400rb /uL
LEMBAR FOLLOW-UP

Tgl S O A P
Hari Pasien susah KU : CM, Tampak sakit sedang. Asma - IVFD RL 15
ke 1 tidur karena HR : 105 x/menit, RR : 24 x/menit, T : 38 oC, SpO2 : 98 Bronkiale
Episodik tetes/menit
batuk %
Sering - Ceftriaxone 1x1 gr
berdahak,
dengan
pilek, dan Mata: Ca-/-, SI -/-, dalam batas normal Serangan - Paracetamol syr 3x ½
sesak. Nafsu Hidung: sekret jernih (+), bulu hidung sedikit Sedang cth
makan Mulut: mukosa basah, merah, bersih
membaik, mual Tonsil T3-T3 faring hiperemis -Tonsilo - Racikan Salbutamol
berkurang. Leher: KGB dan tiroid dalam batas normal faringitis 0,5 mg, Ataroc 5 mcg,
Muntah (-). Paru: suara nafas vesikuler +/+, Rh -/-, Wh +/+, retraksi Metylprednisolon 3
BAB dan BAK dada (+), vocal fremitus sama kuat pada kedua lapang
dalam batas paru mg, CTM 0,5 mg, dan
normal. Jantung: BJ 1 & 2 reguler, M(-), G(-) Bisolvon ¼ tab
Abdomen: supel (+), BU (+) normal, turgor normal, - Nebulizer ventolin dan
nyeri (-)
pulmicort 2x1 ampul
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2 detik
dalam 3 ml NaCl 0,9%
Hari Pasien masih KU : CM, Tampak sakit sedang. -Asma - IVFD RL 15
ke 2 batuk HR : 115 x/menit, RR : 24 x/menit, T : 36,7o C, SpO2 : Bronkiale
Episodik tetes/menit
berdahak, pilek 99 %
Sering - Ceftriaxone 1x1 gr
(+), demam (-),
dengan
sesak (-), Mata: Ca-/-, SI -/-, dalam batas normal Serangan - Racikan Salbutamol
mual(-), Hidung: sekret jernih (+), bulu hidung sedikit Sedang 0,5 mg, Ataroc 5 mcg,
muntah (-), Mulut: mukosa basah, merah, bersih
nyeri menelan T3-T3 -Tonsilo Metylprednisolon 3
berkurang, Leher: KGB dan tiroid dalam batas normal faringitis mg, CTM 0,5 mg, dan
nafsu makan Paru: suara nafas vesikuler +/+, Rh -/-, Wh +/+, Bisolvon ¼ tab
baik. BAK dan retraksi dada (+), vocal fremitus sama kuat pada
Nebulizer ventolin dan
BAB normal. kedua lapang paru
pulmicort 2x1 ampul
Jantung: BJ 1 & 2 reguler, M(-), G(-)
dalam 3 ml NaCl 0,9%
Abdomen: supel (+), BU (+) normal, turgor normal,
nyeri (-)
Sudah boleh pulang
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2 detik
DIAGNOSIS KERJA PADA PASIEN
Asma Bronkiale Episodik Sering dengan Serangan Sedang
Tonsilofaringitis

DIAGNOSIS BANDING
Rhinosinusitis
Bronkopneumonia

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Foto X-ray Thorax PA
spirometri
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
• IVFD RL 15 tetes/menit
• O2 nasal 2 L/menit
• Ceftriaxone 1x1 gr
• Paracetamol syr 3x ½ cth
• Racikan Salbutamol 0,5 mg, Ataroc 5 mcg, Metylprednisolon 3 mg,
CTM 0,5 mg, dan Bisolvon ¼ tab
• Nebulizer ventolin & pulmicort 2x1 ampul dalam 3 ml NaCl 0,9%

