Anda di halaman 1dari 17

KISTA

Kista adalah rongga patologis yang berlapis epitel, biasanya berisi cairan, bahan semi-
padat, seluler debris, ataupun gas. Kista jaringan lunak adalah histogenetis kelompok
heterogen, ditandai dengan lokasi di atas jaringan lunak. Secara klinis, terlihat sebagai
pembengkakan yang lunak atau berfluktuasi. Kista yang termasuk dalam kelompok ini dapat
berupa kista developmental, odontogenik, dan traumatis.
1. Kista Periapikal / Kista Radicular
a. Sering diakibatkan karena proliferasi rests of malassez ( periodontal ligament
cell yang mengelilingi gigi).
b. Terdapat 3 fase :
1. Phase of initiation ( proliferasi rests of mallassez)
2. Phase of cyst formation ( terbentuknya lumen kista)
3. Phase of cyst expansion ( perkembangan kista)
c. Patogenesis
Dental caries/ severe trauma  inflamasi dan nekrosis pada bagian pulpa
penyebaran inflamasi ke bagian apical inflamasi periapical boneterbentuk
periapical granulomapembentukan kista melalui 3 fase.
d. Gambaran RadiologiGambar radiografi dari kista radikuler adalah radiolusen
berbentuk bulat atau oval pada area periapikal gigi dengan batas yang jelas
berwarna putih opak dan dalam ukuran yang radiografi periapikal serupa. Oleh
karena itu, radiolusen periapikal yang berbatas jelas tidak dapat secara
otomatis dianggap sebagai kista. Beberapa studi menyebutkan bahwa
granuloma dan kista dapat dibedakan berdasarkan ukuran dalam radiografi,
granuloma umumnya berdiameter < 0,5 cm sementara kista umumnya
berdiameter > 0,5 cm. Namun studi lain telah menunjukkan bahwa tidak
mungkin mengandalkan ukuran radiografi dari radiolusen periapikal untuk
menetapkan diagnosis baik antara granuloma atau kista, kecuali diameter lesi
lebih besar dari 2 cm, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah kista.
e. Treatment
Apicoectomy dan kuretase
2. Kista Erupsi
a. Definisi
Kista erupsi adalah bentuk jaringan lunak dari kista dentigerous dan
berhubungan dengan gigi sulung atau permanen yang erupsi.
b. Etiologi
Pemisahan folikel gigi dari ujung mahkota gigi.
c. Gambaran klinis
Terjadi sebagai pembengkakan yang berbatas tegas, berfluktuasi, dan lunak
langsung di atas mahkota gigi yang erupsi. Biasanya, warnanya biru atau
merah gelap, tergantung pada jumlah darah dalam cairan kisti. Diagnosis
biasanya dibuat berdasarkan kriteria klinis.
d. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan histopatologi.
e. Diagnosis banding
Hematoma, hemangioma, tato amalgam, nevi berpigmen, melanoma, tumor
neuroektodermal melanotik pada masa bayi.
f. Perawatan
Biasanya tidak diperlukan, kuretase atau eksisi marginal
g. Radiologi
Lesi yang telah dilaporkan telah menunjukkan variasi yang luas pada ukuran,
mulai dari yang lebih kecil dari 1 cm hingga melibatkan sebagian besar
mandibula secara bilateral. Margin radiografi didefinisikan dengan baik dan
sklerotik dan bergigi. Gigi mungkin tergeser, dan berakar resorpsi dicatat
dalam beberapa kasus. Lesi lebih agresif telah menunjukkan batas tepi yang
tidak jelas.

