Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi

Kelainan pokok pada sindrom nefrotik adalah peningkatan permeabilitas dinding kapiler

glomerulus yang menyebabkan proteinuria masif dan hipoalbuminemia. Sindrom nefrotik

idiopatik berkaitan pula dengan gangguan kompleks pada sistem imun, terutama imun yang

dimediasi oleh sel T. Pada focal segmental glomerulosclerosis (FSGS), faktor plasma, diproduksi

oleh bagian dari limfosit yang teraktivasi, bertanggung jawab terhadap kenaikan permeabilitas

dinding kapiler. Selain itu, mutasi pada protein podosit (podocin, -actinin 4) α dan MYH9 (gen

podosit) dikaitkan dengan focal segmental glomerulosclerosis (FSGS). Sindrom nefrotik resisten

steroid dapat dikaitkan dengan mutasi kunci gen koding protein podosit antara lain inter alia

NPHS1, NPHS2, CD2AP, TRCP6 dan ACTN4.7

1. Edema

Edema merupakan manifestasi klinik yang pertama kali muncul pada pasien-pasien

dengan sindrom nefrotik. Biasanya, muncul edema ringan dan muncul ditempat-tempat tertentu

seperti di daerah periorbital pada pagi hari yang menjadi lebih luas jika pasien beraktivitas.

Edema disebabkan oleh menurunnya tekanan onkotik intravaskuler dan menyebabkan cairan

intravaskular berpindah ke ruang interstisial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler

glomerulus menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan hipoalbuminemia.

Sebagai akibatnya, volume cairan intravaskular berkurang sehingga menurunkan jumlah aliran

darah ke renal. Ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin-

angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang

menyebabkan retensi natrium dan air dan terjadinya edema. Pada tingkat yang lebih parah,

edema dapat menyebabkan berbagai gejala yang berhubungan dengan asites, efusi pleura, dan

edema scrotal atau vulva.


2. Hipoalbuminemia

Abnormalitas sistemik yang paling berkaitan langsung dengan proteinuria adalah

hipoalbuminemia. Salah satu manifestasi pada pasien sindrom nefrotik pada anak terjadi

hipoalbuminemia apabila kadar albumin kurang dari 2,5 g/dL. Pada keadaan normal, produksi

albumin di hati adalah 12-14 g/hari (130-200 mg/kg) dan jumlah yang diproduksi sama dengan

jumlah yang dikatabolisme. Katabolisme secara dominan terjadi pada ekstrarenal, sedangkan

10% di katabolisme pada tubulus proksimal ginjal setelah resorpsi albumin yang telah difiltrasi.

Pada pasien sindrom nefrotik, hipoalbuminemia merupakan manifestasi dari hilangnya protein

dalam urin yang berlebihan dan peningkatan katabolisme albumin. Pada keadaan normal, laju

sintesis albumin di hepar dapat meningkat hingga 300%, sedangkan penelitian pada penderita

sindrom nefrotik dengan hipoalbuminemia menunjukan bahwa laju sintesis albumin di hepar

hanya sedikit di atas keadaan normal meskipun diberikan diet protein yang adekuat. Hal ini

mengindikasikan respon sintesis terhadap albumin oleh hepar tidak adekuat.

3. Proteinuria

Protenuria sebagian besar berasal dari kebocoran glomerulus dan hanya sebagian kecil

dari sekresi tubulus. Perubahan integritas membrana basalis glomerulus menyebabkan

peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan albumin. Derajat proteinuria

tidak berhubungan langsung dengan keparahan kerusakan glomerulus. Pasase protein plasma

yang lebih besar dari 70kD melalui membrana basalis glomerulus normalnya dibatasi oleh

charge selective barrier ( suatu polyanionic glycosaminoglycan) dan size selective barrier.7

4. Hiperkolesterolemia

Tingkat kolesterol dalam darah pada pasien steroid-responsive NS dapat ditemukan

dalam kadar yang tinggi (kolesterol level serum ≥300-500 mg/dL). Peningkatan kolestrol serum,
very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat

sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat meningkat, normal atau menurun. Hal ini

disebabkan peningkatan sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di perifer.

Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin serum dan perubahan

tekanan onkotik.

https://dokumen.tips/documents/referat-sindrom-nefrotik-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai