Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Agus Sus Setiyanto

Hari / Tanggal : Rabu,10 Juli 2019

NIM : N520184321

Judul Jurnal : Tehnik Relaksasi Otot Progresif

Identitas Klien :

1. Nama : Ny.M
2. Umur : 50 thn
3. Jeniskelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan :-
7. Suku / bangsa : Jawa
8. Status perkawinan : Kawin
9. Alamat : Banjarbangi 005/002 Pandanarum Gabus Grobogan
10. Tanggalmasuk RS : 9/7/2019
11. No. RM : 502331
12. Diagnose Medis : CF Radius Distal Dextra

2. Pengkajian
Pasien jatuh terpeleset saat akan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu
pada tanggal 26 Juni 2019, akibat kejadian tersebut lengan kanan klien terasa sakit.
Klien kemudian memeriksakan diri ke klinik RSUD dr. Soedjati Soemodiardjo pada
tanggal 9/7/2019 dan ditemukan adanya patah tulang pada lengan kanan klien yang
terasa sakit. Kemudian oleh dokter bedah klien disarankan untuk operasi, dan pada
tanggal 10 Juli 2019 di lakukan tindakan operasi klien tampak tegang, dan bertanya
kapan akan masuk ke ruang operasi, klien mengatakan cemas.

3. Tindakan / hal yang dipelajari sesuai pengkajian

Tehnik Relaksasi Otot Progresif

4. Analisis
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh
terdiri dari tiga fase: praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif (Kozier,2011). Saat fase
praoperasi klien megalami berbagai stresor yang dapat menyebabkan rasa takut dan
ansietas pada klien. Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization
(WHO) dalam Sartika (2013).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan pasien pre operasi adalah
takut terhadap nyeri, kematian, takut tentang ketidaktahuan penyakit, takut tentang
deformitas dan ancaman lain terhadap citra tubuh (Muttaqin & Sari, 2009).
Ada beberapa cara untuk menurunkan kecemasan pada pasien diantaranya;
farmakologi, pendekatan suportif dan psikoterapi. Teknik utama psikoterapi dalam
menangani kecemasan adalah dengan relaksasi dan bio feed back. Teknik relaksasi
yang digunakan dalam kecemasan salah satunya berupa teknik relaksasi otot progresif
(Smeltzer & Bare2002 dalam Arbani, 2015). Relaksasi progresif dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan, karena dapat menekan saraf simpatis di mana dapat menekan
rasa tegang yang dialami oleh individu secara timbal balik, sehingga timbul counter
conditioning (penghilangan). (penghilangan).
Relaksasi diciptakansetelah mempelajari sistem kerja saraf manusia, yang terdiri
dari sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistemsaraf otonom ini terdiri dari dua
subsistemyaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling
berlawanan. Sistem saraf simpatis lebihbanyak aktif ketika tubuh membutuhkan energi.
Misalnya pada saat terkejut, takut,cemas atau berada dalam keadaan tegang.Pada
kondisi seperti ini, sistem saraf akanmemacu aliran darah ke otot-otot
skeletal,meningkatkan detak jantung, kadar guladan ketegangan menyebabkan
serabutserabut otot kontraksi, mengecil dan menciut. Sebaliknya, relaksasi
ototberjalan bersamaan dengan respon otonomdari saraf parasimpatis. Sistem
sarafparasimpatis mengontrol aktivitas yang berlangsung selama penenangan
tubuh,misalnya penurunan denyut jantung setelahfase ketegangan dan menaikkan
aliran darah ke sistem gastrointestinal (Ramadani & Putra, 2009). Sehingga kecemasan
akan berkurang dengan dilakukannya relaksasi progresif.
Terapi Relaksasi Otot Progresif / Progressive Muscle Relaxation (PMR)
merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan
otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi.
Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang
mengkombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi
otot tertentu (Kustanti dan Widodo, 2008). Teknik relaksasi otot progresif memusatkan
perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks (Herodes, 2010).
Tujuan terapi relaksasi otot progressif adalah untuk:
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolisme.
2. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen;
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaks;
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan,
gagap ringan, dan
7. Membangun emosi positif dari emosi negative.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi
relaksasi otot progresif.

1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
3. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan
posisi berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
7. Terus-menerus memberikan instruksi.
8. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Persiapan Klien :

1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi


pada klien;
2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri;
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
5. Prosedur.

GERAKAN 1:

Ditujukan untuk melatih otot tangan.

1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.


2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10
detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

GERAKAN 2:

Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di


tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit.

GERAKAN 3:

Ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.

GERAKAN 4:

Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua


telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher.

GERAKAN 5 DAN 6:
Ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang,
dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
dan kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata.

GERAKAN 7:

Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.


Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar
otot rahang.

GERAKAN 8:

Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan


sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

GERAKAN 9:

Ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.

1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

GERAKAN 10:

Ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.

1. Gerakan membawa kepala ke muka.


2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.

GERAKAN 11:
Ditujukan untuk melatih otot punggung

1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.


2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.

GERAKAN 12:

Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-


banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.

GERAKAN 13:

Ditujukan untuk melatih otot perut.

1. Tarik dengan kuat perut kedalam.


2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

GERAKAN 14-15:

Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).

1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.


2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah
ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Terapi relaksasi otot progresif, penting menjadi cacatan untuk diakhiri dengan
mengembalikan posisi pada kondisi awal sebelum ditegangkan agar dapat dirasakan
perbedaan antara rasa tegang dan rileks. Terapi ini perlu dilakukan secara berulang
untuk memberikan efek yang terbaik.
5. Referensi :
 http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/1295/849 diakses pada
tanggal 16 Juli 2019 jam 17.25 wib
 https://psikodemia.com/terapi-relaksasi-otot-progresif/?pdf=496 diakses pada
tanggal 16 Juli 2019 jam 17.45 wib

JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN DI KAMAR OPERASI


RSUD dr R. SOEDJATI PURWODADI
Agus Sus Setiyanto
NIM : N520184321

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019

Anda mungkin juga menyukai