Anda di halaman 1dari 12

OSTEOMALASIA

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak


memadainya mineralisasi tulang. (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets). Pada
orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan deformitas skeletalnya tidak seberat
pada anak karena pertumbuhan skeletal telah selesai. Pada pasien ini, sejumlah besar
osteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi. Diperkirakan bahwa
efek primernya adalah kekurangan vitamin D (kalsitrol), yang memacu absorpsi
kalsium dari traktus gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi,
kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang. Sebagai
akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh,
menyebabkan nyeri,nyeri tekan, pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik.

Etiologi

Diperkirakan bahwa efek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif


(kalsitrol), sebagai akibat kegagalan mineralisasi terjadilah perlunakan dan
kelemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan skelet, dan
perlengkungan tulang serta karena fraktur patologi.
Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :

1. Menurunnya penyrapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa


usus halus proksial dan penyakit ileum.
2. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan
peningkatan kerja elzim-elzim oksidase hati.
3. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat.
Patofisiologi

Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolism
mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet,
gastrektomi, gagal ginjal kronik, terafi anti konvulsan berkepanjangan ( fenitoin,
fenobarbital), dan kekurangan vitamin D.
Tipe malnutrisi (kekurangan asupan vitamin D sering berhubungan dengan
asupan kalsium jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi memakan makanan dan
kurangnya mengenai nutrisi juga merupakan salah astu factor. Selain itu juga akibat
terpanjang sinar matahari.
Osteomalasia dapat pula terjadi sebagai akibat kegagalan absobsi kalsium atau
kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gastrointestinal dimana absorbsi
lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalsia melalui kehilangan vitamin D
(bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium, kalsium disekresi
melalui feces dalam kombinasi dengan asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit
seliak,obstruksi biliaris kronik, pancreatitis kronik dan sereksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis,kalsium yang tersedia yang
digunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan
pelepasan kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH
psiologis. Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosis tulang
dan kista tulang. Glumerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam
berat mengakibatkan berkurangnya kadar fosfat serum dan demeneralisasi tulang.
Penyakit hati dan ginjal pun dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D
karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D kebentuk
aktif. Akkhirnya hiperparatiroidisme mengakibatkan deklasifikasi skelet dan artinya
osteomalasia dengan peningkatan ekskresi fosfat dalam urine.

PATHWAY

Kekurangan asupan vitamin D



Kurangya asupan kalsium

Factor kemiskinan

Makan makanan kurang sehat

Kekurangan kebutuhan nutrisi

Manifestasi Klinik
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia adalah
nyeri pada tulang dan nyeri tekan tulang. Sebagai kekurangan kalsium biasanya
terjadi kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang. Pada
penyakit yang telah lanjut tungkai jadi melengkung karena tarikan otot dan berat
tubuh. Vertebra yang melunak mengalami konpresi sehingga mengalami pemendekan
tinggi badan dan merusak bentuk thorak (kifosis).

Sekrum terdorong ke bawah dan ke depan sedangkan pelvis tertekan kelateral. Kedua
deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan
perlunya dilakukan seksio secare pada wanita hamil yang terkena penyakit ini.
Kelemahan dan ketidakseimbangan mengakibatkan risiko jatuh dan fraktur.

Pemeriksaan Penunjang
Pada foto X-ray jelas terlihatdeminetalisasi tulang secara umum. Pemeriksaan
vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang
jelas. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan kadar kalsium
fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Kalsium urine
dan ekskresi kreatinin rendah. Sementara pada biopsi tulang menunjukan peningkatan
jumlah osteoid.

Penatalaksaan
Berikut penanganan yang biasanya dilakukan pada penderita osteomalasia
berdasarkan penyebabnya :

1.Jika kekurangan kalsium


Jalan satu-satunya memperbanyak konsumsi unsur kalsium sehingga memperkuat
kerja sel osteoblas (pembentuk tulang). Oleh sebab itu,makanan seperti sayur-
sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt, sangatlah disarankan. Suplemen
kalsium dapat ditambahkan baik yang berbentuk sirup atau tablet dengan konsumsi
1,5 gram per hari. Kekurangan kalsium juga menyebabkan mudah mengalami kram
pada otot tangan dan kaki serta terganggunya tekanan darah.

2. Jika kekurangan Vitamin D


Perbanyak mengkonsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan,
dan susu. Bisa juga dengan sering berjemur di bawah sinar matahari karena akan
membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh. Waktu yang tepat untuk berjemur
sekitar pukul 7-9 pagi dan sore pada pukul 16-17. Berjemur di luar waktu tersebut
justru berbahaya karena matahari banyak mengeluarkan sinar ultraviolet yang dapat
mnyebabkan kanker kulit dan katarak.

3.Jika karena gangguan ginjal atau hati


Langkah pertama adalah menyembuhkan dulu gangguan/penyakit tersebut. Biasanya
terapi yang dilakukan lebih lama karena gangguan ginjal maupun hati mengganggu
metabolism penyerapan kalsium.

4.Jika karena pengaruh atau efek samping dari obat-obatan seperti steroid maka
konsumsi obat itu harus segera dikurangi atau kalau bisa diganti dengan obat yang
bisa menyerap kalsium.

5.Jika sudah terlanjur mengalami patah tulang


Mau tak mau harus dilakukan tindakan seperti gips untuk patah tulang di bagian
lengan. Kalau patah tulang di bagian tungkai atau tulang paha dilakukan dengan
biopsi. Berbeda patah tulang pada anak-anak relative mudah tersambung
kembali,yakni sekitar tiga bulanan. Tindakan selanjutnya upaya rehabilitasi atau
fisioterafi untuk melatih kemampuan atau keterampilan gerak. Misalnya, melatih
keseimbangan duduk, berdiri, dan berjalan.

PROSES KEPERAWATAN PASIEN OSTEOMALASIA

 PENGKAJIAN

Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggung
bawah dan ekstermitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran ketidakyamanan tidak
jelas. Pasien mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara, informasi mengenai
penyakit yang juga ada(mis, sindrom malabsorpsi) dan kebiasaan diet harus
diperoleh.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan deformitas skelet. Deformitas vertebra dan


deformitas lengkungan tulang panjang membuat penampakan pasien menjadi tidak
normal dan jalannya membebek. Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa
tidak nyaman dengan penampilan mereka.

 DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien biasa meliputi


yang berikut:

 Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dengan program tindakan.

 Nyeri yang berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.

 Gangguan konsep diri yang berhubngan dengan tungkai melengkung, jalan


bebek, deformitas vertebra.
 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Rasa nyeri berkurang

KH : Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dengan benar,TTV klien


normal,Wajah klien tampak tenang dan tidak meringis

 Intervensi dan Rasional :


1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
2. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri

3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter,


bebat,brace.
Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
pada sendi

4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-
sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit
dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan.

6. Berikan masase yang lembut


Rasional : Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
7. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan
pengendalian napas.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping

8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.


Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat

9. Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.


Rasional : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

10. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)


Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

11. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan


Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut

IMPLEMENTASI

A. IMPLEMENTASI

Adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawat kedalam


bentuk intervensi keperawatn guna membentuk klien mencapai tujuan yang telah di
tetapkan.
Kemapuan perawat pada tahap implementasi adalh kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk mengatasi adalah yng efektif, kemampuan untuk
mencipatakan hubungan saling percaya dan saling bantu kemapuan melakukan
tehknik psikomotor ,melakukan observasi , sistematis kemapuan memberikan
penkes , meliputi advokasi dan kemapuan evaluasi.

Intevensi keperawatan berlangsung dalam 3 tahap :

a. Fase pertama adalah fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang


validasi rencana , implementasi rencana, ;persiapan klien dan keluarga.
b. Fase kedua adalah merupakan puncak implementasi keperawatan yang
berorentasi pada tujuan.
c. Fase ketiga adalah meruapakan terminasi perawat – klien setelah
implementasi keperwatan selesai di lakukan.

Implementasi tindakan keperwatan di bedakan menjadi 3 kategori yaitu :

1. Independent adalah sutu kegatan yang di laksanakan oleh perawat tanpa


petunjuk dari dokter atau tenag kesehatn lainnya.

Lingkup tindakan independent antara lain :


 Mengkaji klien atau kelurga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
 Mengkaji klien atau keluarga atau melalui riwayat keperwatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
 Merumuskan diagnosis keperwatan sesuai respons klien yang memerlukan
intervensi keperwatan.
 Mengidentifiksi tindakan keperawatan untuk memprtahankan atau memulihkn
kesehatan klien.
 Mengevalusi respons klien terhadap tindakan keperwatan dan medis
2. Interdependen adalah sutu kegiatan yang memerlukan kerjasama dari tenaga
kesehatan lain misal ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
3. Dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis /
intruksi dari tenaga medis.
EVALUASI

A. EVALUASI
Adalah tahap akhir dari proses keperwatn yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan rencana hasil akhir yang teramati dan tujuan criteria hasil yang di buat
pada tahap perencanaan, evaluasi dilakukan secara bersinambungan denagan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Secara umum evalusi di tunjukan untuk :


 Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
 Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapi apa belum
 Mengkaji penyebab apa jika tujuan asuhan keperwatan belum tercapai

Evaluasi terbagi atas 2 jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif :
 evalusi formatif berfokus pada aktifitas proses keperwatan dan hasil tindakan
keperwatan. Perumusan evaluasi formatif memiliki 4 komponen yang di kenal dengan
SOAP yakni subjektif, objektif, analisa data , perencanaan.
 Evaluasi sumatif adalah evalusi yang di lakukan setelah semua aktifitas,
proses keperwatan selesai di gunakan.
a. Evaluasi ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperwatan
yang telah di berikan.
b. Metode yang digunakan pada evalusi jenis ini adalah wawancara pada akhir
layanan, menanyakan respon klien dan kelurga terkait dalam keperwatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan
Ada 3 kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan.
 Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah di tentukan.
 Tujuan tercapai sebaian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika
klien menunjukan perubahan pada sebagian criteria yang telah di tetapkan.
 Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan
tidak ada dapat kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.

Evaluasi hasil yang di harapkan :

 Tidak terjadi infeksi dan mencapai masa penyembuhan tepat waktu.


 Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan dan mempertahankan tingkat
kesadaran ,tanda – tanda vatal stabil .
 Tidak mengalami kejang atau cidera kepala.
 Melaporkan nyeri hilang.
 Mempertahankan atau meningkan kekuatan dan fungsi umum.
 Tidak adanya perubahan persepsi sensori.
 Ansietas berkurang sampai tingkat dapat di atasi.
 Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.

Anda mungkin juga menyukai