STEMI ANTERIOR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada :
dr. Bagus Andi Pramono, Sp.JP
Disusun Oleh :
Alif Rasyid Humanindio
20184010139
PRESENTASI KASUS
STEMI ANTERIOR
Disusun oleh :
ALIF RASYID HUMANINDIO
20184010139
Pembimbing
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Iskemik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Penyakit
Arteri Koroner Kronik dengan presentasi umumnya berupa Angina Pektoris Stabil,
dan Sindrom Koroner Akut (SKA). Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi Infark
tanpa Elevasi segmen ST (Non-STEMI), dan Angina Pektoris Tak Stabil (Elliot M.
Antman, 2015).
ketidak seimbangan antara supply and demand dari oksigen di miokardium. Ketidak
C7-T4, yang menimbulkan nyeri tumpul di bagian dada (Alwi, 2014). Salah satu
penyebab paling sering dari Penyakit Jantung Iskemik adalah Aterosklerosis Arteri
signifikan dan menjadi salah satu etiologi utama dari Infark Miokard Akut.
1
2
Infark Miokard Akut terdiri dari Infark Miokard akut dengan Elevasi
Segmen ST dan Infark Miokard Akut tanpa Elevasi Segmen ST. Infark Miokard
Akut dengan Elevasi Segmen ST atau disebut STEMI merupakan salah satu
STEMI adalah dengan Terapi Reperfusi yaitu dengan Fibrinolisis atau dengan
diberikan terapi reperfusi, juga diberikan terapi lain seperti anti-platelet, anti-
KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Bp. HS
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
No. RM : 63-49-75
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama:
Pasien mengeluh dada terasa panas menjalar sampai ke punggung dan juga
nyeri di tangan kiri dan sampai ke dagu. Keluhan dirasakan sejak 6 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh keringat dingin dan mual
muntah.
3
4
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
2. Vital Sign
TD : 160/90
Suhu : 36oC
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
a. Kepala : Simetris
f. Thorax :
Jantung
- Perkusi : Redup
Paru-paru
nafas (-)
g. Abdomen
- Palpasi : Supel (+), hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani
e. Ekstremitas
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Eosinofil 0 2-4 %
Basofil 1 0-1 %
Batang 8 2-5 %
Segmen 80 51-67 %
Limfosit 9 20-35 %
Monosit 2 4-8 %
FUNGSI HATI
SGOT 67 <31 U/L
SGPT 18 <31 U/I
FUNGSI GINJAL
Ureum 63 17-43 mg/dl
Creatinin 2.49 0,90-1,30 mg/dl
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 128 80-200 mg/dl
JANTUNG
High Sensitive Troponin I 8316.8 <2ng/L : Negatif
2-99 ng/L : Grey Zone
>=100 ng/L : Postif
ELEKTROLIT
Natrium 138.8 137.0 – 145.0 mmol/I
Kalium 3.92 3.50-5.10 mmol/I
Klorida 105.0 98.0-107.0 mmol/I
KIMIA KLINIK
LEMAK
Kolesterol Total 294 150-200 mg/dl
LDL-Cholesterol (Direk) 203 <115 mg/dl
HDL-Cholesterol (Direk) 57 >39 mg/dl
Trigliserida 170 60-150 mg/dl
URINALISA
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Keruh Jernih
Reduksi Negatip Negatip
Bilirubin Negatip Negatip
Keton Urin Negatip Negatip
BJ 1.020 1.015 - 1.025
Darah Samar 3+ Negatip
PH 6.00 5.00 - 8.50
Protein 3+ Negatip
Urobilinogen 0.20 0.20 - 1.00 EU/dl
Nitrit Negatip Negatip
Lekosit Esterase 2+ Negatip
SEDIMEN URIN
Eritrosit >50 0-2 /LPK
Lekosit 10-12 0-3 /LPK
Sel Epitel Positip Positip /LPK
7
Kristal
Ca Oksalat Negatip Negatip /LPK
Asam Urat Negatip Negatip /LPK
Amorf Negatip Negatip /LPK
Silinder
Eritrosit Negatip Negatip /LPK
Leukosit Negatip Negatip /LPK
Granular Negatip Negatip /LPK
Bakteri Negatip Negatip /LPK
Lain-lain - - /LPK
Radiologi :
8
EKG :
9
10
11
12
13
14
15
16
17
E. DIAGNOSA KERJA
- STEMI Anterior
Diagnosis Banding :
- Non-STEMI
- Pleuritis
- GERD
F. PENATALAKSANAAN
ISDN 1 tab
Atorvastatin 1 x40mg
Captopril 3x25mg
Concor 1x2,5mg
Lovenox 2x0,6mg
G. FOLLOW UP
TANGGAL FOLLOW UP
S: Pasien datang ke IGD dengan keluhan dada terasa panas menjalar
sampai ke punggung dan juga nyeri di tangan kiri dan sampai ke
20/10/2018
dagu. Keluhan dirasakan sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluh keringat dingin dan mual muntah
18
O:
TD: 160/90
HR: 84x/menit
RR: 20x/menit
T: 36oC
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-),
Thoraks :
Simetris (+)
Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
Suara Jantung : S1 S2 reguler (+) BJ (-)
Abdomen :
Supel (+), Peristaltik (+), nyeri tekan (+) epigastric
Ekstremitas
Akral hangat (+/+/+/+), edem (-/-/-/-)
A:
Obs. Chest Pain ec STEMI Anterior
P:
S: sesak (-), nyeri dada (+) berkurang), gelisah (-), nyeri perut (+)
21/10/2018
19
O: Sedang, CM
TD: 140/80
HR: 84x/menit
RR: 20x/menit
T: 36oC
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-),
Thoraks :
Simetris (+)
Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
Suara Jantung : S1 S2 reguler (+) BJ (-)
Abdomen :
Supel (+), Peristaltik (+), nyeri tekan (+) epigastric
Ekstremitas
Akral hangat (+/+/+/+), edem (-/-/-/-)
A:
STEMI Anterior Post Trombolitik
P:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
(SKA) yang terdiri dari Angina Pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA
miokard khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST yang
B. Etiologi
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia,
jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang masih dapat
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang
20
21
arteri koroner. Gangguan pada plak aterosklerotik yang sudah ada (pembentukan
fisura) merupakan suatu nidus untuk pembentukan trombus. (Robbins, Kumar, &
Cotran, 2007).
Infark terjadi jika plak aterosklerotik mengalami fisur, ruptur, atau ulserasi,
sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri
C. Epidemiologi
Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang,
terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah
penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690
D. Patogenesis
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian
ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan
menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau
menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan
pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka
mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria
maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah
23
SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis (Perhimpunan Dokter
E. Diagnosis
berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi
ST baru pada titik J ≥ 2 mm pada pria atau ≥ 1,5 mm pada wanita, minimal pada
sadapan V2-V3 dan atau ≥ 1 mm pada sadapan dada yang lain atau sadapan
ditemukan pada pasien dengan oklusi pada left main atau arteri desendens anterior
kiri proksimal. Perubahan gelombang T hiperakut jarang dijumpai pada fase paling
Diagnosis banding nyeri dada STEMI antara lain perikarditis akut, emboli
paru, diseksi aorta akut, kostokondritis dan gangguan gastrointestinal. Nyeri dada
24
tidak selalu ditemukan pada STEMI. STEMI tanpa nyeri lebih sering dijumpai pada
F. Penatalaksanaan
Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat ini mengacu pada data-data dari
nyeri dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan,
tatalaksana STEMI yaitu dari ACC/AHA tahun 2013 dan ESC tahun 2017.
1. Tatalaksana awal
(pump failure).
adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam
25
pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pertama. Sehingga
elemen utama tatalaksana pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara
lain: pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis, segera
transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf
bukan selama transportasi ke rumah sakit, namun karena lama waktu mulai onset
nyeri dada sampai keputusan pasien untuk meminta pertolongan. Hal ini bisa
Pemberian fibrinolitik pra hospital hanya bisa dikerjakan jika ada paramedis
STEMI dan kendali komando medis online yang bertanggung jawab pada
pemberian terapi.
kandidat terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang tepat
2. Tatalaksana umum
a. Oksigen
arteri <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
b. Nitrogliserin (NTG)
dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi
nyeri dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri
dada terus berlangsung dapat diberikan NTG intravena. NTG intravena juga
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90
mmHg atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior
pada EKG, JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari
c. Morfin
pilihan dalam tatalaksana nyeri pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4
mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek
samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan
arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan
mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi
dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV
dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang
menyebabkan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan
infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin 0,5 mg
IV.
d. Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta
IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa digunakan adalah metoprolol
5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60
menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronki tidak
lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam,
e. Anti Trombotik
1) Aspirin
2) Klopidogrel
yang dilakukan PCI. Pada pasien yang menjalani PCI dianjurkan dosis loading 600
mg. Sedangkan yang tidak menjalani PCI dosis loading 300mg dilanjutkan dosis
pemulihan 75 mg/hari.
3) Prasugrel
4) Ticagrelor
5) GP IIb/Iia Inhibitor
f. Anti Koagulan
g. Terapi Reperfusi
1) Fibrinolitik
menit sejak masuk (door-to-needle time <30 menit). Tujuan utama fibrinolisis
adalah restorasi cepat patensi arteri koroner. Terdapat beberapa macam obat
Tenekteplase (TNK) dan Reteplasen (rPA). Semua obat ini bekerja dengan cara
trombus fibrin. Terdapat 2 kelompok yaitu: golongan spesifik fibrin seperti tPA dan
2) PCI
didahului fibrinolisis disebut PCI Primer. PCI ini efektif dalam mengembalikan
perfusi pada STEMI jika dilakukan dalam beberapa jam pertama infark miokard
akut. PCI primer lebih efektif dari fibrinolisis dalam membuka arteri koroner yang
tersumbat dan dikaitkan dengan outcome klinis jangka pendek dan jangka panjang
yang lebih baik. Dibandingkan dengan trombolisis, PCI primer lebih dipiliha jika
meningkat, atau gejala sudah ada sekurang kurangnya 2 atau 3 jam jika bekuan
darah lebih matur dan kurang mudah hancur dengna obat fibrinolisis. Namun
demikian PCI lebih mahal dalam hal personil dan fasilitas, dan aplikasinya terbatas
a. Aktivitas
b. Diet
Karena risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien
harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam pertama. Diet
mencakup lemak <30% kalori total dan kandungan kolesterol <300 mg/hari. Menu
harus diperkaya dengan makanan yang kaya serat, kalium, magnesium, dan rendah
natrium.
c. Bowels
kursi komod di samping tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar
d. Sedasi
periode inaktivitas dengan penenang. Diazepam 5 mg, oksazepam 15-30 mg, atau
PEMBAHASAN
laboratorium dan EKG. Pada anamnesis dapat ditemukan gejala nyeri dada khas
prekordial, dengan penjalaran ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah,
gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan, nyeri membaik
atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat. Faktor pencetus nyeri dada meliputi
latihan fisik, stres emosi, udara dinginn, dan sesudah makan. Keluhan nyeri dada
dapat disertai pula dengan gejala mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
cemas dan lemas (Alwi, 2014). Pada hasil anamnesis pasien yang diperiksa terdapat
gejala yang sesuai dengan diagnosis STEMI yaitu nyeri dada seperti terbakar,
menjalar ke lengan kiri dan dagu, disertai mual muntah dan keringat dingin.
cemas dan gelisah. Seringkali ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Sekitar
simpatis (takikardia dan/atau hipotensi) dan hampir setengah pasien infark inferior
2014). Pada pemeriksaan fisik pasien yang diperiksa ditemukan pasien merasa
substernal >30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI.
31
32
jantung yaitu pemeriksaan creatinine kinase (CK)MB dan cardiac spesific troponin
(cTn)T atau cTn I. Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal
beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari. Leukosit dapat
nyeri dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan,
tatalaksana komplikasi IMA. Nyeri dada merupakan suatu hal yang perlu
titrasi (contoh: Morfin) secara IV dapat diberikan pada pasien untuk mengurangi
nyeri dada (Ibanez, 2017). Pasien diberikan 1 tablet ISDN (Isosorbide Dinitrate)
dengan tujuan mengatasi nyeri dada yang sedang berlangsung. Menurut guideline
ESC pemakaian nitrat pada manajemen pasien dengan STEMI sudah tidak
Terapi reperfusi yang diberikan menurut AHA/ESC adalah primary PCI dan
Fibrinolitik, dengan pertimbangan jika onset STEMI <12 jam maka PCI atau
33
fibrinolitik dapat dilakukan. Terapi reperfusi yang lebih dianjurkan adalah dengan
primary PCI dengan syarat <90 menit setelah pasien terdiagnosis STEMI maka PCI
harus dilakukan jika tersedia fasilitas untuk melakukan angiography dan PCI, atau
dalam waktu <120 menit pasien harus dirujuk segera ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas untuk melakukan PCI untuk segera dilakukan reperfusi. Pada rumah sakit
yang tidak terdapat fasilitas untuk melakukan PCI dan waktu untuk merujuk dan
memulai operasi >120 menit maka pilihan reperfusi selanjutya adalah fibrinolitik,
harus dilakukan <10 menit sejak pasien terdiagnosis STEMI. Obat fibrinolisis yang
dapat dipakai adalah jenis non spesifik fibrin yaitu Streptokinase, dan spesifik fibrin
yaitu Alteplase, Reteplase, dan Tenecteplase (Ibanez, 2017). Pada pasien tersebut
harganya relatif murah dan resiko perdarahan intrakranial yang rendah, namun
pasien STEMI yang dilakukan fibrinolisis. Pemberian DAPT (Dual Anti Platelet
kardiovaskular lanjutan dan menurunkan angka rata rata kematian pada psien yang
diberikan terapi fibrinolisis. Aspirin dengan dosis awal 150-300 mg per oral (75-250
mg IV jika tidak bisa peroral) dan dosis rumatan 75-100 mg/hari seterusnya,
dosis rumatan 75 mg/hari. Terapi koagulan yang diberikan terutama adalah UFH
subkutan setiap 12 jam diberikan sampai 8 hari atau sampai pasien pulang, dengan
Fondaparinux hanya diberikan pada pasien yang diberikan terapi fibrinolisis dengan
streptokinase karena lebih signifikan daripada UFH dalam mencegah kematian dan
subkutan sekali sehari diberikan sampai 8 hari atau sampai pasien pulang (Ibanez,
2017). Pada pasien dilakukan terapi fibrinolisis menggunakan fibrion dan juga
KESIMPULAN
(SKA) yang terdiri dari Angina Pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA
miokard khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST yang
berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi
ST baru pada titik J ≥ 2 mm pada pria atau ≥ 1,5 mm pada wanita, minimal pada
sadapan V2-V3 dan atau ≥ 1 mm pada sadapan dada yang lain atau sadapan
ditemukan pada pasien dengan oklusi pada left main atau arteri desendens anterior
kiri proksimal. Perubahan gelombang T hiperakut jarang dijumpai pada fase paling
35
36
nyeri dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan,
tatalaksana STEMI yaitu dari ACC/AHA tahun 2013 dan ESC tahun 2017.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I. (2014). Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Dalam I. A. Siti Setiati,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV (hal. 1457-1472). Jakarta:
Interna Publishing.
Robbins, Kumar, & Cotran. (2007). Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, & Simadibrata. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: usat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.