PENDAHULUAN
Salah satu masalah dalam kinetika kimia adalah bagaimana menentukan orde
reaksi yang berlangsung dengan beberapa reaktan. Dengan konsentrasi yang berbeda
dari beberapa spesies, orde reaksi sering tidak mengikuti nol sederhana, pertama, dan
kedua. Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan orde reaksi ini antara
lain :
1. Metode isolasi
2. Metode laju awal reaksi
3. Metode waktu fraksional
4. Metode integrasi
Dalam makalah ini kami akan membahas apa itu metode isolasi. Metode isolasi
adalah salah satu metode penentuan orde reaksi. Metode ini diperkenalkan Oatwald.
Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk menentukan hukum laju dan
1
konstanta laju, sering kali dilakukan pada beberapa temperatur. Idealnya langkah
pertama untuk mengenali semua produknya, dan untuk menyelidiki ada tidaknya
antara hasil sementara dan reaksi samping. Metode ini digunakan untuk menentukan
orde berkenaan dengan pengontrolan masing-masing pereaksi pada kondisi dimana
hanya satu pereaksi berubah menurut waktu untuk satu rangkaian percobaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
samping. Metode ini digunakan untuk menentukan orde berkenaan dengan
pengontrolan masing-masing pereaksi pada kondisi dimana hanya satu pereaksi
berubah menurut waktu untuk satu rangkaian percobaan. Metode penentuan
persamaan laju reaksi dengan metode terisolasi yaitu semua konsentrasi dari pereaksi
dibuat berlebih kecuali untuk satu jenis pereaksi. Sebagai contoh pada reaksi berikut:
A + B Produk reaksi
Penentuan hukum laju disederhanakan dengan metode isolasi. Dalam hal ini
konsentrasi semua, kecuali satu reaktan dibuat berlebihan. Contohnya, jika B sangat
berlebihan, maka dianggap konsentrasinya akan konstan selama reaksi. Maka,
walaupun hukum laju sesungguhnya berorde kedua secara keseluruhan, dan
v = k[A][B]
yang mempunyai bentuk hukum laju orde pertama. Karena hukum laju yang
sebenarnya dipaksakan menjadi bentuk orde pertama dengan mengasumsikan
konsentrasi B konstan, maka ini disebut hukum laju orde pseudo-pertama. Jika
hukum laju lebih rumit, seperti:
3
Ini merupakan hukum laju orde psedo-kedua, yang lebih mudah untuk dianalisa
dan dikenali daripada hukum lengkapnya. Ketergantugan laju pada semua reaktan,
dapat dicari dengan mengisolasikannya secara bergantian (dengan membuat semua
zat yang lain berlebihan), sehingga tersusunlah gambaran tentang hukum laju
keseluruhan.
Dalam metode laju awal, yang sering kali digunakan bersama-sama dengan
metoda isolasi, laju diukur pada wawal reeaksi untuk beberapa reaktan dengan
kosentrasi awal berbeda-beda. Andaikan hukum laju untuk reaksi dengan A terisolasi
adalah
k[A]a
Contoh Soal
Dari data yang dikumpulkan pada suhu tersebut, tentukan hukum laju
PENJELASAN :
Konstanta laju k dapat di hitung menggunakan data dari salah satu (yang mana
saja percobaan ). Oleh karena
k=
k= =
Dibandingkan metode lain yakni laju awal reaksi, dalam prakteknya metode
penentuan orde reaksi berdasarkan laju awal reaksi adalah menentukan keakuratan
laju.
Dalam metode ini konsentrasi dari satu reaktan dibuat jauh lebih kecil daripada
konsentrasi reaktan lain. Pada kondisi ini, semua konsentrasi reaktan kecuali salah
satu reaktan pada dasarnya konstan sehingga simulasi/plot kinetika orde reaksi ke-nol
5
sederhana, pertama-, dan kedua biasanya dapat digunakan untuk menafsirkan data
konsentrasi-waktu.
Hukum laju reaksi substitusi ini adalah orde satu terhadap bromometena
(CH3Br) dan orde pertama untuk ion hidroksida sehingga orde keseluruhan adalah
dua. Persamaan kinetika dapat dinyatakan dalam persamaan (2.10) :
CH3Br][OH-] (2.10)
Misalkan reaksi dilakukan pada 0,100 mol/L OH- dan 0,00100 mol/L CH3Br.
Ketika reaksi selesai larutan akan berisi 0,099 mol/L OH- dan pada dasarnya tidak ada
CH3Br. Perhatikan bahwa kosentrasi ion hidroksida tidak berubah secara signifikan.
(Perubahan total 1%, yang sering dibandingkan dengan atau lebih kecil daripada
kesalahan eksperimental). Sehingga konsentrasi [OH- ] dapat dianggap konstan. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai (persamaan 2.11).
CH3Br]
Konstanta laju reaksi pada orde yang diamati, dinyatakan sebagai konstanta laju
6
orde satu semu karena reaksi berperilaku seolah-olah orde pertama meskipun tidak
konstan karena nilai bervariasi seiring dengan perubahan konsentrasi awal dari ion
hidroksida.
Dalam prakteknya, pengujian kinetika ini lebih mudah dilakukan dengan cara
bersifat linier dengan sebuah slope bernilai k. (gambar 2.5). Efek isolasi suatu reaktan
minimal 20 kali lipat dari yang diperlukan.
Sebagai contoh lain, berikut adalah reaksi yang ditentukan ordenya melalui
metode isolasi :
150 . pada kondisi [ClO-]0/[Br-]0 = 5,0 atau konsentrasi ClO- adalah lima kali Br-,
perubahan konsentrasi ClO- adalah tidak signifikan. Persamaan laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai :
7
Tabel 2.2 menyajikan data kinetika konsentrasi Br- pada kondisi tersebut :
0 2.00 10-3
15 1.57 10-3
28 1.27 10-3
44 0.98 10-3
70 0.64 10-3
91 0.46 10-3
[Br-]0>>[ClO-]0
Dalam hal ini, konsentrasi ClO- adalah konstan sehingga berlaku persamaan :
8
Berdasarkan data tabel 2.2, dibuat plot orde satu dari Br- yakni In[Br-] versus
waktu reaksi yang ditampilkan pada gambar 2.6 berdasar plot tersebut diperoleh
konstanta laju reaksi observasi (k’) sebesar 1,6 x 10 -2/ detik. Berdasarkan nilai k’ ini,
nilai k dapat dinyatakan sebagai:
Oleh karena konsentrasi mula-mula Br- adalah sebesar 2,00 x 10 -3 mol/L, maka
konsentrasi ClO- adalah sebesar 1 x 10-2 mol/L. nilai k = 0,16/mol.detik
V = k CAaCBb-, (2.17)
Yang akan kita tentukan orde reaksinya, a dan b. dalam eksperimen, salah satu
reaktan dibuat berlebih misalnya
Sehingga dalam kondisi tersebut reaksi memiliki orde b semu. Orde reaksi
terhadap A dapat ditentukan denagn kondisi reaktan B yang berlebih sehingga
dianggap konstan pada perubahan kosentrasi A setiap saat. Sebagai contoh, raksi
asilasi dari allylamin oleh trans-sinamat anhidrida:
C6H5CH=CHCOOH
9
Tabel 2.3 efek variasi konsentrasi allylamina terhadap konstranta laju reaksi
Konstanta laju observasi (kobs) merupakan konstanta laju yang dihitung pada
konsentrasi trans-sinamat anhidrad yang berlebih. Berdasar data efek variasi
konsentrasi allylamina terhadap kobs dapat disimpulkan bahwa kenaikan dua kali
konsentrasi allylamina menaikkan dua kali kobs atau berarti orde reaksi terhadap
allymina adalah sama dengan satu.
Contoh lain yang sering digunakan dalam adalah penentu pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi logam dengan asam kuat; misalnya reaksi antara logam
magnesium dan asam klorida. Pengaruh konsentrasi Mg di peroleh dengan cara
melakukan variasi panjang pita Mg dalam reaksinya dengan asam klorida dengan
konsentrasi yang konstan. Pengamatan laju reaksi di tentukan berdasarkan waktu
yang dibutuhkan agar pita Mg habis beraksi. Dalam hal ini Mg yang dinyatakan
sebagai fungsi panjang pita pada konsentrasi Hg adalah konstan sehingga orde reaksi
yang di peroleh adalah orde reaksi terhadap Mg. \
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
10
Salah satu metode penentuan orde reaksi adalah dengan metode isolasi. Metode
ini diperkenalkan Ostwald. Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk
menentukan hukum laju dan konstanta laju, sering kali dilakukan pada beberapa
temperatur. Metode ini digunakan untuk menentukan orde berkenaan dengan
pengontrolan masing-masing pereaksi pada kondisi dimana hanya satu pereaksi
berubah menurut waktu untuk satu rangkaian percobaan.
Penentuan hukum laju disederhanakan dengan metode isolasi. Dalam hal ini
konsentrasi semua kecuali, satu reaktan dibuat berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
11
Keenan, Charles W. 2005. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi ke enam jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ke Tiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
12