Anda di halaman 1dari 47

Demam Tifoid

Fandy Setiawan (030.14.062)


Pembimbing : dr. Rina Rahardiani, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


RSAL dr. Mintohardjo
Identitas Pasien
 Nama : An. H
 Umur : 10 tahun 3 bulan
 Jenis Kelamin : Perempuan
 TTL : Jakarta, 5 Februari 2009
 Suku Bangsa : Gorontalo
 Agama : Islam
 Educational background : SD
 Address : Jl. Paseban Dalam No. 71F,
RT.02/RW.07, Kelurahan Paseban,
Kecamatan Senen
Anamnesis
Autoanamnesis dan Alloanamnesis
Keluhan Utama
Demam sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit
Additional Complaints
Keluhan yang dirasakan pasien juga disertai
mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
juga lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dibawa orangtuanya dengan keluhan
demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan semakin
meningkat setiap harinya sampai saat pasien dibawa ke IGD.
Demam dirasakan lebih tinggi pada saat sore hari. Demam hanya
turun jika pasien minum obat Paracetamol tetapi hal tersebut
hanya bertahan 30 menit setelah minum obat, setelah itu demam
dirasakan kembali oleh pasien. Setiap kali demam tinggi, pasien
sering mengigau. Orang tua pasien mengatakan pasien
mengalami mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Muntah
dialami setiap kali makan ataupun minum 6 kali dalam sehari.
Pasien juga merasakan nyeri pada seluruh tubuhnya, nyeri kepala
seperti ditusuk-tusuk, merasa lemas dan sering mengantuk sejak
1 minggu yang lalu. Pasien juga tidak buang air besar selama
kurang lebih 5 hari, buang air kecil menjadi jarang dan pipis lebih
sedikit,bewarna kuning dan lebih pekat. Kejang dan penurunan
kesadaran disangkal oleh orang tua pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi (-) Difteria (-) Penyakit ginjal (-)

Cacingan (-) Diare 8 bulan Penyakit jantung (-)

DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)

Otitis (-) Varicella (-) TBC (-)

Hiperreaktif bron
Parotitis (-) Operasi (-) (-)
kus
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
• Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit paru, infeksi saluran kemih, atau infeksi
selama masa kehamilan.
• Ibu pasien tidak pernah merokok maupun mengkonsumsi
alkohol.
• Rutin kontrol puskesmas 2 bulan sekali dan selalu datang
sesuai anjuran.
• Pasien dilahirkan di rumah sakit dibantu oleh dokter
secara sectio caesaria atas ibu memiliki riwayat
hidrocephalus, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada
kelainan bawaan.
Riwayat Makanan

Umur Buah/
ASI/PASI Bubur Susu Nasi Tim
(bulan) Biskuit

0–1 ASI - - -

1–4 ASI - - -

4–6 ASI - - -

6–8 PASI + + -

8 – 10 PASI + + -

10-12 PASI + + +

12-24 PASI + + +
Riwayat Makanan
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

3x/hari porsi (1/2 piring) setiap kali makan. Pasien juga suka mak
Nasi/ Pengganti Nasi
an mie instan 1 x dalam 2 minggu

Sayur 1x/hari (1 mangkuk kecil)

Daging 2 minggu 1 kali (1 potong)

Telur 2x/hari (1 butir/1x makan)

Ikan 3-4x/minggu (1 ekor)

Tahu 5-6x/ minggu (1 potong)

Tempe 5-6x/ minggu (1 potong)

Susu Setiap hari


Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)

Hepatitis B Lahir 2 bln 3 bln 4 bln

Polio Lahir 2 bln 3 bln 4 bln 18 bln

BCG 1 bln

DPT 2 bln 3 bln 4 bln 18 bln

Hib 2 bln 3 bln 4 bln 18 bln

Campak 9 bln 18 bln


Tumbuh Kembang

Pertumbuhan gigi I : 9 bulan


(Normal: 5-9 bulan)

- Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

- Psikomotor :
Tengkurap : 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : 13 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Bicara : 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Membaca : 6 tahun
Kondisi Rumah

Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua di


rumah pribadi yang hanya mempunyai 1 lantai.
Dinding rumah terbuat dari tembok. Terdapat
1 kamar mandi dan 3 kamar tidur. Ventilasi dan
pencahayaan baik. Sumber air minum dari air
kemasan isi ulang. Rumah pasien terletak di
kawasan perumahan yang tidak berdempetan
antara rumah satu dengan rumah lainnya. Sampah
keluarga setiap harinya ditumpuk di depan rumah.
Corak Reproduksi

