Anda di halaman 1dari 9

Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup yang sesuai dengan pola kelompok

masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi interpersonal dan
intersosial yang memuaskan. (Kartini Kartono, 1989)

Pengertian psikopatologi
Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gangguan jiwa
pada manusia. Psikopatologi merupakan studi tentang penyakit mental,
tekanan mental, dan perilaku tidak normal. Dalam istilah lain psikologi
abnormal juga sering disamakan dengan psikopatologi.

Orang yang mengalami gangguan jiwa ditandai dengan perilaku sebagai


berikut:

1. Atipikal atau tidak biasa


2. Berbaya baik untuk diri sendiri maupun orang lain
3. Menyimpang baik secara hukum maupun budaya

Ada dua hal penting yang harus dipahami dalam pembahasan psikopatologi yaitu jenis
gangguan jiwa dan proses terjadinya.

Jenis gangguan jiwa

Berdasarkan hasil dari ilmu psikopatologi gangguan jiwa dibagi menjadi


sembilan yaitu:

1. Gangguan pikiran (arus pikiran dan isi pikiran)


2. Gangguan persepsi (ilusi dan halusinasi)
3. Gangguan kesadaran
4. Gangguan perhatian
5. Gangguan orientasi (waktu, personal, dan tempat)
6. Gangguan ingatan (amnesia dan dysmnesia)
7. Gangguan emosi
8. Gangguan bicara
9. Gangguan motorik

Pengertian Motivasi Menurut Mc. Donald, motivasi ialah sebuah perubahan energi yang
ada dalam diri seseorang yang ditandakan dengan adanya rasa (feeling) dan didahului
dengan respon adanya sebuah tujuan.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari
system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau
khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan
kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang
menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah
penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri
kita.

Perilaku reflektif dan perilaku non reflektif. Perilaku reflektif merupakan


perilaku yang terjadi atas
reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme.
Misal reaksi kedip mata bila kena
sinar, menarik jari bila kena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif
ini terjadi dengan sendirinya secara
otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang bersangkutan,
sehingga di luar kendali manusia.. Lain
halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau
diatur oleh pusat kesadarn atau otak.
Proses perilaku ini disebut proses psikologis.

STRUKTUR KEPRIBADIAN
a. Ego
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan,
pikiran-pikiran sadar. Ego melahoirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang, dan
berada pada kesadaran.
b. Ketidaksadaran pribadi
Berdekatan dengan ego, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah
sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan karena terlalu
lemah untuk menciptakan kesan. Dalam ketidaksadaran pribadi terdapat kompleks-
kompleks yang merupakan kelompok pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan.
c. Ketidaksadaran kolektif
Merupakan gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau
leluhur seseorang, masa lampau tidak hanya meliputi sejarah ras manusia namun juga
leluhur pramunusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif hampir
sepenuhnya terlepas dari segala segi pribadi individu. Semua manusia memiliki
keidaksadaran kolektif yang hampir sama. Jung menghubungkan sifat universal
ketidaksadaran kolektif itu dengan stuktur otak pada semua ras manusia dan disebabkan
oleh evolusi umum.
Ketidaksadaran kolektif merupakan pondasi ras yang diwariskan dalam
keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun aku, ketidaksadaran pribadi, dan
semua hal lain yang diperoleh individu. Apa yang dipelajari seseorang sebagai hasil dar
pengalaman secara substansial dipengeruhi oleh ketidaksadaran kolektif yang melakukan
peran mengarahkan atau menyeleksi tingkah laku sejak awal kehidupan.
Ketidaksadaran memiliki kemungkinan-kemungkinan yang dipisahkan dari alam
sadar, karena dengan dipisahkan itu ia mendapatkan semua materi yang bersifat
subliminial yaitu semua hal yang sudah dilupakan, maupun kearifan dan pengalaman
selama berabad yang tak terhitung jumlahnya tertanam dalam organ-organ arkhetipenya.
Apabila kebijaksanaan dari ketidaksadaran itu diabaikan oleh ego, maka akan
mengganggu proses rasional sadar dengan menguasainya danmembelokkannya
Ke dalam bentuk yang menyimpang. Simtom-simtom, fobia, delusion, irrasionalitas lain
berasal dari proses-proses ketidaksadaran yang diabaikan itu.

d. Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur
emosi yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran atau visi yang dalam
kehidupan normal berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi. Asal usul arkhetipe
merupakan suatu deposit permanen dalam jiwa dari suatu pengalaman yang secara
konstan terulang selama banyak generasi. Misalnya banyak generasi yang telah melihat
matahari terbit setiap hari. Pengalaman berulang yang mengesankan ini akhirnya
tertanam dalam ketidaksadara kolektif dalam suatu bentuk arkhetipe dewa matahari,
badan angkasa yang kuat, berkuasa dan pemberi cahaya.
Arkhetipe-arkhetipe tidak harus berpisah satu sama lain dalam ketidaksadaran
kolektif. Mereka saling melengkapi dan berfusi. Arkhetipe pahlawan danarkhetipe laki-
laki tua yang bijaksana bisa berpadu menghasilkan “kesatria” seseorang yang dihormati
dan disegani karena ia seorang pemimpinberjiwa pahlawan sekaligus arif bijaksana.
Mitos, mimpi, penglihatan-penglihatan, upacara agama, simtom neurotik dan psikotik
serta karya seni merupakan sumber pengetahuan paling baik tentang arkhetipe.
Diasumsikan terdapat banyak arkhetipe dalam ketidaksadaran kolektif. Beberapa
diantaranya yang sudah berhasil diidentifikasikan adalah arkhetipe kelahiran,kelahiran
kembali, kematian, kekuasaan ,sihir, kesatuan, pahlawan, anak, Tuhan, setan, laki-laki tua
yang bijaksana, ibu pertiwi, binatang.

e. Persona
Persona adalah topeng yang dipakai pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-
tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta tuntutan tentang arketipenya sendiri. Ia
merupakan peranan yag dibrikan masyarakat kepada seseorang yang diharapkan
dimainkan dalam hidupnya. Tujuannya adalah unutk menciptakan kesan tertentu pada
orang lain dan seringkali ia melupakan hakikat kepribadian sesungguhnya. Apabila ego
mengidentifikasikan diri dengan persona, maka individu menjadi lebih sadar akan bagian
yang dimainkannya daripada perasaanya sesungguhnya. Ia menjasi terasing dari dirinya,
dan seluruh kepribadiannya menjadi rata atau berdimensidua. Ia menjadi manusia tiruan
belaka, sekedar pantulan masyarakat, bukan seorang manusia otonom.

f. Anima dan Animus


Jung mengaitkan sisi feminis kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian
wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminine pada pria disebut anima,
arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Arkhetipe ini ditentukan oleh kelenjar-
kelenjar seks dan kromosom namun juga ditentukan pengalaman dimana pria dan wanita
hidup berdampingan selama berabad lamanya.
Arkhetipe-arkhetipe tidak hanya menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan cirri-
ciri lawan jenisnya tetapi mereka juga dapat tertarik pada lawan jenisnya. Pria memahami
kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat pria berdasarkan
animusnya.

i. Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi
dan sikap introversi.
Ekstrover adalah kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak
keluar daripada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih
banyak berbuat daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-
motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal.
Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang
introvert adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak sosial. Minat dan
perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dn pengalamannya sendiri.
Seorang introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi dirinya sendiri,
sebaliknya orang ekstrovermembutuhkan orang lain.

Fungsi Psikologis Kepribadian


 Perasaan adalah fungsi evaluasi, ia adalah nilai benda-benda yang bersifat positif
maupun neatif bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada manusia pengalaman-
pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan,
kesedihan, kegembiraan dan cinta.
 Penginderaan adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan. Ia menghasilkan fakta-
fakta konkret atau bentuk representasi dunia.
 Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah ambang
kesadaran. Orang-orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-perasaan dan ide-
ide dalam mencari hakikat kebenaran.
 Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berpikir manusia berusaha
memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri.
Pikiran dan perasaan disebut fungsi rasio karena mereka memakai akal, penilaian,
abstraksi dan generalisasi. Mereka memungkinkan manusia menemukan hukum-hukum
dalam alam semesta. Pendriaan dan intuisi dipandang sebagai fungsi irasional karena
mereka didasarkan pada persepsi tentang hal yang konkret,khusus, dan aksidental.

Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan
bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup.
Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive,
Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan,
Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa,
Peri tindakan.

Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus


dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi
belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus


dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

C. Proses Pembentukan Perilaku


Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera


penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.

2. Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau
tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku

3. Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan
jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan
semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai
dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi
merupakan perilaku bawaan.
4. Belajar, Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari
praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus


(objek) terlebih dahulu.

2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,


dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).

Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada
umumnya terkait dengan stres atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian
dari perkembangan normal manusia.[1] Gangguan tersebut didefinisikan sebagai
kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan
fungsi tertentu pada daerah otak atausistem saraf yang menjalankan fungsi sosial
manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah
sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat
perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar
telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-
negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi
kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan jiwa.

Persepsi : merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang
diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung
antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang
apa yang diindera.
Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki berbagai
kebutuhan:

1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas


Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan
baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja
adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal ini dapat
dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau
disertai dengan rasa gembira.

2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain


Harga diri seseorang dapat di nilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada
orang lain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi orang
yang melakukan kegiatan tersebut.
Konsep ini dapat di terapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela bekerja atau
para siswa itu rajin belajar apabila di berikan motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar
untuk orang yang disukainya (misalnya bekerja, belajar demi orang tua, atau orang yang sudah
dewasa akan bekerja, belajar demi seseorang calon teman hidupnya).

3. Kebutuhan untuk mencapai hasil


Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan “pujian”.
Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat.

