Anda di halaman 1dari 10

‫‪AKTUALISASI PRINSIP-PRINSIP QURBAN DALAM‬‬

‫‪MENGATASI TRAGEDI KEMANUSIAAN‬‬


‫‪Oleh: Hadi Daeng Mapuna‬‬

‫السلما عليكم ورحمة الله وبركاته‬

‫الله اكبر الله اكبر الله اكبر‪3 ...‬‬


‫الله اكبر كككبيرا والحمككد للككه كككثيرا وسككبحان اللككه‬
‫بكرتككا واصككيل لإالككه ال اللككه وحككده صككدق وعككده‬
‫ونصرعبده وأعز جنده وهزما الحزاب وحده لإاله‬
‫ال الله ول نعبد إال اياه مخلصين له الدين ولو كككره‬
‫الكا فرون‪ ,‬لإاله إال الله والله اكبر ولله الحمد‪.‬‬
‫الحمد لله الذي شرع لنا عيد الضاككحي وسككن فيككه‬
‫الضاحية وجعلها كرما شعا ئر السلما‪ .‬اشككهد ان ل‬
‫اله ال الله وحده ل شر يككك لككه واشككهد ان محمككدا‬
‫عبده ورسوله أرسله إالي جميع عبككاده مككن النككس‬
‫والجن‬
‫اللهم صلي وسلم وبارك علي سيدنامحمد وعلككي‬
‫اله واصحابه جمعين‪.‬‬
‫أما بعد‪ :‬فيا عباد اللككه أوصكيكم ونفسككي بتقكوالله‬
‫فقد فاز المتقون‪ .‬فقال الله تعالي فككي القككران‬
‫الكريم‪ :‬يأيهككا النككاس انككا خلقنككاكم مككن ذر وأنككثي‬
‫وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إان اكرمكم عنككد‬
‫الله اتقاكم ان الله عليم خبير‬

‫الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد‬


‫‪Kaum Muslimin, Jamaah ‘id Rahimakumullah‬‬
‫‪Pada hari ini, kaum Muslimin dan Muslimat di seluruh penjuru‬‬
‫‪dunia, baik tua maupun muda, berbondong-bondong mendatangi lapangan-‬‬
lapangan dan masjid-masjid seraya mengagungkan Asma Allah SWT
dengan takbir, tahmid dan tahlil sebagai ungkapan penghambaan diri
kepada Allah, Sang pencipta kita.
‘Idul Adha, ‘Idul Qurban dan Hari raya haji, merupakan tiga istilah
untuk menyebut satu peristiwa sejarah, yang kisahnya diabadikan dalam
Al-Qur’an, yakni kisah pengorbanan seorang Nabi untuk meraih ridha
Tuhannya, sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an Surah As-Shaffaat
ayat 102-106:

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: “Hai anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka, fikirkanlah apa pendapatmu?” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang bersabar. Tatkala keduanya telah berserah
diri, Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggil dia: “Hai
Ibrahim! sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi-mimpi
itu.” Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nayata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar!”

Apa yang dilakukan Ibrahim as bersama putranya Ismail, dalam


kisah tersebut, sempat membuat malaikat berdecak kagum. Malaikat
kagum menyaksikan ketulusan seorang hamba yang bernama Ibrahim as
menjalankan perintah Allah SWT., mengorbankan putra semata wayang
yang dimilikinya. Padahal pada awalnya, ketika Adam as hendak diangkat
menjadi khalifah di bumi, malaikat sempat menyangsikan kemampuan
manusia mengemban amanah (perintah-perintah) Allah SWT. Para
malaikat bahkan memprotes Tuhan dengan pernyataan yang cukup tegas
bahwa manusia hanya akan melakukan pertumpahan darah.

.‫اتجعل فيها من يفسد فيا ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك‬
Ya Allah, mengapa Engkau mengangkat manusia sebagai khalifah di “
bumi sedang mereka bakal membuat kerusuhan di sana dan membuat
pertumpahan darah. Bukankah kami (para malaikat) setia bertasbih
?kepada-Mu
:Terhadap protes ini, Allah menjawab
. ‫ اني اعلم مل ل تعلمون‬...
”.Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui “
Kepatuhan Ibrahim terhadap perintah Allah membuktikan kepada
para malaikat bahwa manusia layak menerima amanah (perintah). Kala itu
Allah berfirman kepada para malaikat, yang artinya sebagai berikut:

“Wahai malaikatku, dahulu kamu bilang manusia hanya akan berbuat


kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Sekarang saksikanlah !
Dengan keimanan yang kuat dan ketakwaan yang dalam, hambaku
Ibrahim rela mengorbankan anaknya demi ketaatannya pada-Ku.”
Kisah Ibrahim menyembelih putranya --sebagaimana dilukiskan
dalam Al-Qur’an-- di samping mengajarkan nilai-nilai ketaatan pada
perintah Allah, juga mengandung pelajaran dan hikmah yang dalam.
Ibrahim mengajarkan bahwa dalam melakukan apa saja, tidak boleh
memaksakan kehendak, bagaimanapun baiknya perbuatan tersebut. Setiap
orang harus mampu mendialogkan rencana-rencananya , apalagi bila
melibatkan orang lain. Dengan demikian semuanya akan merasa ikhlas.
Tidak ada yang merasa terpaksa karena dipaksa melalui tindakan anarkis
atau kekerasan, seperti yang banyak terjadi di negeri kita saat ini.
Semangat dan keikhlasan Ibrahim dalam menjalankan perintah
Tuhan seharusnya diwarisi oleh kaum Muslimin. Yang diminta dari kita
--dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah-- bukan menyembelih
anak-anak kita, melainkan kerelaan dan keikhlasan kita untuk
mengorbankan sedikit dari rezeki yang diberikan Allah kepada kita. Dan,
bagi mereka yang diberikan kemampuan lebih (secara materi) oleh Allah
sangat dianjurkan dan dituntut untuk berkurban, yakni memotong hewan
qurban (sapi atau kambing) dan membagi-bagikan dagingnya kepada yang
berhak atau yang membutuhkan. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah
SAW bersabda:

Artinya: “Barangsiapa yang mempunyai kecukupan pada hari ini, tetapi


tidak bersedia berqurban, maka janganlah sekali-kali mendekati tempat
shalat ‘Ied Kami.”
‫ا اكبر ا اكبر ا اكبر‬
Ibadah haji yang dilaksanakan kaum muslimin dan Muslimat di
tanah suci Mekkah saat ini, juga tidak terlepas dari sejarah dan jejak
kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, sebagaimana termaktub
dalam Al-Qur’an Surah al-Hajj ayat 27 dan 28:

Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji,


niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kami,
dan mengendarai unta, yang datang dari segenap penjuru
yang jauh. Supaya mereka meyaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah SWT pada
hari yang telah ditentukan, yaitu Hari raya Haji dan Hari
Tasyriq, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, atas mereka berupa
binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan
(sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir.”
Apa yang kita saksikan dalam setiap musim haji di tanah suci,
merpakan bukti nyata terkabulnya seruang Nabi Ibrahim as dalam
memanggil umat manusia mengunjungi Baitullah. Jutaan umat manusia,
dengan latar belakang yang berbeda suku, bangsa dan budaya. Dengan
memakai seragam kain putih tanpa berjahit, mereka sulit dibedakan, antara
majikan dan karyawan, konglomerat dan orang miskin, atau pembesar
dengan rakyat biasa. Semuanya kelihatan setingkat dan sederajat, berbaur
dan menyatu tanpa kelihatan lagi perbedaan mereka sebagai hamba Allah
SWT yang sedang mengabdikan diri kepada-Nya.
Gambaran di atas merupakan simbol yang menunjukkan bahwa
Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persamaan tanpa ada
diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan ras, harta, dan warna kulit,
sebagai bagian mendasar dari hak-hak azasi manusia. Dalam Al-Qur’an
disebutkan:
‫وجعلناكم شعوبا وقبائل‬ ‫يا ايها الناس انا خلقناكم من ذكر وانثا‬
‫لتعارفوا ان اكرمكم عند ا اتقاكم‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
”.sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
Namun sangat disayangkan, pesan-pesan moral ibadah qurban dan
ibadah haji belum mampu diterapkan secara maksimal. Sehingga
peristiwa-peristiwa tragis yang menyayat-nyayat hati kemanusiaan kita,
sepertinya sudah menjadi karakter baru manusia modern. Lihatlah
misalnya peristiwa Sampit yang hingga hari ini masih menyisakan
ketakutan dan saling curiga di antara warga. manusia membantai manusia,
merupakan kejahatan kemanusiaan yang paling biadab. Pertanyaannya,
apakah mereka yang melakukan pembantaian itu masih layak disebut
sebagai manusia? Bukankah mereka telah menghilangkan esensi
kemanusiaannya dan menggantinya dengan karakter dan esensi
kebinatangan?
‫ا اكبر ا اكبر ا اكبر ول الحمد‬
Tragedi kemanusiaan yang kita saksikan di negeri yang beradab ini
terasa begitu menyesakkan dada dan benar-benar menguras airmata kita.
Belum kering airmata kita menyaksikan pertumpahan darah di Ambon,
muncul kebiadaban di Poso, Sulawesi tengah. Manusia tak berdosa
dibantai, dipenggal, dibakar dan diperkosa. Santri yang sedang mendalami
ajaran agamanya, dicincang lalu dibuang layaknya binatang yang tak
berharga.
airmata kita masih mengalir meratapi peristiwa Poso, kota Sampit
Kalimantan Tengah membara dan mengalir lagi darah dari tubuh-tubuh
yang sebenarnya diharamkan oleh Allah untuk dibunuh.
Mengapa semua tragedi kemanusiaan ini terjadi? Apakah ini semua
merupakan pembenaran terhadap protes malaikat sebagaimana telah kami
kemukakan tadi? Tampaknya jawaban terhadap pertanyaan di atas adalah
peristiwa-peristiwa yang memilukan itu terjadi karena sebagian dari kita
telah kehilangan kendali yang paling utama, yaitu keimanan dan
ketaqwaan. Sehingga, rasa kemanusiaan, rasa senasib dan
sepenanggungan , rasa persaudaraan turut hilang dari lubuk hati kita yang
paling dalam. Akibatnya, di antara kita banyak yang denagn mudah
melakukan tindakan, yang menurut logika kemanusiaan, tidak selayaknya
dilakukan oleh manusia yang beradab.
Oleh karena itu, untuk mengatasi semua tragedi kemanusiaan itu,
yang terpenting dilakukan adalah menyegarkan dan memantapkan kembali
keimanan dan ketaqwaan. Sehingga, sifat-sifat kemanusiaan sebagai
manifestasi keimanan dan ketaqwaan senantiasa mewarnai kehidupan kita
sehari-hari. Semoga hari raya qurban yang kita rayakan hari ini menjadi
momentum untuk memantapkan keimanan dan ketaqwaan kita. Kita
berusaha menangkap hikmah dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
ibadah qurban dan haji, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh
Rasulullah SAW ketika menyampaikan khutbah terakhirnya pada Hijjatul
wada’, yaitu haji perpisahan antara beliau dengan umatnya di bukit Arafah
pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Dengan kata-kata sederhana, yang memancarkan sinar cinta sayang
dari lubuk hatinya, baginda Rasulullah berbicara dengan umatnya.
Dengan tegas Rasulullah SAW menekankan kembali kewajiban
menghormati keamanan jiwa dan hak milik antara sesama manusia dan
antara bangsa dengan bangsa, sebagai salah satu dasar utama untuk
memelihara keamanan dan perdamaian. Dan di antara pesan-pesan beliau
di bukit tersebut yang disampaikan kepada umatnya, antara lain:
1. Penegasan hak-hak dan kewajiban kaum wanita umumnya, serta hak
dan kewajiban timbal balik antara suami dan isteri;
2. Pemeliharaan tali ukhuwah Islamiyah antara manusia seiman;
3. Persamaan hak dan martabat manusia, tanpa memandang perbedaan
bahasa, harta, jenis kelamin maupun agama.
Itulah prinsip-prinsip Islam yang dituangkan Rasulullah SAW dalam
khutbah terakhirnya sebagai dasar hidup beraqidah, bersyari’at dan
bermasyarakat.
Dengan ibadah Qurban dan haji, diharapkan umat Islam dapat
menerapkan pokok-pokok ajaran di atas dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga nilai-nilai taqwa dan keimanan semakin bertambah.
Sekarang saatnyalah kita meluruskan segala perilaku kita yang
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. kita tunjukkan kepada dunia,
bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip persamaan,
menghormati hak-hak sesama manusia. Tuduhan yang sering dilontarkan
oleh orang-orang yang dengki terhadap Islam dan umatnya, sama sekali
salah dan tidak berdasarkan fakta, baik secara dogmatis maupun
kenyataan sejarah. Mereka hanya ingin mendiskreditkan Islam dengan
tuduhan-tuduhan palsu.
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita memohon kepada
Allah SWT agar amal ibadah kita diterima oleh-Nya. Dan semoga pelita
Islam dapat kembali menerangi buana.

Ya Allah, Tuhan dari ketujuh langit, jadilah Engkau pelindung kami dari
kejahatan orang-orang yang berbuat zalim dan sewenang-wenang. Dan
dari kejahatan Jin dan manusia dan pengikut-pengikut mereka. Jangan
biarkan kekuasaan seorangpun dari mereka terhadap kami. Amat mulialah
perlindungan Engkau. Amat tinggi kepujian Engkau, tiada Tuhan selain
Engkau.
Ya Allah, ya Tuhan kami. Kami adalah hamba-Mu yang belum mampu
menegakkan syari’at-Mu. Kami adalah hamba-Mu yang sangat lemah,
sementara musuh-musuh-Mu dan musuh kami semakin kuat dan kokoh,
semakin maju dan berani, berani menyiksa dan menghukum, mengusir dan
membunuh, seperti yang mereka lakukan terhadap Hamba-Mu dan
saudara kami di berbagai tempat di muka bumi ini.
Ya Allah, pagi ini kami memohon kepada-Mu, berikanlah kemenangan,
kesabaran dan ketabahan kepada kami agar kami mampu menghadapi
semua tragedi kemanusiaan yang terjadi di hadapan mata kami. Hanya
‫‪dengan pertolongan-Mu ya Allah kami bisa menang. Hanya dengan‬‬
‫‪pertolongan-Mu ya Allah kami bisa jaya. Ya Allah, hanya kepada-Mu‬‬
‫‪kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.‬‬

‫اللهم تقبل منا صل تنا واضاحيتنا وجميع عبادا تنا‬


‫برحمتك ياارحم الراحمينز‪.‬‬
‫اللهم انصر من جاهد في سبيلك في كل مكان‬
‫واين ما كان لعلءا كلما تك وانصر دينك‪ .‬ربنا‬
‫لتزغ قلوبنا بعد اذ هديتنا وهبلنا من لد نك رحمة‬
‫إانك أنت الو هاب‬
‫ربنا لتؤ خذنا إان نسينا أو أخطأنا ربنا ول تحمل‬
‫علينا إاصرا كما حملته علي الذين من قبلنا ربنا‬
‫ول تحملنا ما ل طا قة لنا به واعف عنا واغفر لنا‬
‫وارحمنا أنت مو لنا فانصرنا علي القوما‬
‫الكافرين‪.‬‬
‫ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الخرة حسنة وقنا‬
‫عذاب النار‪.‬‬

‫والسلما عليكم ورحمة الله وبركاته‬


Khutbah
Idul Adha 1421 H/2001 M ‘

AKTUALISASI PRINSIP-PRINSIP QURBAN DALAM


MENGATASI TRAGEDI KEMANUSIAAN

:Oleh
Hadi Daeng Mapuna

Disampaikan di Masjid al-Muraqqabah


Bonto Duri Kota Makassar
.Dzulhijjah 1421 H/5 Maret 2001 M 10

Anda mungkin juga menyukai