Jenis Lahir Mati Keterangan


No Usia Hidup Abortus
Kelamin Mati (sebab) Kesehatan

1. 9 tahun Perempuan + - - - Sehat

2. 7 tahun Laki- laki + - - - Sehat

3. 5 tahun Laki-Laki + - - - Sehat

4 Th. 2014 - - - + - Abortus


Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu

Nama Tn.T Ny.V

Perkawinan ke- 1 1

Umur saat menikah 31 tahun 19 tahun

Pendidikan terakhir SMA SMA

Suku Gorontalo Padang

Agama Islam Islam

Keadaan kesehatan Sehat Sehat

Kosanguinitas - -

Riwayat Penyakit - Hidrocephalus


Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Umum
• Kesan Sakit : Sakit Sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan Gizi : Gizi Baik
Status
Generalis Tanda Vital Antropometri
• HR : 105x/m BB : 30 Kg
• RR : 22x/m TB : 134 cm
• TD : 90/70 mmHg
• T : 36,4 oC
• STATUS GIZI
– BB / U
= 30/34 x 100% = 88,23%
– TB/U
= 134/140 x 100% = 95,71 %
– BB/TB
= 30/30 x100% = 100%

• Kesimpulan status gizi :


Dari ketiga parameter yang
digunakan diatas didapatkan
kesan gizi BAIK
Pemeriksaan Fisik

Kepala

Ukuran Normosefali

Rambut hitam, lurus, lebat, distribusi merata, dan tidak mudah


Rambut
dicabut
Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka ataupun
Wajah
jaringan parut
Pemeriksaan Fisik
Mata

Sklera Ikterik -/- Nistagmus -/-

Konjungtivas Anemis -/- Cekung -/-

Exoplthalmus -/- Kornea Jernih +/+

Endopthalmus -/- Strabismus -/-

Lensa Jernih -/- Lagopthamus -/-

Oedem +/ + Ptosis -/-

Pupil 3mm/3mm, bulat, isokor

Refleks Cahaya RCL +/+, RCTL +/+


Pemeriksaan Fisik
Telinga

Bentuk Normotia Tuli -/-

Nyeri Tarik Aurikula -/- Nyeri tekan tragus -/-

Liang Telinga Lapang

Serumen -/-

Cairan -/-

Hidung

Bentuk Simetris Napas cuping hidung -/-


Sekret -/- Deviasi Septum -
Mukosa hiperemis -/-
Pemeriksaan Fisik
Kepala

Bibir Mukosa berwarna merah muda, sianosis (-), pucat (-)

Trismus (-), oral hygiene baik, halitosis (-), mukosa gigi berwarna merah
Mulut mudah, arcus palatum simteris dengan mukosa palatum berwarna
merah muda

Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, hiperemis (-),


Lidah atrofi papil (-), tremor (-), coated tongue (-)

Tonsil T1-T1, hiperemis (-), detritus (-),dinding posterior faring


Tenggorokan
hiperemis (-), arcus faring tidak hiperemis, uvula terletak ditengah.

Bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak teraba
Leher
pembesaran tiroid maupun kelenjar getah bening.
Thoraks
Jantung
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis
Palpasi
sinistra.
Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra.
Perkusi Batas kanan jantung : ICS III – V linea sternalis dextra.
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
Auskultasi BJ I & BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Bentuk thoraks simetris , gerak dinding dada simetris
Isnpeksi kanan dan kiri, retraksi intercostal (-) retraksi
subcostal (-) retraksi suprasternal (-)
nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris
Palpasi
kanan dan kiri
Perkusi Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Warna kulit sawo matang, tidak tampak
distensi , ruam (-), kulit keriput (-),
Inspeksi umbilikus normal, gerak dinding perut saat
pernapasan simetris, gerakan peristaltik (-),
rose spot (-)
Palpasi Bising usus (+), frekuensi 1x/menit
Timpani pada seluruh regio abdomen.
Perkusi
Shifting dullness (-).
Timpani pada seluruh regio abdomen.
Auskultasi
Shifting dullness (-).
Kulit
Warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak lembab, tidak terdapat
efloresensi yang bermakna.
Physical Examination

KGB
Tidak ada pembesaran
Genitalia
Jenis kelamin Perempuan

Extremities

Warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak


Inspeksi
lembab, tidak terdapat efloresensi yang bermakna.