4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan


Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal
ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha usaha yang tekun dan luar biasa,
sehingga tercapai kelebihan/keunggulan dalam bidang tertentu.
Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan
dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam
upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar
memperoleh keunggulan.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang memengaruhi kendali terhadap aktivitas tidur.
Penderita narkolepsi mengalami rasa kantuk pada siang hari dan bisa tiba-tiba tertidur tanpa
mengenal waktu dan tempat.
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar penderita narkolepsi
memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak yang membantu
mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga akibat sistem imun yang
menyerang sel-sel sehat (autoimun). Berikut ini kondisi yang dapat memicu timbulnya proses
autoimun tersebut, hingga akhirnya mengarah pada narkolepsi.
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause.
 Stres.
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba.
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi.
 Kelainan genetik.

Gejala narkolepsi dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan selama
bertahun-tahun. Gejala yang umumnya terjadi meliputi:
 Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penderita narkolepsi selalu mengantuk
pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
 Serangan tidur. Serangan tidur menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja
dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur bisa
berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
 Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba yang ditandai dengan:
o Tungkai terasa lemas.
o Penglihatan ganda.
o Kepala lunglai dan rahang turun.
o Bicara cadel.

Hilangnya kendali otot bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti
terkejut, marah, senang, atau tertawa. Penderita narkolepsi biasanya mengalami serangan
katapleksi 1-2 kali dalam setahun. Katapleksi dapat berlangsung selama beberapa detik
hingga beberapa menit.
 Ketindihan atau sleep paralysis. Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu
bergerak atau berbicara selama sementara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
 Halusinasi. Penderita narkolepsi terkadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang
tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
 Gangguan ingatan. Penderita narkolepsi terkadang lupa aktivitas apa yang baru
dilakukannya.
 Sakit kepala.
 Depresi.

Sleep paralysis adalah suatu kondisi dimana tubuh tertidur sedangkan otak masih terjaga atau
setengah tidur sehingga terjadi adanya ketidaksinambungan atara kinerja tubuh dan juga otak.
Pada gangguan tidur ini otak akan mengirim sinyal-sinyal yang sebagaimana pada saat kita
tengah terjaga, sedangkan tubuh kita tidak dapat merespon semua sinyal-sinyal itu dengan baik
karena tubuh mengira dia sedang tertidur.
Keadaan Sleep paralysis atau tindihan ini merupakan sejenis halusinasi biasa karena adanya
gangguan dari malfungsi tidur yang terjadi pada tahap Rapid Eye Movement (REM), itulah sering
sekali banyak kejadian atau Fenomena Sleep Paralysis Dalam Kehidupan. Dari definisi tidur
sendiri terbagi menjadi beberapa tahapan-tahapan yaitu; fase belum lelap atau disebut setengah
sadar, fase lebih dalam atau disebut lelap dan juga fase REM dimana mimpi sedang terjadi.

seseorang yang tengah terbangun dari tidurnya dan membuka pintu, tetapi orang tersebut masih
dalam keadaan tertidur. Maka keadaan ini telah dialami jika orang tersebut mampu tidur dalam
keadaan yang disebut non-REM. Jadi, Kemungkinan besar Fenomena Sleep Paralysis Dalam
Kehidupan, yaitu orang yang mengalami gangguan dari sleep paralysis adalah ketika orang
tersebut tengah berada dalam keadaan tidur REM. Akan tetapi, belum ada sebuah penjelasan yang
pasti apa penyebab dari sleep paralysis tersebut. Tetapi dari beberapa asumsi telah mengatakan
bahwa, ini disebabkan oleh seseorang yang dengan gaya tidur yang salah, kecapekan, maupun
sedang mengalami stress.

Pada gangguan tidur tersebut melewati fase yang dinamakan fase lelap melainkan langsung
masuk pada Rem dan juga mengalami mimpi. Sehingga si penderita tersebut tetap merasa
tersadar dan juga bisa merasakan pendengaran-pendengaran serta penampakan-penampakan yang
menyeramkan. Padahal sebenarnya yang terjadi adalahn sedang tertidur, memejamkan mata, dan
juga dari semua kejadian meyeramkan yang telah kita alami itu hanyalah sebuah pencitraan dari
mimpi.

Struktur kepribadian

Id : komponen yang hadir sejak lahir, aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari
perilaku naruliah dan primitive. Id juga didorong oleh prinsip kesenangan untuk kepuasan segera
dari semua keinginan dan kebutuhan.

Ego : Komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Ego
terkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang
dapat diterima didunia nyata. Ego juga bekerja berdasarkan prinsip relitas yang berusaha untuk
memuaskan keinginan id dengan cara yang realistis dan social yang sesuai.

Superego : Untuk mengembangkan kepribadian, superego adalah aspek kepribadian yang


menampung semua standar internalisasi moral. Dan cita – cita yang kita peroleh dari kedua
orangtua dan masyarakat. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.

Contoh, kalian pasti pernah merasakan lapar ketika sedang berada diruang kelas saat menerima
materi (id), superego bekerja dengan member pertimbangan untuk tidak makan, dan ego yang
bertindak dan memutuskan.

Anda mungkin juga menyukai