Hiperreaktif bron
Parotitis (-) Operasi (-) (-)
kus
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
• Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit paru, infeksi saluran kemih, atau infeksi
selama masa kehamilan.
• Ibu pasien tidak pernah merokok maupun mengkonsumsi
alkohol.
• Rutin kontrol puskesmas 2 bulan sekali dan selalu datang
sesuai anjuran.
• Pasien dilahirkan di rumah sakit dibantu oleh dokter
secara sectio caesaria atas ibu memiliki riwayat
hidrocephalus, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada
kelainan bawaan.
Riwayat Makanan
Umur Buah/
ASI/PASI Bubur Susu Nasi Tim
(bulan) Biskuit
0–1 ASI - - -
1–4 ASI - - -
4–6 ASI - - -
6–8 PASI + + -
8 – 10 PASI + + -
10-12 PASI + + +
12-24 PASI + + +
Riwayat Makanan
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
3x/hari porsi (1/2 piring) setiap kali makan. Pasien juga suka mak
Nasi/ Pengganti Nasi
an mie instan 1 x dalam 2 minggu
BCG 1 bln
- Psikomotor :
Tengkurap : 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : 13 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Bicara : 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Membaca : 6 tahun
Kondisi Rumah
Perkawinan ke- 1 1
Kosanguinitas - -
Kepala
Ukuran Normosefali
Serumen -/-
Cairan -/-
Hidung
Trismus (-), oral hygiene baik, halitosis (-), mukosa gigi berwarna merah
Mulut mudah, arcus palatum simteris dengan mukosa palatum berwarna
merah muda
Bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak teraba
Leher
pembesaran tiroid maupun kelenjar getah bening.
Thoraks
Jantung
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis
Palpasi
sinistra.
Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra.
Perkusi Batas kanan jantung : ICS III – V linea sternalis dextra.
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
Auskultasi BJ I & BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Bentuk thoraks simetris , gerak dinding dada simetris
Isnpeksi kanan dan kiri, retraksi intercostal (-) retraksi
subcostal (-) retraksi suprasternal (-)
nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris
Palpasi
kanan dan kiri
Perkusi Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Warna kulit sawo matang, tidak tampak
distensi , ruam (-), kulit keriput (-),
Inspeksi umbilikus normal, gerak dinding perut saat
pernapasan simetris, gerakan peristaltik (-),
rose spot (-)
Palpasi Bising usus (+), frekuensi 1x/menit
Timpani pada seluruh regio abdomen.
Perkusi
Shifting dullness (-).
Timpani pada seluruh regio abdomen.
Auskultasi
Shifting dullness (-).
Kulit
Warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak lembab, tidak terdapat
efloresensi yang bermakna.
Physical Examination
KGB
Tidak ada pembesaran
Genitalia
Jenis kelamin Perempuan
Extremities
Elektrolit
Na 131 mmol/L 135-155 mmol/L
K 3,9 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L
Cl 101 mmol/L 98-109 mmol/L
Diagnosis Banding
DBD
Tatalaksana
• Tirah Baring
• Nutrisi
• Terapi simtomatik
• Antibiotik
• Kloramfenikol 50-100 mg/kg/hari, oral atau iv, dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari
• Amoksisilin100 mg/kg/hari oral atau iv selama10 hari
• Ceftriaxone 80mg/kg/hari IV sekali1 hari selama 5 hari
• Cefixime10mg/kg/hari, oral dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
Pencegahan
Prognosis pasien demam tifoid bergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi
antibiotic yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara berkembang, angka mortal
itasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan
pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S. ser. Typhi ≥3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier pada
anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia.
Komplikasi
Komplikasi terjadi pada 10%-15% kasus yang menderita penyakit lebih dari
2 minggu. Komplikasi yang sering terjadi adalah perforasi saluran cerna (10%) dan
ensefalopati tifoid (10-40%). Oleh karena itu, pemeriksaan diagnostik baru
memegang peran penting untuk mengetahui insidens kasus demam tifoid di suatu
negara dan program jadwal imunisasi disesuaikan dengan prevalens penyakit di
negara masing-masing. Perkembangan alat uji diagnostik untuk demam tifoid yang
murah dapat dipercaya dapat memberi manfaat jangka panjang dalam
mengendalikan dan mengobati penyakit tersebut.7
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid bergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi
antibiotic yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara berkembang, angka mortal
itasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan
pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S. ser. Typhi ≥3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier pada
anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia.
Thank you