Akral hangat pada keempat ekstremitas, sianosis (-),


Palpasi
edema (-), capillary refill time <2 detik.
Neurologis

Refleks Fisiologis Normorefleks pada keempat ekstremitas

Refleks Patologis Negatif

Rangsang Meningeal Negatif

Nervus Kranialis Tidak ada kelainan


Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Leukosit 4,2 ribu/uL 4,5-12,5
Eritrosit 4,2 Juta/uL 4,4-5,9
Hemoglobin 11,9 g/dL 12,8-16,8
Hematokrit 33 % 35-47
Trombosit 194 Ribu/uL 184-386
MCV 79,7 fL 80-100
MCH 28,5 Pg 26-34
MCHC 35,7 g/dL 32-36
RDW 11,7 % <14
LED 2 Mm/jam 0-30
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-5
Netrofil Batang 3 % 3-6
Netrofil Segmen 61 % 25-60
Limfosit 24 % 25-50
Monosit 12 % 1-6
GDS 107 % 60-100
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
pH 6,0 4,6 – 8
Berat jenis 1,005 1,005 – 1,030
Albumin urin Negatif Negatif
Urobilinogen 0,2 E.U/dL 0,1 – 1
Nitrit Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Esterase Leukosit Negattif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Sedimen Urine
Leukosit 1-2 /LPB <5
Eritrosit 0-2 /LPB <2
Epitel Positif /LPB Positif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif /LPB Negatif
Pemeriksaan Penunjang

Elektrolit
Na 131 mmol/L 135-155 mmol/L
K 3,9 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L
Cl 101 mmol/L 98-109 mmol/L

Imunoserologi Typhoid Fever


4-5 : Positif menunjukkan Infeksi demam tifoi
Tubex TF 4
d aktif
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Budi Asih dibawa orangtuanya
dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan
semakin meningkat setiap harinya sampai saat pasien dibawa ke IGD.
Demam dirasakan lebih tinggi pada saat sore hari. Demam hanya
turun jika pasien minum obat Paracetamol tetapi hal tersebut hanya
bertahan 30 menit setelah minum obat, setelah itu demam dirasakan
kembali oleh pasien. Setiap kali demam tinggi, pasien sering mengigau.
Orang tua pasien mengatakan pasien mengalami mual, muntah dan
penurunan nafsu makan . Muntah dialami setiap kali makan ataupun
minum 6 kali dalam sehari. Pasien juga merasakan nyeri pada seluruh
tubuhnya, nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, merasa lemas dan sering
mengantuk sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga tidak buang air
besar selama kurang lebih 5 hari, buang air kecil menjadi jarang dan
pipis lebih sedikit,bewarna kuning dan lebih pekat. Kejang dan
penurunan kesadaran disangkal oleh orang tua pasien.
Resume
Pasien memiliki kebiasaan makan jajanan yang tidak sehat
saat disekolah dan makan mie instan. Pasien mempunyai riwayat
penyakit diare saat berusia 8 bulan. Pasien tinggal di lingkungan
perumahan, ventilasi udara dan pencayahaan sinar matahari dalam
rumah baik. Riwayat imunisasi pasien lengkap dan sesuai usia.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi baik. Nadi: 105 x/ menit, kuat, isi cukup,
ekual kanan dan kiri, regular. Tekanan darah : 90/65 mmHg,
Pernapasan: 25 x/ menit. Suhu: 36,5o C, Mulut: Coated tongue (-)

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:


Leukosit : 4.2 (N: 5.5-15.5 ribu/ μL)
Trombosit : 163 (N: 229-553 ribu/ μL)
Tubex TF : 4 (4-5: Positif infeksi demam tifoid aktif)
Diagnosis Kerja
Demam Tifoid

Diagnosis Banding
DBD
Tatalaksana

• IVFD Asering 3cc/kgBB/jam


• Tab Paracetamol 3x250 mg
• Inj. Ceftriaxone 2x1,25 gram IV
• Inj. Ranitidine 2x25 mg IV
• Tab Antasida 3x ½ tab
S O A P
H+1 Demam naik turun + , CM,TSS Demam Tifoid IVFD Asering 3cc/kg/jam
mual (+), muntah (-), N : 98x/m, RR : 20x/m, T: 37,1oC
Kepala: normocephal,CA -/-, SI-/- -Inj. Ceftriaxone 2 x 600 mg/IV
lemas, BAB BAK tidak
ada keluhan, penurunan Mulut: coated tongue (-) -Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg
nafsu makan Thorax : SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, SI S2 regular, t
-Paracetamol 3x250 mg jika demam
idak ada gallop dan murmur
Abdomen: supel, BU (+)
Extr : akral hangat pada ekstremitas, crt <3”
H+2 Demam (+), mual (-), CM,TSS Demam tifoid IVFD Asering 3cc/kg/jam
muntah (-), Nyeri kepala N : 90x/m, RR : 23x/m, T: 38,1 oC
Kepala: normocephal,CA -/- SI-/- -Inj. Ceftriaxone 2 x 600 mg/IV
seperti ditusuk, BAB
BAK tidak ada keluhan, Mulut: coated tongue (-) -Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg
nafsu makan baik Thorax : SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, SI S2 regular, t
-Paracetamol 150 mg jika demam
idak ada gallop dan murmur
Abdomen: supel, BU (+) - Antasida 3x½ tab
Extr : akral hangat pada ekstremitas, crt <3”
H+3 (+), Demam (-), mual (-) CM,TSS Demam tifoid IVFD Asering 3cc/kg/jam
, muntah (-), BAB BAK N : 111x/m, RR : 22x/m, T: 36,4oC
-Inj. Ceftriaxone 2 x 600 mg/IV
tidak ada keluhan, Nyeri Kepala: normocephal CA-/- SI-/-
kepala seperti ditusuk, Mulut: coated tongue (-) -Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg
nafsu makan membaik Thorax : SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, SI S2 regular, t -Paracetamol 150 mg jika demam
idak ada gallop dan murmur
Abdomen: BU (+)
Extr : akral hangat pada ekstremitas, crt <3”