 Non Medikamentosa
• Informasi kepada orang tua pasien mengenai kondisinya saat ini.
• Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien.
• Pemberian minum dan asupan makan yang bergizi serta adekuat.
• Edukasi orang tua agar pasien dihindarkan dari alergen pencetus.
• Edukasi orang tua agar reaksi alergi maupun infeksi pada pasien
segera ditangani sebelum timbul manifestasi asma.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Pasien umumnya dapat membaik dengan terapi. Tetapi paru


telah mengalami hipersensitivitas fungsi akibat inflamasi kronik.
Kekambuhan dicegah dengan identifikasi pencetus dan
menjauhkannya dari pasien.
sesak disertai mengi
Analisa Kasus
- batuk berterusan sejak
seminggu SMRS,
Asma serangan sedang
- sedikit berdahak berwarna episodik sering
bening,
- dahak sukar dikeluarkan
dan tidak berdarah

- timbul secara episodik,


ASMA
- cenderung pada
- malam/dini hari (OS mulai BRONKIALE
- sesak pada jam 2 pagi),
- musiman, setelah aktivitas

- 6 bulan lalu pernah


menderita asma
- kakak OS pernah menderita
asma
Anak dapat Frekuensi
berkata dalam serangan dalam
pengalan kalimat satu bulan 1x

Terdengar suara
mengi dan bisa Lama serangan
Asma serangan Asma episodik
didengari tanpa satu kali dalam
sedang sering
menggunakan seminggu
stetoskop

Retraksi Gejala-gejala
substernal. seperti sesak

Bangun ketika
tidur dan aktivitas
juga terganggu
Demam sejak 3 hari
T3-T3 Faring yang lalu SMRS.
hiperemis hiperemis dan suhu mencapai
38° C

Tonsilofaringitis
Asthma Bronchiale
GINA Gangguan inflamasi kronis
saluran nafas dengan banyak sel
berperan, khususnya sel mast,
eosinofil, dan limfosit T.

PNNA Asma yaitu mengi berulang


dan/atau batuk persisten yang timbul
secara episodik, cenderung pada
malam hari (nokturnal), musiman,
reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan, serta
didahului riwayat asma atau atopi
lain pada pasien/keluarganya.
 Prevalensi anak asma 8-10x di negara berkembang dibanding negara maju.
 Di Indonesia, asma pada anak 6-7 tahun sebesar 3% dan usia 13-14 tahun
sebesar 5,2%.
• Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics, prevalensi pada
0-17 th ialah 57/1000 anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18
tahun adalah 38/1000 (jumlah dewasa 7,8 juta).
Batuk kering berulang dan mengi adalah gejala utama asma pada anak. Dapat
disertai sesak napas, dada terasa berat, dan memburuk pada malam hari.
Obstruksi terjadi selama ekspirasi. Diagnosa diperkuat dengan riwayat atopi
pada keluarga/pasien serta membaik dengan pemakaian bronkodilator.
Proses yang terjadi sebelum
pasien menjadi asma tungau debu rumah,
binatang berbulu (anjing,
kucing, tikus), alergen
kecoak, jamur, kapang, ragi
serta pajanan asap rokok
• Sensitisasi = genetik dan lingkungan apabila terpajan dengan pemicu
(inducer/sensitisizer) maka akan timbul sensitisasi pada dirinya.

Semua faktor pemicu dan


terpajan dengan pemacu (enhancer) pemacu ditambah dengan
aktivitas fisik, udara dingin,

proses inflamasi pada saluran napasnya

terpajan oleh pencetus (trigger)

serangan asma (mengi)


Patogenesis

Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap pada
permukaan sel mast atau basofil

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

Kontraksi otot polos

Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi bronkus
pada tahap inspirasi dan ekspirasi

Edema mukosa bronkus


Keluarnya sekret ke dalam lumen bronkus

Sesak napas

Tekanan partial oksigen di alveoli menurun

Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada alveoli

Kadar CO2 dalam darah meningkat yang


memberi rangsangan pada pusat pernapasan

Hiperventilasi
• Perlukaan epitel bronkus pada inflamasi kronik, merangsang remodeling and repair
• Terjadi perubahan struktural dan fungsional menyimpang
• Yang berperan: IL4, TGF beta dan Eosinophil Growth Factor (EGF).
• TGF beta merangsang sel fibroblast, epitel hiperplasia, dan kolagen.
• Terjadi penebalan membran basalis, hiperplasia kelenjar, edema submukosa, infiltrasi
sel radang, serta hiperplasia otot. Bukan merupakan perbaikan klinis.
• Berakibat penyempitan lumen bronkus persisten dan gambaran klinis asma kronis.
Tabel 1. Klasifikasi derajat asma pada anak (Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) )

Parameter klinis,
Asma episodik Asma episodik
No kebutuhan obat dan Asma persisten
jarang sering
faal paru asma
1 Frekuensi serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
Hampir sepanjang tahun,
2 Lama serangan <1minggu >1minggu tidak ada periode bebas
serangan
3 Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4 Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
5 Tidur dan aktifitas Tidak tergganggu Sering tergganggu Sangat tergganggu
Mungkin
Normal (tidak
Pemeriksaan fisik tergganggu
6 ditemukan Tidak pernah normal
diluar serangan (ditemukan
kelainan)
kelainan)
Obat pengendali(anti
7 Tidak perlu Perlu Perlu
inflamasi)
Uji faal paru(diluar PEFatauFEV1<60-
8 PEFatauFEV1>80% PEVatauFEV<60%
serangan) 80%
Variabilitas faal
Variabilitas 20-30%.
9 paru(bila ada Variabilitas>15% Variabilitas>30%
Variabilitas >50%
serangan)
Tabel 2. Klasifikasi asma menurut derajat serangan

Parameter klinis, fungsi faal


Ringan Sedang Berat Ancaman henti napas
paru, laboratorium
Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi tangis pendek dan
Sesak (breathless) Bayi tidak mau
Bayi Menangis keras lemah, kesulitan
makan/minum
menetek/makan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Kesadaran Mungkin iritabel Biasanya iritabel Biasanya iritabel Kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Sedang, sering hanya Nyaring, sepanjang ekspirasi Sangat nyaring, terdengar
Wheezing Sulit/tidak terdengar
pada akhir ekspirasi ± inspirasi tanpa stetoskop
Penggunaan otot bantu Gerakan paradok
Biasanya tidak Biasanya ya Ya
respiratorik torako-abdominal
Dangkal, retraksi Sedang, ditambah retraksi Dalam, ditambah napas
Retraksi Dangkal/ hilang
interkostal suprasternal cuping hidung
Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu
Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar:
Usia Frekuensi napas normal/menit
Frekuensi napas < 2 bulan < 60
2-12 bulan < 50
1-5 tahun < 40
6-8 tahun < 30
Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak
Usia Frekuensi nadi normal per menit
Frekuensi nadi
2-12 bulan < 160
1-2 tahun < 120
6-8 tahun < 110
Tidak ada, tanda
Tidak ada Ada Ada
Pulsus paradoksus kelelahan otot
(< 10 mmHg) (10-20 mmHg) (>20mmHg)
respiratorik
PEFR atau FEV1
(%nilai dugaan/%nilai
terbaik)
>60% 40-60%
Pra bonkodilator <40%

>80% 60-80%
Pasca bronkodilator <60%, respon<2 jam
SaO2 % >95% 91-95% ≤ 90%
Normal (biasanya
PaO2 tidak perlu >60 mmHg <60 mmHg
diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
Tanda dan gejala
• Terdengar bunyi nafas (wheezing/mengi/bengek) terutama saat
mengeluarkan nafas (exhalation). (Tidak semua penderita asma memiliki
pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya
terdegar wheezing adalah penderita asma).
• Sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).
• Batuk kronik (terutama di malam hari atau cuaca dingin). Adanya keluhan
penderita yang merasakan dada sempit.
• Serangan asma yang hebat, penderita tidak dapat berbicara karena
kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
• Pada anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada atau
leher. Selama serangan asma, rasa cemas (sering menangis) yang
berlebihan, sehingga penderita dapat memperburuk keadaanya.
• Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan
banyak keringat
Pemeriksaan fisik

• Inspeksi: pasien terlihat gelisah, sesak (napas cuping


hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi
epigastrium, retraksi suprasternal), sianosis
• Palpasi: biasanya tidak ditemukan kelainan, pada
serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus
• Perkusi: biasanya tidak ditemukan kelainan
• Auskultasi: ekspirasi memanjang, mengi, suara lendir

Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Analisa gas darah
3. Radiologi
4. Faal paru
5. Uji kulit
6. Uji provokasi bronkus
Alur Tatalaksana
Anak dengan distres pernapasan atau mengalami wheezing berulang, beri
salbutamol dengan nebulisasi atau MDI (metered dose inhaler). Jika
salbutamol tidak tersedia, beri suntikan epinefrin/adrenalin subkutan.
Periksa kembali anak setelah 20 menit untuk menentukan terapi selanjutnya:

• Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat,
dirawat di rumah dengan salbutamol hirup atau bila tidak sedia, beri
salbutamol sirup atau tablet.
• Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah sakit dan
beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan obat lain seperti
yang akan diterangkan kemudian.
• Jika sianosis sentral atau tidak bisa minum, rawat dan beri oksigen,
bronkodilator kerja-cepat dan obat penunjang.
• Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk
terdengar lebih baik saat auskultasi) harus terlihat dalam 20 menit.
Bila tidak, beri bronkodilator kerja cepat dengan interval 20 menit.
• Jika tak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator, beri aminofilin IV
Macam Terapi
1. Oksigen untuk semua anak yang sianosis atau kesulitan bernapas yang
mengganggu berbicara, makan atau menyusu (serangan sedang-berat).

2. Bronkodilator kerja cepat

 Salbutamol nebulisasi dosis 2.5 mg diberikan setiap 4 jam,


kemudian dikurangi sampai setiap 6-8 jam bila membaik
 Salbutamol MDI dengan alat spacer pada anak dan bayi lebih baik
jika memakai masker wajah yang menempel pada spacer dibanding
memakai mouthpiece. Dengan alat ini diperlukan 3-4 puff
salbutamol dan anak harus bernapas dari alat selama 30 detik.
 Epinefrin (adrenalin subkutan) dosis 0.01 ml/kg dalam larutan 1:
1000 (dosis maksimum: 0.3 ml) jika kedua cara untuk pemberian
salbutamol tidak tersedia. Jika tak ada perbaikan setelah 20 menit,
ulangi dosis 2x lagi dengan interval dan dosis yang sama. Bila gagal,
dirawat sebagai serangan berat dan diberikan steroid dan aminofilin.
 Saat pulang rawat, beri salbutamol oral bila tidak tersedia
salbutamol hirup. Dosis : 0.05-0.1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam
Macam Terapi
Kortikosteroid sistemik metilprednisolon 0.3 mg/kgBB/kali
tiga kali sehari pemberian oral atau deksametason 0.3
mg/kgBB/kali IV/oral tiga kali sehari pemberian selama 3-5
hari pada serangan wheezing akut berat.

Aminofilin diberi jika tidak membaik setelah 3 dosis


bronkodilator kerja cepat, beri aminofilin IV dengan dosis awal
(bolus) 6-8 mg/kgBB dalam 20 menit. Bila 8 jam sebelumnya
telah mendapatkan aminofilin, beri dosis setengahnya. Diikuti
dosis rumatan 0.5-1 mg/kgBB/jam.

Antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak


asma yang bernapas cepat tanpa disertai demam. Antibiotik
diindikasikan bila terdapat tanda infeksi bakteri
Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai