Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian

Program Pendidikan Klinik Bagian Ilmu Radiologi

di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

Pembimbing :

dr. Hj. Lesi Yalestiati, M.Sc., Sp.Rad.

Disusun oleh :

Putri Wahyu Ningsih 14711122

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI
2018

FORM REFLEKSI KASUS


1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
__________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Putri Wahyu NingsihNIM : 14711122
Stase : Radiologi
Identitas Pasien
Nama / Inisial : An. ARP No RM : 418***
Umur : 11 tahun Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosis/ kasus : Massa cerebri dd abses
Pengambilan kasus :
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus
yang diambil ).
Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien dibawa ke IGD anak Rumah Sakit Dr. Soedirman Kebumen dengan
keluhan kejang. Stau bulan SMRS pasien mulai mengeluhkan kelemahan anggota
gerak kiri. Dari alloanamnesis, ibu pasien mengatakan kalau badan sebelah kirinya
terasa seperti lemas dan kebas. Namun pasien dapat beraktifitas seperti biasa. Tiga hari
SMRS pasien tidak bisa menggerakkan tubuh bagian kiri. Pasien kejang sebanyak 2
kali seluruh tubuh selama kuran lebih 5 menit setiap kejang. Setelah kejang, pasien
sadar namun terlihat bingung dan mengatakan sakit kepala. Satu hari SMRS pasien
kejang lagi dan muntah sebanyak dua kali. setelah itu pasien sulit diajak komunikasi.
Lalu oran tua segera membawa ke RSUD Dr. Soedirman. Keluhan seperti batuk, pilek,
keluar cairan dari telinga, demam saat sebelum kejang disangkal oleh orang tua pasien.
Riwayat jatuh atau terbentur di kepala juga disangkal. Di keluarga pasien tidak ada

2
yang memiliki riwayat kejang. Riwayat keganasan di keluarga juga disangkal.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :

Pasien merupakan anak pertama dan tinggal bersama satu adik dan kedua orang
tuanya di sebuah desa di Kabupaten Kebumen. Sehari-hari ayah pasien bekerja sebagai
wiraswasta, sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Saat ini ibunya juga sedang
hamil ketiga. Pasien sekaran sedang libur kenaikan kelas. Jika pasien lekas sembuh,
pasien baru masuk kelas 6 SD. Lingkungan sekitar pasien berupa perumahan yang rapi
dan bersih. Kondisi rumah tempat tinggal pasien beserta kedua orangtua juga tergolong
rumah sehat.

Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : baik


 Kesadaran : Somnolen
 Vital Sign :
Tekanan darah : tidak dilakukan
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 28x/menit
Temperatur : 36,6 C
 Pemeriksaan thorax : dalam batas normal
 Pemeriksaan abdomen : batas hepar tidak jelas, suara bising usus
menjauh
 Pemeriksaan ekstremitas : hemiparesis sinistrPemeriksaan Penunjang
:

3
 Pemeriksaan CT scan tanpa kontras : Gambaran SOL di thalamus dextra
ukuran l.k 4,7cm disertai edema cerebri perifocal dd/ massa dan abses cerebri
yang menekan aquaductus cerebri sylvii menyebabkan hidrocephalus non
communicans disertai adanya midline shift ringan ke sinistra.

Gambar 1. Hasil HCT scan pasien

Diagnosis: SOL dd massa atau abses dengan hydrocephalus

Rencana Terapi:

 Rujuk ke Bagian Bedah Saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Edukasi

4
 Edukasi terkait penyakit teratoma kongenital (penyebab, gejala klinis, hasil
pemeriksaan, stadium penyakit, pengobatan, dan prognosis)
 Tindak lanjut yang akan dilakukan pada pasien kepada keluarga

Prognosis:

 Ad Sanationam : Malam
 Ad Vitam : Malam
 Ad Fungisonam : Malam

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Tumor/massa otak merupakan pertumbuhan sel-sel otak yan abnormal di dalam
otak. Tumor otak primer terjadi apabila pertumbuhan sel abnormal terjadi pertama
kali di dalam otak, bukan merupakan metastase dari organ lainnya. Tumor otak
mempunyai sifat yan berlainan dibandingkan tumor di tempat lain. Walaupun secara
histolois jinak, namun dapat bersifat anas karena letaknya berdekatan disekitar
struktur vital dan dalam rongga tertutup yan sulit dicapai. Tumor otak merupakan
keanasan kedua setelah leukinia yan sering ditemui pada masa anak-anak yakni
sekitar 20% kasus keganasan pada anak. Angka kejadian tumor otak pada masing
masing populasiberbeda beda, nampaknya angka kejadian tumor otak meningkat pada
negaraindustri. Di Eropa 3,14 per 100.000,di Asia pada populasi orang 1,31 per
100.000 penduduk. Kurang lebih 10% tumor terjadi pada anak usia kurang dari 2
tahun, 20% pada anak usia 2-5 tahun, 25% pada anak usia 5 sampai 10 tahun dan
45% pada anak diatas 10 tahun. Penulis tertarik mengambil kasus ini dikarenakan
anak merupakan harta yang sangat berharga bagi orang tua. Saat dilakukan
anamnesis, keluarga pasien mengatakan jika anaknya sering ranking 1 di kelas.
Tumor otak tentu menjadi penyakit yang akan mengganggu aktifitasnya di sekolah.
Saat ini dikarenakan sakit, pasien juga jadi tidak masuk sekolah terlebih dahulu.

3. Refleksi dari aspek sosial ekonomi beserta penjelasan evidence / referensi yang
sesuai.
Penyakit tumor di otak pada anak merupakan salah satu penyakit kronis yang

5
membutuhkan perawatan paliatif. Perawatan yang dilakukan untuk membantu
meringknkan dari penderitaan fisik sampai psikologis pada pasien yang tidak dapat
disembuhkan atau dalam tahap terminal. Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, emosi,
sosial, spiritual dan kultural dengan pendekatan tim yang melibatkan konseling dan
kenyamanan serta berpusat pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas
hidup. Kualitas hidup pada keadaan sakit didefinisikan oleh WHO adalah suatu
keadaan tercukupinya keadaan fisik, mental dan sosial.
Pasien merupakan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang biasanya alah
seornag nk ynag endapat peringkat 1 di kelas. Tentu penyakit ini membuat anak jadi
tidak bisa bersekolah, dan harus dirawat di PICU terlebih dahulu. Respon yang
ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa anak merasa takut, cemas dan
pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas. Selain itu pasien juga dapat memberi
respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. Anak juga merasa
kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya.
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll.
Anak yang memiliki penyakit massa otak memerlukan beberapa hal dalam
tindakan pengobatan paliatifnya. Komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak untuk
berkomunikasi atau berbicara dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua.
Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit
tersebut. Berdiskusi dengan saudara kandung agar saudara kandung mau ikut
berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat. Social support meningkatkan
koping (Anggriyati, 2015).
Orang tua pasien merupakan seorang pegawai swasta dan ibu rumah tangga.
Ibu pasien saat ini tengah hamil anak ketiga. Tentu keadaan pasien yang saat ini di
diagnosis dengan massa di otak sangat mengejutkan apalagi saat seorang ibu lagi
hamil. Orang tua dihrapkan disini lebih sabar dan tabah sebagai penguat dan
pendamping anak agar ia tidak merasa sendiri menghadapi penyakitnya.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai

Anak merupakan permata yang begitu berharga bagi orangtua. Hal ini

6
dirasakan oleh setiap orangtua, bahkan oleh seseorang yang paling mulia,
Rasulullah n. Demikian pula orang yang paling mulia setelah beliau, Abu Bakr
Ash-Shiddiq z. ‘Aisyah x menceritakan:

‫ بقاَبل أبقبوُ ببيكرر ال د‬z ‫ف‬


‫صدديي ق‬
‫ق‬ ‫ بكيييي ب‬:‫َ فبلبمماَ بخييبربج بربجييبع فبقبيياَبل‬،‫ي ممين قعبمبر‬ َ‫ض برقجلُل أببح ب‬
‫ب إملب م‬ ‫َ بماَ بعبلىَ ايلبير م‬،‫ا‬
‫ بو م‬:َ‫يبيوُمما‬
‫َ بوايلبوُلبقد أبيلبوُطق‬،‫ي‬
‫ أببعبَز بعلب م‬:‫َ فببقاَبل‬،‫ت لبقه‬
‫ي بقنبيمقة؟ُ فبققيل ق‬
‫ت أب ي‬
‫بحلبيف ق‬

“Suatu hari, Abu Bakr Ash-Shiddiq z mengatakan, ‘Demi Allah, tak ada seorang
pun di atas bumi ini yang lebih kucintai daripada ‘Umar (Umar bin Khaththab z,
red.)!’ Ketika Abu Bakr kembali, dia pun bertanya, ‘Bagaimana sumpahku tadi,
wahai putriku?’ Aku pun mengatakan kembali apa yang diucapkannya. Kemudian
Abu Bakr berkata, ‘Dia memang sangat berarti bagiku, namun anak lebih
melekat di dalam hati’.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan
oleh Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 61: hasanul isnad)

Memang, begitu dalam rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada
anaknya. Tak heran, ketika anak sakit, derita yang berat pun turut dirasa oleh
orangtua. Tak sampai hati rasanya melihat anak terbaring pucat, kehilangan gairah
dan keceriaannya, ditambah lagi demam yang tak kunjung reda, diiringi tangisan
menahan rasa sakit. Ingin rasanya menggantikan sakit dan derita si anak. Ingin
rasanya berbuat sesuatu untuk mengenyahkan segala penderitaannya. Namun
ternyata kita tak mampu berbuat apa-apa. Saat-saat seperti ini, orang tua benar-
benar merasakan kelemahan diri.

Oleh karena itu, di saat himpitan melanda seperti ini, kiranya kita harus
mengingat kembali apa kata syariat yang sempurna. Di saat itu pula kita akan
mendapatkan bimbingan, arahan, dan nasihat yang begitu sempurna, hingga kita
tak putus harapan. Dalam Al-Qur’an, Allah telah mengingatkan hamba-hamba-
Nya:

7
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa, dan buah-buahan.
Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-
orang yang apabila ditimpa musibah mengatakan, ‘Kami ini milik Allah dan
kepada-Nya pula kami akan kembali’. Mereka itulah yang mendapatkan kebaikan
yang sempurna dan rahmah dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Kekurangan jiwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah kematian orang-
orang yang dicintai, baik anak-anak, karib kerabat maupun sahabat. Juga berbagai
penyakit yang menimpa diri seorang hamba ataupun menimpa orang yang
dicintainya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 76)

Berbagai cobaan yang disebutkan dalam firman Allah ini pasti akan
menimpa seorang hamba, karena Dzat Yang Maha Mengetahui telah
mengabarkannya, sehingga pasti hal itu akan terjadi sebagaimana Allah l
kabarkan. Maka ketika musibah itu terjadi, manusia pun terbagi menjadi dua
golongan: orang yang sabar dan yang tidak sabar.

Orang yang tidak sabar akan mendapatkan dua musibah; kehilangan orang
yang dicintai yang ini merupakan wujud musibah yang menimpanya, dan
kehilangan sesuatu yang lebih besar daripada itu, yaitu hilangnya pahala
menempuh kesabaran yang diperintahkan oleh Allah l. Dia pun mendapat
kerugian dan berkurang pula keimanannya. Hilang pula dari dirinya kesabaran,
rasa ridha dan syukur, sehingga yang ada pada dirinya hanyalah kemarahan yang
menunjukkan betapa kurang keimanannya.

8
Sementara orang yang Allah berikan taufik untuk bersabar saat terjadinya
musibah, dia menahan diri agar terhindar dari kemarahan akibat ketidakpuasan,
baik yang terungkap dalam ucapan maupun perbuatan. Dia pun mengharap
balasan pahala musibah itu dari sisi Allah l. Dia tahu, pahala yang akan
didapatkannya dengan kesabaran jauh lebih agung daripada musibah yang
menimpanya. Bahkan sebenarnya musibah itu merupakan suatu nikmat, karena
bisa menjadi jalan untuk meraih sesuatu yang terbaik baginya dan lebih
bermanfaat daripada musibah itu. Dia pun melaksanakan perintah Allah l untuk
bersabar dan meraih pahalanya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 76)

Umpan balik dari pembimbing

Kebumen, Juli 2019


TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr. Hj. Lesi Yalestiati, M.Sc., Sp. Rad. Putri Wahyu Ningsih, S.Ked.

Anda mungkin juga menyukai