3. Kista dentigerous
a. Etiologi dan pathogenesis
Kista dentigerous berkembang dari proliferasi sisa organ email atau berkurangnya
epitel enamel. Sebagai dengan kista lain, ekspansi kista dentigerous berhubungan
untuk peningkatan osmolalitas cairan kista dan pelepasan faktor resorpsi tulang.
b. Manifestasi klinis
Gejala umumnya tidak ada, dan erupsi tertunda dari pembentukan kista
dentigerous. Kista ini mampu mencapai ukuran yang signifikan, tetapi jarang
melakukannya mencapai ukuran yang mempengaruhi pasien untuk patologis
patah.
c. Gambaran Radiologi
Lucency terkait dengan mahkota gigi yang terimpaksi
d. treatment

Pencabutan gigi terkait merupakan terapi dalam kebanyakan kasus. Dalam

kasus di mana kista mempengaruhi bagian signifikan dari mandibula, pendekatan

pengobatan dini yang dapat diterima melibatkan eksteriorisasi dari kista untuk

memungkinkan dekompresi dan selanjutnya penyusutan lesi, sehingga mengurangi

luasnya operasi yang harus dilakukan di kemudian hari.


GRANULOMA

Suatu granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan jaringan granulomatous yang


bersambung dengan ligament periodontal disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi
bakteri dan toksin bakteri dari saluran akar ke dalam jaringan periradikular di sekitarnya
melalui foramen apical dan lateral. Suatu granuloma berisi jaringan granulomatous yaitu
jaringan granulasi dan sel inflammatory kronis yang menginfiltrasi stroma jaringan
penghubung fibrous.
Granuloma Periapikal
a. Etiologi
Perkembangan suatu granuloma adalah matinya pulpa, diikuti oleh suatu
infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang merangsang suatu reaksi
selular produktif. Suatu granuloma hanya berkembang beberapa saat setelah
pulpa mati. Pada beberapa kasus, suatu granuloma didahului oleh suatu abses
alveolar kronis.
b. Gambaran klinis
Suatu granuloma tidak menghasilkan reaksi subjektif, kecuali pada kasus
langka bila ruptur dan mengalami supurasi. Biasanya asimptomatik.
c. Diagnosis
Adanya granuloma, yang tanpa gejala, biasanya ditemukan pada pemeriksaan
radiografik rutin. Daerah rarefaksi tampak nyata, dengan tidak adanya
kontinuitas lamina dura. Diagnosis tepat hanya dapat dibuat dengan
pemeriksaan histopatologi. Gigi yang terlibat biasanya tidak peka terhadap
perkusi, dan tidak goyah. Mukosa diatas apeks mungkin peka atau mungkin
tidak peka terhadap palpasi. Dapat dijumpai suatu fistula. Gigi tidak bereaksi
terhadap tes termal.
d. Gambaran histopatologi
Jaringan granulomatous menggantikan tulang alveolar dan ligament
periodontal. Terdiri dari anyaman kaya pembuluh, fibroblast berasal dari
ligament periodontal, dan suatu infiltrasi limfosit dan sel-sel plasma.
Makrofag dan sel raksasa benda asing mungkin juga dijumpai. Bila reaksi
radang berlanjut, karena iritasi bakteri dan produknya, eksudat berkumpul
dengan merugikan tulang alveolar disekelilingnya. Proses ini diikuti oleh
pembersihan jaringan osseus yang mati oleh makrofag atau sel raksasa benda
asing, sedangkan pada periferi, fibroblast secara aktif membangun suatu
dinding fibrus.Permukaan luar dinding jaringan granulasi ini bersambung
dengan ligament periododntal.
Beberapa granuloma mempunyai sel busa, makrofag yang
mengandung bahan lipid, dan kolesterol. Tulang alveolar pada perifer
granuloma menunjukkan resorpsi, dan dijumpai osteoklas. Permukaan akar
dapat menunjukkan resorpsi akar eksternal disebabkan oleh aktivitas
sementoklastik atau hipersementosis.
e. Gambaran radiografis
Pada gambaran radiografi, granuloma periapical tampak sebagai
gambaran radiolusen, berbentuk sirkuler atau ovoid yang menutupi ujung akar
dan meluas hingga ke periapikal. Trabekula dari tulang alveolar mungkin
kelihatan seperi superimposed diatas lesi, karena lesi memiliki penampakan
keabu-abuan dan tidak gelap. Tepi dari lesi berbatas jelas, seringnya
dikelilingi oleh sklerosis tulang, dan kadang-kadang ditemukan suatu localized
antral mucositis. antral mucositis merupakan suatu peradangan pada
membrane mukosa di sinus maksilaris dan pada radiograf terlihat sebagai
gambaran yang kecil, pembengkakan radioopak di dasar sinus mengelilingi
apeks dari gigi.
Granuloma periapical dan kista periapikal memiliki gambaran
radiografi yang identik, kista periapikal kadang-kadang hanya dapat dibedakan
dengan granuloma dari ukurannya. Granuloma periapikal biasanya
berdiameter lebih kecil dari 1 cm, sedangkan kista periapikal seringnya
berdiameter sama atau lebih dari 10 cm dan terkadang mengisi seluruh rahang.
Jika granuloma periapikal kembali terinfeksi, batasnya akan berubah
dan tampak seperti abses. Pada beberapa kasus terdapat resorpsi akar di regio
apical.
f. Terapi
Terapi saluran akar cukup untuk merawat granuloma. Pengambilan sebab
inflamasi biasanya diikuti oleh resorpsi jaringan granulomatus dan perbaikan
jaringan tulang trabekula. Dapat juga dilakukan ekstraksi atau apicectomy.
g. Prognosis
Prognosis bagi retensi jangka panjang gigi adalah baik sekali.
ABSES

Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam suatu kantung yang terbentuk dalam
jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri, parasit, atau benda asing
lainnya. Abses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus. Pus
merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat
pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan. Abses
merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran.
Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans.
1. Abses Periapikal
a. Definisi kumpulan pus yang terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang
disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan atau periodontal.
b. Gejala Klinis
Gejala yaitu gigi terasa sakit, bila mengunyah juga timbul nyeri.
Kemungkinan ada demam disertai pembengkakan kelenjar getah bening di
leher. Jika absesnya sangat berat, maka di daerah rahang terjadi
pembengkakan.
Orang yang memiliki daya resistensi tubuh yang rendah, memiliki
resiko tinggi untuk menderita abses. Pada awalnya, penderita abses mengalami
sakit gigi yang bertambah parah. Sehingga saraf di dalam mulut juga dapat
terinfeksi. Jika absesnya tersembunyi di dalam gusi, maka gusi bisa berwarna
kemerahan. Untuk menterapinya, dokter gigi membuat jalan di permukaan
gusi agar pus bisa berjalan keluar. Dan ketika pus sudah mendapatkan jalan
keluar, kebanyakan rasa sakit yang diderita oleh pasien berkurang drastis. Jika
abses tidak di irigasi/drainasi dengan baik, hanya sekedar pecah. Maka infeksi
tadi akan menyebar ke bagian lain di mulut bahkan bisa menyebar ke leher
dan kepala. Gejala awal adalah pasien akan merasakan sakit yang berdenyut-
denyut di daerah yang terdapat abses. Lalu gigi akan menjadi lebih sensitif
terhadap rangsang panas dan dingin serta tekanan dan pengunyahan.
Selanjutnya pasien akan menderita demam, kelenjar limfe di bagian rahang
bawah akan terasa lebih menggumpal/sedikit mengeras dan terasa sakit jika
diraba. Pasien juga merasa sakit pada daerah sinus. Jika pus mendapat jalan
keluar, atau dengan kata lain bisulnya pecah, akan menimbulkan bau busuk
dan rasa sedikit asin dalam mulut anda. Biasanya para dokter gigi dapat
mendiagnosa adanya abses dalam rongga mulut dengan memeriksanya secara
langsung. Dokter gigi juga dapat melakukan diagnosa pulpa, untuk
mengetahui apakah gigi anda masih vital atau tidak. Dan untuk lebih
memastikan, dokter gigi juga mengambil gambaran radiografi.
c. Patofisiologi
Umumnya disebabkan oleh infeksi kuman dari proses karies.
Dengan perkembangan karies, atau beberapa antigen dapat menyebabkan
respons keradangan jaringan pulpa. Oleh karena pulpa tertutup oleh struktur
padat dentin maka tidak terdapat ruangan untuk perluasan eksudat radang dan
melalui saluran akar akan menyebar ke jaringan periapikal membentuk abses
periapikal akut dan bila prosesnya kronik akan menjadi kelainan berupa abses
kronik, granuloma dan kista radikular. Kuman saluran akar merupakan
penyebab utama abses periapikal, dan umumnya berupa Gram positif, Gram
negatif baik aerob dan anaerob yang akan invasi ke jaringan periapikal dan
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan.
Pasien dengan abses periapikal mungkin dapat dengan atau tanpa
tanda-tanda peradangan, yang difus atau terlokalisasi. Pada pemeriksaan
perkusi dan palpasi dapat ditemukan tanda-tanda sensitifitas dengan derajat
yang bervariasi. Pulpa tidak bereaksi terhadap stimulasi thermal
karena berhubungan dengan pulpa yang telah nekrosis. gambaran radiografi
dapat bervariasi dari penipisan ligamen periodontal hingga lesi radiolusensi
dengan batas yang tidak jelas.

d. Gambaran Histopatologi
Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-neutrofil yang utuh mengelilingi
bagian tengah debris jaringan lunak dan destruksi leukosit. Pada tahap
berikutnya, membran piogenik yang terdiri dari makrofag dan neutrofil telah
terbentuk. Laju destruksi abses tergantung pada pertumbuhan bakteri di
dalamnya, virulensinya dan pH lokal. Adanya pH asam akan memberi
keuntungan terhadap enzim lisosom.

e. Gambaran radiografi
Tampak gambaran radiolusen berbatas difus di periapikal.
2. Abses subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut
dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit
sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat,
berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi
premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula,
tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.

a b
3. Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan kelanjutan abses
subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah
periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan
bertambah besar. Gejala lain yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-
kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi
podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,
terangatnya sayap hidung dan kadang-kadang pembengkakan pelupuk mata bawah.
Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit pada palpasi.

a b

4. Abses fosa kanina


Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi rahang atas
pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya
akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka,
kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga tampak
tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang
berwarna merah.
a b

5. Abses spasium bukal


Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m. pterigoidus interna dan m.
Businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot
pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal. Abses dapat
berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.
Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukaldan menonjol ke arah
rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan
gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium
terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas
pada perabaan.

a b
6. Abses spasium infratemporal
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering
menimbulkan komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak di bawah dataran
horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan
bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid
eksternus. Spasium ini dilalui a.maksilaris interna dan
n.mandibula,milohioid,lingual,businator dan n.chorda timpani. Berisi pleksus venus
pterigoid dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.

a
b

7. Abses spasium submasseter


Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot
masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah
sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah dan
permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan
bagian dalam. Disebelah belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar
fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,
berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.
Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mansibula bagian
dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat,
toksik dan delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan
sakit pada penekanan.

a b

8. Abses spasium submandibula

Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari


spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang mandibula.
Dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid
eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium
sublingual. Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia
superfisial yang tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses
periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.
a b
9. Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas
m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh
permukaan lingual mandibula.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah terangkat,
bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak menonjol karena
terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan mengalami kesulitan
menelen dan terasa sakit.
a b

10. Abses spasium submental


Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di depannya
melintang m.digastrikus, berisi elenjar limfe submental. Perjalanan abses kebelakang
dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi dapat berasal dari spasium
submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau premolar.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap akhir akan
terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada npemeriksaan intra oral
tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-
kadang gusi
disekitar
gigi
penyebab
lebih merah
dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga kearah
spasium yang terdekat terutama kearah belakang.
a b

11. Abses spasium parafaringeal


Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala dan apeks
bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid
interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor. sebelah belakang oleh glandula
parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari
prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena
jugularis dan nervus vagus, serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik,
hipoglosal dan kenjar limfe.
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai foramina
menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis
atau trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis
sampai mediastinuim.

Anda mungkin juga menyukai