H+4 Demam (-), BAB tidak CM,TSS Demam tifoid -Pulang


ada keluhan,, mual (+), N : 113x/m, RR : 25x/m, T: 36,3oC
Kepala: normocephal,CA-/-, SI-/- -Paracetamol 100 mg jika demam
muntah (-)
Mulut: coated tongue (-) cefixime 2x100mg
Thorax : SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, SI S2
regular, tidak ada gallop dan murmur
Abdomen:, BU (+)
Extr : akral hangat pada ekstremitas, crt <3”
Tinjauan Pustaka
Definisi

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh


Salmonella enteric serovar typhi (S. typhi).1,2 Demam tifoid dan
paratifoid merupakan bagian dari demam enteric. Demam enterik
merupakan penyakit yang disebabkan beberapa serovar
Salmonella enteric termasuk S. typhi dan S.paratyphi A.
Epidemiologi
Di Indonesia, tifoid jarang dijumpai secara epidemis tapi bersifat endemis
dan banyak dijumpai di kota-kota besar. Tidak ada perbedaan yang nyata
insidens tifoid pada pria dan wanita. Insidens tertinggi didapatkan pada
remaja dan dewasa muda. Di negara maju, tifoid masih ada, bersifat
sporadis terutama sehubungan dengan kegiatan wisata ke negara-negara
yang sedang berkembang. Secara umum insidens tifoid dilaporkan 75% di
dapatkan pada umur kurang dari 30 tahun. Pada anak-anak biasanya
diatas 1 tahun dan terbanyak diatas 5 tahun dengan manifestasi klinis lebih
ringan.5
Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri oligosakarida, flagelar antigen (H) yang
terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunya
i makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding
sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.13
Patogenesis
Manifestasi Klinis
• Demam (stepladder, lebih tinggi saat sore dan malam)
• Nyeri kepala
• Malaise
• Anoreksia
• Mialgia
• Diare
• Obstipasi
• Lidah tampak kotor dengan putih ditengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan
• Rose spot (hari ke 7-10)
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan
gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran
, dengan kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersang
ka demam tifoid. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S. typhi dari
darah. Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukankuman pada biakan
darah. Saat ini sudah tersedia beberapa rapid diagnostic test untuk S. typhi
yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi.13
Pemeriksaan Penunjang

• Kultur (Gold Standard)


• PCR
• Serologis
• Hematologi
Tatalaksana

• Tirah Baring
• Nutrisi
• Terapi simtomatik
• Antibiotik
• Kloramfenikol 50-100 mg/kg/hari, oral atau iv, dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari
• Amoksisilin100 mg/kg/hari oral atau iv selama10 hari
• Ceftriaxone 80mg/kg/hari IV sekali1 hari selama 5 hari
• Cefixime10mg/kg/hari, oral dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
Pencegahan
Prognosis pasien demam tifoid bergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi
antibiotic yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara berkembang, angka mortal
itasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan
pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S. ser. Typhi ≥3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier pada
anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia.
Komplikasi
Komplikasi terjadi pada 10%-15% kasus yang menderita penyakit lebih dari
2 minggu. Komplikasi yang sering terjadi adalah perforasi saluran cerna (10%) dan
ensefalopati tifoid (10-40%). Oleh karena itu, pemeriksaan diagnostik baru
memegang peran penting untuk mengetahui insidens kasus demam tifoid di suatu
negara dan program jadwal imunisasi disesuaikan dengan prevalens penyakit di
negara masing-masing. Perkembangan alat uji diagnostik untuk demam tifoid yang
murah dapat dipercaya dapat memberi manfaat jangka panjang dalam
mengendalikan dan mengobati penyakit tersebut.7
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid bergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi
antibiotic yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara berkembang, angka mortal
itasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan
pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S. ser. Typhi ≥3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier pada
anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai