Anda di halaman 1dari 20

Case Report Session

CARSINOMA BRONKOGENIK

Oleh:

Chua Fu Lin 1510314005

Mutiara Suci Utami Asri 1510312101

Preseptor:

Dr. Oea Khairsyaf, Sp.P (K), FISR

dr. Afriani, Sp.P

BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas biasanya yang kemudian
dapat menyerangbagian tubuh yang berdekatan dan atau menyebar ke organ lain.
Istilah tumor yang biasa digunakan adalah tumor ganas atau neoplasma. Kanker
dapat memengaruhi hampir semua bagian tubuh dan memiliki banyak subtipe
anatomi dan molekular yang masing- masing sehingga memerlukan strategi
manajemen yang spesifik. (World Health Organization. Cancer. Geneva:
Switzerland; 2018)
Secara Internasional, kanker paru merupakan jenis kanker yang paling
umum dan penyebab utama kematian pada pria. Kanker paru juga merupakan
penyebab utama ketiga kematian oleh sebab kanker setelah kanker payudara dan
kanker kolorektal, serta kanker paru merupakan penyebab kedua kematian terkait
kanker setelah kanker payudara pada wanita. (Mao, Y; Yang, D; He, J; Krasna,
MJ. Epidemiology of Lung Cancer: Surg Oncol Clin. 2016; 25 (439-45))
Kanker paru menyumbang lebih dari 1,8 juta kasus kanker baru
terdiagnosis (13%dari total kasus kanker yang didiagnosis) dan penyumbang 1,6
juta kematian terkait kanker di seluruh dunia setiap tahunnya. Insiden kanker paru
menurun di Negara maju, namun sebaliknya, terjadi peningkatan angka kejadian
kanker paru di negara yang kurang berkembang. (Gridelli C, RossiA, Carbone DP.
Non Small Cell Lung Cancer.Nature Riviews, 2015). Hal tersebut terjadi karena
di negara berkembang memiliki angka konsumsi rokok yang tinggi baik oleh pria
ataupun wanita. Selain dari itu, akses ke layanan kesehatan antara negara maju
dan berkembang sangat berbeda, sehingga adanya keterlambatan diagnosis dan
tatalaksana pada kejadian kanker paru di negara berkembang, masalah yang lain
yang muncul adalah adanya kontaminasi lingkungan dan juga aspek sociokultural.
Kemudian data terbarudi tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan kasus
yaitu kanker paru menduduki peringkat pertama kanker terbanyak diseluruh dunia
dengan jumlah kasus baru yang didiagnosis yaitu sebanyak 2.093 juta kasus
(11,6% dari total kasus) dengan 1,76 juta kematian (18,4% dari total kasus). (Bray
F, Ferlay J, Soerjomataram I, et al. Global Cancer Statistics 2018: GLOBOCAN
Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries.
Cancer J Clin. 2018;68:394-424. American Cancer Society:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.3322/caac.21492
Menurut World Health Organization antara 30-50% kematian akibat
kanker dapat dicegah dengan memodifikasi atau menghindari faktor risiko
utama penyebab kanker itu sendiri yaitu seperti menghindari konsumsi produk
tembakau (rokok), konsumsi alkohol, menjaga berat badan yang sehat ,
berolahraga secara teratur dan mengatasi faktor risiko terkait infeksi. Dalam upaya
mengurangi kecacatan yang signifikan, penderitaan dan kematian yang
disebabkan oleh kanker di seluruh dunia, diperlukan program yang efektif dan
terjangkau dalam diagnosis dini, skrining, dan perawatan paliatif. (World Health
Organization. Cancer. Geneva: Switzerland; 2018)
Kanker paru masih menjadi beban di seluruh dunia terutama pada negara
miskin dan negara berkembang oleh karena sering kali terjadinya keterlambatan
dalam diagnosis dan tatalaksana oleh berbagai faktor yang ada, baik dari faktor
pasien dokter ataupun sarana dan prasarana diagnostik yang terbatas. Berdasarkan
data dari WHO sebelumnya bahwa kanker dan kematian akibat kanker dapat
dicegah untuk itu sangat penting bagi semua pihak mengetahui dengan baik
bagaimana langkah yang tepat untuk menghindari kanker.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan case report ini bertujuan untuk menambah pemahaman tentang
definisi, epidemiologi, pathogenesis, dan patofisiologi serta contoh kasus tentang
kanker paru untuk menghindari beban kanker terhadap pasien maupun keluarga.
1.3 Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas tentang Kanker Paru.

1.4 Metode Penulisan


Laporan kasus ini ditulis dengan metode diskusi dengan merujuk berbagai
referensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kanker Paru


Kanker paru atau karsinoma bronkogenik adalah tumor yang berasal dari
parenkim paru atau bronkus. Kanker paru secara histologis terbagi menjadi dua
tipe, yaitu Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan non-Small Cell Lung Cancer
(NSLCLC). (Siddiqui F, Siddiqui AH. Lung Cancer. In: StatPearls; 2019).
Kanker paru juga didefinisikan sebagai tumor ganas yang tumbuh dengan
cara yang tidak terkendali di salah satu atau kedua paru. Kanker yang dimulai
pada paru dikenal sebagai kanker paru primer. Kanker paru primer ini dapat
menyebar dapat menyebar ke bagian lain dari paru itu sendiri seperti kelenjar
getah bening, otak, kelenjar adrenal, hati dan tulang. Terkadang kanker dimulai di
bagian lain dari tubuh dan menyebar ke parenkim paru, hal ini dikenal sebagai
kanker paru sekunder atau metastasis paru.
2.2 Patogenesis Kanker Paru
2.3 Patofisiologi Kanker Paru
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. YN
No. RM : 01-04-95-10
Tanggal Masuk : 16 Mei 2019
Tanggal Lahir : 21 September 1994
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir
Alamat : Perum Indarung No.21 Kelurahan Padang Bintung,
RT 02 RW 03 Kota Padang
Agama : Islam
Status : Menikah
Negeri Asal : Indonesia

3.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 60 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 16 Mei 2019 dengan:
Keluhan Utama
Sesak napas yang meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Sesak napas meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas tidak
menciut. Sesak napas meningkat karena aktivitas dan batuk. Sesak napas tidak
dipengaruhi cuaca, makanan dan emosi. Sesak tidak berkurang dengan perubahan
posisi tertentu. Sesak napas sudah dirasakan sejak 10 bulan yang lalu. Pasien sudah
dikenal dengan small cell carcinoma dari hasil TTB (20 Oktober 2018) di RS Awal
Bros Batam namun pasien menolak untuk dikemoterapi.
 Batuk ada. Pasien mulai merasakan batuk sejak 6 bulan yang lalu. Batuk hilang
timbul. Batuk berdahak berwarna putih dan bersifat encer.
 Batuk darah tidak ada.
 Nyeri dada tidak ada
 Bengkak diwajah dan leher sejak 3 hari yang lalu
 Suara serak dirasakan sejak 1 minggu yang lalu
 Nyeri menelan tidak ada
 Demam tidak ada
 Keringat malam tidak ada
 Penuurunan BB ±20kg dalam 6 bulan
 Penurunan nafsu makan ada.
 Mual dan muntah tidak ada.
 Nyeri Ulu hati tidak ada
 BAK dan BAB tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat minum obat OAT sebelumnya tidak ada
 Riwayat TB tidak ada
 Riwayat DM tidak ada
 Riwayat Penyakit Jantung ada pada tahun 2014
 Riwayat keganasan organ lain tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat TB tidak ada
 Riwayat DM tidak ada
 Riwayat Hipertensi dan Penyakit Jantung tidak ada
 Riwayat keganasan organ lain tidak ada
Riwayat kebiasaan, sosial, pekerjaan
 Pasien bekerja sebagai seorang operator alat craine
 Pasien merokok sejak usia 18 tahun selama 40 tahun, rokok kretek dikonsumsi
sebanyak ±40 batang/ hari, berhenti sejak 6 bulan yang lalu (Statys Perokok, IB
berat)
 Pernah mengkonsumsi alkohol
 Riwayat Free Sex disangkal
 Riwayat penggunaan narkoba suntik disangkal
 Riwayat penggunaan tatoo tidak ada
3.3 Pemeriksaan Fisik (Penilaian awal medis pasien rawat inap)
3.2.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 83 kg
IMT : 28,7Kg/m2
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/menit
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,8°C

3.2.2 Status Lokalis


Kepala : Normocepal, simetris, tidak ada kelainan anatomis pada kepala, rambut
tidak mudah rontok, warna hitam dengan uban, tidak terlihat adanya
bekas luka, tanda inflamasi maupun tumor. Tidak ada sianosis, ikterik,
pucat maupun flushing pada kulit wajah.
Mata : Pupil isokor, reflek cahaya langsung dan tidak langsung positif pada
mata kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada bentuk mata, tidak tampak
adanya strabismus, tidak tampak adanya katarak, tidak ada tanda
inflamasi pada mata, tidak ada sekret, konjungtiva anemis tidak ada dan
sklera ikterik tidak ada.
Mulut : Tidak sianosis, tidak anemis, tidak ditemukan adanya bekas luka, tanda
inflamasi maupun tumor, dan tidak ada oral thrush.
Leher : Simetris, tidak tortikolis.
JVP : 5+ 0 cmH20
Trakea : Tidak terlihat adanya deviasi
KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas atas jantung sejaar RIC II
Batas kanan jantung1jari lateral linea sternalis dextra
Batas kiri jantung1jari lateral linea midclavicula sinistra
Auskultasi : suara jantung normal tidak ditemukan bising
S1 S2 irama regular
Paru Depan
Inspeksi : (statis): Normochest, dada simetris kanan dan kiri
(dinamis): paru kanan gerakannya lebih tertinggal dari yang kiri
Palpasi : fremitus paru kanan melemah dari yang kiri
Perkusi : Kanan : atas – setinggi RIC IV: Pekak, RIC V ke bawah:
Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi : Suara napas kanan : Atas – RIC IV: melemah- menghilang
RIC V ke bawah: Bronkovesikular, Ronkhi-, wheezing -
Suara napas kiri : Bronkovesikular, Ronkhi-, wheezing -
Paru Belakang
Inspeksi : (statis): Normochest, dada belakang simetris kanan dan kiri
(dinamis): paru kanan gerakannya lebih tertinggal dari yang kiri
Palpasi : fremitus paru kanan melemah dari yang kiri
Perkusi : Kanan : atas – setinggi RIC IV: Pekak, RIC V ke bawah:
Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi : Suara napas kanan : Atas – RIC IV: melemah- menghilang
RIC V ke bawah: Bronkovesikular, Ronkhi-, wheezing -
Suara napas kiri : Bronkovesikular, Ronkhi-, wheezing -
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat distensi, tidak terlihat adanya bekas luka, tanda
inflamasi maupun tumor
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri epigastrium (-)
nyeri tekan lepas tidak ada
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstremitas :udem tidak ada, clubbing finger tidak ada
3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Hb 13,7 mg/dl Ureum 28 mg/dl

Leukosit 9.580 Kreatinin 0,8 mg/dl

Trombosit 378.000 SGOT 20 u/L

Ht 42 SGPT 12 u/L

Total Protein 7 g/dl Bilirubin Total 0,5 mg/dl

Albumin 3,7 g/dl Bilirubin I 0,2 mg dl

Globulin 3,3 g/dl Bilirubin II 0,3 mg/dl

pH 7,473 Natrium 138 Mmol/ L

pCO2 35,1 mmHg Kalium 3,7 Mmol/ L

pO2 83,5 mmHg Clorida 108 Mmol/ L

Kesan labor : Albumin rendah, Globulin tinggi

3.4 Rontgen
Rontgen Thorax 1: Rontgen Thorax 2:

Rontgen Thorax 3:

Kesan : Massa Paru Kanan, dengan pendorongan


jantung ke arah kiri
3.5 Diagnosis Kerja
Ca Bronkogenik jenis small cell carcinoma T4N0M0 minimal stage III A PS
70- 80 dengan Sindroma Vena Cava Superior.

3.6 Tatalaksana
Rencana Pengobatan
- Nasal kasul O2 3-4 L
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- Injeksi Furosemid 1x 1 amp
- Injeksi dexamethasone 3x 1 amp
- Radioterapi Emergency
BAB IV
DISKUSI

Keluhan utama pasien terdapat sesak nafas 3 hari sebelum masuk RS,
keluhan sesak nafas ini belum suatu gejala yang khas suatu penyakit paru bagi
pasien. Sesak nafas ini dapat terjadi oleh berbagai gangguan seperti gangguan
pada kardiovaskular, system respirasi , gangguan metabolik gangguan
neuromuscular ataupun kondisi psikogenik. Kondisi sesak nafas/ dyspnea sering
diartikan sebagai sensasi tidak nyaman kualitatif yang bervariasi intensitasnya
dapat terjadi akut maupun kronik. Sensasi yang berbeda ini sering dilaporkan
sebagai usaha nafas yang meningkat, rasa sesak di dada, dan air hunger (perasaan
tidak cukup menghirup inspirasi) yang disebabkan oleh ventilasi pulmoner yang
tidak sesuai untuk dorongan bernapas hal ini timbul dari ketidakcocokan antara
reseptor aferen di saluran udara, paru- paru dan struktur dinding dada dan aktivitas
motorik pernapasan pusat. Kemoreseptor salah satunya bertanggung jawab
terhadap terjadinya sesak nafas. Kemoreseptor terletak pada carotid bodies dan
medulla akan mengenali adanya perubahan pada gas darah seperti O2, CO2, dan
H+. Pada paru, Juxtacapillary Receptors (Coccia CBI, Palkowski GH,
Schweitzer B, Motsohi TNtusi NAB. SAMJ. Dyspnoea: Pathophysiology and a
Clinical Approach.2016; 16(1): 32-6)

Pada pasien terdapat keluhan batuk sejak 6 bulan yang lalu, yang artinya
pada pasien sudah terjadi batuk kronik. Batuk merupakan gejala yang umum pada
berbagai macam penyakit paru (PPOK, Asma, Bronkiektasis, TB Paru, Tumor,
dll) dan beberapa kondisi non-respirasi (GER dan rhinosinusitis) maupun efek
samping dari pemakaian obat tetentu seperti pemakaian ACE inhibitors.(Smith JA
and Woodcock A. Chronic Cough. N ENGL J MED. 2016;375:1544). Batuk
dapat terjadi disebabkan oleh adanya reflek batuk yang dimediasi oleh batang otak
yang diaktifkan oleh saraf sensoris vagal aferen yang terletak di ekstra paru.
Badan saraf terletak di ganglia jugularis dan nodusa, sementara ujung sarafnya
terletak di dalam laring, trakea, dan bronkus. Aktivitas saraf ini diaktifkan oleh
adanya rangsangan mekanik dan atau kimia. Semua sinaps aferen terletak di
nucleus tractus solitarius (NTS) di batang otak, sehingga apabila impuls telah
sampai ke lokasi tersebut akan muncul manifestasi batuk. (DR. Amelie Sylvia
Mary Harle. The Characterisation and Treatment of Cough In Lung Cancer
(Thesis). Manchester: Faculty Of Medical and Human Sciences University Of
Manchester; 2015)

Gambar 4.1 Mekanisme Refleks Batuk


Batuk terjadi karena adanya peranan nosiseptor perifer pada saluran nafas.
Nosiseptor bertanggung jawab terhadap mekanisme sensitisasi perifer. Tranduksi
ataupun kanal ion terletak pada nosiseptor perifer. Paparan terhadap mediator
inflamasi dan faktor neurotopik melalui nosiseptor periferakan menyebabkan
kanal menjadi hipersensitif dan menyebakan hyperalgesia. Mekanisme ini terjadi
pada pasien dengan kanker paru dengan batuk kronik. Tumor dapat mengeluarkan
mediator pro-inflamasi, stimulasi mekanik jangka panjang, infeksi kronik yang
akan merangsang vagal afferent neural pathways sehingga menyebabkan batuk
kronis. DR. Amelie Sylvia Mary Harle. The Characterisation and Treatment of
Cough In Lung Cancer (Thesis). Manchester: Faculty Of Medical and Human
Sciences University Of Manchester; 2015.

Selanjutnya, pada pasien juga terdapat wajah dan leher sembab sejak 1
minggu yang lalu. Pada pasien dengan tumor paru, klinisi wajib berfikir tanda
tersebut merupakan suatu Sindroma Vena Cava Superior (SVCS), karena
sekarang ini, penyebab ternbanyak munculnya SVCS adalah malignansi/
keganasan, penyebab lainnya terhitung 20- 40%. Keganasan yang palinng umum
menyebabkan SVCS adalah kanker paru. SVCS pada kanker paru kebanyakan
terkait dengan Small Cell Lung Cancer (SCLC) daripada Non- Small Cell Lung
Cancer (NSCLC), karenan kebanyakan SCLC ini, perkembangannya lebih sentral
dibandingkan dengan NSCLC. Tapi, karena insiden NSCLC lebih tinggi
dibandingkan dengan SCLC pada kasus kanker paru secara umum, NSCLC juga
disebutkan sebagai penyebab utama SVCS, pada dasarnya adalah karena adanya
obstruksi atau penekanan pada vena cava superior dan percabangannya (vena
azigos) apapun penyebabnya. (Paraschiv et al. Superior Vena Cava Superior.
Archives of The Balkan Medical Union. 2017; 52(1): 39- 41).

Gambar 4.2 Sindroma Vena Cava Superior


Penurunan nafsu makan pada pasien ini pada kasus keganasan bisa
disebabkan banyak faktor, penyebab primernya disebabkan oleh adanya
peningkatan sitokin pro-inflamasi atau peningkatan laktat yang kemudian akan
memodulasi cascade sistem saraf pusat,selain dimediasi melalui mekanisme
sentral, penurunan nafsu makan pada keganasan juga terjadi melalui mekanisme
perifer. Penyebab perifer penurunan nafsu makan pada pasien kanker adalah
biasanya disebabkan oleh tumor yang menyebabkan disfagia atau sulit menelan,
atau secara langsngberdampak langsung pada fungsi saluran pencernaan, sitokin
yang dihasilkan oleh tumor seperti laktat, triptofan, atau peptide terkait
parathormon yang akan memengaruhi asupan nutrisi dari pasien. Sementara itu
penyeab sentral dari penurnan nafsu makan ini adalah depresi, rasa sakit dan
perubahan neurotransmitter. Perubahan neurotransmitter pada depresi yang
bertanggung jawab pada anoreksia adalah muncul karena adanya perubahan
serotonin dan corticotrophin releasing factor (CRF). Sitokin pro inflamasi akan
menyebabkan keterlambatan waktu pengosongan lambung. (CC Ezeoke and JE
Morley.Patophysiology of Anoexia in the Cancer Cachexia Syndrome. Journal of
Cachexia, Sarcopenia, and Muscle. 2015;6: 287-8).

Sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α, IL-1, IL-6, dan IFN-ϒ memainkan


peran dalam etiologi dari kakheksia dan penurunan nafsu makan yang berujung
pada penurunan berat badan pada pasien kanker. Reseptor TNF-α dan IL-1
ditemukan di area hipotalamus yang bekerja dalam regulasi intake makanan.
Anorexia terjadi karena TNF-α dan IL-6 memblok inhibitor cyclooxygenase
seperti PGE2 yang akan menekan nafsu makan. TNF-α akan meningkatkan
gluconeogenesis, lipolysis, dan proteolysis, menurunkan pembentukan protein,
lipid, glikogen, dan menginduksi pembentukan IL-1 sehingga memunculkan
gejala kakheksia yaitu berupa penurunan berat badan. Sementara itu, IL-1
menginduksi terjadinya anoreksia pada pasien kakheksia dengan meningkatkan
kadar tryptofan, serotonin yang menyebabkan perasaan kenyang dan menekan
rasa lapar. Pada dasarnya, semua sitokin yang dihasilkan oleh kanker, akan
menyebabkan penurunan nafsu makan dan katabolisme bagi pasien kanker
tersebut yang berujung kepada penurunan berat badan. (Aoyagi T, Terracina KP,
Raza A, et al. Cancer Cachexia, Mechanism and Treatment. World J Gastrointest
Oncol: 2015; 7(4): 17- 20)
Gambar 4.3 Efek Sitokin Pro-Inflamasi dari Kanker
Selanjutnya, pada pasien terdapat gejala suara serak sejak 1 minggu yang
lalu, suara serak dapat disebabkan oleh berbagai macak penyebab mulai dari yang
paling ringan penyababnya yaitu infeksi virus yang bersifat self-limited hingga
yang paling berat yaitu yang disebabkan oleh adanya massa yang mensupresi jalur
persarafan yang bertanggung jawab atas timbulnya suara pada vocal cord yang
akhirnya menimbulkan manifestasi berupa suara serak. Pada Tn. YN suar aserak
yang beliau rasakan tampaknya merupakan suatu efek dari tumor intratorak yang
dalam hal ini adalah tumor paru nya. Saraf yang membuat pita suara bergetar
terdiri dari saraf- saraf yang berasal dari regio nucleus ambiguus di batang otak.
Saraf yang kemudian muncul dari nucleus tersebut disebut dengan nervus vagus
yang membentang hingga toraks dan cavum abdomen. Saraf ini bercabang 2 ke
laring melalui bagian basal tengkorak, percabangan tersebut yaitu Superior
Laryngeal Nerve dan Recurrent Laryngeal Nerve (RNL). (Oner AO, Budak ES
and Kurt GHK. Left Vocal Cord Paralysis Detected by PET/ CT in a Case of
Lung Cancer (Case Report). 2015). Otot yang bekerja untuk menggerakkan pita
suara diinervasi oleh RNL, jadi apabila terdapat lesi pada bagian proksimal dari
RNL ataupun pada RNL itu sendiri akan terjadi paralisis pita suara yang akan
mengganggu fungsi fonasi.(Dankbaar JW and Pameijer FA. Vocal Cord Paralysis:
Anatomy , Imaging, and Pathology. Insigh Imaging. 2014; 5: 743)
Pada riwayat kebiasaan pasien, Tn. YN diketahui merokok sejak usia 18
tahun selama 40 tahun, rokok kretek dikonsumsi sebanyak ±40 batang/ hari,
berhenti sejak 6 bulan yang lalu (Status Perokok, IB berat). Hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian kanker pada pasien ini adalah, bahwa
merokok merupakan risiko faktor utama perkembangan kanker paru , 80% laki-
laki dan 50% perempuan dengan kanker paru berstatus sebagai perokok atau
bekas perokok. Kanker paru merupakan penyebab terbanyak kematian terkait
penggunaan tobacco. Kebiasaan merokok tampaknya menjadi risiko yang akan
mempercepat proses berkembangnya kanker paru terutama lagi bagi orang yang
memiliki genetic kanker. (Gridelli C, RossiA, Carbone DP. Non Small Cell Lung
Cancer.Nature Riviews, 2015).
Pada kesan pemeriksaan labor pasien ditemukan albumin sedikit dibawah
nilai rujukan dengan peningkatan globulin. Produksi albumin yang menururn
dapat terjadi karena adanya penghambatan oleh sitokin pro-inflamasi didalam
sirkulasi pasien yaitu seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6 yang dihasilkan oleh tumor.
(V Gounden and I Jialal.. Hypoalbuminemia. In: StatPearls Publishing: 2019)
Diagosis kerja adalah : Ca Bronkogenik jenis small cell carcinoma T4N0M0
minimal stage III A PS 70- 80 dengan Sindroma Vena Cava Superior. Staging
TNM pada dianosi pasien ini dapat dilihat deskripsinya pada tabel berikut : (
Detterbeck FC. Thracic: Feature xpet Opinon: Lung Cancer The Journal Of
Toracic and Cadiovasclar Sugery 2018; 155:1: 356-9). Sementara itu, globulin
mengalami peningkatan, globulin memiliki turunan dianatarnya protein carier,
enzim, complement dan immunoglobulin, peningakatn globulin ini tampaknya
menjadi suatu tanda adanya usaha tubuh untuk memproduksi kompelemet dan
globulin untuk melawan sel asing dari kanker.
Gambar 4.4 Deskripsi TNM
Sementara itu, staging kanker paru pasien pada kasus ini yaitu stage IIIA
di dasarkan pada sistem staging pada tabel berikut :

Gambar 4.5 Staging TNM


Dari hasil pemeriksaan rontgen thorax yang didapatkan pasien terdapat
gambaran perselubungan homogen di hemitoraks kanan bentuk bulat dengan batas
tegas tepi irregular kesan tumor paru kanan.

Kemudian, pada pasien direncana terapi seperti berikut:


- Nasal kasul O2 3-4 L : Untuk mempertahan saturasi oksigen pasien
dalam batas normal dan meningkatkannya dengan perlahan serta
sebagai upaya dalam membantu usaha bernafas pasien.
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf : Bertujuan untuk maintenance
cairan
- Injeksi Furosemid 1x 1 amp : Pada pasien sudah mulai muncul
hipoalbuminemia yang akan menunrukan tekanan onkotik yang
beujung pada kebocoran plasma ke ruang interstisial, pada pasie
juga terjadi SVCS yang menyebabkan gangguan aliran darah balik
menuju jantung kanan hal tersebut dikhawatirkan akan terjadi
penumpukan cairan pada pasie, untuk mengontrol cairan itu lah
diberikan furosemide 1x 1 amp.
- Injeksi dexamethasone 3x 1 amp : Untuk mengurangi gejala sakit
dan inflamasi yang timbul pada pasien.
- Radioterapi Emergency
BAB V
KESIMPULAN

Kanker paru merupakan kanker yang paling umum terjadi baik pada pria
ataupun wanita dengan angka kematian yang tinggi.Kanker paru sangat erat
kaitannya dengan kebiasaan merokok terutama pada perokok aktif. Pada pasien
dengan kanker paru dapat muncul berbagai keluhan respirasiseperti sesak nafas,
batuk, batuk darah maupun nyeri dada. Selain dari gejala respirasi, pada pasien
dengan kanker paru juga dapat muncul gejala tambahan lain seperti adanya
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan sebagai akibat dari sitokin
yang dikeluarkan oleh sel kanker tersebut. Selain itu gejala lain yang mungkin
timbul adalah berkaitan dengan obstruksi ataupun supresi oleh massa tumor
terhadap struktur yang berada di sekitarnya, yaitu seperti dapat memunculkan
gejala suara serak dan SVCS. Untuk itu, sangat penting penatalaksaanaan
menyeluruh pada pasien kanker paru untuk dapat meningkatkan quality of life.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai