Anda di halaman 1dari 21

No Judul Penelitian Peneliti Metode Sasaran dan Hasil

Penelitian Lokasi Penelitian/Kesimpulan


1. Penguatan peran 1. Roymond H. Pendekatan Perawat di RS Hasil yang diperoleh dari
perawat dalam Simamora Partisipatif. sumatera utara pengumpulan data pasca
pelaksanaan asuhan 2. Jenni Dilakukan secara penguatan ini adalah
keperawatan melalui Marlindawani koordinatif, adanya peningkatan
pelatihan layanan prima Purba melibatkan Tim persentase kepuasan
3. Evi Karota Pelaksana (Dosen pasien terhadap layanan
Bukit dan mahasiswa asuhan keperawatan. Jika
4. Nurbaiti Fakultas dilihat peningkatan
Keperawatan USU) persentase ini masih
dengan Mitra yaitu rendah, akan tetapi
Rumah Sakit USU. sebagai kegiatan pemula,
Pendekatan ini ada harapan bahwa
untuk komunikasi perawat akan termotivasi
dan koordinasi untuk melakukan yang
sebagai wadah terbaik sesuai dengan
strategis untuk prinsip layanan prima.
membahas Suherni (2014)
persoalan mengemukakan bahwa
administratif, semakin baik persepsi
teknis,secara pasien rawat inap
terbuka dan terhadap pelayanan
demokratis untuk keperawatan di Rumah
menemukan Sakit maka semakin
solusinya bagi rendah kecemasan yang
pihak-pihak yang dialaminya. Pelayanan
dilibatkan. prima yang diberikan
perawat, seperti mau
mendengarkan keluhan
pasien secara tuntas,
penuh pengertian,
penerimaan dan ketulusan
serta empati akan sangat
membantu proses
kesembuhan pasien dan
munculnya kesediaan
pasien untuk bekerja sama
dalam proses pengobatan,
akibatnya perasaan
cemas, takut dan depresi
akan terkurangi dan
akibat lebih lanjut berupa
kesembuhan pasien
menjadi lebih cepat
tercapai.
2. Perilaku Caring Perawat 1. Cecep Solehudin Jenis penelitian Seluruh klien Sepuluh faktor karatif
Berdasarkan Teori Jean Firmansyah yang digunakan periode bulan Watson dengan
Watson di Ruang Rawat 2. Richa Noprianty adalah deskriptif Juni 2018 yang menunjukkan perilaku
Inap 3. Indra Karana kuantitatif dengan ada di 2 ruangan yang sesuai dengan
pendekatan survey yaitu Gelatik dan masing-masing faktor
deskriptif rajawali karatif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa
klien menilai perilaku
caring perawat sudah
memiliki kategori cukup
dan perawat dapat
menerapkan perilaku
caring pada klien selama
menjalani praktik
keperawatan di rumah
sakit, namun belum
optimal. Perawat perlu
meningkatkan perilaku
caring pada setiap faktor
karatif, sehingga
diharapkan dapat menjadi
dasar dalam membentuk
pedoman perilaku caring
perawat dan pedoman
pemenuhan kebutuhan
spiritual pada klien.

3. Pengaruh berfikir kritis 1. Kiki Deniati Jenis penelitian ini Perawat Hasil penelitian ini
terhadap kemampuan 2. Ria Anugrahwati adalah kuantitatif pelaksana di Rs menunjukkan bahwa
perawat pelaksana dalam 3. Tini Suminarti dengan metode hermina bekasi responden yang berfikir
melakukan asuhan penelitian survey kritis baik lebih banyak
keperawatan di rumah analitik dengan dibandingkan dengan
sakit hermina bekasi pendekatan Cross responden yang berfikir
tahun 2017 Sectional yaitu kritis kurang. Hasil
untuk mengetahui analisis menunjukkan
pengaruh berfikir adanya pengaruh berfikir
kritis terhadap kritis terhadap
kemampuan kemampuan perawat
perawat pelaksana pelaksana dalam
dalam melakukan melakukan asuhan
asuhan keperawatan (p=0,026).
keperawatan di Hasil penelitian ini sesuai
Rumah Sakit dengan teori Perry dan
Hermina Bekasi. Potter (2010) yang
Populasi dalam mengatakan bahwa
penelitian ini asuhan keperawatan
adalah seluruh merupakan kegiatan
perawat pelaksana kompleks yang menuntut
yang ada di ruang keterampilan kognitif,
rawat inap Rumah psikomotor dan afektif
Sakit Hermina untuk menilai intuitive
Bekasi sebanyak dan kreatifitas. Dalam
104 responden melakukan asuhan
dengan tehnik keperawatan, perawat
pengambilan akan menghadapi
sampel bermacam-macam situasi
menggunakan total klinis sehingga perawat
sampling. harus mampu berfikir
cerdas dalam setiap
situasi yang dihadapinya
untuk mampu membuat
keputusan yang tepat dan
akurat terhadap asuhan
keperawatan yang
dilakukan kepada pasien.
Ingram (2008)
mengatakan berfikir kritis
dalam keperawatan
merupakan komponen
yang sangat penting dari
akuntabilitas professional
dan salah satu penentu
kualitas asuhan
keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien.
Perawat yang memiliki
kemampuan berfikir kritis
akan menunjukkan sikap
keberanian intelektual,
berfikir terbuka, fleksibel,
berfikir analisa,
sistematis, percaya diri,
rasa ingin tahu, dewasa,
kreatifitas, intuisi dan
pemikiran mendalam.
Teori tersebut sesuia
dengan penelitian yang
dilakuka oleh Aprisunadi
(2011) yang mengatakan
bahwa Terdapat hubungan
yang bermakna antara
berfikir kritis perawat
dengan kualitas diagnosis
keperawatan di unit
orthopedic.

4. Efektifitas Metode 1. Try Ayu Literature review Mahasiswa Metode pembelajaran


Pembelajaran Klinik Patmawati ini menganalisis Magister Ilmu yang dapat berpengaruh
Terhadap Kemampuan 2. Ariyanti Saleh artikel yang relevan Keperawatan, terha-
Berpikir Kritis dan 3. Syahrulah dan berfokus pada Fakultas
Kepercayaan Diri 4. Syahrul metode Keperawatan dap kemampuan berpikir
Mahasiswa Keperawatan pembelajaran klinik Universitas kritis dan kepercayaan
yang Hasanuddin, diri
mempengaruhi Makassar
kemampuan mahasiswa keperawatan
berpikir kritis dan diantaranya adalah
keper-cayaan diri konfer-
mahasiswa
keperawatan. ensi klinis, simulasi,
Adapun artikel demonstrasi model, peta
yang digunakan konsep
pada literature
review ini adalah dan ronde keperawatan,
ar-tikel yang oleh karena itu
didapatkan dengan pembimbing
menggunakan 3
data- klinik harus mengetahui
dengan baik metode pem-
base Pubmed,
Google Scholar dan belajaran yang akan
Science Direct digunakan, agar dapat
dengan memilih

memasukkan kata metode pembelajaran


kunci “Nursing yang tepat dalam
Student”, “clinical pembimbin-

learning strategy” gan khususnya di


“clinical learning lingkungan klinik.
method”, “critical

thinking” dan “self


confidence”.
Artikel yang
digunakan

adalah 12 artikel
yang diterbitkan
enam tahun tera-

khir.
5. Pengaruh Yoga Lukmanulhakim(1*) Jenis penelitian Semua Latihan pernapasan dapat
Pernapasan (Pranayama) penelitian yang menyeimbangkan
Terhadap Kecemasan , Desti Agustina(2) digunakan keluarga pasien di
Ruang ICU proses kerja saraf simpatis
Keluarga Pasien Kritis di dalam penelitian ini RSUD dan saraf
Ruang ICU adalah Quasi
dr.Dradjat parasimpatis sehingga
eksperiment Prawiranegara dapat menyebabkan
dengan pre test dan Serang Banten
post test reaksi relaksasi. Yoga
dapat menstimulasi
one-group design
without control, pengeluaran hormone
yang endorphin.

bertujuan untuk Endorphin merupakan


mengetahui neuro peptide yang
perbedaan
dihasilkan oleh tubuh
rerata kecemasan pada saat tubuh rileks
keluarga pasien
kritis dan tenang. Salah satu
fungsi dari hormon
sebelum dan
sesudah ini adalah sebagai obat
diberikannya penenang alami

intervensi yoga yang dihasilkan oleh


pernapasan tubuh khususnya
(pranayama) di
diproduksi oleh otak yang
ruang ICU RSUD dapat
dr. Dradjat
menstimulus adanya rasa
Prawiranegara nyaman. Hasil
Serang Banten.
penelitian ini
membuktikan bahwa

pemberian intervensi yoga


pernapsan

(pranayama) yang
merupakan salah satu

dari Complementary and


Alternatives

Therapies (CATs) dapat


mengurangi

kecemasan yang dialami


keluarga pasien

kritis. Namun tentunya


dalam mengaplikasi

intervensi yoga ini


diperlukan beberapa

aspek yang harus


diperhatikan oleh perawat

diantaranya adalah aspek


budaya yang

dimiliki klien, serta waktu


dan kondisi yang

tepat untuk dapat


terlaksananya intevensi

yoga pranayama
6. GAMBARAN Bambang Sudono Penelitian ini perawat primer di
KEMAMPUAN DS Dhani Setya A merupakan Rumah Sakit
BERPIKIR KRITIS Rif Atiningtyas H Islam Berdasarkan hasil
PERAWAT PRIMER penelitian penelitian dan
DALAM deskriptif Surakarta
PELAKSANAAN observasional pembahasan tentang
ASUHAN gambaran
KEPERAWATAN DI dengan pendekatan
RUMAH SAKIT ISLAM cross sectional. kemampuan berpikir kritis
SURAKARTA perawat

primer di Instalasi Rawat


Inap Rumah
Sakit Islam Surakarta,
maka sesuai

dengan tujuan penelitian


dapat

disimpulkan sebagai
berikut :

1. Gambaran karakteristik
responden

dalam penelitian ini


sebagian besar

berjenis kelamin wanita


yaitu

sebanyak 16 responden
(76,2%),

15 responden (71,4%)
memasuki

usia dewasa awal, 15


responden

(71,43%) berpendidikan
DIII

Keperawatan, 14
responden

(66,7%) memiliki masa


kerja 5-10

tahun, 19 responden
(90,5%) tidak

memiliki sertifikat terkait

pelatihan perawatan
intensif, 11

responden (52,4%)
memiliki

kompetensi terkait
pengetahuan

tentang proses
keperawatan pada

kategori kurang baik, 19


responden
(90,5%) memiliki
kecerdasan

emosional pada kategori


tinggi, 21

responden (100%) pada


kategori

tidak cemas, 14 responden


(66,7%)

memiliki motivasi pada


kategori

tinggi dan 17 responden


(81%)

memiliki kemampuan
berpikir

kritis pada kategori


kurang baik.

2. Tidak ada hubungan


antara jenis

kelamin dengan
kemampuan

berpikir kritis perawat


primer (p

value=0,214).

3. Tidak ada hubungan


antara umur

dengan kemampuan
berpikir kritis

perawat primer (p
value=0,716).

4. Tidak ada hubungan


antara tingkat

pendidikan dengan
kemampuan

berpikir kritis perawat


primer (p

value=0,786).
5. Tidak ada hubungan
antara lama

bekerja dengan
kemampuan

berpikir kritis perawat


primer (p

value=0,135).

6. Tidak ada hubungan


antara

kepemilikan sertifikat
dengan

kemampuan berpikir kritis


perawat

primer (p value=0,471).

7. Ada hubungan
kompetensi dengan

kemampuan berpikir kritis


perawat

primer (p value=0,035)
dengan

arah korelasi negatif (-


0,462).

8. Tidak ada hubungan


antara

kecerdasan emosional
dengan

kemampuan berpikir kritis


perawat

primer (p value=0,496).
9. Tidak ada hubungan
antara cemas

dengan kemampuan
berpikir kritis

perawat primer (p
value=0,269).

10. Tidak ada hubungan


antara

motivasi dengan
kemampuan

berpikir kritis perawat


primer (p

value=0,052).
7. HUBUNGAN ANTARA Aprisunadi Penelitian ini perawat yang Berdasarkan hasil
BERPIKIR KRITIS menggunakan penelitian dan
PERAWAT desain survey bekerja di unit pembahasan tentang
DENGAN KUALITAS analitik cross perawatan hubungan berpikir kritis
ASUHAN sectional study ortopedi di
KEPERAWATAN DI yaitu suatu Rumah Sakit dengan kualitas asuhan
UNIT PERAWATAN Umum Pusat keperawatan di unit
ORTOPEDI RUMAH penelitian untuk Fatmawati ortopedi RSUP Fatmawati
SAKIT mempelajari Jakarta. Jakarta, dapat
dinamika hubungan
UMUM PUSAT antara faktor risiko disimpulkan sebagai
FATMAWATI dan efek berikut:
JAKARTA
dengan cara a. Karakteristik dari 45
pendekatan responden, meliputi: rata-
observasi atau rata usia 33,11 tahun,
pengumpulan data sebagian
sekaligus pada
suatu besar (73,3%) berjenis
kelamin perempuan,
waktu (point time sebagian besar (73,3%)
approach) berpen-
(Notoatmodjo,
2010). Penelitian didikan ahli madya, rata-
ini bertujuan untuk rata pengalaman praktik
selama 9,86 tahun dan
mengidentifikasi rata-rata
hubungan berpikir
kritis perawat lama kerja di unit ortopedi
dengan kualitas selama 3,7 tahun.
diagnosis,
b. Terdapat hubungan
intervensi dan yang bermakna antara
outcomes berpikir kritis perawat
keperawatan, dengan kualitas
dimana keduanya
dilakukan diagnosis keperawatan
pengukuran pada sebagai proses di unit
ortopedi (p=0,016)
waktu yang sama.
c. Terdapat hubungan
yang bermakna antara
berpikir kritis perawat
dengan kualitas

diagnosis keperawatan
sebagai produk di unit
ortopedi (p=0,007)

d. Terdapat hubungan
yang bermakna antara
berpikir kritis perawat
dengan kualitas

intervensi keperawatan di
unit ortopedi (p=0,000)

e. Terdapat hubungan
yang bermakna antara
berpikir kritis perawat
dengan kualitas

outcomes keperawatan di
unit ortopedi (p=0,000)

f. Perawat yang berpikir


kritis berpeluang 6,166
kali untuk membuat
asuhan

keperawatan dengan
kualitas baik jika
dibandingkan dengan
perawat yang kurang

berpikir kritis (CI 95%


OR : 1,346 – 47,177).
8. HUBUNGAN BERPIKIR Mulyaningsih Penelitian ini semua perawat Perilaku caring perawat di
KRITIS DENGAN menggunakan RSUD Dr. Moewardi
PERILAKU CARING metode penelitian pelaksana di Surakarta sudah cukup
PERAWAT DI RSUD Dr. korelasi dengan instalasi rawat baik.
MOEWARDI pendekatan cross- inap, instalasi
SURAKARTA perawatan Perawat yang
sectional. Dalam intensif, dan mempersepsikan dirinya
penelitian cross- instalasi gawat memiliki perilaku caring
sectional peneliti baik lebih dari
melakukan darurat RSUD Dr.
observasi atau Moewardi perawat yang
Surakarta. mempersepsikan dirinya
pengukuran memiliki perilaku caring
variabel pada satu kurang.
saat tertentu.
Metode penelitian Demikian juga dengan
cross-sectional kemampuan berpikir kritis
yang dimiliki perawat
mempelajari juga
hubungan antara
faktor resiko sudah cukup baik.
dengan efek, Perawat yang
observasi atau mempersepsikan dirinya
memiliki kemampuan
pengukuran
terhadap variabel berpikir kritis baik lebih
bebas dan variabel banyak dari perawat yang
tergantung mempersepsikan dirinya
dilakukan sekali
dan memiliki kemampuan
berpikir kritis kurang.
dalam waktu Karakteristik responden
bersamaan dalam
(Sastroasmoro &
Ismael, 2010). penelitian ini mayoritas
perawat berusia > 33,9
tahun, berjenis kelamin

perempuan,
berpendidikan DIII
Keperawatan, memiliki
masa kerja > 8 tahun dan

sudah mengikuti pelatihan


excellent service.

Hasil penelitian
menunjukkan ada
hubungan yang bermakna
antara berpikir kritis

dengan perilaku caring


perawat. Tingkat
pendidikan dan pelatihan
yang pernah

diikuti juga mempunyai


hubungan yang bermakna
dengan dengan perilaku
caring

perawat. Sedangkan usia,


jenis kelamin, dan masa
kerja tidak ada hubungan

dengan perilaku caring


perawat. Variabel berpikir
kritis merupakan faktor
yang

paling berhubungan
dengan perilaku caring
perawat.
9. HUBUNGAN INTENSI Ardhiles Wahyu Penelitian ini Perawat IGD RS Hasil penelitian
DENGAN PERILAKU Kurniawan menggunakan dr Soepraoen menunjukkan intensi
PERAWAT DALAM desain Malang
PENDOKUMENTASIAN perawat pada perilaku
ASUHAN analysis pendokumentasian
KEPERAWATAN DI correlational
INSTALASI GAWAT dengan pendekatan asuhan keperawatan di
DARURAT IGD didapatkan
cross sectional.
Penelitian ini sebagian besar dengan
dilakukan di 3 RS kategori cukup yaitu

yaitu Rumkit TK II 34 perawat (76.0%). Pada


dr Soepraoen (21 hasil uraian intensi
perawat),
perawat dengan perilaku
RS Panti Waluya pendokumentasian
Sawahan Malang
(15 asuhan keperawatan di
IGD sebagian besar
perawat) dan RS
Islam Malang (15 dengan kategori baik
perawat). dengan skor tertinggi

Populasi perawat yaitu dokumentasi secara


IGD dari ketiga RS jelas dan ringkas,
tersebut
selanjutnya dokumentasi
sebanyak 51. sesuai masalah
Pengambilan
sampel dengan keperawatan.

purposive sampling Dokumentasi


didapatkan 45 keperawatan IGD yang
perawat
berkualitas dibuat
pelaksana IGD. berdasarkan prioritas,
Lembar terinci
dokumentasi
dan jelas serta ringkas.
keperawatan IGD Prioritas artinya
yang dilakukan
observasi mendahulukan pada
masalah pasien yang
sejumlah 341
dokumen selama 10 mengancam nyawa atau
hari tingkat kegawatan

kunjungan. berat, selanjutnya turun ke


Pengambilan data masalah yang tidak
dalam penelitian
mengancam nyawa.
ini dilaksanakan Pendokumentasian
pada 18 Mei 2017
sampai secara terinci dan jelas
menggambarkan
dengan 12 Juni
2017. akurasi data sesuai
masalah pasien. Ringkas

menunjukkan efisiensi
dan efektifitas

dokumentasi IGD tanpa


mengurangi kualitas

dokumentasi itu sendiri.


10. FAKTOR-FAKTOR Ilfa Khairina1 Penelitian ini Perawat di IGD Hasil dari data demografi
YANG adalah penelitian padang didapatkan
BERHUBUNGAN , Hema Malini2
DENGAN kuantitatif hasil diketahui bahwa
PENGAMBILAN , Emil Huriani2 menggunakan sebanyak 31 (57,4
KEPUTUSAN pendekatan cross
PERAWAT DALAM sectional, untuk %) responden memiliki
KETEPATAN TRIASE mencari faktor jenis kelamin
DI KOTA PADANG mana yang
perempuan, 62% berada
paling berhubungan pada kelompok
dengan ketepatan
umur 31-45 tahun.
pengisian skala Responden yang pernah
triase.
mengikuti pelatihan
keperawatan

emergensi adalah
sebanyak 29 (53,7%)

responden.

Faktor yang paling


berhubungan

dengan ketepatan
pengisian skala triase

dapat dilihat dalam tabel


1. Dari hasil uji

statistic untuk melihat


faktor dominan

yang berhubungan dengan


pengambilan

keputusan perawat
pelaksana terhadap

ketepatan pengisian skala


triase, dapat

disimpulkan bahwa
variabel yang diduga

memiliki hubungan paling


kuat dengan
ketepatan pengisian skala
triase adalah

variabel tingkat
pengetahuan dengan p

value 0,012. Nilai OR


pada variabel lama

bekerja 17,856 yang


artinya adalah tingkat

pengetahuan mempunyai
peluang 17 kali

menyebabkan
ketidaktepatan pengisian

skala triase. Oleh karena


nilai Exp (B)

bernilai positif maka lama


bekerja

mempunyai hubungan
positif dengan

ketepatan pengisian skala


triase.
11. ANALISIS ASUHAN Tri Marliana1) Podo Penelitian ini Pasien hipertensi Dari asuhan keperawatan
KEPERAWATAN PADA Yuwono 2) S. Eko merupakan analisis di INSTALASI didapatkan hasil klien
PASIEN HIPERTENSI Yunianto 3) dari 5 asuhan GAWAT yang mengalami
DENGAN MASALAH keperawatan DARURAT
NYERI DI INSTALASI RSUD PROF. hipertensi rata-rata
GAWAT DARURAT pada klien dengan DR. MARGONO mengalami nyeri pada.
RSUD PROF. DR. masalah SOEKARJO Tindakan relaksasi nafas
MARGONO SOEKARJO keperawatan nyeri PURWOKERTO dalam untuk
PURWOKERTO dengan cara
pengkajian menurunkan tekanan
darah pada klien dengan
perumusan masalah keperawatan
masalah, analisa nyeri.
data, intervensi dan
evaluasi. Kesimpulan: Analisis
penulis bahwa pemberian
terapi relaksasi nafas
dalam

dapat mengatasi masalah


keperawatan yaitu tingkat
nyeri dapat turun setelah

mendapatkan terapi
relaksasi nafas dalam.
12. ANALISIS FAKTOR Fitrio Deviantony1 Penelitian ini Pengunjung di Faktor perbandingan
YANG merupakan Unit perawat dengan pasien
BERHUBUNGAN *, Ahsan2 penelitian Kegawatdaruratan
DENGAN WAKTU RSUD dr. Iskak per jaga menjadi faktor
TUNGGU PASIEN , Setyoadi3 observasional Tulungagung. yang mempengaruhi
SETELAH KEPUTUSAN analitik. Penelitian board-
RAWAT INAP mempelajari
DIPUTUSKAN DI ing time, hal ini
ZONA KUNING hubungan dengan dikarenakan jumlah
INSTALASI GAWAT determinan dari perawat yang
DARURAT RSUD dr. faktor-faktor yang
ISKAK tidak sesuai dengan
TULUNGAGUNG berhubungan jumlah pasien. Faktor
dengan kejadian lama waktu
dan masalah yang
diagnostik juga memiliki
berkaitan dengan hubungan terhadap
kesehatan. terjadinya
Penelitian kali ini
peneliti boarding time, hal ini
terjadi karena faktor
menggunakan sarana
pendekatan cross
sectional. dan prasarana yang
kurang memadai dan lama
(Sastroasmoro & waktu
Ismael, 2011).
pengantaran sampel ke
laboratorium dan faktor
lama

persiapan ruangan rawat


inap memiliki hubungan
yang

signifikan terhadap waktu


tunggu pasien setelah

keputusan rawat inap


diputuskan di zona kuning
IGD

RSUD dr. Iskak


Tulungagung dimana hal
ini

disebabkan karena jumlah


ruangan yang dituju yaitu

ruangan rawat inap kelas


2 dan 3 tidak memadai

sehingga pasien yang


seharusnya dipindah
menjadi
menumpuk di zona
kuning. Hasil penelitian
tersebut

maka penelitian ini


memberikan output
berupa data

awal dalam mengambil


kebijakan atau sebagai
salah

satu dasar pertimbangan


bagi manajemen
pelayanan

dan tim standar pelayanan


minimal rumah sakit
untuk

dapat meningkatkan
kualitas pelayanan serta
strategi

yang dapat digunakan


sebagai dasar
pengembangan

kualitas
13. PENGKAJIAN NYERI Apriani, Rismia Observasional pasien penurunan Pada penelitian ini dapat
CPOT DAN WONG Agustina, Ifa analitik dengan terlihat
BEKKER PASIEN Hafifah kesadaran di
PENURUNAN pendekatan cross ruang ICU RSUD bahwa pengkajian nyeri
KESADARAN sectional metode Ratu menggunakan
yang
Zalecha indikator perilaku pada
digunakakan dalam Martapura. saat istirahat..
penelitian ini.
Berbeda halnya dengan
Wong Bekker

hanya menilai nyeri


dengan gambaran

wajah. Gambaran wajah


pada instrumen

Wong Bekker kurang


dapat mewakili

gambaran wajah orang


dewasa, tidak

semua orang
mengekspresikan rasa
nyeri

yang mereka rasakan


dengan ekspresi

wajah.

Hasil penelitian ini serupa


dengan

hasil penelitian
Priambodo (2016) yang

menyatakan bahwa
Critical Care

Observation Tool alat


ukur yang lebih

unggul dan indikatornya


lebih

komprehensif dalam
mengkaji nyeri,

karena seluruh evaluasi


nyeri didasarkan

pada tanda-tanda perilaku


dan memiliki

definisi operasional yang


lebih detail

serta dapat digunakan


pada pasien yang

tidak terintubasi (13).

Pasien yang terbebas dari


nyeri

memiliki hasil akhir yang


lebih baik

dibandingkan mereka
yang tertekan oleh

nyeri yang tidak teratasi.


Dalam sebuah

studi klasik, pasien yang


nyerinya
dikontrol dengan
anastesia epidural dan

analgesia epidural
memiliki masa rawat

di ICU lebih pendek,


masa rawat inap

lebih pendek, dan


mengalami separuh

jumlah komplikasi pasien


yang

mendapatkan anastesia
dan analgesia

standar (9).
14. Pengalaman Pasien yang Yani AF Bastian, Penelitian ini Pasien ruang Pada penelitian ini
Pernah Terpasang Suryani, Etika menggunakan jenis General Intensive ditemukan new insight
Ventilator Emaliyawati penelitian Care Unit (GICU)
Bandung. yang tidak ditemukan dari
kualitatif dengan hasil penelitian
menggunakan
pendekatan sebelumnya, Pertama
adanya partisipan yang
fenomenologi.
Fenomenologi merasakan dilemma
merupakan dengan prosedur suction

metode penelitian yang dirasakan antara


yang bertujuan nyaman dan tidak
untuk
nyaman. Selain itu
mengungkap live munculnya pengalaman
experiences tentang
suatu partisipan yang
memimiliki citra diri
fenomena (Suryani, rendah
Welch & Cox
2013). dikarenakan kondisinya,
diamana merekan
Penelitian
dilakukan terhadap merasa “jijik” dengan
6 partisipan dahak yang terus

yang menggunakan keluar. Selanjutnya bahwa


teknik purposive. selama terpasang

Kriteria inklusi ventilator individu


untuk partisipan mengalami distres
adalah spiritual

Individu yang dan keinginannya untuk


pernah terpasang difasilitasi dalam
ventilasi
melakukan ibadah, serta
mekanik minimal adanya keinginan
72 jam perawatan
dan partisipan untuk dirawat
oleh tenaga
pernah dirawat di
ruang GICU, kesehatan yang terampil.
mampu Berkaitan dengan

berkomunikasi hal tersebut, pasien yang


dengan baik dan terpasang ventilator
kooperatif,
membutuhkan dukungan,
dan jarak ketika pendampingan dari
partisipan
dilakukan petugas kesehatan
terutama dari perawat.
pemasangan
ventilator dengan Hasil penelitian dapat
waktu dijadikan acuan

wawancara bagi perawat dalam


maksimal 6 bulan. melakukan pengkajian
Pengumpulan
kebutuhan asuhan
data dilakukan keperawatan pada pasien
melalui wawancara
mendalam yang terpasang ventilator,
sehingga dapat
(in-depth
interview), dengan dilakukan tindakan
alat perekam keperawatan yang cepat

suara menggunakan dan tepat terhadap pasien.


voice recorder, Dengan demikian
serta
diharapkan dapat
analisis data mendukung proses
menggunakan
metode Colaizzi pemulihan yang cepat.

1978 (Wojar &


Swanson, 2007).
Pada

penelitian ini juga


memperhatikan
keandalan

data dengan
mempertimbangkan
prinsip rigor
dan trusworthiness
dalam penelitian
kualitatif

serta prinsip -
prinsip etika
penelitian.
15. PENGARUH Wardah1 Penelitian ini Perawat ruang Dari hasil penelitian dapat
PENGETAHUAN berupa kuantitatif ICU RSUD
PERAWAT TERHADAP , Rizka Febtrina2 Arifin Achmad disimpulkan Nilai rata-
PEMENUHAN dengan pendekatan Provinsi Riau rata skor
PERAWATAN ,Eka Dewi3 Quasy Eksperimen
SPIRITUAL PASIEN DI (Pre pengetahuan responden
RUANG INTENSIF sebelum intervensi
dan Posttest
without Control adalah 5,41 dan
Group mengalami peningkatan

Design). Penelitian setelah intervensi menjadi


ini dilakukan di 7,14. Intervensi
ruang
yang diberiian berhasil
Intensif (ICU) meningkatkan skor
RSUD Arifin
Achmad pengetahuan perawat
tentang kebutuhan
Provinsi Riau,
dengan melibatkan aspek spiritual pada
perawat pasien. Untuk

ICU sebanyak 22 pemenuhan kebutuhan


orang sebagai perawatan spiritual
responden.
pasien oleh perawat di
Uji satatistik ruang intensif nilai
dilakukan dengan
rata-rata sebelum
menggunakan uji intervensi 55,23 dan
alternatif wilcoxon
Rank mengalami peningkatan
setelah intervensi
karena data tidak
berdistribusi menjadi 57,18 artinya
normal. peningkatan skor

pengetahuan di ikuti oleh


peningkatan

pemenuhan kebutuhan
spiritual pasien

walaupun selisih angka


terpaut tidak terlalu

besar meskipun Dalam


penelitian ini

ditemukan tidak adanya


hubungan yang

signifikan antara ke dua


variabel (p = 0,372

> α=0,05.) Perlu dikaji


lebih lanjut faktor

lain yang mungkin


berkontribusi terhadap

pemenuhan kebutuhan
spiritual pasien di

ruang intensif.

Anda mungkin juga menyukai